Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI SEBAGAI LAPORAN KERJA PRAKTEK DI DINAS PUSAT BENGKEL INSTRUMENT ( PBI

) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON BANTEN

KALIBRASI TIMBANGAN TRANSAKSI DAN TIMBANGAN CONVEYOR DI PT. KRAKATAU STEEL

Disetujui, Cilegon, Agustus 2013

Udin Syamsudin Dinas Tr & Education Admin &I

Ir.Nur Setyobudi, MBA Superintendent PBI

Andi Subandi Supervisor Metrologi

Sarif Hidayatullah Pembimbing Lapangan

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini yang berjudul KALIBRASI TIMBANGAN TRANSAKSI DAN TIMBANGAN CONVEYOR DI PT. KRAKATAU STEEL. Tujuan dari penyusunan laporan kerja praktek ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kerja praktek di PT.Krakatau Steel. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan laporan kerja praktek ini. Selama melakukan kerja praktek ini, penulis menyadari begitu banyak keterlibatan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui laporan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT atas rahmat dan nikmat yang tak terhingga sehingga praktek kerja ini dapat terlaksana dengan baik. 2. Ibu dan Ayah tercinta, adikku dan semua keluargaku atas kasih sayang, doa dan dukungan moral serta materiil yang diberikan. 3. Bapak Andi Subandi selaku supervisor di lab kalibrasi PBI, PT. Krakatau Steel yang telah memberikan Bimbingan dan mengizinkan untuk mengikuti kerja praktik. 4. Bapak Risdiana selaku dosen pembimbing yang telah mengizinkan untuk mengikuti kerja praktik. 5. Bapak Sarif Hidyatullah dan bapak Wasam , sebagai pembimbing teknis. 6. Seluruh teknisi dan petugas di PBI PT. Krakatau Steel, Pak Mulyana, Pak Nandang, Pak Edward, Pak Aprian, Pak Andi K, Pak Ayi, Pak Gugun, Pak

Sena Harimurty

ii

Salehudin, Pak Didin, Pak Budiyana Pak Bayu dan lainnya yang telah membantu dan berbagi ilmunya dengan penulis. 7. Seluruh dosen pengajar Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran yang telah mendidik penulis selama menuntut ilmu di jurusan Fisika. 8. Teman KP seperjuangan dan seperjalanan dari Kampus Jatinangor Sagung Oka, Ayu, Suci serta teman baru, Bayu atas pembelajaran dan pengalaman yang tak berhingga. 9. Teman-teman dari SMKN 2 Cilegon Aim, Medi,Inul,Tedi, dan Amin. 10. Serta kepada seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu atas segala dukungan dan bantuannya khususnya selama penulis melakukan studi di Fisika UNPAD dan kerja praktek di PT Krakatau Steel. Akhir kata mudah-mudahan laporan ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian. Penulis hanya dapat menyampaikan doa semoga segala kebaikan yang diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin . Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Cilegon, Agustus 2013

Penulis

Sena Harimurty 140310100028

Sena Harimurty

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....... i KATA PENGANTAR ...................... ii DAFTAR ISI..........iv DAFTAR GAMBAR ........vi BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian ...... 1 I.2. Identifikasi Masalah ....... 1 I.3. Rumusan Masalah .. 1 I.4. Tujuan ........ 2 I.5. Rincian Pelaksanaan .. 2 I.6. Sistematika Penulisan 2 BAB II. TINJAUAN UMUM PT. KRAKATAU STEEL II.1. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Krakatau Steel ........... 3 II.2. Visi, Misi dan Values PT. Krakatau Steel..............................................9 II.3. Lokasi dan Tata Letak Pabrik PT. Krakatau Steel............10 II.4. Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel................................................10 II.5. Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel.................................................11 II.6. Anak Perusahaan PT. Krakatau Steel...................................................12 II.7. Kepegawaian dan Karyawan PT. Krakatau Steel.................................14 II.8. Divisi Utility & Energy Maintenance...................................................16 BAB III. TEORI III.1. Konsep Pengukuran.............................19

Sena Harimurty

iv

III.2. Load Cell.......... 23 III.3.Jembatan Timbang / Timbangan Transaksi (Weighbridge)...............29 III.4. Timbangan Konveyor (Conveyor Weigh)........................................30 BAB IV. PEMBAHASAN IV.1. Metode Kalibrasi Pada Timbangan Transaksi (Jembatan Timbang)........................................................................................34 IV.2. Perhitungan ketidakpastian Pada Jembatan Timbang.......................43 IV.3. Masalah yang Biasa Terjadi Saat Proses Kalibrasi Jembatan Timbang / Timbangan Transaksi......................................................44 IV.4. Kalibrasi Timbangan Konveyor........................................................45 BAB V. KESIMPULAN ........ 48 DAFTAR PUSTAKA.. 49

Sena Harimurty

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Struktur Manajemen PT. Krakatau Steel......................................................11

Gambar II.2. Bisnis proses Pusat Bengkel Instrumen............................................18 Gambar III.1. ketertelusuran alat ukur...................................................................22 Gambar III.2. Konfigurasi Load Cell untuk Timbangan Transaksi.......................24 Gambar III.3. Contoh Load Cell............................................................................25 Gambar III.4. Strain gage......................................................................................26 Gambar III.5. Rangkaian konfigurasi jembatan Wheatstone dengan load cell......28 Gambar III.6. Jenis jenis jembatan timbang bergantung jumlah load cell dan bentuk masukan untuk kendaraan..................................................30 Gambar III.7. Konfigurasi konveyor......................................................................32 Gambar III.8. Penampang Timbangan Konveyor..................................................33

Sena Harimurty

vi

DAFTAR TABEL Tabel II.1 Waktu kerja karyawan non-shift...........................................................15 Tabel IV.1. Contoh tabel pengamatan pengujian repeatibilitas.............................36 Tabel IV.2. Contoh tabel pengamatan pengujian eksentrisitas..............................37

Sena Harimurty

vii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kalibrasi secara sederhana merupakan suatu proses mengembalikan atau menyesuaikan ke keadaan yang sebenarnya dengan cara membandingkan ke standar yang lebih terpercaya. Alat ukur tentu saja butuh kalibrasi untuk mengembalikan nilai alat ukur tersebut ke nilai yang sebenarnya. Industri sangat membutuhkan alat-alat ukur yang terkalibrasi dengan baik. Tanpa alat ukur yang terkalibrasi maka proses pengukuran di industri akan menghasilkan hasil yang salah dan akan memberikan kerugian bagi industri tersebut. Salah satu yang perlu dikalibrasi adalah alat ukur massa atau timbangan. Tanpa timbangan yang terkalibrasi dengan baik, hasil pengukuran akan tidak sesuai dengan kenyataannya. Contohnya pada timbangan untuk bahan baku yang akan diolah seperti pada timbangan konveyor di pabrik baja slab PT. Krakatau Steel . Jika timbangan tidak dikalibrasi, maka bahan baku yang ditimbang akan berbeda dengan kenyataannya dan menyebabkan hasil produksi yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Oleh karena itu, penulis merasa penting untuk membahas tentang kalibrasi timbangan di dunia industri. I.2. Idenfikasi Masalah Kalibrasi sangat dibutuhkan untuk menjamin kepuasan konsumen dan jaminan mutu baja hasil produksi dari PT. Krakatau Steel. Terutama pada timbangan yang menjamin hasil produksi seperti pada timbangan konveyor dan timbangan yang hasil produksi seperti pada timbangan transaksi (jembatan timbang). I.3. Rumusan Masalah Masalah yang diangkat hanya tentang kalibrasi pada jembatan timbang (timbangan transaksi) di Plant Site PT. Krakatau Steel dan timbangan konveyor yang terdapat di Slab Steel Plant I (SSP I).
Sena Harimurty 1

I.4. Tujuan Mengetahui cara mengkalibrasi timbangan transaksi (jembatan timbang) dan timbangan konveyor. Mengetahui masalah-masalah yang sering timbul pada saat pengkalibrasian. I.5. Rincian Pelaksanaan Lokasi penelitian terletak di Laboratorium Kalibrasi, Pusat Bengkel Instrument, Divisi Utility, PT Krakatau Steel , Jalan Coil I Kompleks Pabrik PT KS Cilegon 42435 selama 1 bulan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2013 sampai 1 Agustus 2013. I.6. Sstematika Penulisan Sistematika yang digunakan mencakup 5 pokok bahasan, yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan, yaitu berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Umum PT. Krakatau Steel, yaitu berisi tentang sejarah dan perkembangan PT. Krakatau Steel, visi misi, sistem organisasi, unit kerja serta anak perusahaan. Bab III Teori, yaitu berisi tentang prinsip-prinsip kalibrasi, load cell, jembatan timbangan, dan timbangan konveyor. Bab IV Pembahasan, yaitu berisi tentang metode-metode kalibrasi pada jembatan timbang, timbangan konveyor, dan masalah-masalah yang biasa terjadi pada saat kalibrasi serta cara mengatasinya. Bab V Kesimpulan, yaitu berisi tentang kesimpulan yang mengacu pada tujuan. dan manfaat, rincian pelaksanaan, serta

Sena Harimurty

BAB II TINJAUAN UMUM PT. KRAKATAU STEEL

II.1. Sejarah Singkat dan Perkembangan PT. Krakatau Steel II.1.1. Sejarah Singkat PT. Krakatau Steel PT. Krakatau Steel didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970 dengan adanya Surat Keputusan dari Pemerintah Indonesia oleh Indonesian Goverment Regulation (IGR) dengan P.P. No. 35 tahun 1970 yang berisi tentang penindaklanjutan proyek besi baja dan disahkan oleh Tan Hong Kie di Jakarta. Menurut pasal 1 peraturan pemerintah tersebut, PT. Krakatau Steel didirikan dengan tujuan menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri baja bekas bantuan Rusia dan mengembangkan industri baja di Indonesia dalam arti luas. Industri baja umumnya bersifat padat modal (capital besar / intensif), karena itu di negara berkembang diawali dengan perusahaan negara (BUMN), seperti PT. Krakatau Steel. Tujuan didirikannya pabrik baja adalah untuk memenuhi kebutuhan vital industrialisasi dan pembangunan nasional. Selain itu biasanya untuk kepentingan nasional dalam rangka pembangunan atau pengembangan wilayah terpencil, seperti Cilegon atau Banten pada saat itu. Usaha untuk membangun industri besi baja di tanah air sebenarnya telah dimulai dengan mendirikan dua proyek, yaitu proyek besi Lampung dan proyek baja Cilegon. Besi yang dihasilkan di Lampung dilebur bersama-sama dengan besi tua di Cilegon serta baja yang dihasilkan pada proses menjadi barang-barang baja jadi yang berupa besi beton, besi profil dan kawat. Namun proyek besi Lampung dihentikan karena bahan baku yang berasal dari bijih besi setempat tidak cukup banyak. Sedangkan proyek baja Cilegon sempat terhenti karena adanya pemberontakan G 30 S/PKI.

