Anda di halaman 1dari 12

LO I. Perencanaan dan Peramalan Keuangan Perencanaan keuangan merupakan proses merumuskan bagaimana sasaran2 keuangan akan dapat tercapai.

Perencanaan keuangan adalah salah satu cara memikirkan masa depan secara sistematis dan mengantisipasi kemungkinan masalah sebelum masalah itu terjadi. Perencanaan keuangan berhubungan dengan keputusan investasi dan pendanaan. Dimensi perencanaan keuangan: 1. Waktu Perencanaan keuangan: Jangka pendek 1 th Jangka menengah/panjang 2 5 th

2. Dari usulan unit dibuat usulan keseluruhan (agregasi) Manfaat Perencanaan Keuangan:

Mengetahui interaksi Rencana keuangan harus dapat menunjukkan hubungan antara rencana investasi dan pendanaan Menilai berbagai pilihan/alternatif Menghindari kejutan Memastikan kelayakan sasaran

Model perencanaan keuangan: Ramalan penjualan Peramalan laporan keuangan:

Metode Persentase Penjualan Laporan Keuangan Pro Forma - Laporan Laba/rugi Pro Forma - Neraca Pro Forma Rumus afn

Meramalkan kebutuhan keuangan apabila rasio-rasio neraca berubah Teknik-teknik peramalan lain

Peramalan keuangan umumnya diawali dengan meramalkan penjualan perusahaan, dalam jumlah unit dan dalam nilai uang,

untuk suatu periode mendatang. Manajemen menetapkan target neraca berdasarkan analisis rasio

RAMALAN PENJUALAN (1)

Ramalan penjualan: ramalan unit dan nilai penjualan suatu perusahaan, untuk periode di masa mendatang.

Ada enam faktor yang dipertimbangkan dalam mengembangkan ramalan penjualan: 1. Peramalan divisi-divisi, yang menghasilkan ramalan taksiran pertama atas penjualan perusahaan.

RAMALAN PENJUALAN (2)


2. Peramalan tingkat aktifitas ekonomi di setiap wilayah pemasaran perusahaan. 3. Kemungkinan pangsa pasar perusahaan dalam setiap wilayah distribusi. 4. Pengaruh inflasi terhadap harga produk-produk perusahaan. 5. Kampanye iklan, potongan harga untuk promosi, syarat penjualan kredit, dsb. Yang juga mempengaruhi penjualan.

RAMALAN PENJUALAN (3)

6. Berbagai ramalan dibuat untuk setiap divisi, baik secara total maupun berdasarkan setiap jenis produk.

Konsekuensi penyimpangan dari ramalan pen-jualan: 1. Terlalu kecil (tidak dapat memenuhi permintaan); 2. Terlalu optimis (terlalu banyak pabrik, peralatan, dan persediaan).

Ramalan penjualan yang tepat sangat menentu-kan profitabilitas.

PERAMALAN LAPORAN KEUANG-AN: METODE RASIO KONSTAN (1)

Metode rasio konstan: metode untuk meramal-kan laporan keuangan dan kebutuhan keuangan di masa mendatang, dengan asumsi rasio-rasio keuangan tertentu akan tetap konstan.

Ada tiga langkah dalam metode rasio konstan: 1. Meramalkan laporan laba-rugi: bertujuan untuk menentukan berapa banyak laba yang akan diperoleh perusahaan dan ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam tahun yang diramalkan.

PERAMALAN LAPORAN KEUANG-AN: METODE RASIO KONSTAN (2)

Asumsi meramalkan laporan laba rugi: biaya akan naik dengan laju yang sejalan dengan kenaikan penjualan, dalam situasi yang rumit biaya-biaya yang rumit akan diramal secara terpisah.

2. Meramalkan neraca: didasarkan pada pemikiran bahwa jika penjualan naik, maka aktivanya juga harus tumbuh, dengan konsekuensi kewajiban dan ekuitasnya juga harus naik.

PERAMALAN LAPORAN KEUANG-AN: METODE RASIO KONSTAN (3)

Karena neraca harus seimbang, maka jika nilai aktiva > pembelanjaannya, maka harus ada dana tambahan yang diperlukan (AFN).

AFN diperoleh dengan meminjam dari bank sebagai wesel bayar, menerbitkan obligasi jangka panjang, atau saham biasa baru.

3. Mendapatkan dana tambahan yang diperlukan: keputusan bauran keuangan didasarkan pada beberapa faktor, seperti struktur modal yang ditargetkan, dsb.

PERAMALAN LAPORAN KEUANG-AN: METODE RASIO KONSTAN (4)

Umpan balik pembiayaan: proyeksi laporan ke-uangan tidak mencerminkan kenyataan adanya bunga dan dividen yang harus dibayar karena adanya AFN. Untuk itu harus ada penyesuaian.

