Anda di halaman 1dari 23

analisa gaya kepemimpinan SBY Posted: Mei 12, 2011 in Uncategorized 2

5 Votes

Menurut pendapat saya gaya kepemimpinan SBY apabila ditinjau dari gaya kepemimpinan otoriter, seorang SBY merupakan sosok pemimpin negara yang sedikit menganut gaya kepemimpinan otoriter. Walaupun dulu adalah otoriter karena beliau adalah seorang militer namun sekarang adalah seorang sipil karena masih menjabat sebagai presiden. Menurut saya SBY lebih dominan menganut gaya kepemimpinan demokrasi sesuai dengan asas demokrasi yang dianut oleh negara ini (Indonesia). Dari proses pengambilan kebijakan, SBY tidak melakukannya sendiri namun melalui persetujuan pihak-pihak yang berwenang dan terkait misalkan DPR, MPR, MA dan lain-lain.

Namun dalam kondisi negara krisis peran SBY untuk menganut gaya kepemimpinan otoriter sangatlah diperlukan karena pada kondisi tersebut diperlukan tindakan yang cepat dan tepat. Namun dalam proses kepemimpinannya banyak sekali masalah masalah yang timbul terutama masalah korupsi di Indonesia yang sudah mendarah daging yang sulit diberantas dan merupakan tugas wajib bagi seorang pemimpin untuk menyelesaikannya.

Menurut saya, SBY merupakan sosok yang kurang tegas, sebenarnya gaya kepemimpinan demokratis sangatlah baik dan kita bersyukur tidak mempunyai

pemerintah yang otoriter seperti Yang Dipertuan Agung atau pemimpin yang minta disembah dan lain-lain. Kurang tegasnya ini adalah tentang penegakan hukum, banyak pejabat-pejabat yang bermasalah dengan hukum dan kemudian bersembunyi dan berlindung pada SBY (masuk parpol yang didukung SBY). Mungkin SBY tidak tegas karena beliau terpengaruh oleh filsafat Jawa yaitu rasa pekewuh atau istilah kita adalah rasa sungkan sehingga kita dalam memperlakukan lebihnya mengadili teman sejawat timbul perasaan tidak enak atau tidak etis apabila mengadili teman sendiri. Rasa inilah yang harus dihilangkan oleh seorang pemimpin. Pemimpin harus bisa bersikap dan bertindak objektif dan tegas demi kepentingan publik. Sebenarnya ada lembaga-lembaga yang berdiri dalam kepemimpinan SBY untuk mengatasi permasalahan yang ada dan merupakan langkah yang baik. Misalkan KPK, sebuah lembaga yang mengatasi masalah korupsi. KPK ini memang saat pertama kali ada, banyak sekali kasus kasus korupsi yang terbongkar namun ironinya dari yang terungkap sangatlah sedikit dari jumlah kasus korupsi yang terungkap dan belum lagi usaha-usaha dari para oknum untuk melemahkan KPK dengan menjerat para pemimpin KPK dalam suatu kasus. Hal ini menujukkan bahwa di era kepemimpinan SBY banyak sekali lembaga-lembaga yang berdiri namun penegakan sangat kurang. Serta dapat menarik sisi positif dari segi kepemimpinan SBY bahwa SBY adalah tipe pemimpin yang baik dalam mentransformasikan gaya kepemimpina otoriter ke demokratis. Apabila kita tarik pada masa lampau misalkan Alm. Mantan Presiden Suhato dimana Suharto dulunya adalah orang militer namun pada saat menjadi presiden beliau masih tetap menggunakan sikap otoriternya.

Dari sini dapat disimpulkan ada beberapa kondisi dimana seorang pemimpin tidak harus turun tangan memberikan instruksi yang harus dikerjakan kepada anggotanya dikarenakan masalah memerlukan pemecahan dengan waktu yang singkat dan anggota yang sudah ahli di bidang tersebut, dalam kasus ini yaitu bidang pertahanan.

Demokratis SBY sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Sangat jauh dari anggapan sementara kalangan yang menyebut SBY sebagai figur peragu, lambat, dan tidak decisive (tegas). Sosok yang demokratis, menghargai perbedaan pendapat, tetapi selalu defensif terhadap kritik. Hanya sayang, konsistensi Yudhoyono dinilai buruk. Ia dipandang sering berubah-ubah dan membingungkan publik.

Secara garis besar gaya kepemimpinan SBY adalah demokratis sesuai dengan asas demokrasi yang dianut oleh negara ini (Indonesia). Dari proses pengambilan kebijakan, SBY tidak melakukannya sendiri namun melalui persetujuan pihak-pihak yang berwenang dan terkait misalkan DPR, MPR, MA dan lain-lain. Namun dalam kondisi negara krisis peran SBY untuk menganut gaya kepemimpinan otoriter sangatlah diperlukan karena pada kondisi tersebut diperlukan tindakan yang cepat dan tepat.

http://rudiyanra.wordpress.com/2011/05/12/analisa-gaya-kepemimpinan-sby/ Namun ada perbedaan mencolok terkait gaya kepemimpinan keduanya. SBY cenderung mengandalkan kemampuan bawahannya, mendorong mereka agar bekerja secara maksimal. Sementara Jokowi tipe pejuang (fighter) yang langsung turun ke lapangan menyelesaikan persoalan. Namun sebelum terjun ke lapangan, yang biasanya ditemani bawahannya, ia memegang data ihwal persoalan daerah yang dikunjunginya. Gaya kepemimpinan SBY nyatanya tidak efektif. Bawahannya malah kadang berseteru antarinstansi. Misalnya kasus yang melibatkan Polri dan KPK, yaitu Cicak Vs Buaya dan kasus korupsi simulator SIM. Atau antara Polri dan TNI. SBY selalu berdalih tidak ingin melakukan intervensi hukum.

