Anda di halaman 1dari 39

INOVASI SEKTOR PUBLIK

Septiana Dwiputrianti, SE, M. Com, (Hons), PhD.


Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan dan Dosen STIA Lembaga Admnistrasi Negara Republik Indonesia

Psaca Sarjana STIA LAN Jakarta Jakarta, 31 Oktober 2013

KONSEP INOVASI
(AGUS DWIYANTO)

Inovasi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan gagasan dan pengetahuan baru dan transformasinya kedalam hasil (outcome) yang

dapat menciptakan nilai tambah pada praktik dan proses, barang dan jasa,
adopsi teknik dan pendekatan baru dalam pengelolaan satu organisasi. Dalam bidang administrasi publik, inovasi adalah setiap bentuk

transformasi gagasan dan pengetahuan baru yang mampu menciptakan


nilai tambah dalam satu atau lebih aspek dan atau proses administrasi publik.

JENIS INOVASI
Inovasi pelayanan; pelayanan yang lebih baik atau pelayanan baru: (revolusi KIA di NTT, pelayanan maternal di fasilitas kesehatan yang memadai)

Inovasi dalam proses: perubahan dalam cara mengelola pelayanan publik (kontrak
pelayanan yang dilakukan di berbagai daerah) Inovasi sistim: perubahan dalam sistim, misalnya melalui penerapan TIK, elearning, e-government, dst. Inovasi konsepsual: perubahan dalam konsep atau mindset, konsep penguasa sebagai pelayanan warga, kepala pelayanan

I N OVA S I M E M B U T U H K A N K O M P E T E N S I DA N B U DA Y A K R E A T I F
Tidak ada inovasi tanpa budaya kreatif dan tidak ada kreativitas tanpa kompetensi Inovasi dalam pelayanan publik hanya dapat dikembangkan kalau kita mampu membangun kompetensi dan mengembangkan budaya kreatif Semua kendala untuk pengembangan kompetensi dan kreativitas harus dihilangkan dan insentif untuk pengembangan kompetensi harus diberikan

K E N DA L A P E N G E M B A N G A N K R E A T I V I TA S & K O M P E T E N S I P E G A W A I
Orientasi pada legalitas yang berlebihan. Pengaturan dibuat terlalu rinci untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Peraturan ditempatkan diatas misi dan tujuan dari birokrasi.

Pengaturan rinci hanya diperlukan untuk hal terkait dengan basic right,
risiko kesalahan besar, dan ketika kompetensi pegawai rendah. Jika tidak termasuk hal tersebut sebaiknya ada diskresi.

Struktur hirarkhis dan pemusatan kekuasaan ditangan pimpinan

puncak. Ada jarak yang panjang antara pemegang kekuasaan untuk


memutuskan (pimpinan) dengan petugas di garis depan yang langsung berhubungan warga (frontline officers).

KENDALA .
Budaya kerja rutin. Tidak ada tradisi untuk secara rutin meninjau kembali praktik dan cara kerja untuk mencari yang lebih baik. Keengganan mengambil risiko dan mengambil keputusan. Pegawai tidak terlatih untuk mengambil risiko Sistim pengawasan yang terlalu rigid dan hanya membedakan antara praktik dengan peraturan dan prosedur (compliance auditing).

Penghargaan terhadap kinerja dan kompetensi rendah. Promosi


belum berdasar pada prinsip merit yang menghargai kompetensi dan kinerja.

BAGAIMANA MENGHILANGKAN K E N DA L A ? K E S E I M B A N G A N A N TA R A TRUST VS KONTROL


Keseimbangan antara trust dan kontrol, tergantung pada konteks dan lingkungan. Keseimbangan antara mencegah kesalahan dengan memberi

ruang untuk berkreasi.


Semakin tinggi kompetensi, kematangan, dan wawasan maka sebaiknya semakin besar ruang untuk mengambil diskresi. Revisi UU 32/2004 dan RUU administrasi pemerintahan memberi ruang bagi aparatur untuk mengambil diskresi dan melindungi penggunaan diskresi untuk pengembangan inovasi.