Sena Harimurty

Dasar penentuan lokasi pendirian pabrik besi baja, antara lain : Adanya cikal bakal industri baja (Trikora) Letak geografis (pinggir laut) Tersedianya tanah yang cukup luas Tersedianya air yang cukup banyak Kondisi sosial budaya daerah Daerah tandus (bukan agraris) Tersedianya tenaga kerja

II.1.2. Perkembangan PT. Krakatau Steel PT. Krakatau Steel sebagai industri pengolahan besi baja terpadu terbesar nasional memiliki sejarah perkembangan yang cukup panjang. Kilas balik perkembangan PT. Krakatau Steel adalah sebagai berikut Tahun 1960 Kontrak pembangunan pabrik baja Cilegon Nomor 080 tanggal 7 Juni 1960 antara pemerintah Republik Indonesia dengan All Union Export-Import Corporation (Tjazpromex Pert) of Moskow. Tahun 1962 Peletakan batu pertama atau peresmian pembangunan proyek besi baja Trikora Cilegon yang menenpati area seluas 616 hektar pada tanggal 20 Mei 1962. Berdasarkan ketetapan MPRS Nomor 2 Tahun 1960 proyek pembangunan proyek besi baja Trikora diharuskan selesai sebelum tahun 1968. Tahun 1963 Pemerintah RI mengeluarkan keputusan Presiden RI Nomor 123 Tahun 1963 pada tanggal 25 Juni 1963 tentang penetapan status proyek pabrik baja Trikora Cilegon menjadi proyek vital.

Sena Harimurty

Tahun 1965 Terhentinya kegiatan pembangunan proyek besi baja Trikora karena krisis politik nasional, yaitu adanya pemberontakan G30S/PKI.

Tahun 1967 Berubahnya status proyek besi baja Trikora menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 17 yang dikeluarkan pada tanggal 28 Desember 1967.

Tahun 1970 PT. Krakatau Steel resmi berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 yang dikeluarkan pada tanggal 31 Agustus 1970 mengenai penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan (persero) PT. Krakatau Steel dengan maksud dan tujuan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan proyek baja Trikora serta mengembangkan industri baja nasional dalam arti luas.

Tahun 19731974 PT. Krakatau Steel dengan bantuan keuangan dari Pertamina memutuskan untuk memperluas kapasitas produksi untuk melakukan proses pembuatan baja billet sendiri, bahkan berencana untuk dapat memproduksi baja slab dan baja lembaran panas. Namun rencana ini tidak dapat berjalan dengan semestinya karena pihak Pertamina sendiri pada saat itu mengalami masalah keuangan.

Tahun 1975 Proses lanjutan pembangunan PT. Krakatau Steel tahap satu dengan kapasitas produksi 0,5 juta ton per tahun berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 30 tanggal 27 Agustus 1975.

Tahun 1977

Sena Harimurty

Peresmian Pabrik Besi Beton, Pabrik Besi Profil dan Pelabuhan Khusus Cigading PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto pada tanggal 27 Juli 1977. Tahun 1979 Peresmian Pabrik Besi Spons dengan teknologi Hylsa (50%), Pabrik Baja Billet atau Billet Steel Plant (BSP) yang dilengkapi dengan tanur busur listrik atau Electric Arc Furnace (EAF) untuk proses pengolahan baja, Dapur Thomas untuk Pabrik Baja Batang Kawat atau Wire Rod Mill (WRM), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas produksi listrik mencapai 400 MW, Pusat Penjernihan Air dengan kapasitas 2000 liter per detik serta PT. KHI Pipe oleh Presiden Soeharto pada tanggal 9 Oktober 1979. Tahun 1982 Penambahan dua modul teknologi pengolahan besi baja dengan menggunakan teknologi Hylsa pada Pabrik Besi Spons PT. Krakatau Steel. Tahun 1983 Peresmian Pabrik Baja Slab atau Slab Steel Plant (SSP) yang dilengkapi dengan dengan tanur busur listrik atau Electric Arc Furnace (EAF), Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas (PPBLP) atau Hot Strip Mill (HSM) Plant serta Pabrik Besi Spons unit dua PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Februari 1983. Tahun 1985 Expor perdana produk baja PT. Krakatau Steel ke beberapa negara seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat, India, China, negara-negara Timur Tengah, Korea dan negara-negara di kawasan ASEAN. Tahun 1987

Sena Harimurty

Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (PPMLD) atau Cold Rolling Mill (CRM) Plant dioperasikan oleh perusahaan swasta, yaitu Indo Steel. Tahun 1990 Peletakan batu pertama proyek perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel oleh Menteri Perindustrian atau Direktur Utama PT. Krakatau Steel, yaitu Ir. Tungky Ariwibowo pada tanggal 10 November 1990. Proyek perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel meliputi beberapa sasaran sebagai berikut: 1. Peningkatan kapasitas produksi PT. Krakatau Steel dari 1,5 juta ton per tahun menjadi 2,5 juta ton per tahun. 2. Peningkatan kualitas dan diversifikasi jenis baja yang dapat diproduksi. 3. Peningkatan efisiensi dan efektivitas proses produksi di PT. Krakatau Steel. Tahun 1991 Pengabungan unit usaha atau merger PT. Cold Rolling Mill Indonesia Utama (PT. CRMIU) dan PT. Krakatau Baja Permata (PT KBP) menjadi unit operasi PT Krakatau Steel pada tanggal 1 Oktober 1991. Selanjutnya Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (PPBLD) atau Cold Rolling Mill (CRM) Plant didirikan pada tanggal 19 Februari 1983 yang kemudian diresmikan tahun 1987. Tahun 1992 Pemisahan Pabrik Baja Tulangan, Pabrik Besi Profil, dan Pabrik Kawat Baja menjadi PT. Krakatau Wajatama yang dilakukan pada tanggal 24 Juli 1992. Tahun 1993 Peresmian proyek perluasan PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto pada tanggal 18 Februari 1993. Proyek perluasan PT. Krakatau Steel kali ini terdiri atas beberapa sasaran, yaitu sebagai berikut:
Sena Harimurty 7

1. Modernisasi dan perluasan Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas (PPBLP) atau Hot Strip Mill (HSM) dari kapasitas produksi 1,2 juta ton per tahun menjadi 2 juta ton per tahun. 2. Peningkatan kualitas dan efisiensi proses produksi di Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas (PPBLP) atau Hot Strip Mill (HSM). 3. Perluasan pelabuhan bongkar muat pellet bijih besi dari kapasitas bongkar muat dari 3 juta ton per tahun menjadi 6 juta ton per tahun. Tahun 1994 PT. Krakatau Steel memperoleh pengakuan dan sertifikasi dari dunia internasional terhadap kualitas atau produk besi baja yang diproduksi PT. Krakatau Steel dengan diterimanya sertifikat ISO9002 pada tanggal 17 November 1994. Tahun 1995 Penyelesaian proyek perluasan dan modernisasi PT. Krakatau Steel oleh Menteri Muda Perindustrian Republik Indonesia atau Komisaris Utama PT. Krakatau Steel, yaitu Ir.Tungky Ariwibowo yang bertepatan dengan hari ulang tahun ke-25 PT. Krakatau Steel pada tanggal 31 Agustus 1995. Proyek perluasan tersebut adalah modernisasi Pabrik Besi Spons yang dilengkapi dengan teknologi pengolahan besi spons dengan menggunakan proses Hylsa III. Tahun 1998 PT. Krakatau Steel menjadi anak perusahaan dari PT. Pakarya Industri (Persero) pada tanggal 10 Agustus 1998 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1998. Tahun 1999

Sena Harimurty

PT. Pakarya Industri (Persero) berubah nama menjadi PT. Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS) dengan total aset mencapai Rp 16 Triliun. Neuro Furnace Controller (NFC) yang merupakan sistem pengendali elektroda terpadu berbasis jaringan saraf tiruan mulai diterapkan pada operasi rutin tanur busur listrik atau Electric Arc Furnace (EAF) pada Pabrik Baja Slab atau Slab Steel Plant (SSP) II PT. Krakatau Steel. Neuro Furnace Controller (NFC) adalah hasil inovasi tenaga kerja PT. Krakatau Steel dengan LSDE-BPPT dan telah dipatenkan dengan nomor paten P990187 serta meraih ASEAN Engineering Awards pada tanggal 24 Oktober 2001. Tahun 2002 Pemerintah melalui forum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah membubarkan PT. Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS)PT. BPIS. Pengalihan aset PT. Krakatau Steel sebagai Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) ke pemerintah pusat melalui Kantor Menteri Negara BUMN sebagai pemegang kuasa dari Menteri Keuangan.