SBY berharap para pucuk pimpinan lembaga tersebut bersikap profesional, dewasa dalam bertindak. Namun nyatanya lembaga-lembaga tersebut belum mampu melakukannya. Mereka masih butuh instruksi dari atasan untuk bergerak. Sebaliknya Jokowi, yang sangat mengerti watak birokrasi korup Jakarta (juga di mana-mana), tanpa kompromi melakukan hal-hal yang dianggapnya melakukan perubahan. Ia mengungkap kebusukan birokrasi dan layanan publik yang diperdagangkan. Wakilnya, Ahok, juga tanpa tedeng aling-aling membabat orang dan kelompok yang berani menghambat kerja-kerjanyamisalnya calo-calo di Rumah Susun Marunda. Sebaiknya SBY mencontoh gaya kepemimpinan Jokowi. Ia tak perlu sungkan turun ke lapangan dan memberikan solusi persoalan yang tengah merundung lembaga bawahannya. Persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang akut di negeri ini tak bisa diselesaikan dengan gaya kepemimpinan seperti itu. http://politik.kompasiana.com/2013/05/13/gaya-kepemimpinan-sby-dan-jokowi559629.html 08.43 am SBY dalam gaya kepemimpinan merupakan tipe pemimpin yang demokratis , karena dalam era kepemimpinannya masyarakat dapat menyuarakan aspirasinya secara terbuka tanpa ada batasan . Namun tentu saja dalam setiap kebebasan ada batasanbatasan yang harus dipatuhi. Selain hukum normatif, kebebasan juga harus menghargai kebebasan dan martabat orang lain. Alasan demi kebebasan berpendapat tidak bisa disalahgunakan dengan seenaknya, bahkan sampai menyebarkan fitnah. Ironisnya lagi, tuduhan bohong kerap disuarakan dengan mengatasnamakan rakyat dan kebenaran. Kondisi inilah yang sangat rentan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu demi kepentingan menggulingkan kekuasaan.

Eskalasi politik Tanah Air yang belakangan terjadi tidak bisa dilepaskan dari momentum pemilihan umum dan pemilihan presiden yang berlangsung tahun ini. Hasil pesta demokrasi itu sebagaimana diketahui menempatkan Partai Demokrat dalam urutan teratas dan pasangan SBY-Boediono sebagai presiden dan wakil presiden. Dilanjutkan lagi dengan pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II, yang lagi-lagi tidak memuaskan semua pihak. Kelebihan dalam memimpin : 1. Pertumbuhan ekonomi dalam bidang makro positif 2. Demokrasi dan stabilitas polkam positif 3. Konflik NAD dan Poso bisa diselesaikan 4. Dibandingkan dengan kepemimpinan terdahulunya sesudah tumbang masa orba, kepemimpinan sby cukup bagus. 5. Banyak perubahan yang sudah dibuat sby jilid 1, seperti perubahan harga BBM yang bikin rakyat miskin makin sengsara. 6. Pemberantasan korupsi makin ok; 7. Demokrasi semakin jelas; 8. Siap untuk tidak populer; 9. Pertumbuhan ekonomi not bad. Kekurangan dalam memimpin : 1. Sudah Kita ketahui melalui berbagai media masa yang menayangkan tentang Kebijakan ekonomi SBY-JK selama empat tahun dinilai justru menambah indeks kesengsaraan rakyat. Dan ini menjadikan Rapor merah untuk SBY-JK.

Indeks Kemiskinan pada awal Kepimpinan SBY JK tahun 2004 berkisar 16,5 % Sedangkan Indeks Kemiskinan pada tahun 2008 berkisar 20,3 % 2. Selain soal indeks kemiskinan, bahwa kebijakan kebijakan ekonomi yang dihasilkan tim ekonomi SBY-JK. belum pro rakyat kecil. Ini dilihat oleh LNG

yang di jual murah ke negara asing, tetapi rakyat di paksa membeli BBM dengan harga mahal dan LPG yang notabene yang sebagiannya di ekspor. 3. Kenaikan BBM hingga 3 kali 4. Kinerja kepemerintahan yang baik adalah yang mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga nihilnya pengangguran serta terpenuhinya kebutuhan mendasar bagi masyarakat ekonomi lemah, bukan dengan BLT yang terasa hanya nikmat kecil yang sesaat. BLT tidaklah memberikan solusi atas semua itu, namun malah memperparah keekonomian negara dan