BAGAIMANA PENGEMBANGAN B U DA Y A DA N O R I E N TA S I PA DA K E B A R UA N DA N K UA L I TA S
Tradisi untuk melakukan review secara periodik cara kerja perlu dikembangkan. Total quality manajemen (TQM). Pertanyaan tentang apakah ada cara kerja yang lebih baik perlu dilembagakan. Pengakuan dan penghargaan terhadap kinerja individual dan kelompok Kegagalan terhadap upaya untuk melakukan pembaharuan dan inovasi

tidak boleh dijadikan sebagai instrumen untuk menggembosi semangat


pembaharuan tetapi justru menjadi alat untuk mempromosikan tradisi dan perilaku inovatif.

BAG A I M A N A P E M B E R DAYA A N P E T U G A S D I G A R I S D E PA N ?
Petugas garis depan harus dijadikan sebagai sumber informasi tentang problema dan gagasan inovatif

FGD dan curah pendapat dengan petugas garis depan perlu dilakukan
secara rutin untuk mengenali apa yang menjadi kendala warga untuk mengakses pelayanan dan kendala mereka melayani warga Beri ruang untuk mengambil diskresi untuk mengambil solusi terhadap

problema yang terjadi kepada mereka yang langsung berhubungan dengan


warga

S I A PA YA N G P O T E N S I A L M E L A K U K A N I N OVA S I ?
Survei yang dilakukan oleh Kennedy School: front-line official dan pimpinan tingkat menengah;
Frontline official: mereka yang langsung berhubungan dengan rakyat, tahu kebutuhan dan kesulitan dalam melayanan warga Pimpinan menengah: pengalaman dan kematangan, idealisme Pimpinan di hirakhi yang tinggi: comfort zone, risiko perubahan terlalu besar, usia tidak lagi progresif

Di Indonesia karena budaya yang paternalistik, pimpinan tertinggi sangat strategis perannya; pimpinan K/L dan Daerah.

MENGAPA PENTING?
Innovation in government has been major areas of study as a possible venue for performance improvement (Kim dan Chang, 2009:294) innovation is becoming a reality in government. The failure to innovate in public services creates imbalances in societies and additional fiscal restraints (Parnaa and Tunzelmann,2007:1) Without policies and administrative innovation, governance fall into decay and effectiveness, loses capacity to govern, and becomes a target of criticism and failure. (Farazmand, 2004:19)

BAGAIMANA MEMULAI?
Mengapa perlu inovasi?

Tujuan Pemerintah Daerah


(UU 32/2004, psl 2 ayat 3)

Kesepakatan bersama untuk mendahulukan kepentingan masyarakat di atas segalanya

PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI PEMERINTAHAN DAERAH

P E N G E M B A N G A N S I S T E M I N O VA S I P E M E R I N TA H A N D A E R A H

TA H A PA N PENGEMBANGAN S I S T E M I N O VA S I
Tahap pertama adalah sharing atau sosialisasi inovasi Tahapan kedua adalah inspiration atau peningkatan kemampuan untuk

berinovasi
Tahapan ketiga adalah creation yakni sebuah tahapan yang menandai kesiapan berbagai elemen untuk menjalankan inovasi sembari terus menerus mengembangkan pengetahuan baru.

Tahapan keempat adalah accumulation yang berarti adanya akumulasi


pengetahuan baru dan berbagai ragam inovasi yang telah terjadi dalam mengatasi berbagai persoalan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan

LEVEL INOVASI
Inovasi pada level top-down lebih banyak mengarah pada inovasi yang bersifat efesiensi (They may be oriented towards achieving greater efficiency in the supply of existing services), sedangkan inovasi bottom-up may be more focused on an expansion of the quality of supplied services or the development of a new service.

WHY ISN'T THE GOVERNMENT G E N E R A L LY M O R E A G I L E ?


Public sector agencies often have no clear mission Politics often intervenes Agencies core competence: survival The public sector is afflicted by management fads Top managers dont stay for long Staff are often demoralized

Forbes, 3/06/2012

Perilaku Dinamis Inovasi melalui intervensi Politik

T I P E / J E N I S I N OVA S I D I SEKTOR PUBLIK

15 KUNCI SUKSES INOVASI


1. 2. 3. 4. 5. Adanya tuntutan perubahan yang didukung oleh Pemerintah dan Pimpinan Aparatur; Sikap dan budaya para Pemimpin yang mendorong kreativitas dan inovasi; Kelembagaan Pemerintahan mendorong, mengakui, dan menghargai inovasi; Proses Inovasi perlu dikembangkan dalam suatu Siklus sistem tertentu; Inovasi mengandung resiko dan membutuhkan Pemimpin dan Aparatur yang berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan, bukan mereka yang takut resiko atau sekedar mempertahankan status quo; Pilot Proyek dan Pengujicobaan dapat memperkecil resiko dampak Inovasi; Jaringan kerjasama domestik dan internasional akan mendorong sukses Inovasi; Kapasitas dan kapabilitas SDM dan organisasi pemerintahan adalah prakondisi keberhasilan Inovasi; Isu Strategis harus dirumuskan untuk mengantisipasi tingkat kesulitan, tekanan pekerjaan, kecepatan kerja, dan waktu yang terbatas dalam mengembangkan Inovasi; Tantangan yang harus diantisipasi dalam inovasi adalah sikap legislatif, sistem pelaporan kinerja dan jaringannya; sikap penolakan terhadap resiko, dan sikap kelompok orang yang memandang rendah inovasi; Penerapan teknologi canggih akan memperkuat dorongan dan kreativitas inovasi; Inovasi di sektor publik biasanya mendorong berkembangnya inovasi dalam masyarakat maupun swasta; Keberhasilan Inovasi menuntut ketersediaan sumber daya (Man, Money, Materials, Methods, Times, Environment), harus dijamin ketersediaannya (Ingat: No-one wants to pay Risk aversion behavior)); Aparatur sektor publik sesungguhnya memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaan, sangat termotivasi untuk bekerja, berorientasi hasil dan mendahulukan kepentingan masyarakat (Di samping para oknum aparatur yang merusak sistem untuk kepentingan pribadi atau golongannya); Pemerintah harus mendorong inovasi, namun juga harus memiliki reservasi bahwa capaian kinerja akan bervariasi, dan harus memberi ruang untuk perbaikan.

6. 7. 8. 9. 10.

11. 12. 13. 14.

15.

K E R A N G K A P E D O M A N P RO S E S M E N G E LO LA I N OVA S I

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT INOVASI


MENOLAK MENGHENTIKAN PROGRAM ATAU MEMBUBARKAN ORGANISASI YG GAGAL BUDAYA CARI AMAN, STATUS QUO, DAN TAKUT RESIKO DALAM BIROKRASI MASIH TERLALU KUAT SANGAT TERGANTUNG KEPADA HIGH PERFORMERS BAHKAN TOP LEADERSEBAGAI SUMBER INOVASI

TUNTUTAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK VS BEBAN TUGAS ADMINISTRATIF

NIHIL INOVASI

TEKNOLOGI TERSEDIA, TETAPI STRUKTUR ORGANISASI DAN BUDAYA KERJA MENGHAMBAT

ALOKASI ANGGARAN YANG TERBATAS DALAM SISTEM PERENCANAAN JANGKA PENDEK

TIDAK ADA REWARDS ATAU INSENTIF UNTUK MELAKUKAN INOVASI ATAU UNTUK MENGADOPSI INOVASI

LEMAH DALAM KECAKAPAN (SKILLS) UNTUK MENGELOLA RESIKO ATAU MENGELOLA PERUBAHAN

MASIH BANYAK LAGI FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT INOVASI DALAM PEMERINTAHAN

1. PROGRAM-PROGRAM PENYELAMATAN 2. PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN 3. PROGRAM-PROGRAM PENGUATAN

1. PROGRAM BANTUAN KESEHATAN 2. PROGRAM BANTUAN EKONOMI 3. PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN 4. PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 5. PROGRAM PEMBANGUNAN LINGKUNGAN