II.2. Visi, Misi dan Values PT. Krakatau Steel Visi : Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk dan

berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia. Misi : Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait untuk kemakmuran bangsa. Values : Keterbukaan, disiplin, saling menghargai dan kerjasama. Sistem manajemen mutu berkualitas untuk produk PT. Krakatau Steel telah

diakui secara nasional maupun internasional. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya sertifikasi mutu produk seperti ISO 9002, Jepang (JIS), Amerika (ASTM), dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Di samping itu, sistem

Sena Harimurty

manajemen mutu lingkungan di PT. Krakatau Steel juga telah mendapat pengakuan secara nasional maupun internasional, yaitu dengan diperolehnya sertifikat ISO 14001 mengenai standar manajemen mutu lingkungan II.3. Lokasi dan Tata Letak Pabrik PT. Krakatau Steel PT. Krakatau Steel terletak sekitar 110 km dari Jakarta dengan luas keseluruhan 350 ha. PT. Krakatau Steel terletak di kawasan industri Krakatau, tepatnya di Jalan Industri No.5 PO BOX 14, Cilegon 42435. Kantor pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja, Jl. Gatot Subroto Kav. 54, Jakarta. Adapun yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah : a. Dekat dengan laut sehingga dapat memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk dengan menggunakan kapal. b. Dekat dengan daerah pemasaran (ibu kota). c. Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas. d. Sumber air cukup memadai untuk pabrik. e. Adanya jaringan rel kereta api dan jalan raya yang memadai untuk pengangkutan. II.4. Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel

Sena Harimurty

10

STRUKTUR ORGANISASI PT. KRAKATAU STEEL


Direktur Utama

Direktur Pemasaran

Direktur Keuangan

Direktur Produksi

Direktur Perenc. & Tek.

Direktur SDM & Umum

Direktur Logistik

SubDiv. Penjamin Kualitas

SubDiv. Perencanaan Produk

SubDiv. Perawatan Pabrik

SubDiv. Produksi Besi & Baja

SubDiv. Produksi Pengerolan

Manager Workshop

Manager Utility and energy maintenance

Manager Maintenance Planning

Superintendent General Service

Superintendent Pabrik Kapur

Superintendent Pabrik Gas Industri

Superintendent Bengkel Listrik

Superintendent Bengkel Instrumen

Gambar II.1. Struktur Manajemen PT. Krakatau Steel

II.5. Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel PT Krakatau Steel merupakan satu-satunya industri baja terpadu yang ada di Indonesia bahkan sampai tahun 2003 terbesar di Asia Tenggara (sebelum adanya industri Baja Thailand). PT Krakatau Steel memiliki 6 (enam) buah fasilitas

Sena Harimurty

11

produksi. Kapasitas produksi total PT Krakatau Steel 2.5 juta ton baja kasar (crude steel) per tahun. Proses produksi baja di PT Krakatau Steel dimulai dari pembuatan besi spons dalam Direct Reduction Plant atau Pabrik Besi Spons. Pabrik ini mengolah biji besi pellet menjadi besi dengan menggunakan air dan gas alam. Besi yang dihasilkan kemudian diproses lebih lanjut pada Electric Arc Furnace (EAF) di pabrik slab baja dan pabrik billet baja. Di dalam EAF besi dicampur dengan scrap, dan material tambahan lainnya untuk menghasilkan dua jenis baja yang disebut baja slab dan baja billet. Baja slab selanjutnya mengalami proses pemanasan ulang dan pengerolan di Pabrik Baja Lembaran panas (Hot Strip Mill) menjadi produk akhir yang dikenal dengan nama baja lembaran panas. Produk ini banyak digunakan untuk untuk aplikasi konstruksi umum, dan lain-lain. Baja lembaran panas dapat diolah lebih lanjut melalui proses pengerolan ulang dan proses kimiawi di pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill) menjadi produk akhir yang disebut baja lembaran dingin. Produk ini umumnya digunakan untuk aplikasi bagian dalam dan luar kendaraan bermotor, kaleng, peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Sedangkan baja billet akan diolah lebih lanjut di pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) untuk menghasilkan batang kawat baja yang banyak digunakan untuk aplikasi senar piano, mur dan baut, kawat baja, pegas, dan lain-lain. II.6. Anak Perusahaan PT. Krakatau Steel Selain beberapa factor pendukung yang telah disebutkan di atas, PT. Krakatau Steel memiliki beberapa anak perusahaan yang mendukung

kelangsungan produksi perusahaan. Anak perusahaan PT. Krakatau Steel adalah sebagai berikut: 1. PT. KHI Pipe Industri (PT. KHI)

Sena Harimurty

12

PT KHI didirikan pada bulan Januari 1973 dan bertujuan untuk memproduksi pipa kualitas tinggi yang akan memenuhi tuntutan industri minyak dan gas yang terus meningkat dan proyek konstruksi besar lainnya. 2. PT. Plat Timah Nusantara (PT. Latinusa) PT Latinusa adalah Perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel, PT. Tambang Timah, PT. Nusantara Ampera Bhakti yang didirikan pada tanggal 10 Agustus 1982 3. PT. Krakatau Wajatama (PT. KW) Didirikan pada tahun 1992, memproduksi berbagai produk Baja Batangan yang berkualitas tinggi, seperti : INP, IWF, H-Beam, U-Channel dan L-Angles, Baja Tulangan (Deformed dan Plain Bars) serta Kawat Baja. 4. PT. Krakatau Engineering Coorporation (PT. KEC) Didirikan pada tanggal 12 Oktober 1988 yang bertugas melayani dan mengerjakan pekerjaan dari pemerintah maupun swasta berupa EPC Contractor (Engineering, Procurement, Construction) dan Konsultan (Studi, manajemen proyek dan perawatan industri). 5. PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) PT Krakatau Industrial Estate Cilegon didirikan pada tanggal 16 Juni 1982 dengan misi menjadi pusat lokasi Industri hulu dan hilir Industri Baja, Kimia dan Petrokimia serta telah mengikuti urutan logis pengembangan dan pembangunan, khususnya sehubungan dengan daya tariknya dari segi lokasi yang strategis dan fasilitas infrastruktur yang tersedia. PT Krakatau Industrial Estate Cilegon telah sukses membangun jalur bisnis yaitu : Properti Industri, Properti Komersial, Properti Rumah tinggal, Investasi dan Perdagangan. 6. PT. Krakatau Information Technology (KIT) KI Tech hadir dalam dunia teknologi informasi sejak tahun 1993 dengan basis tenaga IT professional, PT Krakatau Steel mengembangkan teknologi informasi untuk mendukung proses bisnis dan pengambilan keputusan di PT Krakatau steel. KIT memberikan jasa konsultasi, perencanaan, pengembangan
Sena Harimurty 13

instalasi, implementasi dan jasa pendukung termasuk komunikasi dan perangkat lunak teknologi informasi. 7. PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL) Merupakan perusahaan pembangkit listrik tenaga uap dengan kapasitas 400 MW yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan listrik PT Krakatau Steel. Sahamnya 100% dimiliki oleh PT Krakatau Steel. PT. Krakatau Daya Listrik didirikan tanggal 1 Maret 1996. 8. PT. Krakatau Medika (PT. KM) PT Krakatau Medika mengoperasikan rumah sakit dan memberikan jasa pelayanan kesehatan lainnya kepada karyawan PT Krakatau Steel dan masyarakat sekitarnya. 9. PT. Krakatau Bandar Samudra (PT. KBS) PT Krakatau Bandar Samudera terletak di Pelabuhan Cigading yang memiliki kedalaman pelabuhan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain di Indonesia dimana berbagai jenis kapal bisa dengan mudah bersandar. Secara umum jasa yang diberikan oleh PT Krakatau Bandar Samudera meliputi: jasa dermaga, bongkar muat, jasa pengarungan dan jasa kawasan. 10. PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) Didirikan pada tanggal 1 Maret 1996, merupakan anak perusahaan yang sahamnya 100% dimiliki PT Krakatau Steel. Perusahaan mengolah air baku yang diambil dari sungai Cidanau berasal dari danau alam Rawa Dano dan diolah menjadi air bersih melalui Water Treatment Plant. Sebagian besar dari air bersih yang dihasilkan digunakan untuk kebutyhan industri dan sebagian lagi untuk kebutuhan kota Cilegon.

II.7. Kepegawaian dan Karyawan PT. Krakatau Steel 1. Status Tenaga Kerja

Sena Harimurty

14

Tenaga kerja yang bekerja di PT. Krakatau Steel, berdasarkan statusnya digolongkan menjadi 2 golongan yaitu : a. Tenaga Kerja Organik Tenaga kerja ini merupakan karyawan tetap yang diangkat karena telah memenuhi kriteria direksi, yang bertugas melaksanakan pekerjaan yang diberikan dalam jangka panjang dan berstatus karyawan BUMN. Yang termasuk karyawan ini adalah tenaga staf dan karyawan biasa. b. Tenaga Kerja Non- Organik Tenaga kerja non-organik adalah karyawan yang diangkat dalam waktu tertentu yang terdiri dari karyawan lepas dan karyawan honorer. Tenaga kerja non-organik yang ada saaat ini disediakan oleh labour supply sesuai dengan jenis pekerjaan dan jangka waktu tertentu (kontrak) antara PT. Krakatau Steel dengan labour supply itu sendiri. 2. Jam Kerja PT. Krakatau Steeel bekerja secara kontinyu selama 24 jam sehari sehingga jadwal karyawan dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Karyawan Biasa (Non-Shift) Hari Senin - Kamis Jumat Jam Kerja ( WIB ) 08.00 16.30 08.00 17.00 Jam Istirahat ( WIB ) 12.00 14.00 11.30 14.00

Tabel II.1 Waktu kerja karyawan non-shift Hari Sabtu dan Minggu merupakan hari libur untuk karyawan non-shift. b. Karyawan Shift

Sena Harimurty

15

Karyawan ini bekerja secara shift dan masing-masing shift bekerja selama 8 jam. Sistem kerja dilakukan dalam 4 group shift, dengan ketentuan 3 hari 3 group shift masuk, dan 1 group lain libur. Sistem pembagian shift adalah sebagai berikut : Shift I Shift II Shift III : 22.00-06.00 WIB : 06.00-14.00 WIB : 14.00-22.00 WIB

