Anda di halaman 1dari 11

Ini Rumah Kita!

JAKARTA, KOMPAS.com Tahun lalu, Indonesia sebagai tuan rumah hanya menjadi penonton turnamen bulu tangkis Djarum Indonesia Open Super Series karena cuma menyaksikan wakil dari negara lain naik podium untuk mengangkat trofi dan menyabet medali. Memiliki sejumlah pemain top yang diharapkan bisa naik podium juara, pasukan Garuda justru berguguran sebelum mencapai final. Hanya Taufik Hidayat yang bisa mencapai partai puncak, sebelum dikalahkan rival beratnya dari Malaysia, Lee Chong Wei. Padahal, menjelang turnamen bergengsi berhadiah 250.000 dollar AS tersebut, hampir semua orang sudah punya ekspektasi yang cukup tinggi. Bahkan, Ketua Umum PB PBSI Djoko Santoso berani memasang target minimal merebut tiga gelar, yaitu tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran. Keyakinan ini cukup beralasan karena di tiga sektor tersebut Indonesia memiliki pemain-pemain bermental juara dan sudah mengoleksi banyak gelar. Di tunggal putra ada Taufik Hidayat, yang sudah enam kali juara di rumah sendiri, begitu juga dengan Sony Dwi Kuncoro, yang menjadi juara Djarum Indonesia Open Super Series 2008. Di ganda putra ada Markis Kido/Hendra Setiawan, juara 2005, dan di ganda campuran terdapat pasangan Nova Widianto/Liliyana Natsir, juga juara 2005. Namun, harapan itu tinggallah harapan karena semua gelar tersapu bersih oleh para tamu. Taufik, yang mengincar gelar ketujuh di negara sendiri, harus mengakui kehebatan Chong Wei, pemain nomor satu dunia. Di sektor tunggal putri muncul juara baru asal India, Saina Nehwal. Kemudian ganda putri dimenangi pasangan Malaysia, Eei Hui Chin/Pei Tty Wong; ganda putra

menjadi milik pasangan Korea Selatan, Jung Jae-sung/Lee Yong-dae; dan ganda campuran direbut pemain China, Zheng Bo/Ma Jin. Mendung pun menyelimuti langit Indonesia karena bulu tangkis yang menjadi olahraga kebanggaan di Tanah Air gagal mempersembahkan gelar. Hasil tahun 2009 itu menjadi ulangan mimpi buruk tahun 2007 ketika Indonesia harus malu di kandang sendiri lantaran gagal menyabet satu gelar pun. Tahun tersebut, Chong Wei juara tunggal putra, Wang Chen (Hongkong) di tunggal putri, Fu Haifeng/Cai Yun (China) juara ganda putra, Du Jing/Yu Yang (China) juara ganda putri, dan Zheng Bo/Gao Ling juara ganda campuran. Padahal, dalam sejarah Indonesia Terbuka yang mulai bergulir pada tahun 1982 hingga berganti nama menjadi Indonesia Super Series, Indonesia selalu dominan. Bahkan, pernah terjadi sapu bersih gelar, seperti pada tahun 1983, 1993, 1996, 1997, dan 2001, ketika di sektor putri masih ada pemainpemain top seperti Susi Susanti, Mia Audina, Lili Tampi, Finarsih, Rosiana Tendean, Ivana Lie, Deyana Lomban, dan Verawaty Fajrin. Kini, kekuatan sektor putri Indonesia sudah hilang semenjak era Susi dan Mia berakhir. Tak heran jika dua nomor putri (tunggal dan ganda) nyaris tidak pernah masuk hitungan lagi di setiap turnamen, termasuk pada Djarum Indonesia Open Super Series 2010 ini. Saat ini kita memiliki mantan juara di sektor tunggal putra, serta masih ada yang diandalkan dari sektor ganda putra dan ganda campuran, ungkap Djoko, yang juga Panglima TNI.