GERDU KEMPLING

( P E R C E PATA N P R O G R A M P E N A N G G U L A N G A N K E M I S K I N A N K O TA S E M A R A N G )
Gerdu Kempling
SINGKATAN :

GERDU KEMPLING

: :

Pos atau tempat Bersinar atau mengkilat

Gerakan Terpadu bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan Lingkungan


DEFINISI :

FILOSOFI :

Gerakan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan yang mencakup segala aspek dan terangkum dalam 5 bidang yaitu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan Lingkungan.

1. Dengan hati & pikiran bersih dalam melaksanakan program pembangunan, khususnya dalam melaksanakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang 2. Cemerlang, menuangkan ide-ide yg kreatif & inovatif dalam program penanggulangan kemiskinan, baik dalam konsep maupun aplikasinya.

Tingginya angka kemiskinan Kota Semarang sejumlah 128.647


KK, 448.398 jiwa atau 26,44 % (Keputusan Walikota Semarang Nomor 400/451 Tahun 2011 tentang Penetapan Warga Miskin Kota

Semarang Tahun 2011) menjadi perhatian utama Pemerintah Kota


Semarang maka program pertama dari Sapta Program adalah Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran;

Untuk itu diperlukan pengembangan strategi dan kebijakan


penanggulangan kemiskinan yang tepat program, tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan profil, kebutuhan, karakteristik, dan potensi warga miskin; Pemerintah tidak mampu menangani sendiri tanpa dukungan dan peran serta semua pihak yaitu Swasta, Pelaku Usaha, Perguruan Tinggi, LSM dan Masyarakat.

PENDUDUK MISKIN KOTA SEMARANG


H A S I L I D E N T I F I K A S I D A N V E R I F I K A S I WA R G A M I S K I N TA H U N 2 0 11 (BY NAME BY ADDRESS)
Keputusan Walikota Semarang Nomor 400/451 Tahun 2011 Tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2011. Jumlah Warga Miskin di Kota Semarang Tahun 2011 ditetapkan sebesar 128.647 KK,

448.398 Jiwa, yang tersebar di 16 Wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan, terdiri dari:
a. Penduduk Rawan Miskin sejumlah 80.328 KK 286.193 Jiwa b. Penduduk Miskin sejumlah 48.257 KK 162.037 Jiwa c. Penduduk Sangat Miskin sejumlah 62 KK 168 Jiwa
MELALUI GERDU KEMPLING, JUMLAH WARGA MISKIN DAPAT TERTANGANI MINIMAL 2 % PER TAHUN atau TURUN 2.573 KK / 8.968 jiwa pada tahun 2012 (AMANAH RPJMD KOTA SMG 2010 - 2015)

PERSEBARAN WARGA MISKIN DI KOTA SEMARANG


Tugu 4.443 KK Smg Brt 15.174 KK Ngaliyan 8.027 KK Smg Utr 15.628 KK Smg Tgh 5.877 KK Smg Tmr 7.710 KK Gayamsari 7.004 KK Pedurungan 6.073 KK Genuk 7.892 KK

Gajah mungkur 4.630 KK

Smg Slt 6.368 KK


Candisari 7.770 KK

Mijen 5.927 KK

Tembalang 13.098 KK Gunungpati 7.138 KK Banyumanik 5.888 KK

TOTAL WARGA MISKIN : 128.647 KK ATAU 448.398 JIWA

ALUR PIKIR UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT untuk Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (Gerdu Kempling)
Inovas i Kondisi & Permasalahan yang Dihadapi Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang
Perda Kota Semarang No. 4 Tahun 2008 Keputusan Walikota Semarang No. 465/ 032/2010 Instruksi Walikota Semarang No. 054/ 2/2011