Analisis ramalan: untuk menentukan apakah ramalan tersebut memenuhi target-target keuangan perusahaan.

Peramalan adalah sebuah proses yang berulang, baik dalam cara laporan keuangan dihasilkan maupun dalam cara rencana keuangan dikembangkan.

AFN: Cara

Menentukan

Suatu perusahaan dapat menentukan dana tambahan yang diperlukan (AFN = additional funds needed) dengan cara:
o

Mengestimasi jumlah aktiva baru yang diperlukan untuk mendukung tingkat penjualan yang diramalkan

Mengurangi jumlah tersebut dengan dana spontan yang akan dihasilkan operasi

RUMUS AFN

Peramalan kebutuhan modal perusahaan kebanyakan dilakukan dengan laporan laba-rugi dan neraca pro forma.

Jika rasio-rasio diperkirakan tetap konstan, kebutuhan keuangan dapat diramalkan dengan: AFN = (A*/S0)S (L*/S0)S M.S1(RR).

A* = Aset yg terkait langsung dgn penjualan So = penjualan th lalu S = perubahan dlm penjualan L* = Kewajiban yg meningkat secara spontan M = Margin laba (laba bersih) S1 = Penjualan yang diproyeksikan RR = Rasio laba ditahan

KEBUTUHAN DANA TAMBAHAN

Makin

tinggi

tingkat

pertumbuhan

penjualan

perusahaan,

makin besar kebutuhannya akan tambahan pembiayaan

Makin

besar

rasio

pembayaran

dividen,

makin besar kebutuhannya akan dana tambahan PENYESUAIAN

Penyesuaian harus dilakukan apabila:


o o o

Terdapat skala ekonomis dalam penggunaan aktiva Ada kelebihan kapasitas Aktiva harus ditambahkan dalam satuan yang besar (lumpy assets)

PERAMALAN AKTIVA: Laju Pertumbuhan Berbeda

Untuk meramalkan kebutuhan aktiva, pada situasi di mana aktiva diperkirakan tidak bertumbuh pada laju yang sama seperti penjualan, dapat digunakan:
o o

Regresi linear Penyesuaian kelebihan kapasitas

MERAMALKAN KEBUTUHAN KEU-ANGAN: RASIO NERACA BERUBAH

Kekurangtepatan asumsi bahwa rasio yang konstan dan pertumbuhan yang sama, karena tiga hal:

1. Skala ekonomi: jika penghematan dalam skala besar terjadi, rasio-rasio cenderung terus berubah seiring dengan makin besarnya perusahaan.

Hubungan skala ekonomi: linier dan nonlinier. 2. Aktiva bernilai satuan besar: pertimbangan teknologi memaksa perusahaan yang bersaing untuk menambah aktiva tetap dalam jumlah satuan yang besar (lumpy assets).

MERAMALKAN KEBUTUHAN KEU-ANGAN: RASIO NERACA BERUBAH

Lumpy assets berpengaruh besar pada rasio aktiva tetap/penjualanpada berbagai tingkat penjualan, yang berarti juga pada kebutuhan keuangan.

3. Kelebihan aktiva karena kesalahan peramalan: penjualan yang sebenarnya seringkali berbeda dari proyeksi penjualan, dan rasio aktiva/penjualan yang sebenarnya berbeda dengan yang direncanakan.

Untuk itu perusahaan harus menyadarinya.

TEKNIK-TEKNIK PERAMALAN LAIN (1)

Ada dua teknik peramalan untuk mengantisipasi ketidakkonsistenan rasio: regresi linier sederhana dan penyesuaian kelebihan kepasitas.

Regresi linier sederhana digunakan untuk memperkirakan kebutuhan jenis aktiva pada setiap kenaikan penjualan.

Perbedaan hasil analisis regresi linier sederhana dengan metode proyeksi laporan keuangan: karena asumsi yang digunakan berbeda.

TEKNIK-TEKNIK PERAMALAN LAIN (2)

Penyesuaian kelebihan kapasitas: dalam kenyataannya, kapasitas penggunaan aktiva tetap tidak penuh (misalnya 96%).

PKP = PA/PPKS. RTAT/P = ATA/PKP TATB = (RTAT/P) x PP Dampak TATB terhadap proyeksi AFN: turun.

Anggaran merupakan suatu ramalan yang sederhana dari kejadian yang akan datang. Anggaran menunjukkan tiga fungsi dasar bagi perusahaan : Anggaran menunjukkan pemilihan waktu dan jumlah kebutuhan dana perusahaan di masa yang akan datang Anggaran menjadi dasar pengambilan tindakan korektif, jika perhitungan penganggaran tidak sesuai dengan perhitungan aktual Anggaran merupakan dasar untuk evaluasi kinerja

Anggaran kas menggambarkan suatu rencana yang terperinci tentang arus kas masa depan dan terdiri dari empat unsur : penerimaan kas, pengeluaran kas, perubahan bersih dalam kas untuk satu periode dan kebutuhan dana yang baru.