Benar sekali, tiga sektor ini tetap masih menjadi nomor andalan Indonesia. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan terjadi kejutan di sektor tunggal dan ganda putri karena para pemain top dari China, Denmark, dan Korea Selatan tidak tampil dalam Djarum Indonesia Open Super Series kali ini. Bahkan, dari jauh-jauh hari China sudah memastikan tidak ambil bagian dalam turnamen yang akan berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, 22-27 Juni, ini karena mereka juga sedang menggelar kompetisi internal. Inilah yang membuat Ketua Subbidang Pelatnas PB PBSI Christian Hadinata cukup optimistis Indonesia bisa menyapu bersih lima gelar. Tentunya, perlu perjuangan yang keras dan menunjukkan semangat yang tak pernah padam. Peluang meraih gelar di lima nomor tetap terbuka karena China tidak ambil bagian sehingga kekuatan menjadi rata, ujar Christian saat jumpa pers Djarum Indonesia Open Super Series di Jakarta, 8 Juni lalu. Ya, kans para pemain putri mengakhiri paceklik gelar sangat terbuka kali ini. Absennya semua pemain top China, plus juara All England, Tine Rasmussen (Denmark), sedikit menguak harapan bagi Maria Febe Kusumastuti, Adriyanti Firdasari, dan Maria Kristin Yulianti untuk menjadi juara. Di sektor ganda pun demikian, tanpa China, peta kekuatan menjadi sangat berimbang sehingga Meiliana Jauhari/Greysia Polii dan Shendy Puspa Irawati/Nitya Krishinda Maheswari bisa mengambil kesempatan ini. Pelajaran dari Singapura Jelang tampil di Djarum Indonesia Open Super Series, para pemain Indonesia lebih dulu ambil bagian di Singapura Terbuka Super Series. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan karena Sony Dwi Kuncoro bisa membawa pulang gelar nomor tunggal

putra. Dalam perjalanannya, dia lebih dulu menyingkirkan pemain nomor satu dunia, Chong Wei, dan di final mengalahkan unggulan keempat dari Thailand, Boondak Ponsana. Nova/Liliyana juga berhasil menembus final. Sayang, ganda campuran nomor satu Indonesia ini tampil sangat buruk sehingga menyerah dua set langsung dari pasangan Denmark, Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl. Begitu juga dengan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan, yang takluk di semifinal dari pasangan Taiwan, Fang Chieh Min/Lee Sheng Mu Lee, yang akhirnya menjadi juara. Di ganda putri, Meiliana/Greysia sempat membuat kejutan karena melangkah ke semifinal seusai mengalahkan unggulan ketujuh dari Korsel, Ha Jung-eun/Jung Kyung-eun. Tetapi, perjalanan mereka harus terhenti karena dijegal pasangan Korsel yang merupakan unggulan kelima, Kim Min-jung/Lee Hyo-jung. Namun, yang menarik dari hasil final di Singapura ini adalah munculnya ganda putri tuan rumah, Shinta Mulia Sari/Yao Lei, yang menjadi juara. Menghadapi Kim Minjung/Lee Hyo-jung, semangat tinggi dan daya juang Shinta/Yao, yang tidak diunggulkan, membuat mereka mampu meraih kemenangan straight game, 21-17, 22-20. Ini merupakan sebuah hasil yang semestinya dan sepatutnya bisa menjadi inspirasi bagi pemain-pemain putri Indonesia untuk berprestasi di negara sendiri setelah Ellen Angelina terakhir kali menjadi juara tunggal putri tahun 2001 dan Vita Marissa/Liliyana Natsir juara ganda pada tahun 2008. Jika di Singapura sajayang juga tidak diikuti para pemain top China, Denmark, dan Korselkita bisa membawa pulang gelar, di Jakarta pun kita harus meraihnya. Karena, di sini kandang kita!