membudayakan sifat malas dikalangan masyarakat. 5. SBY mulai melupakan Ekonomi Kerakyatan bagi rakyat kecil. Dengan makin melebarnya pintu pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia, maupun dengan makin tingginya biaya pendidikan (isu BHP). Bagi sebagian orang penganut paham Ekonomi Kerakyatan, hal ini jelaslah mematikan daya kreativitas dan daya saing para pelaku produksi dalam negeri yang artinya para produsen dalam negeri harus bersaing dengan produsen luar untuk memikat konsumen. Padahal secara notabene, Indonesia dalam hal masalah produksi barang masih kalah jauh tingkat kualitasnya dengan pesaing luar. 1. kepemimpinan SBY sebagai pemimpin koalisi yang lemah, membuat partai anggota menjadi seenaknya sendiri . Sebenarnya di dalam sistem politik di Indonesia tidak mengenal istilah koalisi. Kalaupun ada koalisi tidak seperti di negara berkembang yang memang berkoalisi berdasarkan kepentingan bersama untuk rakyat tapi hanya kepentingan sesaat semata. Contohnya pada saat isu reshuffle mereka berpura-pura menjadi anak manis, tapi setelah selamat dari reshuffle mereka kembali menyerang PD dan SBY. Saran untuk kepemimpinan SBY : Memang tidak mudah dalam waktu jabatan selama 5 tahun dapat memperbaiki secara total kesejahteraan masyarakat , KKN , ekonomi , pembangunan dsb. Namun dalam masa jabatan yang telah memasuki dalam periode ke 2 ini seharusnya SBY dapat

menempuh semua masalah yang bergejolak tersebut, dalam masa kerja yang sudah memasuki 8 tahun ini diharapkan terjadi banyak perubahan atas kinerjanya . Semua itu memang tidak dapat dilakukan sendiri , butuh pejabat pejabat untuk membantu mensukseskan tujuannya , tapi bukan pejabat yang hanya memanfaatkan kedudukannya dan melupakan tugas tugasnya. Oleh karena itu carilah pejabat yang berintelektual , jangan asal aja dalam milih para pejabat. Dan sebagai seorang Kepala Negara seharusnya lebih tegas lagi ketika akan memutuskan sesuatu , memang untuk menetapkan segala sesuatu tidak boleh asal , namun jika lamban dalam mengambil suatu keputusan apalagi keputusan tersebut tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat , maka rugilah dan terbuanglah sia sia waktu lama untuk menetapkan suatu keputusan , apalagi di Indonesia masih banyak sekali masalah masalah yang harus segera di tangani. Pintar , cepat , tepat dan ketegasan itulah yang seharusnya dilakukan presiden kita untuk Negara ini . Negara yang sudah berumur tua yang seharusnya sudah menjadi Negara maju , bukan Negara yang masih saja tertinggal dengan Negara Negara tetangga yang lebih maju dulu ketimbang Indonesia , padahal potensi Sumber Daya Alam lebih besar di miliki Indonesia , namun malah sebaliknya , Negara yang tidak mempunyai potensi alam yang besar yang justru lebih maju dahulu , mulai dari perkembangan ekonomi , kesejahteraan masyarakat,pembangunan bahkan dalam mengatur Negara mereka sudah berhasil dan jauh lebih baik dari Negara kita ini. http://putrikiranastudy.wordpress.com/2013/02/20/kepemimpinan-sby/ 08.44 am KEPEMIMPINAN SBY

Gaya Kepemimpinan SBY Masih Mengambang

Janji pemerintah di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memperbarui gaya kepemimpinan terkait rencana perombakan kabinet, dinilai masih mengambang. Saat ini rakyat membutuhkan kerja nyata yang memihak mereka, bukan sekadar wacana. Penilaian itu disampaikan Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo. Dia menanggapi pernyataan pemerintah. terkait rencana perombakan Kabinet Indonedia Bersatu II. Ketika menjelaskan target dari rencana reshuffle kabinet pada Oktober mendatang, kantor kepresidenan menjelaskan bahwa Presiden berniat menerapkan gaya baru dalam pemerintahannya. Dijelaskan bahwa gaya baru itu diperlukan untuk mengakselerasi perubahan. Menurut Bambang Soesatyo, pernyataan soal gaya pemerintahan baru itu masih mengambang alias tidak jelas. "Siapa yang bisa mencerna dan memaknai dengan tepat bunyi kalimat 'gaya baru memerintah' dan 'akselerasi perubahan' itu? Mungkin tidak banyak, karena serba abu-abu, mengambang, dan bahkan praktis belum bermakna apa pun. Itu lebih merupakan permainan kata-kata agar terlihat gagah dan konseptual," katanya. Gaya memerintah adalah persoalan yang tidak mendesak untuk diwacanakan di ruang publik. Apalagi, niat untuk menerapkan gaya baru pemerintahan itu, berarti

ada masalah dengan gaya pemerintahannya saat ini. Sejauh ini, lanjut Bambang, publik hanya paham bahwa pemerintahan di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono sekarang lamban dalam merespons berbagai

persoalan. Beberapa kementerian bahkan terbelit skandal korupsi. Soal akselerasi perubahan, juga kurang jelas maksudnya. Pertanyaannya, ungkap Bambang, perubahan apa yang ingin segera diwujudkan sepanjang sisa waktu tiga tahun pemerintahan Yudhoyono-Boediono? Menegakkan hukum yang sudah demikian karut marut? Atau, merevitalisasi potensi ekonomi nasional yang merosot, akibat adopsi liberalisasi pasar tanpa pelindungan atas kepentingan nasional? "Tuntutan rakyat kepada Presiden Yudhoyono dan Boediono sangat sederhana, yaitu memberi bukti bahwa pemerintahan mereka prorakyat," ucap Bambang. Gagal Menegakkan Hukum dan HAM Tanggal 20 Oktober 2011, pemerintahan SBY-Boediono genap berusia dua tahun. Berbagai kalangan menilai, SBY telah gagal melakukan perubahan terutama dalam bidang hukum dan HAM. Dalam hasil survey yang disampaikan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) masyarakat menilai buruk kinerja pemerintahan SBY dalam bidang dalam ekonomi, hukum, politik dan persoalan luar negeri. Publik menilai kinerja pemerinthan SBY selama dua tahun di enam bidang, ekonomi, politik, hukum, sosial dan luar negeri mendapat raport merah. Penilaian yang sama juga di sampaikan oleh Sunardi Panjaitan, Ketua Komisi Hukum dan HAM PB HMI. Menurutnya dua tahun kepemimpinan SBY-Boediono telah gagal dalam melakukan reformasi di bidang hukum dan penegakan HAM. Janjijanji yang disampaikan oleh SBY-Boediono sewaktu kampanye pada tahun 2009 lalu, masih jauh panggang dari api.

Setelah dua tahun berjalan, janji-janji kampanye SBY-Boediono hingga saat ini masih jauh panggang dari api. Di bidang hukum, SBY-Boediono telah gagal dalam menegakkan supremasi hukum. Berbagai megaskandal korupsi yang terjadi selama pemerintahan SBY-Boediono tak pernah mampu diselesaikan. Salah satunya adalah skandal korupsi Bank Century, Skandal Korupsi Pembangunan Wisma Atlet di Palembang, Sumatera Selatan, serta berbagai kasus besar lainnya yang tidak selesai hingga hari ini. Agenda pemberantasan korupsi hanya menyeret tikus-tikus kecil. Sehingga janji SBY-Boediono untuk menegakkan hukum secara adil, transparan dan tak pandang bulu tidak pernah terpenuhi hingga saat ini, ujarnya dalam keterangannya. Sementara di bidang HAM, semasa pemerintahan SBY-Boediono, masih sering terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh militer dan aparat pemerintahan. Belum lagi kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu juga tidak pernah dituntaskan oleh pemerintahan SBY-Boediono, seperti kasus Trisakti, Semanggi I dan II, peristiwa Mei 1998, Talangsari, penghilangan orang secara paksa periode 1997/1998 serta yang lainnya. Hingga saat ini berbagai kasus tersebut mandeg di Kejaksaan Agung, ungkapnya Dengan berbagai kegagalan tersebut, menurutnya, sebaiknya SBY-Boediono mundur dari kursi Presiden dan Wakil Presiden. Kami menuntut SBY -Boediono untuk mundur karena telah gagal dalam menjalankan amanat reformasi yang telah berjalan 13 tahun, ujarnya. Kegagalan SBY dalam penegakan hukum dan HAM bisa dibilang masuk akal. mana kala kita saksikan bersama dari hasil reshuffle Kabinet jilid II, justru menteri yang dipertahankan adalah yang bermasalah. Sebut saja Muhaimin Iskandar, terkait dengan suap sebesar Rp1,5 miliar yang melibatkan pengusaha Dharnawati dan dua anak buahnya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Yakni Kepala Bagian Perencanaan dan Evaluasi Dadong Irbarelawan serta Sekretaris Dirjen di Ditjen

Pembinaan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (P2KT) Kemenakertrans I Nyoman Suisnaya. Selain Muhaimin Iskandar, yang lain yaitu Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng. Menteri asal Partai Demokrat ini diindikasi terlibat kasus pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Palembang. Ini lebih diperparah lagi, karena bukan saja melibatkan Andi Malarangeng. Tapi juga menyentuh pimpinan tertinggi Partai Demokrat, di mana SBY adalah ketua dewan pembinanya. Kasus lain juga terjadi terkait skandal pembelian pesawat Merpati dari Tiongkok yang melibatkan Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu serta pembelian garam dari luar negeri. Penilaian yang sama juga disampaikan Fitra Alfarisi, ketua umum HMI Cabang Bandarlampung, dalam orasinya memeringati dua tahun kepemimpinan SBY-Boediono. Ia menguraikan, dua tahun kepemimpinan SBY-Boediono telah gagal dalam melakukan reformasi di bidang hukum dan penegakan HAM. Janji-janji yang disampaikan oleh SBY-Boediono sewaktu kampanye pada 2009 jauh panggang dari api. Padahal, jika kita menengok ke belakang, janji kampanye SBY-Boediono berjudul Membangun Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan: Visi, Misi, dan Program Aksi dijelaskan bahwa SBY dalam kebijakannya akan memprioritaskan 13 program aksi. Salah satunya program penegakan hukum. Sungguh sangat memprihatinkan setelah dua tahun berjalan, janji-janji kampanye SBY-Boediono hingga kini jauh panggang dari api. Di bidang hukum, SBY-Boediono telah gagal dalam menegakkan supremasi hukum. Berbagai megaskandal korupsi yang terjadi selama pemerintahan SBYBoediono tak pernah mampu diselesaikan. Di antaranya korupsi Bank Century dan pembangunan Wisma Atlet di Palembang, Sumatera Selatan. Agenda pemberantasan korupsi hanya menyeret tikus-tikus kecil. Sehingga, janji SBY-Boediono untuk menegakkan hukum secara adil, transparan, dan tak pandang bulu tidak pernah

terpenuhi hingga kini.Sementara di bidang HAM, semasa pemerintahan SBYBoediono, sering terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM. Baik yang dilakukan oleh militer maupun aparat pemerintahan