Periode anggaran harus cukup panjang supaya dapat memperlihatkan efek dari berbagai kebijakan manajemn. Meramalkan dalam manajemen keuangan digunakan untuk memperkirakan kebutuhan keuangan di masa yang akan datang. Adanya rencana pertumbuhan berarti manajemen keuangan mampu mengantisipasi kebutuhan pembiayaan perusahaan dan dengan adanya rencana keuangan yang baik, maka perusahaan akan mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Langkah-langkah dasar dalam memprediksi kebutuhan pembiayaan adalah: Memproyeksikan pendapatan penjualan perusahaan dan semua biaya sepanjang periode perencanaan. Memperkirakan tingkat investasi pada aktiva lancar dan aktiva tetap yang diperlukan untuk mendukung penjualan yang diramalkan Menentukan jumlah kebutuhan dana perusahaan sepanjang periose perencanaan.

Setidaknya perkiraan penjualan untuk tahun depan akan mencerminkan : Kecendrungan penjualan masa lalu yang diharapkan akan terulang lagi pada tahun berikutnya Pengaruh setiap peristiwa apapun yang mungkin secara material mempengaruhi kecendrungan itu.

Sumber: http://endang.staff.umm.ac.id/files/2010/02/BAB-VIII-PERAMALAN-KEUANGAN.ppt.

LO V. Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Pengertian yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (azrul a, 1996). Dari pengertian di atas tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari : Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta dana operasional. Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan. Adanya sektor pemerintah dan sektor swasta dalam penyelenggaraan kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari besarnya dana yang

dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari sektor pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta. Dalam membicarakan pembiayaan kesehatan yang penting adalah bagaimana memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial dengan tujuan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan. Dengan demikian suatu pembiayaan kesehatan dikatakan baik, bila jumlahnya mencukupi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan penyebaran dana sesuai kebutuhan serta pemanfaatan yang diatur secara seksama, sehingga tidak terjadi peningkatan biaya yang berlebihan. Jenis Pembiayaan kesehatan: 1) Fee for Service ( Out of Pocket ) Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari laporan World Health

Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat Indonesia masih bergantung pada sistem, Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat mengikuti sistem Health Insurance (WHO, 2009). Kelemahan sistem Fee for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship , dimana PPK mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara tidak langsung PPK didorong untuk meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak. 2) Health Insurance Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group (DRG system). Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu. Pembayaran bagi PPK dengan system kapitasi adalah pembayaran yang dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan pembayaran di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya (unit cost) tertentu. Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Masyarakat yang telah menajdi peserta akan membayar iuran dimuka untuk memperoleh pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang dengan pelayanan tingkat pertama sebagai ujung tombak yang memenuhi kebutuhan utama kesehatan dengan mutu terjaga dan biaya terjangkau. Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose Related Group) tidak berbeda jauh dengan system kapitasi di atas. Pada system ini, pembayaran dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK telah mendapat dana dalam penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi pemasukan bagi PPK.

Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya underutilization dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan kepada pasien untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta tidak banyak bergabung dalam system ini, maka resiko kerugian tidak dapat terhindarkan. Namun dibalik kelemahan, terdapat kelebihan system ini berupa PPK mendapat jaminan adanya pasien (captive market), mendapat kepastian dana di tiap awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga mengurangi terjadinya multidrug dan multidiagnose. Dan system ini akan membuat PPK lebih kea rah preventif dan promotif kesehatan. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan dengan sistem kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan dibandingkan sistem pembayaran berdasarkan layanan (Fee for Service) yang selama ini berlaku. Namun, mengapa hal ini belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia? Tentu saja masih ada hambatan dan tantangan, salah satunya adalah sistem kapitasi yang belum dapat memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali seperti yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sampai saat ini, perusahaan asuransi masih banyak memilah peserta asuransi dimana peserta dengan resiko penyakit tinggi dan atau kemampuan bayar rendah tidaklah menjadi target anggota asuransi. Untuk mencapai terjadinya pemerataan, dapat dilakukan universal coverage yang bersifat wajib dimana penduduk yang mempunyai resiko kesehatan rendah akan membantu mereka yang beresiko tinggi dan penduduk yang mempunyai kemampuan membayar lebih akan membantu mereka yang lemah dalam pembayaran. Jenis Biaya Kesehatan Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan atas : a) Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau

memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta. b) Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah Sumber Biaya Kesehatan Pelayanan kesehatan dibiayai dari berbagai sumber, yaitu :

a) Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten/kota) dengan dana berasal dari pajak (umum dan penjualan), deficit financial(pinjaman luar negeri) serta asuransi sosal. b) Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta, sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga serta communan self help. Hubungan Pembiayaan dengan Derajat Kesehatan Hubungan pembiayaan dengan derajat kesehatan tidak selalu berbanding lurus, sangat tergantung dari pembiayaan khususnya yang berkaitan erat dengan pengendalian biaya. Contohnya: Amerika Serikat yang pengeluaran untuk kesehatannya paling tinggi (13,7% GNP) pada tahun 1997 (WHO Report 2000), derajat kesehatannya yang dilihat dari indikator umur harapan hidup didapatkan untuk laki-laki 73,8 tahun dan wanita 79,7 tahun. Keadaan ini lebih rendah daripada Jepang (umur harapan hidup laki-laki 77,6 tahun dan wanita 84,3 tahun) yang pengeluaran kesehatannya lebih kecil (7% GNP). Hal ini menunjukkan pembiayaan kesehatan di Amerika kurang efisien, yang mungkin terjadi karena sistem pembiayaan kesehatannya sangat berorientasi pasar dengan pembayaran langsung oleh pasien (out of pocket) relatif tinggi yaitu kurang lebih 1/3 dari seluruh

pengeluaran pelayanan kesehatan (Murti B, 2000). Keadaan ini terjadi juga di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Yang paling terpengaruh oleh peningkatan biaya pelayanan kesehatan adalah aksesitas terhadap pelayanan kesehatan. Dengan pembiayaan langsung, bukan hanya masyarakat miskin, tetapi orang yang mengalami sakit pada saat tidak mempunyai uang pun tidak dapat akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu cara pembiayaan yang merupakan pengendalian biaya, sehingga meningkatkan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan adalah dengan asuransi. Pembiayaan kesehatan semakin meningkat dari waktu ke waktu dan dirasakan berat baik oleh pemerintah, dunia usaha terlebih-lebih masyarakat pada umumnya. Untuk itu berbagai Negara memilih model sistem pembiayaan kesehatan bagi rakyatnya, yang diberlakukan secara nasional. Berbagai model yang dominan yang implementasinya disesuaikan dengan keadaan di Negara masing-masing. Beberapa model yang dominan adalah: 1. Model asuransi kesehatan sosial (Social Health Insurance). Model ini dirintis sejak Jerman dibawah Bismarck pada tahun 1882. Model inilah yang berkembang di beberapa Negara Eropa, Jepang (sejak 1922) dan kemudian ke Negara-negara Asia lainnya yakni Philipina, Korea, Taiwan dll. Kelebihan sistem ini memungkinkan cakupan 100% penduduk dan relatif rendahnya peningkatan biaya pelayanan kesehatan. 2. Model asuransi kesehatan komersial

(Commercial/Private Health Insurance). Model ini berkembang di AS. Namun sistem ini gagal mencapai cakupan 100% penduduk. Sekitar 38% penduduk tidak tercakup dalam sistem. Selain itu terjadi peningkatan biaya yang amat besar karena terbukanya peluang moral hazard. Sejak tahun 1993; oleh Bank Dunia direkomendasikan pengembangan model Regulated Health Insurance dimana kepesertaan berdasarkan kelompok dengan syarat jumlah minimal tertentu sehingga mengurangi peluang moral hazard 3. Model NHS (National Health Services) yang dirintis pemerintah Inggris sejak usai perang dunia kedua. Model ini juga membuka peluang cakupan 100% penduduk. Namun pembiayaan kesehatan yang dijamin melalui anggaran pemerintah akan menjadi beban yang berat. Masalah-masalah dalam pembiayaan kesehatan : Kurangnya dana yang tersedia Penyebaran dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan (equity - fairness) Pemanfaatan yang tidak tepat Pengelolaan dana yang belum sempurna Biaya kesehatan yang makin meningkat - Inflasi - Demand yang meningkat Kemajuan IPTEK Perubahan pola penyakit (triple burden) Perubahan pola pelayanan kesehatan (fragmented health services) Perubahan pola hubungan dokter pasien 10. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya Penyalahgunaan asuransi kesehatan

Sumber: http://www.scribd.com/doc/124740114/Sistem-Pembiayaan-Kesehatan-Indonesia

Konsultasi dgn drg budi

Drg.Andre, Drg.Budi, Drg.Fadli

Biaya investasi

Biaya operasional

Biaya pemeliharaan

Klinik gigi modern

Rencana kegiatan

modal

Sistem pembiayaan

Rencana Strategi

Unit cost

BEP

Dimasukkan ke dlm Lap keu

analisis Lap keu

Rencana keuangan

Manajemen Keuangan

Prinsip akutansi

Anda mungkin juga menyukai