Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Skizofrenia bisa terjadi pada siapa saja. Seringkali pasien Skizofrenia digambarkan sebagai individu yang bodoh, aneh, dan berbahaya (Irmansyah,2006). Sebagai konsekuensi kepercayaan tersebut, banyak pasien Skizofrenia tidak dibawa berobat ke dokter (psikiater) melainkan disembunyikan, kalaupun akan dibawa berobat, mereka tidak dibawa ke dokter melainkan dibawa ke orang pintar (Hawari, 2007, h. 121). Skizofrenia sering disebut sebagi gangguan pikiran karena merupakan gambaran utama penyakit ini. Pada skizofrenia proses pikir kilen terganggu;kontinuitas pikiran dan proses informasi terganggu (Cancro&Lehman 2000).Klien dapat secara tiba-tiba berhenti di tengah-tengah bicara di tengah-tengah kalimat dan tetap diam selama beberapa detik sampai satu menit (bloking pikiran). Klien juga dapat mengatakan bahwa ia yakin orang lain dapat membaca pikirannya (siar pikiran) atau orang lain menempatkan pikiran ke dalam pikiran klien yang berlawanan dengan keinginnan klien (sisip pikir). Klien juga dapat memperlihatkan pemikiran tangensial; klien beralih ke topik yang tidak berhubungan, dengan tidak pernah menjawab pertanyaan semula yang diajukan(Sheila L.,2008). Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk hal ini merupakan kondisi yang sangat serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan World Health Organitazion (WHO) (Azwar,2008). Prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan bisa timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta skizofrenia, dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah : penderita skizofrenia. Gejala-gejala skizofrenia mengalami penurunan fungsi/ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terlambat produktifitasnya dengan orang lain (Arif, 2006).

Skizofrenia, orang awam menyebutnya gila adalah sekelompok reaksi psikotis dengan ciri-ciri pengunduran diri dari kehidupan sosial, gangguan emosional, dan efektif yang kadang kala disertai halusinasi dan delusi serta tingkah laku yang negatif/merusak. Gangguan skizofrenia merupakan penyakit yang sampai hari ini terus diselidiki oleh para ahli. Penyakit ini kompleks mulaidari penyebab gejala-gejal yang ditampakkannya, respon terhadap pengobatan samapai kepada hasil pengobatannya. Problem psikososial yang terjadi dari penyakit ini sering kali karena ketidak tahuan masyarakat, khususnya dari keluarga penderita.(simanjuntak,2008). Menurut hasil penelitian di Indonesia terdapat 1-2% penduduk yang menderita skizofrenia yang berarti 2-4 juta jiwa dan dari jumlah tersebut diperkirakan penderita skizofrenia yang aktif sekitar 700.000-1,4 juta jiwa. Menurut pendapat Irmansyah (2006), bahwa penderita yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia hampir 70% karena skizofrenia (wicakna,2001). Penelitian yang dilakukan oleh Barton (1970, dalam Hawari,2007,h.118) menunjukkan bahwa 50% dari penderita Skizofrenia kronis yang menjalani program rehabilitasi dapat kembali produktif dan mampu menyesuaikan diri kembali di keluarga dan masyarakat. Terapi yang dapat diberikan pada pasien Skizofrenia beragam bentuknya. Terapi psikososial dimaksudkan agar pasien mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya, mampu merawat diri dan tidak bergantung pada orang lain (Hawari, 2007, h. 109). Uraian tersebut diatas membuat pasien dengan Skizofrenia menarik untuk diteliti. Apalagi sampai saat ini masih banyak masalah yang sering muncul kaitannya dengan perawatan pasien Skizofrenia baik sebelum dan sesudah perawatan di rumah sakit.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi terapi aktivitas kelompok pada pasien skizofrenia 2. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana terapi aktivitas kelompk mempengaruhi kesembuhan pasien skizofrenia?

C. Tujuan Mengetahui keberhasilan terapi aktivitas kelompok pada pasien skizofrenia

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Peneliti Di harapkan dari hasil penelitian ini dapat mengetahui secara mendalam tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok pada pasien skizofrenia 2. Manfaat Praktis Menambah wawasan peneliti, diharapkan dapat menjadi bekal mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan benar. Manfaat Teoritis a. Manfaat Bagi pasien Pasien dapat pulang ke rumah (sembuh) dalam waktu yang singkat dan dapat kembali bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. b. Manfaat Bagi rumah sakit Pada rumah sakit mampu menerapkan terapi aktivitas kelompok di barengi terapi pengobatan secara medis

c. Manfaat bagi Instansi Akademik kebidanan Politeknik Mjapahit Mojokerto Dapat dijadikan referensi dan bahan tambahan pembelajaran di

perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai