Anda di halaman 1dari 5

Teknologi Batubara Bersih di Pembangkit Listrik Batubara

Pembangkit listrik batubara generasi baru mampu bekerja dengan sangat efisien, yang berarti mereka dapat menghasilkan listrik lebih banyak untuk setiap ton batubara dibandingkan yang digunakan oleh pembangkit tua. Pembangkit listrik ini, yang menggunakan teknologi superkritis, mengeluarkan sekitar seperlima emisi dibandingkan pembangkit batubara yang dipakai saat ini. Bahkan emisi karbon dioksida berkurang sebanyak 40 persen. Pembangkit batubara superkritis (Supercritical coal plants) sangat efisien dan dapat meminimalkan angka emisi. Di Amerika Serikat, pembangkit ini memiliki tingkat emisi seperlima dari pembangkit batubara yang ada saat ini. Bahkan tingkat emisi CO2 mencapai 15 persen lebih rendah daripada pembangkit saat ini dan lebih dari 40 persen lebih rendah dibandingkan pembangkit generasi yang paling tua.

Diagram Carbon Capture and Storage (CCS) Teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) adalah teknologi yang telah digunakan dalam industri minyak selama setengah abad untuk mendorong keluar lebih banyak minyak dari ladang minyak tua. Teknologi ini dapat digunakan di pembangkit listrik untuk menangkap karbon dioksida sebelum mencapai atmosfer. Teknologi CCS menangkap karbon dioksida, mengkompresi, dan menginjeksikan jauh di bawah tanah dimana ia disimpan secara permanen. Saat ini ada 80 proyek penangkapan karbon skala besar dalam tahap pembangunan di seluruh dunia. Teknologi canggih dan penelitian berkelanjutan untuk melindungi lingkungan akan mengarah pada pembangunan pembangkit listrik masa depan yang akan mendekati bebas emisi. Bagaimana Cara Kerja Teknologi Batubara Bersih? Teknologi Batubara Bersih (CCT, Clean coal technology) adalah generasi baru proses untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik berbasis batubara, seraya meningkatkan efisiensi

mereka. Salah satu caranya adalah melalui program Pemanfaatan Batubara Berbasis Sains, penekanan utamanya adalah untuk mendukung pengembangan teknologi canggih yang bertujuan menggunakan batubara dengan emisi mendekati nol, atau teknologi yang hampir secara keseluruhan menghilangkan emisi sulfur dioksida, nitrogen oksida, partikulat dan bahkan karbon dioksida. Bagaimana Membuat Batubara Lebih Bersih? Saat batubara dibakar, teknologi dapat diterapkan untuk menghapus sulfur dan nitrogen. Perangkat yang disebut sistem desulfurisasi gas buang (flue gas desulfurization system), atau "scrubber", menghapus lebih dari 90 persen emisi sulfur dioksida dari pembangkit listrik. Teknologi ini bekerja pada dasarnya dengan cara menyemprotkan aliran udara dengan campuran air dan kapur atau batu kapur, yang bereaksi dengan sulfur dioksida. Produk sampingan dapat dibuang atau digunakan untuk konstruksi jalan, beton, dan drywall. Metode lain melibatkan penggunaan perangkat yang disebut electrostatic precipitators, yang memberikan muatan listrik pada debu partikel batubara sehingga mereka dapat tertarik ke pelat kolektor. Metode lain untuk menghilangkan emisi melibatkan cara bagaimana batubara dibakar, di fluidized bed combustion (FBC) batubara dimasukkan ke "bed"-partikel (diantaranya adalah kapur) yang tersuspensi di udara dan bereaksi dengan batubara untuk memanaskan boiler dengan jalan yang lebih bersih. Pada FBC, batubara dibakar pada suhu yang sedikit lebih rendah, yang membantu mencegah terbentuknya gas nitrogen oksida. Hasilnya, FBC dapat menghapus lebih dari 90 persen sulfur dan nitrogen sewaktu batubara terbakar. Melalui reaksi kimia, gas belerang diubah menjadi bubuk kering yang disebut kalsium sulfat, yang dapat digunakan untuk membuat papan dinding untuk membangun rumah. Metode coal gasification mengubah batubara menjadi gas yang menghasilkan panas sebagaimana gas alam. Metode ini dapat mengapus hingga 99,9 persen kotoran sulfur dan partikel kecil dari pembakaran batubara. Batubara dan Dampaknya Pada Lingkungan

Pada tambang permukaan, operasi-operasi pertambangan dilakukan dengan membuang tanah dan batuan di atas lapisan batubara, atau "mengelupas" tanah yang mengganggu di permukaan. Jumlah batubara yang diproduksi di tambang permukaan tidak hanya ditentukan oleh luas lahan yang ditambang, tetapi juga oleh ketebalan endapan batubara.

Satu teknik tambang permukaan adalah mountain top removal and valley fill mining, di mana puncak-puncak gunung digerus menggunakan kombinasi bahan peledak dan peralatan pertambangan dan dibuang ke lembah-lembah di dekatnya. Akibatnya, lanskap akan berubah, dan sungai dapat dipenuhi dengan campuran batu dan tanah. Air yang mengalir dari lembahlembah mungkin mengandung polutan yang dapat membahayakan satwa di hilir perairan. Pertambangan bawah tanah memiliki dampak yang lebih rendah terhadap lingkungan secara keseluruhan dibandingkan tambang permukaan. Dampak paling serius dari tambang bawah tanah mungkin adalah gas metana yang harus dibuang keluar dari tambang untuk membuat tambang aman bagi para pekerja. Metana adalah gas rumah kaca yang kuat, yang berarti bahwa berdasarkan beratnya gas ini memiliki potensi memicu pemanasan global jauh lebih tinggi dibandingkan gas rumah kaca lainnya. Tanah di atas terowongan tambang juga bisa runtuh, dan air asam dapat mengalir dari tambang bawah tanah yang telah ditinggalkan. Penambangan batubara bawah tanah adalah profesi yang berbahaya, penambang batubara dapat terluka atau tewas dalam kecelakaan pertambangan, terutama di negara tanpa peraturan keselamatan dan prosedur yang ketat. Penambang juga bisa menderita penyakit paru-paru akibat debu batubara di tambang. Emisi dari Pembakaran Batubara Pembakaran batubara menghasilkan emisi yang mempengaruhi lingkungan dan kesehatan manusia. Emisi utama yang dihasilkan dari pembakaran batubara adalah:

Sulfur dioksida (SO2), yang berkontribusi terhadap hujan asam dan penyakit pernafasan. Nitrogen oksida (NOx), yang berkontribusi terhadap penyakit pernapasan dan asap. Partikulat, yang berkontribusi terhadap asap, kabut, penyakit pernapasan dan penyakit paru-paru. Karbon dioksida (CO2), yang merupakan gas emisi rumah kaca utama dari pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak, dan gas alam). Merkuri dan logam berat lainnya, yang telah dikaitkan dengan kerusakan baik neurologis dan perkembangan pada manusia dan hewan. Konsentrasi merkuri di udara biasanya rendah dan memiliki dampak yang kecil. Namun, ketika merkuri memasuki air - baik secara langsung atau melalui deposisi dari udara - proses biologis mengubahnya menjadi metilmerkuri, suatu bahan kimia yang sangat beracun yang terakumulasi pada ikan dan hewan (termasuk manusia) yang makan ikan. Fly ash dan bottom ash merupakan residu yang terjadi ketika batubara dibakar di pembangkit listrik. Di masa lalu, fly ash langsung dilepaskan ke udara melalui cerobong asap, tetapi berdasarkan hukum, kini polutan ini harus ditangkap oleh

perangkat kontrol polusi, seperti scrubber. Fly ash umumnya disimpan pada pembangkit listrik batubara atau ditempatkan di tempat pembuangan sampah. Mengurangi Dampak Penggunaan Batubara Undang-undang mengenai air dan udara bersih memaksa industri untuk mengurangi polutan yang dilepaskan ke udara dan air. Industri telah menemukan beberapa cara untuk mengurangi nitrogen oksida belerang, (NOx), dan kotoran lainnya dari batubara. Mereka telah menemukan cara yang lebih efektif untuk membersihkan batubara setelah ditambang, dan konsumen batubara telah bergeser ke arah penggunaan batubara rendah belerang. Pembangkit listrik menggunakan peralatan desulfurisasi gas buang, juga dikenal sebagai scrubber, untuk membersihkan sulfur dari asap sebelum meninggalkan cerobong asap mereka. Selain itu, industri dan pemerintah bekerjasama untuk mengembangkan teknologi yang dapat menghilangkan kotoran dari batubara atau yang membuat batubara lebih hemat energi sehingga lebih sedikit yang dibakar. Peralatan-peralatan ditujukan terutama untuk mengurangi polutan, yaitu SO2 (seperti scrubber), NOx (seperti catalytic converter), dan materi partikulat (seperti debu elektrostatis dan baghouses) juga mampu mengurangi emisi merkuri dari beberapa jenis batubara. Para ilmuwan juga bekerja mencari cara yang baru untuk mengurangi emisi merkuri dari pembakaran batubara di pembangkit listrik. Penelitian juga dilakukan untuk mengatasi emisi karbon dioksida dari pembakaran batubara. Misalnya, carbon capture memisahkan CO2 dari sumber emisinya. Pemakaian ulang dan daur ulang juga dapat mengurangi dampak lingkungan batubara. Tanah yang sebelumnya digunakan untuk pertambangan batubara bisa dipakai untuk keperluan lain seperti bandara, tempat pembuangan sampah, dan lapangan golf. Limbah produk yang ditangkap oleh scrubber dapat digunakan untuk menghasilkan produk lain seperti semen dan gipsum sintetis.

Partikulat Masalah lainnya dari pembakaran bahan bakar fosil adalah emisi partikulat yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Pembangkit listrik bahan bakar fosil memindahkan partikulat dari gas sisa hasil pembakaran dengan baghouse filter atau electrostatic precipitator. Materi partikulat terdiri yang utama adalah abu ringan, namun ada juga sulfat dan nitrat. Abu ringan mengandung bahan yang tidak dapat terbakar yang tersisa setelah pembakaran. Ukuran partikulat bervariasi dari yang berukuran lebih besar dari 2,5 mikrometer hingga yang berukuran lebih kecil dari 0.1 mikrometer. Semakin kecil ukuran, semakin sulit dihilangkan. Terdapat beberapa metode untuk menghilangkan emisi partikulat agar tidak mencemari atmosfer:

Baghouse filter, yang mengumpulkan partikel abu Electrostatic precipitator, yang menggunakan tegangan tinggi untuk menghasilkan medan listrik untuk menangkap partikel abu cyclone collector, menggunakan prinsip sentrifugasi untuk menangkap partikel

Anda mungkin juga menyukai