June 21, 2010

Hasil Final Li Ning Singapore Open Super Series 2010

JAKARTA, Kompas.com Ganda campuran Nova Widianto/Liliyana Natsir gagal menggandakan gelar juara Indonesia di turnamen Singapura Terbuka Super Series, Minggu (20/6/2010). Nova/Butet yang diunggulkan di tempat pertama menyerah dua game dari unggulan kedua asal Denmark, Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl 12-21 15-21. Pasanhan Indonesia ini menyerah dalam 33 menit. Nova/Butet maju ke final setelah di semifinal menyingkirkan pasangan Taiwan Chen Hung Ling/Cheng Wen Hsing dalam dua game 21-14 24-22. Sementara Laybourn/Juhl di semifinal menyingkirkan ganda Indonesia Hendra AG/Vita Marissa 21-15 21-13. Dengan kegagalan Nova/Butet meraih gelar juara, berati Indonsia hanya meraih satu gelar juara di Singapura melalui tunggal putera Sony Dwi Kuncoro. Di final Sony mengalahkan pemian Thailand, Boonsak Ponsana 21-16 21-16. Hasil lengkap Singapura Terbuka: Tunggal Putri : Saina Nehwal [1] [IND]-[TPE] Tai Tzu Ying 21-18 21-15 Ganda Putra : Fang Chieh Min/Lee Sheng Mu [TPE]-Howard Bach [8]/[USA] Tony Gunawan 21-14 21-15 Tunggal Putra : Sony Kuncoro [7] [INA]-[THA] Boonsak Ponsana [4] 21-16 21-16 Ganda Putri : Shinta Mulia Sari/Yao Lei [SIN]-Min Jung KIM [5]/[KOR]Lee Hyo Jung 21-17 22-20

Nova/Liliyana Gagal Jadi Juara

JAKARTA, Kompas.com Ganda campuran terkuat Indonesia, Nova Widianto/Liliyana Natsir gagal meraih gelar di Singapura Terbuka Super Series. Di final, Minggu (20//6/10), mereka menyerah dua set langsung 12-21, 15-21 dari pasangan Denmark Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl. Dengan demikian, Indonesia hanya bisa mendapatkan satu gelar di turnamen berhadiah 200.000 dollar AS. Sebelumnya, Sony Dwi Kuncoro (unggulan 7) yang naik podium juara setelah menang straight set 21-16, 21-16 atas unggulan keempat dari Thailand, Boonsak Ponsana. Pada pertandingan yang digelar di Singapore Indoor Stadium, Singapura, Nova/Liliyana bermain sangat buruk. Malah pada set pertama, unggulan utama ini sempat tertinggal 5-20, sebelum mereka menambah tujuh poin dan lawan mengakhirinya dengan 21-12. Di game kedua, Nova/Liliyana berusaha bermain lebih agresif. Tetapi pasangan Denmark, yang merupakan unggulan kedua, berhasil mempertahankan momentum, sehingga kembali meraih kemenangan dengan skor 21-15. Hasil ini membuat Thomas/Kamilla terus menjaga rekor kemenangan dalam tiga pertemuan terakhir, di mana mereka selalu menang. Total, pasangan ini sudah bertemu 14 kali, dan kedudukan sekarang menjadi 9-5 untuk Nova/Liliyana. Tuan rumah Singapura, mendapatkan satu gelar lewat ganda putri Shinta Mulia Sari/Yao Lei. Pasangan non-unggulan ini tampil luar biasa, sehingga bisa menang straight set 21-17, 22-20 atas unggulan lima dari Korea Selatan Kim Min Jung/Lee Hyo Jung.