Politisi PPP Kritik Gaya Kepemimpinan SBY Sekretaris Jenderal PPP, Muhammad Romahurmuziy, menilai ada kemajuan di bidang ekonomi Indonesia. Namun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai tidak optimal menyampaikan kemajuan tersebut ke rakyat karena kepemimpinannya bersifat desentralistik. "Ekonomi kita relatif kebal terhadap krisis ekonomi global," kata Romy dalam sebuah diskusi tentang 'Reshuffle dan Masa Depan Pemerintah SBY', Ketua Komisi IV DPR RI itu menjelaskan ekonomi Indonesia masuk dalam 17 besar kekuatan ekonomi dunia saat ini. Kegagalan komunikasi SBY ini, kemudian harus ditanggung oleh para menteri karena tipe kepemimpinan desentralistik yang dimiliki oleh SBY. Menurut Romy, tipikal kepemimpinan seperti itu membuat para menteri menanggung penuh bidang kementerian masing-masing Sementara itu, pengamat politik Universitas Indonesia Ibramsyah mengatakan persoalan reshuffle dan keberhasilan kabinet menjalankan fungsinya tergantung pada SBY sendiri. Menurutnya, pergantian menteri tidak terlalu bermanfaat jika SBY tidak mengubah karakternya. Masalah bukan pada menteri. Presiden adalah kepala negara, lambang negara dan pemersatu. Dia tidak usah berkompromi macam-macam. Kedua, dia adalah kepala pemerintahan. Sistem presidensial kita sudah sangat kuat sekali," ujarnya.

Lemahnya Kepemimpinan SBY

Ketua Komunitas Glodok Hermawi F Taslim mengatakan, kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat lemah. Khususnya dalam penanganan keamanan dan ketertiban masyarakat. "Kepemimpinan SBY yang lemah secara kamtibnas, dan ini tentu akan berpengaruh terhadap kepemimpinannya," Hermawi menambahkan, hal itu akan sangat berpengaruh pada kekuatan SBY dan partai Demokrat di pemilihan 2014 mendatang. Bagi dia, memang untuk menentukan pemimpin tidak lagi berpatokan pada persoalaan etnitas, namun pandangan publik terhadap kepemimpinan SBY yang sudah absen terhadap keamanan masyarakat sangatlah sulit untuk mendongkrak popularitas SBY dan partainya. "Memilih pemimpin memang tidak melihat etnisnya, tapi jika melihat kekecewaan rakyat dan absenya negara dalam melindungi rakyatnya dalam persitiwaperistiwa yang menyangkut keamanan saya menduga SBY tidak sudah tidak bisa lagi," imbuhnya. "Saya duga kekuatan SBY di 2014 jauh akan lebih kecil dari sekarang, karena kekecewaan orang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," pungkasnya.

Lemahnya Kepemimpinan SBY di Mata Publik

Yang terpenting dari figur seorang presiden adalah soal kepemimpinan. Kepemiminan dalam arti mengelola negara dengan tangkas, tegas dan sigap. Itu artinya seorang presiden tidak hanya pandai dalam melontarkan wacana (kebijakan), tapi juga selaras dalam hal eksekusinya (praktik).Jika presiden mengatakan akan memerangi korupsi, maka ia harus mampu melakukannya. Tipe kepemimpinan seperti ini telah menjadi harga mati dari seorang presiden yang diharapkan oleh publik. Pertanyannya adalah bagaimana dengan tipe kepemimpinan SBY. Apakah SBY telah menunjukkan karakter sebagai strong leader atau justru sebaliknya. Jika merujuk pada kasus Nazarudin, SBY nampak terlihat begitu lembek. Sikap SBY yang enggan untuk memerintahkan aparat hukum ataupun petinggi Partai Demokrat agar melakukan penjemputan paksa terhadap Nazaruddin di Singapura menunjukkan lemahnya kepemimpinan SBY. Akibatnya publik menduga, kalau Nazarudin itu memegang kunci yang dapat membuka pintu rahasia keuangan Petinggi dan Partai Demokrat. Karena kasus Nazarudin, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada 1-7 Juni 2011, publik mempersepsikan Partai Demokrat secara negatif dan pada periode yang sama pula (Juni 2011), publik pun juga mempersepsikan lemahnya kepemimpinan SBY karena ketidakpuasan terhadap aneka kasus yang gagal di selesaikannya.

Ketidakpuasan Publik Untuk pertama kalinya sejak tahun 2009, tingkat kepuasan pemilih atas kinerja Presiden SBY turun di bawah 50%. Bila dibandingkan dengan Survei LSI pada periode januari 2011, tingkat kepuasan atas kinerja SBY di bulan Juni 2011 turun 9.5%, dari 56.7% (Januari 2011) menjadi 47.2% (Juni 2011). Demikianlah salah satu temuan survei yang dilakukan oleh LSI pada awal Juni 2011 (Pengumpulan data dilakukan pada 1-7 Juni 2011). Sampel diambil secara acak dengan Jumlah responden sebanyak 1200, mewakili 33 provinsi, berdasarkan standard multi-stage random sampling. Wawancara dilakukan dengan tatap muka, sehingga mencakup seluruh populasi dan margin of error sebesar plus minus 2.9%. Merosotnya tingkat kepuasan publik atas SBY dapat dilihat dari aneka segmen. Bila dilihat dari distribusi pemilih di tingkat desa dan kota, menunjukkan bahwa kepuasan pemilih atas kinerja SBY di kota sebesar 38.9%, jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kepuasan publik di desa sebesar 52.5%. Begitupula dengan kepuasan pemilih pada segmen pendidikan menunjukkan kepuasan publik yang berpendidikan tinggi jauh lebih kecil (39.5%) bila dibandingkan kepuasan publik setingkat SLTP ke bawah (di atas 50%). Itu berarti, pemilih di kota dibandingkan di desa dan yang berpendidikan tinggi dibandingkan yang berpendidikan SLTP ke bawah, memang lebih punya akses ke informasi, dan lebih kritis. Survei LSI juga menunjukkan terjadinya peningkatan ketidakpuasan publik terhadap dinamika keadaan nasional jika dibandikan antara bulan Januari 2011 dan Juni 2011. Dari aspek ekonomi, ketidakpuasan publik meningkat dari 32.4% (Januari 2011) ke 35.7% (Juni 2011). Aspek politik juga sama dari 24.4% (Januari 2011) ke 33.9% (Juni 2011). Begitupula dengan aspek penegakan hukum, dari 31.2% (Januari 2011) ke 33.1% (Juni 2011). Dan dalam aspek keamanan, dari 11.4% (Januari 2011)