Selain itu terdapat juga waktu lembur dan waktu cuti karyawan PT Krakatau Steel. Waktu lembur dilakukan di luar jam kerja atas yang berwenang. Untuk waktu cuti dibagi menjadi dua macam, yaitu cuti tahunan dan cuti besar. Cuti tahunan yaitu masa cuti selama 12 hari kerja yang tidak dapat digantikan dengan uang dan cuti besar diberikan selama 4 tahun sekali dengan lama cuti 1 bulan. II.8. Divisi Utility & Energy Maintenance Divisi utility merupakan divisi dibawah Direktorat Produksi dan General Manajer Perawatan Pabrik (Central Maintenance and Facilities). Divisi ini dipimpin oleh seorang manager dan membawahi lima dinas yang dipimpin oleh masing-masing seorang superintendent. Dinas-dinasnya yaitu : a. Dinas PKKS (Pabrik Kapur Krakatau Steel) Adalah dinas yang memproduksi kapur sebagai bahan tambahan produksi baja yang digunakan untuk proses produksi besi spons (Direct Reduction Plant atau DRP), CRM (Cold Rolling Mill), Billet Steel Plant (BSP), Baja Slab (Slab Steel Plant), dan HSM (Hot Strip Mill). b. Dinas PGI (Pabrik Gas Industri) Merupakan dinas yang memproduksi gas-gas alam seperti N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), Ar (Argon). Gas-gas alam ini digunakan untuk menunjang hasil produksi baja di PT Krakatau Steel. c. Dinas BL (Bengkel Listrik)

Sena Harimurty

16

Adalah dinas yang bertugas untuk memperbaiki alat-alat listrik yang digunakan oleh PT Krakatau Steel yang mengalami kerusakan sehingga semua alat yang digunakan dalam keadaan optimal. d. Dinas PBI (Pusat Bengkel dan Instrumentasi) Merupakan dinas yang terbagi menjadi tiga seksi yaitu seksi perencanaan, perawatan dan perbaikan, dan metrologi. Seksi perencanaan bertugas untuk membuat jadwal kerja dua seksi lainnya sehingga tiap seksi memiliki tugas yang terstruktur dan terencana. Seksi perawatan dan perbaikan bertugas untuk memperbaiki alat-alat instrumen dan mekanik. Sedangkan seksi metrologi bertugas untuk mengkalibrasi alat-alat ukur seperti alat ukur dimensi, massa dan volumetrik, mekanik, elektrik, dan suhu. Alat ukur dimensi yang dikalibrasi adalah dial indicator, jangka sorong, mikrometer sekrup, dll. Alat ukur mekanik yang dikalibrasi adalah dial gauge. Alat ukur massa yang dikalibrasi adalah timbangan analitik, timbangan konveyor, dan timbangan transaksi. Alat ukur volumetrik yang dikalibrasi adalah pipet ukur, gelas ukur dll. Alat ukur elektrik yang dikalibrasi adalah multimeter, indikator termokopel, dll. alat ukur suhu yang dikalibrasi adalah termokopel, pyrometer, dll. e. Dinas GS (General Service) Adalah dinas yang bertugas untuk merenovasi gedung dan fasilitas umum PT Krakatau Steel serta mengatur tata letak lokasi pabrik. Masing-masing dinas memiliki struktur organisasi yaitu Superintendent, Supervisor, Foreman, dan Karyawan.

Sena Harimurty

17

Bisnis Proses PBI


SPK Service Bengkel Instrument dan Elektronika

Urusan Material constumer Penerima Order Database Order PM/ASPEC UM/PC MR/MRIT MPAT

Urusan Jasa - Kontrak - WO2 - Subkontrak kalibrasi

SPK Kalibrasi

Laboratorium Kalibrasi

Sertifikat Kalibrasi

constumer

Delivery Order

Rekap Order

LPP, BASTP, LHP

Lembar Kerja Service / Perawatan

Gambar II.2. Bisnis proses Pusat Bengkel Instrumen

Sena Harimurty

18

BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1. Konsep Pengukuran III.1.1. Pengertian Dasar Pengukuran Pengukuran merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka (kwantitatif). Jadi mengukur adalah suatu proses mengaitkan angka secara empirik dan obyektif pada sifat-sifat obyek atau kejadian nyata sehingga angka yang diperoleh tersebut dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai obyek atau kejadian yang diukur.pada pengukuran terdapat hal yang perlu untuk diperhatikan yaitu ketelitian dan akurasi pengukuran. Yang sering menjadikan masalah dalam tingkat kesalahan yang terjadi dalam pengukuran sangat diperlukan, untuk mengerti karakteristik operasional alat ukur dan cara pengujian, kinerja yang telah ditentukan. [1] III.1.2. Akurasi dan Presisi Ketelitian (accuracy) meupakan kemampuan dari alat ukur untuk memberikan indikasi pendekatan terhadap harga sebenarnya dari obyek yang diukur. Akurasi dapat juga didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya. Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan suatu nilai standar yang diakui secara konvensional. Sedangkan presisi (precision) adalah kedekatan nilai-nilai pengukuran individual yang didistribusikan sekitar nilai rata-ratanya atau penyebaran nilai pengukuran individual dari nilai rataratanya. Alat ukur yang mempunyai presisi yang bagus tidak menjamin bahwa alat ukur tersebut mempunyai akurasi yang bagus.[1] Kesalahan (error) adalah beda aljabar antara nilai ukuran yang terbaca dengan nilai sebenarnya dari obyek yang diukur. Perubahan pada reaksi alat ukur dibagi oleh hubungan perubahan aksinya. Resolusi ( resolution) adalah besar

Sena Harimurty

19

pernyataan dari kemampuan peralatan untuk membedakan arti dari dua tanda harga atau skala yang paling berdekatan dari besaran yang ditunjukkan. [1] III.1.3. Kalibrasi Akurasi suatu instrument tidak sendirinya timbul, tetapi dipengaruhi oleh unjuk kerja (perfomance), stabilitas keandalan dan biaya yang tersedia, stabilitas keandalan, dan biaya yang tersedia. Akurasi hanya akan timbul dari kalibrasi yang benar, artinya hasil pengukurannya dapat ditelusur kembali ke standar nasional atau internasional. Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukan alat ukur atau menujukkan nilai yang diabadikan bahan ukur dengan cara membadingkannya dengan standar ukur yang tertelusuri ke standar nasional dan/atau international. [1] Tujuan kalibrasi adalah : Menentukan devisi kebenaran konvensial (nilai penunjukan suatu instrument-ukur atau deviasi dimensi nasional yang seharusnya untuk bahan ukur. Menjamin hasil-hail pengukuran sesuai dengan Standard Nasional maupun Internasional. Setelah dilakukan kalibrasi kita biasanya akan mendapatkan nilai koreksi. Koreksi merupakn harga yang harus ditambahkan secara al jabar pada hasil yang sebenarnya untuk mendapatkan nilai yang benar. Atau secara matematis : nilai sebenarnya = pembacaan/penunjukkan alat + koreksi factor-faktor yang berpengaruh dalam kalibrasi adalah Setting titik nol,nilai skala penuh,kelinieran,penguatan atau transduction coefficient,efek dari lingkungan sekitar pengukuran (misalnya suhu,kelembapan, getaran mekanis, tingkat penerangan,dsb),variasi dari catu daya (noise),respon kejutan (impuls) dan frekuensi,step response dan response terhadap besaran stimulus lainnya,tingkat tegangan aman, tahanan bocor ke ground,tegangan baterai [1]

III.1.4. Metrologi

Sena Harimurty

20

Metrologi secara sederhana merupakan ilmu pengetahuan tentang pengukuran. Metrologi mencakup tiga hal utama: Penetapan definisi satuan-satuan ukuran yang diterima secara

internasional; misalnya meter. Pewujudan satuan-satuan ukuran berdasarkan metode-metode ilmiah; misalnya pewujudan nilai meter menggunakan sinar laser. Penetapan rantai ketertelusuran dengan menentukan dan merekam nilai dan akurasi suatu pengukuran dan menyebarluaskan pengetahuan itu; misalnya hubungan (perbandingan) antara nilai ukur sebuah mikrometer ulir di bengkel dan standar panjang di laboratorium standar panjang. Metrologi dikelompokkan dalam tiga kategori utama dengan tingkat kerumitan dan akurasi yang berbeda-beda: 1. Metrologi Ilmiah (Scientific metrology): berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan standar-standar pengukuran dan pemeliharaannya (tingkat tertinggi). 2. Metrologi Industri (Industrial metrology): bertujuan untuk memastika bahwa sistem pengukuran dan alat-alat ukur di industri berfungsi dengan akurasi yang memadai, baik dalam proses persiapan, produksi maupun pengujiannya. 3. Metrologi Legal (Legal metrology): berkaitan dengan pengukuran yang berdampak pada transaksi ekonomi, kesehatan, dan keselamatan.[2]

III.1.5. Ketertelusuran Sebuah rantai ketertelusuran, adalah suatu rantai tak terputus dari beberapa perbandingan, yang masing-masing dinyatakan dengan suatu ketidakpastian. Hal ini untuk memastikan bahwa suatu hasil pengukuran atau nilai dari suatu standar terpaut dengan suatu acuan yang lebih tinggi, dan seterusnya hingga standar primer. [2] Dari gambar dibawah, semakin ke bawah maka akan semakin besar ketidakpastiannya. Seorang pemakai dapat memperoleh ketertelusuran hingga ke tingkat tertinggi di tingkat internasional, baik secara langsung (melalui suatu

Sena Harimurty

21

lembaga metrologi nasional) maupun tidak langsung (melalui suatu laboratorium kalibrasi sekunder). Berkat adanya berbagai pengaturan saling mengakui (Mutual Recognition Arrangement, MRA), ketertelusuran juga dapat diperoleh dari laboratorium di negara-negara lain. [2]

BPIM((Bureau International des Poids et Mesures)

Lembaga metrologi nasional

Lembaga kalibrasi

Perusahaan

Pengguna akhir

Gambar III.3. ketertelusuran alat ukur

III.1.6. Ketidakpastian Ketidakpastian (atau ketidakpastian pengukuran) adalah suatu ukuran kuantitatif mutu dari sebuah hasil pengukuran, sehingga hasil pengukuran tersebut dapat diperbandingkan dengan hasil-hasil pengukuran lain, acuan, spesifikasi atau standar. Semua pengukuran cenderung mengandung kesalahan, dalam pengertian bahwa hasil pengukuran ternyata berbeda dengan nilai sejati dari besaran yang diukur. Dengan waktu dan sumber daya yang ada, kebanyakan sumber-sumber kesalahan pengukuran dapat dikenali dan karenanya besarnya kesalahan dapat diketahui, sehingga kesalahan tersebut dapat dikoreksi (misalnya dengan

Sena Harimurty

22

kalibrasi). Walaupun begitu, biasanya kita tidak punya cukup waktu dan sumber daya untuk menentukan dan mengoreksi semua kesalahan pengukuran secara menyeluruh. [2] Ketidakpastian pengukuran dapat dihitung dengan berbagai cara. Suatu metode yang digunakan dan diterima secara luas (misalnya oleh badan-badan akreditasi) adalah metode GUM yang direkomendasikan oleh ISO dan diuraikan dalam dokumen Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement. Pokok-pokok penting dalam metode GUM dan filosofi dasarnya diuraikan di bawah ini. [2]

Filosofi Ketidakpastian GUM 1. Suatu besaran ukur X, yang nilainya tidak diketahui dengan tepat, dianggap sebagai variabel stokastik dan mempunyai fungsi probabilitas. 2. Hasil x dari suatu pengukuran merupakan estimasi dari nilai harapan E(X). 3. Ketidakpastian baku u(x) sama dengan akar kuadrat dari estimasi variansi V(X). 4. Evaluasi tipe A: nilai harapan dan variansi diestimasi secara statistik dari sehimpunan pengukuran. 5. Evaluasi tipe B: nilai harapan dan variansi diestimasi dengan cara-cara lain. Metode yang paling umum adalah dengan cara mengasumsikan suatu sebaran probabilitas, misalnya sebaran persegi, berdasarkan suatu pengalaman atau informasi lain. [2]

III.2. LOAD CELL III.2.1. Load Cell Load cell merupakan komponen penting di dalam alat pengukuran massa seperti pada timbangan analitik, timbangan transaksi, timbangan conveyor dan timbangan lainnya. Load cell adalah sensor atau transduser yang mengubah massa atau berat yang dialami menjadi sinyal elektrik yang kemudian akan dibaca oleh sistem sebagai massa atau berat benda tersebut . Sinyal elektrik ini bisa sebagai

Sena Harimurty

23

perubahan tegangan listrik, perubahan arus atau perubahan frekuensi tergantung dari tipe load cell dan sirkuit yan digunakan. Load cell dapat dibuat secara resistif, kapasitif, induktif, atau juga teknik lainnya. Yang paling umum adalah load dengan prinsip perubahan resistansi sebagai respon dari perubahan berat. [3]

Gambar III.2. Konfigurasi Load Cell untuk Timbangan Transaksi

Load

cell

dapat

diklasifikasikan

dari

pelindung

lingkungannya.

Penggolongan ini meliputi: 1. Penyegelan secara hermetik. 2. Dilindungi dari faktor-faktor lingkungan 3. Lingkungan yang terkontrol. Hermatik yang benar membutuhkan konstruksi load cell yang

menggunakan hanya konstruksi logam ke logam atau kaca ke logam untuk

Sena Harimurty

24

melindungi konstruksi internal load cell. Dengan menggunakan proses penyatuan dengan pengelasan atau solder. Load cell dapat dibuat kedap gas dan tahan air. Load cell yang diberi perlindungan terhadap faktor-faktor lingkungan memakai beberapa tipe potting material, yang biasanya berupa suatu material tipe karet yang fleksibel dan/atau perlindungan anti-air, seperti sedikit neoprene diatas daerah strain gage dari load cell tersebut.[4] Load cells umumnya digunakan pada skala tipe platform. Pada dasarnya cell diapit oleh dua lempengan baja. Cell tersebut dipasangkan dengan lempengan atas dan bawah menggunakan rigid bolt. Ukuran nominal dari lempengan tersebut berkisar dari 10 inci persegi untuk kapasitas ringan, dan sampai 28 inci persegi untuk cell yang berkapasitas lebih besar. Dikarenakan efek side loading telah dapat dihilangkan, kurang lebih 25% dari kapasitas dapat ditempatkan pada ujung luar dari lempengan. [4]

Gambar III.3. Contoh Load Cell

III.1.2. Strain Gage

Sena Harimurty

25

Strain gage adalah bagian utama dari load cell. Strain gage adalah sebuah alat yang memiliki nilai tahanan yang dapat berubah apabila alat mengalami penekanan. Secara tradisional gage-gage tersebut terbuat dari lembaran logam yang sangat tipis yang sudah mengalami pengerjaan panas dan terikat secara kimia pada sebuah lapisan dielektrik yang tipis. Lalu "gage patches" tersebut dipasang atau diletakkan pada elemen regang (strain element) dengan alat perekat yang telah diformulasikan secara khusus. Posisi yang sesuai dari gage, prosedur pemasangan (mounting procedure) dan material yang digunakan semuanya memiliki efek yang dapat diukur pada unjuk kerja keseluruhan dari load cell tersebut. [4]

Gambar III.4. Strain gage

Setiap gage patch terdiri dari satu atau lebih kabel ,baik yang terlekat pada permukaan batang penahan (beam), cincin (ring), atau column (elemen regang atau strain element) di dalam load cell. Pada saat permukaan dimana gage melekat mulai meregang, kawat pada strain gage memanjang atau memendek sehingga timbul perubahan nilai tahanan yang sesuai atau proporsional dengan beban yang timbul atau beban yang diberikan. Satu atau lebih strain gages digunakan dalam pembuatan load cell. [4] Strain gage dalam jumlah banyak disambungkan untuk menciptakan keempat kaki dari konfigurasi jembatan wheatstone. Ketika voltase input dikenakan pada jembatan, timbul tegangan output yang proporsional atau sesuai dengan beban yang ditimbulkan atau diberikan. Output ini dapat diperkuat dan diproses dengan menggunakan peralatan-peralatan elektrik konvensional. [4] Deteksi besarnya perubahan, dalam hal ini berupa dimensi jarak, yang disebabkan oleh suatu elemen gaya. Strain gage menghasilkan perubahan nilai
Sena Harimurty 26

tahanan yang proporsional dengan perubahan panjang atau jarak (length). Pada umumnya strain gage dipasang sebagai bagian dari rangkaian jembatan Wheatstone untuk aplikasi sirkuit elektrik. [4] Ada dua tipe dasar strain gage, yaitu yang terikat (bonded) dan yang tidak terikat (unbonded). Bonded strain gage seluruhnya terpasang pada elemen gaya (force member) dengan menggunakan semacam bahan perekat. Selagi elemen gaya tersebut meregang, strain gage tersebut juga memanjang. Unbonded strain gage memiliki salah satu ujung yang dipasang pada elemen gaya dan ujung satunya dipasang pada pengumpul gaya (force collector). [5] Setiap perubahan panjang, baik pada bonded maupun unbonded gage menyebabkan perubahan nilai tahanan listrik. Strain gage dibuat dari logam dan bahan-bahan semikonduktor. Strain gage sangat akurat, bisa digunakan baik pada arus searah (d.c.) maupun arus bolak-balik (a.c.) dan memiliki respons statis dan dinamis yang sangat bagus. Sinyal yang dihasilkan oleh strain gage sangat lemah, tetapi kelemahan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan peralatan bantu yang baik. [5] III.2.3. Kompensasi Strain Gage Regangan (strain or shear) diakibatkan oleh karena pengindera tegangan pada elemen kawat atau kristal pada strain gage. Setiap elemen yang aktif menunjukkan perubahan nilai tahanan listrik yang semuanya dapat dijumlah di dalam sirkuit jembatan Wheatstone.[4] Perbandingan antara perubahan nilai tahanan listrik dengan nilai tahanan listrik elemen yang tidak mengalami regangan disebut dengan gage factor. Rumus gage factor

Sena Harimurty

27

Gambar III.5. Rangkaian konfigurasi jembatan Wheatstone dengan load cell

Dimana : GF = gage factor R = perubahan nilai tahanan R = nilai tahanan elemen yang tidak mengalami regangan L = perubahan panjang elemen L = panjang elemen yang tidak mengalami regangan Setiap jenis gage memberikan gage factor yang berbeda. Gage factor sangat penting agar dapat menghasilkan rancangan transduser yang sesuai. Perubahan sinyal dengan amplitudo yang tinggi merupakan suatu karakteristik yang baik, asalkan karakteristik-karakteristik unjuk kerja lainnya seperti tingkat kepekaan terhadap temperatur dapat diterima sesuai dengan pengukuran. [4] Produsen biasanya memberi spesifikasi tahanan gage yang tidak diregang R. jika data R telah diukur, rasio R/R dapat dikalkulasi. Produsen juga

Sena Harimurty

28

melengkapi gage faktor ( GF ) tertentu untuk tiap gage. Gage faktor adalah rasio dari persen perubahan dalam tahanan dari sebuah gage ke persen perubahan panjangnya. Persen perubahan ini mungkin juga bisa dinyatakan dalam bentuk desimal. Jika rasio R/R dibagi oleh Gage faktor, hasilnya adalah rasio turunan panjang gage L terhadap panjang awal. Tentu saja struktur dimana gage dipasang adalah L/L. [4]

III.3.

JEMBATAN

TIMBANG

TIMBANGAN

TRANSAKSI

(WEIGHBRIDGE)

Jembatan timbang adalah alat ukur timbangan yang dilengkapi dengan platform berbentu seperti timbangan dan loadcell sebagai sensor terhadap gaya berat yang diberikan, dan mengirimkan gaya berat tersebut ke indikator yang selanjutnya dikonverensikan dalam bentuk satuan berat. Jembatan timbang terdiri dari 4 bagian yaitu indikator, sistem perkabelan, load cell, dan jembatan. Prinsip kerja dari timbangan ini adalah secara statis atau benda yang ingin diukur harus diam diatas timbangan. Saat beban berada diatas, jembatan akan menekan load cell hingga akan memberikan respon sinyal listrik yang kemudian akan diubah oleh indikator menjadi bentuk massa atau berat. Load cell pada jembatan timbang dapat terangkai secara seri maupun paralel. Pada paralel terdapat junction box yang akan mengabungkan seluruh sinyal dari load cell ke indikator. Perbedaannya adalah pada saat terjadi

kerusakan.jika pada rangkaian paralel, kita harus mengecek satu per satu untuk mengetahui load cell mana yang mengalami kerusakan. Sedangkan pada rangkaian seri, kita dapat langsung mengetahui load cell mana yang rusak melalui indikator pembacanya.