Output
5 Bidang Kemiskinan : 1.Kesehatan 2.Ekonomi 3.Pendidikan 4.Infrastruktur 5.Lingkungan Sinergitas Stakeholder : 1. Pemerintah Kota Semarang 2. CSR 3. KPPC 4. PTN/PTS 5. LSM
1. Terciptanya Sinergi Seluruh Stakeholder dan Program Penanggulangan Kemiskinan yang Ada Dengan Baik. 2. Keterpaduan Seluruh Stakeholder Dalam Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan (Sistematik) 3. Pelaksanaan yang Tepat Sasaran, Karena Didukung Database Warga Miskin By Name By Address dan Data Potensi / Kebutuhan Warga Miskin yang Akan Diberi Bantuan 4. Termonitornya Seluruh Pelaksanaan Program Gerdu Kempling

Gerdu Kempling
Sinergikan Kepedulian Entaskan kemiskinan

Kurang Sistematis Dana Kurang Terfokus Person yang Terlibat Kurang Masyarakat Sasaran Kurang Tersentuh & Tidak Tepat Sasaran Kurangnya Stakeholder yang Terlibat

Penurunan Jumlah Warga Miskin di Kota Semarang Sebesar 2% Per Tahun ( Amanah RPJMD )

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENDEKATAN KEWILAYAHAN


USULAN KELURAHAN

KELURAHAN SASARAN

SEMARANG SETARA

PROGRAM SKPD
FOKUS / TUJUAN PEMBANGUNAN KELURAHAN

TRI BINA : 1. BINA MANUSIA 2. BINA USAHA 3. BINA LINGKUNGAN

USULAN KELURAHAN PERGURUAN TINGGI MASYARAKAT

USULAN KELURAHAN USULAN KELURAHAN

PERAN DUNIA USAHA

POLA TRIBINA
BINA MANUSIA

T R I B I N A

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR, PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SERTA PERUBAHAN POLA PIKIR ( MINDSET )

BINA LINGKUNGAN

MENDORONG DAN MEMFASILITASI PERBAIKAN LINGKUNGAN MASYARAKAT MISKIN AGAR DAPAT MENJALANKAN KEHIDUPAN DAN USAHANYA DENGAN AMAN, SEHAT DAN NYAMAN MENCIPTAKAN WIRAUSAHA-2 BARU SEHINGGA DAPAT MEMBUKA KESEMPATAN KERJA DAN MENDORONG PERBAIKAN PENDAPATAN KELUARGA

BINA USAHA

JAMKESMASKOT
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH BEA SISWA RASKIN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI PENANGANAN GIZI BURUK MANDIRI PANGAN PELATIHAN KETRAMPILAN DAN BANTUAN

PROGRAM PENGENTAS AN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

SARANA / PERALATAN USAHA


PELATIHAN WIRA USAHA BARU & BANTUAN MODAL PADAT KARYA PRODUKTIF KELURAHAN VOKASI SANTUNAN KEMATIAN GAKIN

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten / Kota;
Perda Kota Semarang Nomor : 4 Tahun 2008 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang;

Perda No. 12 Tahun 2011 tentang RPJMD Kota Semarang Tahun 2010 2015;
Keputusan Walikota Semarang Nomor: 465/ 032/ 2010 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kota Semarang dan Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Semarang yang dirubah dengan Keputusan Walikota Semarang Nomor 400/52 Tahun 2012 ; Instruksi Walikota Semarang Nomor : 054 / 2 / 2011 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang melalui Program Gerakan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Di Bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur dan Lingkungan (Gerdu Kempling) Tahun 2011, yang dilanjutkan dengan Instruksi Walikota Semarang Nomor : 400 / 1 / 2012 ;

MAKSUD DAN TUJUAN


SEBAGAI STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA

SEMARANG DENGAN MENSINERGIKAN PROGRAM PEMERINTAH KOTA DENGAN


STAKEHOLDER YANG ADA YAITU PTN DAN PTS, LSM, PERBANKAN, BUMN, TOKOH MASYARAKAT, DAN PARA KONGLOMERAT / PENGUSAHA ;

UNTUK MEWUJUDKAN KETERPADUAN PROGRAM DAN KEGIATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN SELURUH STAKEHOLDERS KHUSUSNYA DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG ;