ke 14.9% (Juni 2011). Meningkatnya ketidakpuasan publik di atas merupakan protes terhadap lemahnya kepemimpinan SBY dalam menangani persoalan-persoalan bangsa.

Dari hasil survei di atas, berdasarkan depth interview yang dikembangkan, setidaknya terdapat empat persoalan penting yang dapat dianalisis. Pertama. Banyak kasus yang tak tuntas selama era kepemimpinan SBY. Komunitas Hak Asasi Manusia memiliki kasus pembunuhan Munir. Komunitas politik memiliki kasus Bail Out Bank Century; Komunitas pro keberagaman agama dan pluralisme memiliki kasus kekerasan atas Ahmadiyah dan Komunitas anti korupsi memiliki kasus Nazarudin. Dari keempat kasus tersebut, tidak satupun kasus yang berhasil diselesaikan oleh SBY, meskipun telah berjanji akan menuntaskannya. Kedua, SBY dipandang reaktif dan terlalu sering curhat untuk kasus yang menurut publik sepele. Sebagai contoh, SBY dinilai publik terlalu reaktif dalam merespon pesan pendek SMS yang memojokkan dirinya. Publik juga kecewa atas berbagai curhat yang dilontarkan oleh SBY, seperti curhat gaji Presiden SBY yang tidak naik selama 7 tahun dan curhat soal dirinya yang direpresentasikan sebagai Kerbau dalam sebuah aksi demo. Padahal idealnya, publik lah yang seharusnya menyampaikan curhat kepada presiden. Ketiga, SBY tidak memiliki operator politik yang kuat. Dari 4 operator presiden (Wakil presiden, Partai Demokrat, Kabinet, dan Setgab Partai), tidak satupun yang mampu membantu presiden secara optimal. Wakil Presiden Boediono bukanlah tipe orang yang berani mengambil inisiatif dalam hal kebijakan. Berbeda dengan Jusuf Kalla yang dipandang sebagai wakil Presiden dengan tipe pendobrak, lincah dalam mengambil peran untuk membantu presiden. Menteri pun tidak mampu melakukan kerjanya secara baik, akibatnya adalah Presiden SBY dipandang gagal

dalam mengarahkan para pembantunya. Partai Demokrat juga tidak memiliki kekuatan. Itu dikarenakan ketua umum Partai Demokrat tidak memiliki kewenangan sebesar ketua umum partai-partai lain. Setgab koalisi partai pun sama, tidak solid dan padu dalam mengoperasikan kebijakan SBY. Karena masing-masing partai memiliki kepentingan politik yang berbeda. Keempat, SBY dinilai tidak berdaya dalam menangani kasus Nazarudin (mantan bendahara umum dan anggota DPR dari partainya sendiri). Terus dibiarkannya kasus Nazarudin bergulir tanda adanya penyelesaian hukum, publik akan menilai SBY telah keluar dari jalur perjuangannya sebagai presiden yang berani mengatakan tidak pada korupsi. Selama Tujuh Tahun Kepemimpinan SBY, Uang Negara Telah dirampok Rp. 103,19 Triliun. Berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), selama tujuh tahun kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ditemukan

penyimpangan anggaran sebesar Rp 103,19 triliun. "Dari temuan yang direkomendasi BPK ini, baru Rp 37,87 triliun yang ditindaklanjuti," papar Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Yuna Farhan. Lebih lanjut Yuna memaparkan, terdapat Rp 17,93 triliun penyelesaian kerugian negara yang harus diselesaikan, namun negara baru mampu mengangsur Rp 1,8 triliun. "Dan dari 305 kasus senilai Rp 33,6 triliun yang diserahkan ke penegak hukum, sebanyak 139 kasus yang masih ditindaklanjuti," tambahnya. Penyimpangan anggaran yang Yuna sebut sebagai perampokan uang negara itu menjadi bukti bahwa selama tujuh tahun menjabat jadi presiden, SBY tidak mampu memimpin. Dia pun mengkritik langkah pemerintah yang terkesan sepele menanggapi temuan BPK.