Sena Harimurty

29

Gambar III.6. Jenis jenis jembatan timbang bergantung jumlah load cell dan bentuk masukan untuk kendaraan.

III.4. TIMBANGAN KONVEYOR (CONVEYOR WEIGH) III.4.1. Konveyor Konveyor sering disebut juga dengan ban berjalan. Konveyor terbagi menjadi 2 bagian yaitu : Carcass , bagian struktur dari pada konveyor termasuk juga bagian roda yang berjalan. Terbuat dari baja atau bahan lainnya yang cukup kuat untuk menahan tensi operasi dan juga beban yang ada. Penutup (cover), bagian yang melindungi Carcass dan tempat berjalannya bahan. Harus memiliki ketahanan fisis dan kimia untuk melindungi carcass.bagian penutup ini juga harus memiliki ketahanan yang cukup terhadap beban yang digunakan. [6] Pemilihan bahan baik untuk carcass dan penutup hharus dilakukan dengan sangat cermat. Hal ini karena tiap-tiap bahan memiliki kemampuan yang berbedabeda. Parameter yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk carcass dan penutupnya adalah : Kekuatan tekanan

Sena Harimurty

30

Kemampuan Proteksi terhadap panas, zat kimia, abrasi dan robek Elongasi Ketahanan terhadap benturan Friksi atau gaya gesek antar bahan Aplikasi dari konveyor Kemampuan menangani bahan mineral dan minyak Untuk kemampuan yang maksimal, konveyor seharusnya dijalankan dalam

keadaan penuh dan dalam kecepatan tertinggi yang direkomendasikan. Kapasitas dari konveyor bergantung pada: Lebar dari sabuk konveyor, Lebar sabuk bergantung dari kebutuhan pengangkutan dan juga titik transfer serta ukuran dari bahan Kecepatan sabuk, Kecepatan sabuk dipengaruhi oleh banyak faktor terutama muatan, pengaturan transfer, standar perawatan, ukuran bahan Massa jenis dari bahan yang akan diangkut serta sudut surcharge. Sudut surcharge merupakan sudut yang terbentuk akibat pengurangan sudut natural bahan karena melalui konveyor Sudut Inklinasi, merupakan sudut kemiringan dari konveyor. Sudut jelajah (trough angle), merupakan sudut kemiringan samping dari konveyor. Yang paling umum adalah 350 walaupun terkadang banyak juga konveyor yang memiliki sudut kemiringan antara 200-400 Konfigurasi konveyor, yaitu konfigurasi bentuk rol dari konveyor. Yang paling umum adalah terdiri dari 3 rol sama panjang. Namun terkadang ditemukan yang terdiri dari 4 atau 5 rol. dari

Setiap bahan memiliki sudut surcharge yang berbeda-beda. Densitas juga berpengaruh ada sudut tersebut. Bahan yang sama dengan densitas yang berbeda memiliki sudut yang berbeda. Seperti contohnya bahan mineral seperti batu bara dengan densitas 720-880 kg/m3 memiiki sudut sebesar 250. Sedangkan bahan dengan densitas 480-560 memiliki sudut sebesar 100. [6]

Sena Harimurty

31

Gambar III.7. Konfigurasi konveyor

Kapasitas angkut dari konveyor dapat diketahui melalui faktor kapasitas, massa jenis material,dan kecepatan sabuk. Atau secara matematis dapat ditulis dengan :

Kapasitas(ton/jam)=kapasitas*d*faktor kapasitas*v/1000

Dimana : d= massa jenis (kg/m3) v= kecepatan sabuk (m/s)

faktor kapasitas merupakan faktor dari konveyor yang bergantung pada sudut jelajah dari konveyor tersebut. sedangkan kapasitas didapatkan dari tabel yang menghubungkan antara kecepatan sabuk dengan lebar sabuk pada densitas material tertentu. [6] III.4.2. Timbangan Conveyor Timbangan conveyor merupakan salah satu penimbangan secara dinamis ( barang dalam keadaan bergerak). Biasanya digunakan sebagai pembaca (pembuktian) beban yang sudah ditentukan beratnya melalui persamaan berat bahan per satuan waktu seperti diatas. Timbangan ini terdiri atas carcass yang tersambung dengan load cell. Load cell yang digunakan hampir sama dengan yang ada pada timbangan transaksi atau timbangan jembatan.

Sena Harimurty

32

Gambar III.8. Penampang Timbangan Konveyor

Sena Harimurty

33

BAB IV PEMBAHASAN IV.1. METODE KALIBRASI PADA TIMBANGAN TRANSAKSI

(JEMBATAN TIMBANG) IV.1.1. Pengecekan Alat Sebelum dilakukan pengujian atau kalibrasi, timbangan harus diperiksa secara visual terhadap : 1. Surat ijin tipe/ijin tanda pabrik/ ijin perusahaan 2. Nama dan alat pemohon 3. Merek, tipe, nomor seri, kapasitas maksimum, kapasitas minimum, kelas kesaksamaan, interval skala verifikasi, interval skala terkecil d (jika d<e), tara penambah maksimum (T+), tara pengurang minimum (T-), batas temperatur yang memenuhi syarat kondisi kerja yang benar. 4. Tanda-tanda tera lainnya.

IV.1.2.Pemeriksaan Terhadap Syarat Khusus Timbangan Jembatan 1. Lantai muatan harus dalam keadaan bersih 2. Lantai muatan dalam keadaan bebasdari rintangan , gesekan dan tidak terjepit. 3. Operaor dapat melihat dengan jelas dan tidak terhalang proses penimbangan. 4. Jalan menuju atau keluar timbangan harus : Satu biang dengan lantai muatan Panjang lantai muata minimal minimum 8 m Konstrusi beton ata bahan lain yang serupa.

5. Timbangan harus sesuai dengan syarat timbangan bukan otomatis

Sena Harimurty

34

IV.1.3.Pengujian Kemampuan Ulang (Repeatabilitas) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah timbangan dapat memberikan hasil yang konsisten, apabila diberi muatan yang sama secara berulang-ulang pada posisi yang relatif sama. Muatan uji yng digunakan adalah beban yang bersifat tetap denagn massa sekurang-kurangnya 50% maks. Langkah-langkah pengujiannya adalah : 1. Nolkan timbangan (I0) 2. Masukkan muatan uji (L) dan diberi tanda letak posisi muatan. 3. Setelah timbangan diberi muatan L, catat penujukan timbangan (IL), IL adalah penunjukan timbangan sebelum diberikan imbuh DL. Kemudian tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap ke atas lantai sampai penunjukan tepat pada saat berubah (+1e) dan stabil, catat jumlah imbuh yang dibutuhkn yaitu DL. 4. Hitung posisi penun jukkan timbangan (P) dengan rumus : P = IL+1/2e-DL 5. Turunkan muatan uji dan imbuh yang digunakan 6. Jika penunjukan timbangan tidak nol maka dinolkan 7. Lakukan langkah dari 2 sampai 6 secara berulang dengan minimum 3 kli pengujian. 8. Hitung repeatability (ketdaktetapan) timbangan denagn rumus: R= Pi-P2n-1 Dimana Pi = posisi penunjukan ke i (i = 1,2,3,...) Rata-rata penunjukan posisi timbangan N= jumlah pengujian 9. Bandingkan hasil pengukuran dan periksa apakah nilai R tidak lebih besar dari nilai absolut (BKD) untuk muatan uji.

Urutan 1 2

Beban Lt 0 M 0 M

Pembacaan

Indikasi (Iij=Il-I0)

Sena Harimurty

35

0 M Tabel IV.1. Contoh tabel pengamatan pengujian repeatibilitas

Pada perhitungan ini, simpangan baku dihitung dari beda antara pembacaan nol (I0) dan pembacaan massa M pada platform (IL) yaitu Iji maka:

IV.1.4. Pengujian ekentrisitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja timbangan dalam memberi hasil penimbangan bila muatan yang sama diletakkan pada posisi yang berbeda harus memenuhi BKD. Pengujian eksentrisitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengujian beban statis dan pengujian beban bergerak. A. Pengujian beban statis Muatan uji yang digunakan aadalah anak timbangan massa minimal 10% Maks. Langkah pengujiannya adalah 1. Hitung jumlah titik penyamngganya (load cell) 2. Bagi permukaan penerima muatan menjadi n bagian yang mendekati sama, beri tanda nomor mulai bagian kiri-bawah sesuai jarum jam. 3. Nolkan timbangan (I0) 4. Naikan muatan uji (L) secara merata pada posisi 1, tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap hingga penunjukan berubah 1e dan stabil. 5. Catat muatan uji (L) , DL, dan penunjukannya (IL), hitung kesalahan penunjukan timbangan (E) dengan rumus : E= IL+1/2e-DL-L 6. Lakukan langkah 3 sampai 5 pada osisi lain secara searah jarum jam. 7. Periksa apakah kesalahan penunjukan E pada setiap bagian permukaan tidak melebihi BKD untuk muatan uji tersebut. standar dengan

Sena Harimurty

36

Tabel pengamatan pengujian : Tabel IV.2. Contoh tabel pengamatan pengujian eksentrisitas Posisi Beban (m) Indikasi beban (I) Error (E= I-m)

B. Pengujian beban dinamis Muatan menggunakan benda bergerak dengan massa sekurang-

kurangnya 50% maks dan tidak melebihi 80% maks. Langkah-langkah pengujiannya adalah 1. Bagi penerima muatan menjadi 3 bagian yan g sma ke arah memanjang dan diberi tanda nomor secara berurutan. 2. Nolkan timbangan. 3. Naikan muatan uji (L) secara merata pada posisi 1, tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap hingga penunjukan berubah 1e dan stabil. 4. Catat muatan uji (L), DL dan penunjukannya (IL), hitung kesalahan penunjukan dengan rumus 5. Turunkan muatan uji/geser muatan ke posisi berikutnya 6. Lakukan langkah 2 sampai 5 pada posisi lainnya dan arah yang sama 7. Lakukan langkah 2 sampai 5 pada posisi lainnya dan arah yang berbeda 8. Bandingkn hasil pengukuran dan periksa apakah selisih

terbesarnya tidak melebihi BKD untuk muatan uji tersebut

IV.1.5.Pengujian Disriminasi Pengujian ini bertujuan untuk mngetahui kemampuan timbangan terhadap perubahan kecil muatn. Untuk timbangan yang memiliki d tidak sama dengan e maka ketentuan dalam prosedu inin yang ditulis e menjadi d. Pengujian dilakukan pada 1 titik uji (minimum menimbang, 50% Maks dan 100% Maks).