Tak Lagi Malu, Luna Main Bulu Tangkis

Selepas pertandingan, Luna langsung dikawal dengan penjagaan ketat menuju ruang ganti. Diburu para wartawan dan awak infotaiment, artis berusia 27 tahun kelahiran Bali itu tak mau banyak bicara. Seperti diketahui, sejak Kamis (3/6) petang, di internet beredar rekaman video seks, yang pemerannya mirip Luna dan Nazril Irham alias Ariel Peterpan, 29. Setelah itu, beredar pula video seks yang pelakunya mirip Ariel dan mirip artis Cut tari. Dua hari setelah peredaran video tersebut Luna menghilang diduga menenangkan diri ke Singapura. Sampai kemudian, Jumat (11/6), Luna dan Ariel didampingi advokat senior OC Kaligis memenuhi panggilan Mabes Polri. Kasus ini ditangani oleh Bareskrim Mabes Polri, karena penyebaran video tersebut terjadi nyaris di seluruh provinsi. Banyak orangtua di berbagai daerah mengaku resah atas peredaran video-video seks itu, yang antara lain marak melalui ponsel. Bandung dan Kendari Perkembangan terbaru, pihak Bareskrim Mabes Polri telah mengetahui lokasi para pelaku yang mengunggah dua video porno yang pemerannya mirip Ariel dan dua perempuan mirip Luna Maya dan Cut Tari. Kabareskrim Polri, Komjen Ito Sumardi, mengatakan, dua video itu diketahui diunggah dari beberapa lokasi. Diunggah di beberapa daerah seperti Bandung, Jawa Barat, dan Kendari, Sulawesi Tenggara, ucap Ito ketika dihubungi, Sabtu (12/6). Setelah mengetahui posisi mereka, anak buah Ito kini memburu para pelaku tersebut untuk diproses hukum. Jika terbukti, para pelaku akan dijerat UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, dan UU Nomor 11 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE). Penyebar kami cari, dan dilakukan tindakan hukum, tegasnya.

JAKARTA | SURYA - Sesudah beberapa hari ngumpet gara-gara beredarnya video seks yang diduga dimainkan oleh dirinya dan sang kekasih, Ariel Peterpan, kini Luna Maya mulai berani tampil di depan publik. Artis dan presenter cantik ini memeriahkan Celebrity Match Menyambut Djarum Indonesia Open Super Series (DIOSS) 2010 Jakarta, Sabtu (12/6) sore. Luna hadir ke tempat acara, Atrium Fountain Grand Indonesia, Jakarta, dengan dijaga ketat oleh 10 pengawal pribadi. Dia kemudian berpasangan dengan mantan bintang bulu tangkis nasional, Ricky Subagja. Dalam pertandingan persahabatan singkat itu Luna-Ricky menang mudah atas pasangan ganda Jepang, MisiyamaTakotani, 15-7. Tak mengherankan, karena lawan-lawan mereka memang bukanlah pemain bulu tangkis sesungguhnya. Kakutani memang kerap bermain bulu tangkis, tetapi Nishiyama adalah atlet bisbol. Luna, yang mengenakan celana pendek hitam dan t-shirt bertulisan Flypower, tampak malu-malu mengawali permainan. Seusai melakukan serve pertama, ia terlihat salah tingkah dan tertawa di depan ratusan pengunjung Grand Indonesia. Ketika diminta komentar oleh MC, Bayu Oktara, perihal kemenangannya, Luna berseloroh, Saya berniat untuk ikut olimpiade berikutnya. Bayu bertanya, Main bulu tangkis? Luna pun bergurau lagi. Bukan, bola bekel, katanya seraya tertawa, sebagaimana dilansir Kompas.com.