"Sekarang ini, temuan audit BPK seolah menjadi ritual prosedur tahunan saja dan tidak memberikan efek jera pada perampok anggaran tersebut. Padahal, audit BPK itu bisa menjadi bahan atau dasar untuk menindaklanjuti perampokan uang negara yang selama ini terjadi," jelasnya. Fitra menduga para aktor utama di balik permainan anggaran yang terjadi sebagian besar adalah elite politik baik di parlemen maupun di kementerian. "Karena mereka yang duduk di parlemen dan yang di kementerian namun berasal dari parpol tertentu memang dituntut untuk menghidupi partai politiknya dengan merampok uang rakyat dari APBN," tambahnya. Terkait kondisi anggaran yang carut marut tersebut, Fitra mendesak pemerintah memperbaiki mekanisme pembahasan anggaran baik di lingkungan birokrasi maupun di DPR. Tujuannya untuk menutup peluang berkeliarannya para perampok uang negara tersebut. "Karena carut marutnya proses penganggaran itu hanya akan menguntungkan para elit politik secara leluasa memburu rente anggaran secara sistematis maupun masif pada setiap tahapan penganggaran dan struktur anggaran," tandasnya. http://vynamoo.blogspot.com/2012/04/kepemimpinan-sby.html 08.45 am M e n u r u t s a ya , k e p e m i m p i n a n S B Y j u g a m a s u k d a l a m t i p e d e m o k r a t i k mungkin disebabkan karena tuntutan reformasi, situasi dan kondisi saat ini yangs e m a k i n l i b e r a l . D i m a n a t i p e p e m i m p i n d e n g a n g a ya i n i d a l a m m e n g a m b i l keputusan selalu mengajak beberapa perwakilan bawahan, namun keputusan tetap berada di

tangannya.S e l a i n i t u p e m i m p i n ya n g d e m o k r a t i s b e r u s a h a m e n d e n g a r b e r b a g a i p e n d a p a t , m e n gh i m p u n d a n m e n g a n a l i s a p e n d a p a t p e n d a p a t t e r s e b u t u n t u k kemudian mengambil keputusan yang tepat. Tidak jarang hal ini menimbulkan persepsi bahwa SBY seorang yang lambat dalam mengambil keputusan dan tidak jarang mengurangi tingkat determinasi dalam mengambil keputusan. Pemimpinini kadang tidak kokoh ketika

melaksanakan keputusan karena ia kadang goyahmemperoleh begitu banyak masukan dalam proses implementasi kebijakan.Secara teoritis pemimpin tipe ini bisa menerima kritik, kritik dibalas bila seringkali kontra kritik

puladengan kontra kritik. Bukan menjadi rahasia lagi kita melihat danmendengar bagaimana SBY melakukan

terhadap orang-orang yangmengkritiknya. SBY percaya bahwa kebenaran hanya bisa diperoleh dari wacana publik yang melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat. Selain itu

tipe p e m i m p i n i n i d a l a m m e n ga m b i l k e p u t u s a n b e r o r i e n t a s i p a d a o r a n g, a p r e s i a s i tinggi pada staf dan sumbangan pemikiran dari mana pun.

ANALISIS TIPE KEPEMIMPINAN SBY B e r a k h i r n ya m a s a o r d e b a r u ya n g d i t a n d a i d e n g a n g e r a k a n r e f o r m a s i diiringi oleh berbagai tuntutan-tuntutan reformasi. Salah satu tuntutan reformasiadalah demokratisasi.disetiap sektor kehidupan termasuk kepemimpinan seorang p e m i m p i n d a l a m h a l i n i p r e s i d e n s e b a g a i k e p a l a n e g a r a. Maka gayagayakepemimpinan pada masa orde baru yang cenderung ber g a y a o t o r i t e r d a n militeristik di bawah komando Soeharto sulit untuk diterapkan kembali di erareformasi saat ini karena adanya peningkatan liberalisasi/ kebebasan rakyat dankebebasan pers yang luas. Karena adanya peningkatan kebebasan dari komponen-komponen penyokong sistem politik Indonesia yang saling mempengaruhi

makaa k a n m e n a r i k m e n g a n a l i s a g a y a g a y a k e p e m i m p i n a n k e p a l a n e g a r a d i e r a reformasi saat ini. Unt uk itu dalam tulisan ini penulis akan membatasi danm e n g a n a l i s a kepemimpinan SBY dari indikator-indikator gayag a y a k e p e m i m p i n a n ya n g a d a .

K e p e m i m p i n a n s i f a t n y a s p e s i f i k d a n k h a s d a n diperlukan situasi khusus, situasi dan zamannya. I. SBY DALAM TIPE MILITERISTIK Pertama saya mengaitkan bahwa SBY bergaya pemimpin

bagi

yang

bertipemiliteristik. Hal ini disebabkan karena yang mempengaruhi corak kepemimpinanseseorang bisa berupa pendidikan dan pengalaman. Dari

segi pendidikan dan pengalaman inilah mengindikasikan bahwa SBY memiliki gaya militeristik karenaSBY merupakan lulusan AKABRI terbaik dan mengabdi sebagai perwira TNIselama 27 tahun, serta meraih pangkat Jendral TNI tahun 2000. Meskipun

cukupl a m a d i d u n i a m i l i t e r , S B Y j u g a b e r k e m b a n g d a l a m p e n d i d i k a n sipil seperti memperoleh dari Webster University, Amerika Serikattahun Master in Management 1991. Lanjutan studinya

berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian. Pada 2005, beliau memperoleh anugerahdua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster Universityuntuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik.