Sena Harimurty

37

A. Timbangan Dengan Penunjukan Digital Persyaratan : Imbuh Standar 1,4 kali nilai skala sesungguhnya (1,4d) bila secara berhati-hati ditempatkan pada atau diturunkan dari timbanga n pada kesetimbangannya (kedaan setimbang), maka harus ada perubahan sebesar 1 interval skala terkecil (1d). Langkah pengujiannya adalah : 1. Nolkan timbangan (I0) 2. Naikan muatan uji ke atas penerima muatan 3. Tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap sampai penunjukan tepat pada saat berubah sebesar 1 interval skala (+1e) dan stabil. 4. Catan penunjukkan (I1). 5. Dengan hati-hati naikkan imbuh 1,4e dan amati perubahan penunjukan timbangan(I2). 6. Periksa apakah perubahan penunjukan sebesar 1 interval skala (I2I1)=1e. B. Timbangan Penunjukan Analog/otomotis Persayaratan : Imbuh sebesar nilai absolt BKD untuk muatan yang digunakan bila dengan hati-hati ditempatkan pad atau diturunkan dari timbangan pada kesetimbangannya (keadaan setimbang) harus

menyebabkan suatu perubahan yang tetap dari elemen penunjukan sekurang-kurangnya 0,7 kali besarnya imbuh tadi (0,7 BKD). Langkah-langkahnya : 1. Nolkan timbangan 2. Naikan muatan di atas lantai muatan. 3. Catat penunjukan awal timbangan I1 4. Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar BKD untuk muatan yang digunakan keatas lantai muatan. 5. Catat perubahan penunjukan I2 6. Hitung selisih penunjukkan (I2-I1) 7. Pastikan bahwa selisih penunjukan (I2-I1) kurang dari atau sama dengan 0,7 BKD.

Sena Harimurty

38

8. Periksa apakah penunjukan sah atau batal. C. Timbangan Penunjukan Tidak Otomatis Persyaratan: Imbuh 0,4 kali nilai absolut BKD untuk muatan yang digunakan bila dengan hati-hati ditempatkan pada atau diturunkan dari timbangan pada kesetimbangannya (keadaan setimbang) harus

menyebabkan suatu gerakan yang terlihat dari elemen penunjukan. Langkah-langkahnya : 1. Nolkan timbangan 2. Naikan muatan di atas lantai muatan. 3. Amati posisi kesetimbangannya. 4. Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar 0,4 kali nilai BKD untuk muatan yang digunakan keatas lantai muatan. 5. Amati perubahan kesetimbangannya. 6. Periksa apakah perubahan penunjukannya memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

IV.1.6.Pengujian Ketelitian Penyetelan Nol Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pnyetel nol timbangan setelah timbangan di stel nol. Persyaratan : setelah dilakukan penyetelan nol, maka pengaruh penyimpangan nol tidak boleh lebih dari 0,25e. Akan tetapi pada timbangan dengan alat penunjukan tambahan penyimpangan ini tidak boleh lebih dari 0,5d. A. Timbangan Dengan Penunjukan Digital Pada timbangan jenis ini terdapat beberapa tipe timbangan yaitu penyetelan nol otomatis, penyetelan nol semi otomatis, dan penyetelannon otomatis. Penyetelan nol otomatis adalah saat kita memberikan bebn pada timbangan kemudian kita nolkan, setelah kita angkat beban ternyata pembacaan kembali ke nol. Langkah-langkahnya : 1. Nolkan timbangan (I0), kemudian

Sena Harimurty

39

i. Muati timbangan dengan anak timbangan yang besarnya pada rentang ukur penyetel nol (0%-4% maks, biasanya 2%) ii. Tambahkan imbuh 0,1e secara bertahap sampai

penunjukan tepat pada saat beruba +1e dan stabil, tarik kembali imbuh sebsar +1e itu. 2. Nolkan timbangan (I0). 3. Naikan muatan 10e, amati penunjukannya. 4. Dengan hati-hati tambahkan imbuh standar 1/4e dan amati penunjukan timbangan bila : i. Tetap tidak berubah, lanjutkan ke langkah pada point 5 ii. Berubah dan stabil sebesar sebesar 1e dari penunjukan semula maka timbangan dinyatakan tidak baik dan pengujian dihentikan. 5. Dengan hati-hati tambahkan imbuh sebesar o,5e dan amati penunjukan timbangan, bila: i. Berubah dan stabil sebesar sebesar 1e dari penunjukan semula maka timbangan dinyatakan baik (sah). ii. Tetap tidk berubah maka timbangan dinyatakan tidak baik. B. Timbangan Penunjukan Analog Pengujian dilakukan dengan menaika dan menurunkan muatan (sembarang muatan) serta mengamati perubahan penunjukannya. Langkah-langkah : 1. Nolkan timbangan (I0). 2. Naikan muatan uji. 3. Turunkan kembali muatan uji. 4. Amati secara visual perubahan posisi penunjukn nol timbangan dan periksa perubahan penunjukannya tidak lebih dari 0,25e dari nol. C. Timbangan Penunjukan Tidak Otomatis Pengujian dilakukan dengan mmenaikkan dan menurunkn muatan (sembarang muatan) serta mengamati perubahan penunjukannya.

Sena Harimurty

40

Langkah-langkah : 1. Nolkan timbangan (I0). 2. Naikan muatan uji ditambah imbuh sebesar 0,25e. 3. Turunkan kembali muatan uji, imbuh standar 0,25e tetap diatas lantai muatan. 4. Amati secara visual dan periksa posisi alat penunjuk terhadap indeks kesetimbangan jika posisinya berada : i. Diatas indeks kesetimbangan, mak turunkan imbuh 0,25e. Jika alat penunjuk bergerak sampai melewati indeks kesetimbangan, maka timbangan dinyatakan baik (sah). Jika alat menunjukkan belum bergerak atau bergerak tetapi tidak sampai batas kesetimbangnya, maka timbangan dinyatakan tidak baik (batal). ii. Dibawah indeks kesetimbangannya, maka timbangan dinyatakan tidak baik (batal).

IV.1.7.Pengujian Kebenaran Metoda pengujian yang digunakan adalah metode substitusi dan dilakukan setelah pengujian kemampuan ulang (repeatanbilitas) selesai. 1. Tentukan masa anak timbangan standar minimal yang harus digunakan dengan kriteria sbb: Massa anak timbangan standar minimal R <= 0,1e 10 % maks 0,1e < R <= 0,2e 20 % maks 0,2e < R <= 0,3e 35 % maks R > 0,3e 50 % maks Tabel IV.3. kriteria untuk pengujian repeatibilitas Repeatability (R)

2. Tentukan massa dan jumlah material (ballast) yang dibutuhkan dengan ketentuan sbb:

Sena Harimurty

41

a. Perbedaan massa yang diperbolehkan antara massa material substitusi (ballast) dengan penunjukan timbangan yang telahdiketahui kesalahannya adalah 5% atau 1 ton dipilih yang terkecil. b. material substitusi (ballast) hatus dipilih dari bahan yang tidak mudah berubah. c. material substitusi (ballast) harus tersedia agar pengujian bisa dilakukan hingga titik maksimal. 3. Tentukan titik uji penimbangan dengan minimal 5 titik uji dalam rentang ukur penimbangannya dengan ketentuan harus mencakup minimum menimbang, pada titik-titik perubahan BKD, dan maksimum menimbang atau boleh kurang sampai 5e dari maks. 4. Langkah-langkah pengujian. a. Nolkan timbangan (I0). b. Titik-titik uji yang berad dalam rentang timbangan standar L. c. Muati anak timbangan dengan standar L sesuai denan titik uji yang akan diperiksa. d. Catat penunjukkan timbangan (L) dan nilai yang tercetak pada alat pencetak (printer). e. Tentukan kesalahan penunjukan dengan rumus f. Tambahkan anak timbangan standardan lakukan kembali prosedur c e untuk titik uji lainnya sampai titik uji dengan penggunaan maksimum anak timbangan standar yang tersedia. g. Titik-titik uji yang berada dalam rentang penggunaan material substitusi (B). penggunaan anak

IV.1.8. Batas Kesalahan yang Diijinkan (BKD)

Kelas 0<= m <=50000

E 0,5e

Sena Harimurty

42

0<= m <=5000 0<= m <=500 0<= m <=50 50000 <= m <= 200000 5000 <= m <= 20000 1,0e 500 <= m <= 2000 50 <= m <= 200 200000 < m 20000 <= m <= 100000 1,5e 2000 <= m <= 10000 200 <= m <= 1000 Tabel IV.4. Tabel Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)

IV.2.