OLAHRAGA - BULUTANGKIS
Juni lalu. Tapi, di lihat dari peta kekuatan, menurut pria kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, 11 Desember 1949 itu, ada tiga nomor yang paling berpeluang. Masing-masing yaitu tunggal pria, ganda pria, dan ganda campuran. Pada tunggal pria, Indonesia masih mengandalkan Sony, Simon Santoso, dan pemain eks-pelatnas Taufik Hidayat. Secara khusus, Christian memuji penampilan Sony Dwi Kuncoro yang menurutnya tengah menemukan form terbaik. LATIHAN - Tunggal putra Indonesia, Sonny Dwi Kuncoro, melakukan latihan resmi jelang turnamen bulutangkis bergengsi, Djarum Indonesia Open Super Series 2010 di Istora Senayan, Jakarta. Foto: Hendra Eka/Jawa Pos JAKARTA - Indonesia telah mampu mengakhiri paceklik gelar selama tahun ini. Pada perhelatan Singapura Super Series, Indonesia sanggup meraih satu gelar yang disumbangkan oleh Sony Dwi Kuncoro di tunggal pria. Sony meraih gelar juara usai menundukkan pemain Thailand, Boonsak Poonsana, di partai puncak. Peluang besar meraih gelar kembali terbuka pada Djarum Indonesia Open Super Series (DIOSS) yang digelar di Istora Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, hari ini sampai Minggu (27/6) mendatang. Tanpa partisipasi para pebulu tangkis top Tiongkok, dan status sebagai tuan rumah, tentu ini menjadi modal berharga untuk meraih lebih banyak gelar. "Ini kesempatan kita menang. Kondisinya sangat menguntungkan bagi anak-anak," ungkap Pelatih Kepala Pelatnas PB PBSI, Christian Hadinata, saat ditemui di Istora, kemarin (21/6). "Apalagi, yang biasa mengambil gelar (Tiongkok, Red) tidak datang. Istilahnya, gelar sudah disiapkan di depan mata," lanjutnya. Kendati demikian, Christian yang juga mantan pemain ganda putra top itu meminta para pemain Indonesia tetap fokus. Karena, sekali meremehkan lawan, akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Pada kejuaraan ini, Indonesia memang berharap meraup lebih dari satu gelar, seperti yang dibukukan pada Singapura Super Series, 15-20 Lalu, di ganda pria, menurutnya mantan pemain pelatnas Markis Kido/Hendra Setiawan memiliki kans besar. Sedangkan di ganda campuran, harapan masih disandangkan di puncak Nova Widianto/Liliyana Natsir. Pada Singapura Super Series lalu, duet Nova/Liliyana gagal meraih gelar, setelah pada partai puncak dijegal pasangan Denmark Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl. "Nova/Liliyana punya peluang besar masuk final. Tapi, ya, jangan jadi spesialis runner-up terus," ucapnya. Kekalahan atas Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl memang disayangkan. Liliyana Natsir yang ditemui di tempat terpisah mengatakan, di final Singapura Super Series, rivalnya itu bermain bagus, sehingga mampu mematikan permainannya dengan Nova. Tapi, dengan segala keuntungan yang dimiliki sebagai pemain tuan rumah, jika bertemu lagi, peluang menang mereka atas pasangan Denmark itu tetap terbuka lebar. Apalagi, dari 13 pertemuan, mereka unggul 9-4. "Kami harus lebih siap kalau bertemu mereka lagi. Harus diakui, mereka memang cukup menyulitkan kami," papar Liliyana. Sebagai catatan, kekalahan di Singapura adalah kekalahan mereka kedua secara beruntun. Sebelumnya, mereka menyerah di final Kejuaraan Dunia tahun lalu di India. (nar)