SertaS B Y d i k e n a l a k t i f d a l a m b e r b a g a i o r g a n i s a s i m a s ya r a k a t s i p i l . B e l i a u p e r n a h menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for theGovernance Reform, suatu upaya

bersama Indonesia dan organisasi-organisasiinternasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia 1 .Meskipun SBY telah lama menyesuaikan diri dengan kepemimpinan sipilyang egaliter dan demokratis tetapi budaya militer sebagai dasar

pembentukankarakter kepemimpinan SBY tidak bisa hilang begitu saja. Hal ini

dapat

kita

lihatd a r i b e b e r a p a c o n t o h k a s u s g a ya k e p e m i m p i n a n m i l i t e r i s t i k S B Y ya n g m a s i h melekat, didepan seperti umum, beberapa kali memarahi menterinya

memarahi p a r a b u p a t i d a n

w a l i k o t a s e l u r u h In d o n e s i a ya n g t i d u r takalok ketika S B Y sedang berpidato. Kemudian beberapa kasus

ketidakharmonisan SBY denganwakilnya JK yang terjadi karena kasus yang tidak substansial misalnya masalah protokoler, kinerja JK yang

dianggap melewati kewenangannya sebagai wakil p r e s i d e n . S e l a i n i t u b a r u b a r u i n i , a k t i v i s K o m p a k R a y R a n g k u t i m e n c a t a t setidaknya sudah lima kali Yudhoyono mengemukakan kegusarannya soal fitnah,m u l a i dari isu

pendudukan terhadap KPU, isu k aitan bom JW Mariot dengan kekecewaan hasil Pemilu, isu muatan politik dalam gerakan 9 Desember, dan isukudeta dalam pertemuan Dharmawangsa 2 .Selain itu gaya militeristik SBY tergambar dari tindakan-tindakannya SBYdalam pelaksanaan administrai negara yan g formalitas dan kaku. Ini

merupakansalah satu karakteristik dari gaya kepemimpinan militeriktik yaitu segala sesuatu bersifat formal. Terlihat dari pelaksanaan pemerintahan SBY tahun 2004-2009yang berjalan dengan prinsip bahwa segala sesuatunya sesuai dengan peraturanartinya setiap pikiran baru harus bersabar untuk

menunggu sampai peraturannya berubah dulu, terobosan menjadi barang langka. Untungnya menurut saya, waktuitu SBY mempunyai wapres JK yang berkarakter memiliki inovasi dan bertindak cepat dalam pengambilan keputusan lebih cepat lebih baik namun akurat seperti penyelesaian GAM, konversi minyak tanah

dll. Apa yang akan terjadi 5 tahunmendatang 2009-2014 tanpa JK?, terobosan akan menjadi barang langka. II. SBY DALAM TIPE LAISSER FAIRE Untuk analisis yang kedua saya cenderung berpikir kepemimpinan SBYterutama pada periode 2004-2009 sedikit bertipe laisser faire namun tidak mutlak mengadopsi secara keseluruhan. Konsep tipe laisser fairy pada kepemimpinanSBY yang saya maksud disini adalah bahwa dalam pelaksanaan tugas administrasi p u b l i k S B Y l e b i h d o m i n a n m e n gu r u s k e t a t a n e g a r a a n s e d a n gk a n p e l a k s a n a a n dimensi administrasi public seperti kebijakan publik berupa keputusan-keputusanlebih banyak keluar dari mulut JK. Lebih jelasnya kalimat diatas saya artikan bahwa Pemerintahan SBY Diantara Bayang Jusuf Kalla atau saya artikan SBY hanyalah symbol pemerintahan . Hal ini terjadi karena kepribadian dan gaya kepemimpinan JK yang

lugasd a n c e p a t d a l a m m e n g a m b i l k e p u t u s a n s e h i n g g a J K s e b a g a i p e n y e i m b a n g kekurangan SBY memunculkan kesan adanya kepemimpinan ganda bahkan JK oleh beberapa tokoh dilabeli dengan The Real President 3 . Sedangkan SBYl e b i h f o r m a l i t a s y a n g d i n i l a i t e r l a l u m e m e l a s d a n m a s i h t i d a k t e g a s d a l a m pengambilan keputusan 4

.Dalam

sistem

presidensial setelah

yang

kita

anut, bukan

presiden lagi

memang ban

mempunyaihak penuh mengatur kerja lembaga kepresidenan. Namun, wakil presiden, lebih lebih reformasi, sekadar cadangan.S e l a m a 4 t a h u n m e m i m p i n b e r s a m a s o s o k J K s e r i n gk a l i m e n ga m b i l keputusan untuk masalah nasional, memang itu bukan suatu yang buruk namunkarena SBY hampir selama separuh karirnya terlibat di gaya kepeminpinan OrdeBaru, dimana selama ini wakil presiden itu hanya sebagai simbol atau ban serep b a gi p r e s i d e n , a p a b i l a p r e s i d e n b e r h a l a n g a n h a d i r d a l a m s u a t u acara, bukansebagai pengganti presiden untuk membuat keputusa n.

P e r j a l a n a n d a n g a ya k e p e m i m p i n a n J K t i d a k c o c o k j i k a o r a n g n o m o r d u a d i R e p u b l i k i n i h a n ya dijadikan sebagai ban serep sebagaimana wakilwakil presiden yang lalu.


http://id.scribd.com/doc/29975223/Analisis-Gaya-Kepemimpinan-Sby 08.49 am

Anda mungkin juga menyukai