GUNA MENGOPTIMALKAN SELURUH POTENSI YANG ADA DI KOTA SEMARANG DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SEHINGGA TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAPAT TERCAPAI

SECARA EFISIEN DAN EFEKTIF ;

BAGAN MEKANISME PEMBIAYAAN GERDU KEMPLING PEMERINT


APBN (PANDU GERBANG KAMPUNG, PAMSIMAS, BOS, JAMKESMAS, PNPM) APBD PROVINSI (VOKASI, JAMKESDA, BOS) APBD KOTA (PELATIHAN, PERMODALAN, KEWIRAUSAHAAN,DLL)

AH

SKPD KELOMPOK SASARAN WARGA MISKIN


DIDAMPINGI LSM/ORMAS MEMBANTU ADVOKASI

CSR
KPPC PERBANKAN BUMN/BUMD
PEMERINTAH SEBAGAI FASILITATOR

PTN/PTS

LAIN-LAIN
SWADAYA MASYARAKAT

KERJASAMA SINERGITAS GERDU KEMPLING


PTN/PTS
BUMN/CSR
PEMKOT SEMARANG

PERBANKAN/ CSR

PENGUSAHA/CSR

LSM

MEKANISME PELAKSANAAN CSR


DIKETAHUI

TKPKD
FASILTASI, MONEV DAN WASDAL

WARGA MISKIN

MOU

PERGURUAN TINGGI /LSM ORGANISATOR


PERENCANAAN & PELAKSANAAN

KECAMATAN/ KEL. SASARAN

PENGUSAHA/BUMN/D / PERBANKAN ANALISIS KEBUTUHAN

PROGRAM DAN KEGIATAN

BANTUAN MODAL, BARANG, KETRAMPILAN

TARGET PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PENDEKATAN KEWILAYAHAN

TAHAPAN GERDU KEMPLING TAHUN SASARAN TARGET 2 % PER TAHUN

I
II III IV V

(2011)
(2012) (2013) (2014) (2015)

32 KELURAHAN
48 KELURAHAN 48 KELURAHAN 32 KELURAHAN 17 KELURAHAN

2.316 KK / 8.071 jiwa


3.473 KK / 12.106 jiwa 3.473 KK / 12.106 jiwa 2.316 KK / 8.071 jiwa 1.287 KK / 4.485 jiwa

GERDU KEMPLING ADALAH PROGRAM YANG BERTAHAP DAN BERKESINAMBUNGAN, JUMLAH 177 KELURAHAN 12.864 KK / 44.839 jiwa

OUTPUT

PROGRAM

PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN MENSINERGIKAN PROGRAM PEMERINTAH

KOTA DENGAN STAKEHOLDER YANG ADA YAITU PTN DAN PTS, LSM, PERBANKAN, BUMN, TOKOH MASYARAKAT, DAN PARA PENGUSAHA UNTUK BERSAMA-SAMA MENURUNKAN JUMLAH WARGA MISKIN DI KOTA SEMARANG MINIMAL 2 % PER TAHUN; KETERPADUAN PROGRAM DAN KEGIATAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG DENGAN SELURUH STAKEHOLDERS DALAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG ; OPTIMALNYA SELURUH POTENSI YANG ADA DI KOTA SEMARANG DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SEHINGGA TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAPAT TERCAPAI SECARA EFISIEN DAN EFEKTIF ;

OUTCOME

PROGRAM

TERSINERGINYA DENGAN BAIK SELURUH STAKEHOLDER DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM PROGRAM GERDU KEMPLING. ADA KETERPADUAN SELURUH STAKEHOLDER DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN PROGRAM GERDU KEMPLING. PELAKSANAN PROGRAM GERDU KEMPLING TEPAT SASARAN KARENA DIDUKUNG DATABASE WARGA MISKIN BY NAME BY ADDRESS DAN DATA POTENSI /KEBUTUHAN WARGA MISKIN YANG AKAN DIBERI BANTUAN.

Anda mungkin juga menyukai