Tradisi Kuat di Ganda Putra

Jakarta - Indonesia memiliki tradisi kuat di sektor ganda putra di turnamen bulutangkis Indonesia Terbuka. Dari 28 edisi, 20 di antaranya dimenangi pasangan "Merah Putih". Sejak digelar di tahun 1982, hanya delapan kali nomor ganda putra turnamen ini dimenangi pemain luar negeri. Yang perlu dikhawatirkan adalah, dalam tiga tahun terakhir tidak ada pasangan Indonesia yang menjadi juara di nomor ini. Berikut daftar lengkap para juara ganda putra Indonesia Terbuka: 1982 - Rudy Heryanto/Hariamanto Kartono (Indonesia) 1983 - Rudy Heryanto/Hariamanto Kartono (Indonesia) 1984 - Christian Hadinata/Hadibowo (Indonesia) 1985 - Liem Swie King/Hariamanto Kartono (Indonesia) 1986 - Liem Swie King/Hariamanto Kartono (Indonesia) 1987 - Liem Swie King/Eddy Hartono (Indonesia) 1988 - Razif Sidek/Jalani Sidek (Malaysia) 1989 - Eddy Hartono/Rudy Gunawan (Indonesia) 1990 - Razif Sidek/Jalani Sidek (Malaysia 1991 - Kim Moon-soo/Park Joo-bong (Korsel) 1992 - Rudy Gunawan/Eddy Hartono (Indonesia) 1993 - Ricky Subagja/Rexy Mainaky (Indonesia) 1994 - Ricky Subagja/Rexy Mainaky (Indonesia) 1995 - Rudy Gunawan/Bambang Suprianto (Indonesia) 1996 - Denny Kantono/Antonius Ariantho (Indonesia) 1997 - Chandra Wijaya/Sigit Budiarto (Indonesia) 1998 - Ricky Subagja/Rexy Mainaky (Indonesia) 1999 - Ricky Subagja/Rexy Mainaky (Indonesia) 2000 - Chandra Wijaya/Sigit Budiarto (Indonesia) 2001 - Chandra Wijaya/Sigit Budiarto (Indonesia) 2002 - Lee Dong-soo/Yoo Yung-sung (Korsel) 2003 - Sang Yang/Zheng Bo (China) 2004 - Luluk Hadiayanto/Alven Yulianto (Indonesia) 2005 - Markis Kido/Hendra Setiawan (Indonesia) 2006 - Chandra Wijaya/Tony Gunawan (Indonesia) 2007 - Fu Haifen/Cai Yun (China) 2008 - Mohd Zakry Abdul Latif/Mohd Fairuzizuan Mohd Tazari (Malaysia) 2009 - Lee Yong Dae/ Jung Jae Sung (Korsel)

Indonesia Open Super Series


Maria Febe Ingin Lolos ke Semifinal Senin, 21 Juni 2010 | 18:24 WIB Grand Prix Australia Open. Dia juga menggapai final Grand Prix Selandia Baru Open, yang digelar setelah Australia Open. Tahun sebelumnya, dia juara di turnamen Bitburger, Jerman. Bakatnya sebagai atlet bulutangkis tampaknya lahir dari ayahnya, Yoshua Bawi Aryawijaya. Bapak tercintanya, piawai bermain di semua cabang olahraga. Selain bela diri, sang ayah juga pandai memainkan sepakbola, bulutangkis, dan juga voli. Namun rupanya, soal prestasi, ayahnya harus kalah dari sang anak. Febe memang telah mantap berada di jalannya sekarang ini. Febe saat ini tidak lagi bermain membela nama Djarum, klubnya, karena dia telah masuk pelatnas. Tugas berat tentu harus diembannya. Setelah membela nama Indonesia di Piala Uber di Malaysia, awal Mei ini, dia akan bertanding lagi di Djarum Indonesia Open. Prestasi yang diraihnya saat ini tidak lepas dari buah kerja keras sejak masih kecil. Febe harus melakukan perjalanan yang lumayan jauh untuk berlatih, karena di daerahnya, Boyolali tidak ada klub pembina. Dia pun pindah-pindah klub di Solo, kota yang tidak jauh dari daerahnya. Pemain yang bercita-cita menjadi pelatih ini pun mengarungi sejumlah klub di Solo, seperti di Panorama, Sinar, dan Tangkas Solo. Keinginannya menjadi pemain bulutangkis hebat semakin di depan matanya karena pada Oktober 2005 PB Djarum meliriknya. Tentu saja dia gembira karena Djarum merupakan salah satu klub pembina yang telah banyak melahirkan banyak atlet tingkat dunia, seperti Ivan Lie, Hastomo Arbi, Christian Hadinata, dan Haryanto Arbi. Djarum pun memberikan kepercayaan penuh kepadanya dengan mengirim ke berbagai turnamen. Karena prestasinya yang gemilang hingga menembus peringkat 19 besar dunia, dia pun mendapatkan bonus sebesar Rp 90 juta dari PB Djarum. Selain bulutangkis, dia ternyata juga jago melukis. Namun, ini hanya sekadar hobi saja. Dia juga mempunyai hobi mendengarkan lagulagu, dan jalan-jalan. Di luar itu, aktifitas lainnya di kala senggang, adalah membaca novel. (/*)