PERHITUNGAN

KETIDAKPASTIAN

PADA

JEMBATAN

TIMBANG

E=I-mref u2(E)= u2(I)+u2(mref) Dimana: u2(E) standar ketidakpastian nilai diskrit u2(I) standar ketidakpastian untuk indikasi timbangan(UUT) u2(mref)standar ketidakpastian massa referen

IV.2.1. Standar Ketidakpastian dari Indikasi I=IL+DIdigL+DIrep+DIecc-I0-DIdigO Dimana : DIdigL = Estimasi keslahan pembulatan dari penunukan timbangan pada saat dibebani. Ketidakpastiannya adalah U(DIdigL)=d/2 DIrep = Estimasi nilai error yang ditimbulkan oleh pengaruh pengulangan

(repeatailitas) dengan asumsi distribusi normal. Ketidakpastiannya adalah U(DIrep)=s(Ij)/ DIecc = Estimasi error yang ditimbulkan oleh penempatan beban atau posisi tengah. Ketidakpastiannya adalah U(DIecc)=

Sena Harimurty

43

DIdigO = Estimasi kesalahan pembulatan dari penunjukan timbangan pada saat tanpa beban. Ketidakpastiannya adalah U(DIdigO) = d0/(2 )

IV.2.2 Standar Ketidakpastian untuk Massa Referens

Standar ketidakpastian untuk massa referens secara umum dapat dhitung dengan persamaan : U2(mref) = u2(Dmc)+u2(DmB)+u2(DmD)+u2(Dmconv) Dimana : Dmc = koreksi untuk nilai massa nominal yang bersumber dari sertifikat kalibrasi massa standart. Ketidakpastiannya adalah U(Dmc)=U/k DmB = Koreksi bouncy udara. Ketidakpastiannya U(DmB)=w(mB)mN/ DmD = Koreksi drift dari nilai konvensional massa standart sejak kalibrasi.

Ketidakpastiannya adalah : U(DmD)=kDu(mC)/ Dmconv = Koreksi untuk efek konveksi. Ketidak pastiannya adalah U(Dmconv) =

IV.3. MASALAH YANG BIASA TERJADI SAAT PROSES KALIBRASI JEMBATAN TIMBANG / TIMBANGAN TRANSAKSI

Saat proses kalibrasi dan pengujian, jika jembatan timbang tersebut tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan atau diluar dari batas kesalahan yang diijinkan (BKD) maka perlu dilakukan pengecekan kembali alat tersebut.

Pengecekan yang dilakukan terkait dengan sistem perkabelan, alat indikator penunjukan, load cell yang digunakan. Pengecekan pada sistem perkabelan

Sena Harimurty

44

dilakukan secara fisik yaitu dengan melihat apakah kabel ada yang terkelupas atau tidak. Dan dlihat juga apakah semua kabel telah menyambung dengan benar. Untuk load cell pengecekan dilakukan dengan menggunakan multimeter untuk mengetahui apakah tegangan keluaran dari load cell sudah sesuai dengan yang seharusnya. Jika tidak sesuai dengan yang seharusnya, dapat dilakukan penambahan bantalan pada load cell sehingga tegangan keluaran sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu juga, jika rangkaian load cell berupa rangkaian paralel pasti akan terdapat junction box. Junction box dapat kita adjust sehingga nilai keluaran yang didapat di indikator akan tetap sama walaupun ada load cell yang bermasalah. Jika tetap tidak sesuai juga maka load cell sudah rusak dan harus diganti. Sebab-sebab load cell rusak adalah akibat terendam banjir dalam waktu yang lama, tersambar petir dan akibat beban / truk yng terlalu lama menekan load cell. Masalah lain yang juga sering timbul adalah indikator yang berkedipkedip sehingga menyulitkan pembacaan indikator. Hal ini kemungkinan besar akibat rangkaian yang tidak terground dengan sempurna. Sehingga perlu dicek kembali pentanahan (ground) pada rangkaian tersebut.

IV.4. KALIBRASI TIMBANGAN KONVEYOR Proses pengkalibrasian timbangan konveyor dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan dengan menggunakan kalibrator GJG (alat khusus, berupa barbel yang ditempatkan diatas timbangan konveyor) dan secara langsung dengan bantuan truk dan jembatan timbang.

IV.4.1. Kalibrasi Tanpa Material Kalibrasi timbngan knveyor dengan metode ini contohnya ada pada timbangan WF 1 sampai WF 12 EAF SSP1. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : Weighing harus dalam keadaan bersih dari ganjlan sponge atu material lain yang menggangu timbangan. Memeriksa identitas timbangan serta material yang digunakan

Sena Harimurty

45

Load cell harus bebas dari debu

Langkah-langkahnya adalah 1. Tutup pemasukan materil (cut bungker), putar belt sampai kosong 2. Semprot dan bersihkan area WF denagn udara lalu matikan timbangan dan set mode operasi gravimetrik non-interlocked buka tara bridge RT dalam terminal box GKK 3. Pasangg unt kalibrasi (berbentuk seperti barbel), masukan program adapter ke dalam unit kalibrasi 4. Atur switch kalibrasi ke posisi Vkv , start, hitung pulsa dan waktunya(untuk sponge pulsanya 112 dan waktu 0,993; untuk kapur pulsanya 296 dan waktunya 2728) jika tidak sesuai ubah dengan r3 GVT (error 1%) . 5. Buka fse scr e1, e2 dan periksa nol amplifer (amplifier zero) pada socket b1, b2 GMV, apabila ada penyimpangan betulkan dengan menggunakan r10 GMV (error 10V) . 6. Lakukan tara bridge ukur pada socket b1, b2 GMV, apabila ada penyimpangan atur dengan jumperan RT dengan box GKK dan pasang kembali e1, e2. 7. Atur switch kalibrasi ke posisi NK, laul hitung pulsa dan waktunya, untuk sponge pulsanya 101 waktunya 5.407 untuk kapur pulsanya 202 dan waktunya 5,470 apabila ada penyimpangan atur dengan r10 GTK 8. Atur switch kalibrasi ke posisi Vkg, hitung seperti langkah 4. Apabila ada penyimpangan atur dengan r23 GTK. 9. Atur switch kalibrasi ke posisi 10ZK 100%, turunkan barbel (beban), hitung pulsa dan waktunya. Jangan diubah. 10. Atur switch ke posisi ZK 10%, hitung pulsa dan waktunya jika salah koreksi dengan r10 GVT 11. Ulangi langkah 7 untuk pulsa sponge 3 waktu 1500 dan untuk kapur pulsa 8 dan waktu 1200, apabila ada penyimpangan koreksi dengan r13 GMK 12. Ulangi langkah 6 dan ukur tegangan setpoint pada 0, ln GVT dan tegangan load cell b1, b2 GMV harus :

Sena Harimurty

46

100% = 18v koreksi dengan r63 GMK 10% = 1.8v koreksi dengan r30 GTK b1,b2 = 20v koreksi dengan r33 GMK

13. Matikan timbangan , cabut alat kalibrasi dan kembalikan WF ke posisi semula. Lakukan test penimbangan aktual material.

IV.4.2.Metode dengan Material Pada metode ini, menggunakan material asli. Maksudnya jika konveyor digunakan untuk sponge, maka material penguji yang digunakan adalah besi sponge. Dari timbangan konveyor kemudian dimasukkan ke dalam truk yang kemudian akan ditimbang di jembatan timbang. Langkah-langkahnya adalah : 1. Menjalankan konveyor selama kurang lebih 10 menit tanpa menggnkan material. 2. Menutup deflector dan arahkan ke patio/chut. Pastikan deflector tidak bocor. 3. Catat span lama dan counter massa. Untuk kalibrasi biasanya penarikan material sebanyak 20 30 ton. 4. Angkut material dan timbang di timbangan kalibrator 5. Bandigkan antara massa counter dengan massa calibrator. Hitung dengan rumus untuk mendapatkan nilai toleransi. Toleransi yang diijinkan adalah 0,5% 6. Jika hasil belum memenuhi persyaratan tersebut, ubah span dan ulangi proses hingga hasilnya normal.

Sena Harimurty

47

BAB V KESIMPULAN V.1. Kesimpulan Proses kalibrasi pada timbangan transaksi ada beberapa proses, yang pertama pengecekan timbangan, pengujian kemampuan ulang (repeatabilitas), eksentrisitas, diskriminasi, ketelitian penyetelan nol, dan pengujian kebenaran. Proses kalibrasi untuk timbangan konveyor terbagi menjadi 2 yaitu tanpa mterial dengan bantuan barbel, dan dengan menggunakan material secara langsung. Masalah yang sering timbul pada proses kalibrasi adalah kerusakan pada load cell, load cell yang tidak memberikan nilai tegangan keluaran yang tidak tepat, indikator yang berkedip-kedip.

Sena Harimurty

48

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Dasar-Dasar Pengukuran dan Kesalahan Pengukuran.P2M Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

[2]

Howarth, Preben dan Fiona Redgrave. 2008. Metrologi Sebuah Pengantar. Serpong: Pusat Penelitian Kalibrasi, Instumentasi, dan Metrologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PUSKIM LIPI)

[3] [4]

www.loadstarenergy.com/technology.html Koestoer, Reldi Artono.2004 . Pengukuran Teknik. Depok: Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Univ. Indonesia

[5] [6]

www.sensorland.com/HowPage005.html Conveyor Handbook. Fenner Dunlop, Conveyor Belting Australia.

Sena Harimurty

49

This book was distributed courtesy of:

For your own Unlimited Reading and FREE eBooks today, visit: http://www.Free-eBooks.net

Share this eBook with anyone and everyone automatically by selecting any of the options below:

To show your appreciation to the author and help others have wonderful reading experiences and find helpful information too, we'd be very grateful if you'd kindly post your comments for this book here.

COPYRIGHT INFORMATION
Free-eBooks.net respects the intellectual property of others. When a book's copyright owner submits their work to Free-eBooks.net, they are granting us permission to distribute such material. Unless otherwise stated in this book, this permission is not passed onto others. As such, redistributing this book without the copyright owner's permission can constitute copyright infringement. If you believe that your work has been used in a manner that constitutes copyright infringement, please follow our Notice and Procedure for Making Claims of Copyright Infringement as seen in our Terms of Service here:

http://www.free-ebooks.net/tos.html

Anda mungkin juga menyukai