AFP/BEN STANSALL Maria Febe Kusumastuti ingin tampil maksimal di Indonesia Open 2010 TERKAIT:

Febe Ingin Lebih Baik dari Tahun Lalu Hayom dan Febe Bisa Lewati Babak Pertama

JAKARTA, Kompas.com - Tunggal puteri Maria Febe Kusumastuti berharap mencapai prestasi yang lebih baik di Djatum Indoensia Open Super Series tahun ini. Tahun lalu, saya kalah dari Pi Hongyang di babak pertama. Kini, setelah satu tahun berlalu, dan saya sudah memiliki pengalaman bertanding yang lebih, saya ingin menggapai prestasi lebih dari itu. Saya ingin mencapai semifinal, kata penyuka sate kambing ini. Banyak yang bilang gaya saya mirip Susy Susanti. Tetapi, saya tidak tahu mirip di mananya. Yang jelas, Susi Susanti idola saya. Saya tentu ingin berprestasi seperti dia, kata Maria Febe Kusumastuti, salah satu bintang Indonesia yang akan tampil di turnamen bulutangkis Djarum Indonesia Open 2010 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, 22-27 Juni mendatang. Febe, biasa dia dipanggil, kini menjadi salah satu pemain yang diharapkan Indonesia untuk mengembalikan kejayaan bulutangkis, seperti era Susy Susanti, yang begitu disegani dunia, era 1990-an lalu.Saat ini, pemain kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, ini menduduki peringkat teratas pemain Indonesia di tingkat dunia. Dia bertengger di urutan ke-19, di atas seniornya Adriyanti Firdasari yang berada lima tingkat di bawahnya, dan juga seniornya di klub Djarum Kudus, Fransisca Ratnasari (rangking 30) dan Maria Kristin (54). Tingginya peringkat Febe tidak lepas dari prestasinya tahun lalu, yang merebut beberapa gelar juara. Prestasinya terbaiknya, adalah juara

Komnas Anak Sesalkan Sponsor Rokok Turnamen Bulutangkis


Tesa Filzana Sari
atas agresivitas pemasaran yang dilakukan industri rokok sehingga menyebabkan jumlah perokok remaja melonjak tajam. Dari survei yang dilakukan, 81 persen remaja diketahui pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.

Padahal, Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah berkomitmen untuk tidak menerima sponsor dari perusahaan rokok pada SEA Artikel Terkait

Games 2011 mendatang. Namun, turnamen bulutangkis Indonesia Open justru disponsori rokok sehingga namanya berubah menjadi Djarum Indonesia Open Super Series 2010. Sementara di negara lain, turnamen bulutangkis mana pun tak disponsori rokok. Seperti Denmark Open, Korea Open, dan Cina Open.

Tidak Benar Rokok Turunkan Stress Bocah Habiskan Sebungkus Rokok Sehari

Perokok Pasif Ganggu Kesehatan Mental

21/06/2010 22:44 | Rokok Liputan6.com, Jakarta: Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyatakan keprihatinannya karena turnamen bulutangkis internasional Indonesia Open 2010 disponsori produk rokok. Hal itu dianggap bisa dimanfaatkan industri rokok untuk menciptakan citra positif melalui pemberian sponsor pada turnamen. Menurut Komnas PA, sangat tidak etis produk rokok dipromosikan dalam bentuk apa pun, termasuk iklan dan sponsorship. Karena itu Komnas PA meminta kepada seluruh pihak terkait agar selanjutnya turnamen olahraga tidak lagi disponsori industri rokok. Sebab, sesungguhnya olahraga bertujuan untuk menyehatkan masyarakat. Alhasil, sangat ironis apabila disponsori rokok yang notabene produk Dalam siaran pers yang diterima SCTV, Senin (21/6), Komnas PA sangat prihatin berbahaya bagi kesehatan.(TES/ANS)

Indonesia Open Super Series


Yong Dae, Jago, Muda, dan 'Good Looking' Senin, 21 Juni 2010 | 19:06 WIB

sangat kecewa karena harus puas dengan medali perak di Beijing. Tahun lalu, bersama Jung Jae Sung, dia menjadi yang terbaik di ganda putra. Usianya baru genap 22 tahun pada 11 September mendatang. Namun, berbagai gelar juara sudah diraih pemain bertinggi badan 180 sentimeter ini. Hebatnya, pemuda yang lahir di Hwasun ini begitu jago bermain di dua nomor sekaligus, yaitu ganda putra dan ganda campuran. Dua nomor itu memang spesialisnya. Dan, pemain yang digelari Park Joo Bong baru ini memang mempunyai prestasi menawan di dua nomor. Kalau kita melihat kembali sepak terjangnya sejak masih yunior, pemain yang lahir di Hwasun ini memang mempunyai bakat hebat di dunia bulu tangkis. Pada Milo Junior Indonesia Open di Medan, 2004, dia bahkan bermain di tiga nomor sekaligus. Nomor tunggal juga dia kuasai dengan baik. Dari tiga nomor itu dia merebut satu gelar, yaitu di ganda putra. Di ganda campuran, dia menembus final sebelum akhirnya menyerah di tangan ganda Indonesia, M Rijal/Greysia Polii. Di nomor tunggal, Yong Dae menembus semifinal sebelum akhirnya dikalahkan juara Gong Weijie dari China. Saat itu fisiknya tidak kelihatan melorot meskipun harus bermain di tiga nomor sekaligus. Prestasinya memang sudah mengilap saat masih yunior dengan ditandai juara dunia yunior pada 2006, ganda putra, dan ganda campuran. Melihat prestasinya, dia mungkin akan menyamai atau bahkan melebihi prestasi legenda Korea, Kim Dong Moon, yang dua kali mendapatkan medali emas olimpiade, yaitu pada Olimpiade Atlanta 1996 (ganda campuran) dan Athena 2004 (ganda putra). Satu gelar medali emas telah dia rebut. Melihat usianya yang masih muda, bukan tidak mungkin medali emas akan dia raih kembali pada masa mendatang.

AFP/BEN STANSALL Ganda putra Korsel, Lee Yong Dae (kanan) dan Jung Jae Sung JAKARTA, Kompas.com Pemain Korea Selatan, Lee Yong dae, memiliki persyaratan sempurna buat seorang atlet, skill yang tinggi dan wajah yang tampan. Bagi para pencinta bulutangkis, nama Lee Yong Dae tentu tidak asing lagi. Ya, pemain Korea Selatan ini merupakan satu dari sekian banyak jago-jago dunia yang namanya terus menanjak, seiring dengan prestasinya yang naik tajam pada usianya yang masih sangat muda. Dalam ajang Indonesia Open Super Series (DIOSS) 2010, 22-27 Juni ini, Yong Dae berpeluang menjadi bintang. Dari segi fisik, wajahnya tergolong rupawan. Kulitnya juga putih bersih dan tubuhnya atletis. Dia juga ramah dan murah senyum. Di Indonesia pun Lee, yang juga piawai bermain gitar ini, mempunyai banyak penggemar. Bahkan, ada pula yang membuat Lee Yong Dae Indonesia Fansite. Luar biasa. Namanya benar-benar sangat populer ketika dia merebut medali emas ganda campuran Olimpiade 2008 di Beijing, China. Saat itu usianya belum genap 20 tahun. Perpaduannya dengan pemain putri senior Lee Hyo Jung membuat pasangan Indonesia, Nova Widianto/Liliyana Natsir,

Anda mungkin juga menyukai