Anda di halaman 1dari 11

Bergaya dengan Sepeda : Kajian Fenomena Sepeda sebagai Salah Satu Alat Gaya Hidup Masyarakat

Arie Kurniawan. ST , Dr. Dudy Wiyancoko, Dr. Ruly Darmawan, M.Sn Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK
Sepeda adalah produk desain yang telah bertransformasi menjadi produk gaya hidup. Masyarakat dihadapkan pada pilihan ragam sepeda yang memiliki fungsi utilitas dan konsep visual yang akan terus berkembang. Dari perkembangan sepeda tersebut terdapat potensi dan kompetisi dalam penggayaan sepeda. Desain sepeda memiliki nilai dan makna dimana desain dapat memberikan arti bagi pengguna dan lingkungan sosialnya. Desain sepeda tidak hanya sebagai alat transportasi melainkan telah menjadi media untuk masuk dalam arena sosial tertentu dan media untuk konstruksi identitas baik individu maupun kelompok. Fenomena yang mudah ditangkap adalah pola perilaku masyarakat dalam memilih dan mengkostum sepedanya. Studi fenomena tersebut diteliti secara kualitatif dengan sudut pandang gaya hidup diuraikan dalam analisis deskriptif. Diharapkan studi yang menyangkut pola pemilihan jenis sepeda dan kompetisi penggayaan sepeda dapat diuraikan dan dijadikan rujukan dalam pengembangan desain sepeda. Selain kebaruan dalam utilitas sepeda, desainer diharapkan mampu mencari celah kebutuhan dalam gaya hidup dan melahirkan kebaruan dalam penggayaan desain sepeda.

ABSTRACT
Bicycle is a product design that has been transformed into a lifestyle product design. Communities are faced with a wide choice of bike that has a utilities function and visual concept that will continue to evolve. Bicycle development have a potential and competition in style. Bicycle design has value and meaning in which design can give meaning to the user and their social environment. Bicycle design not only as a means of transportation rather has become media to following lifestyle, social arena and the media for identity construction both individuals and groups. Capturing Phenomenon of people's behavior patterns in selecting and custom bike should be able to analysis . Study of the phenomenon studied qualitative by lifestyle viewpoint outlined in the descriptive analysis. Expected to study the selection of patterns involving bicycles and bicycle styling competition can be broken down and used as a reference in the bicycle design development. In addition to the novelty of the utility bicycle, designers should be able to find a gap in the lifestyle needs and give birth to novelty in bicycle styling design.

KEYWORD
Sepeda, PengGayaan, Arena Sosial, Konstruksi Identitas

PENDAHULUAN
Sepeda mulai marak digunakan diantara pergerakan teknologi di dunia transportasi. Sepeda merupakan alat transportasi dan olahraga yang telah berkembang selama 100 tahun dan mencapai titik kematangan dalam desain, engineering dan gaya hidup. Belakangan ini permintaan sepeda di Indonesia mengalami peningkatan yang besar. Ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, kebiasaan dan selera masyarakat, yaitu gaya hidup ramah lingkungan, kampanye bike to work, adanya regulasi pemerintah mengenai car free day dan pembuatan jalur khusus sepeda di beberapa kota besar di Indonesia, makin mendukung perubahan gaya hidup dan selera masyarakat terhadap sepeda. Dampaknya, pengguna sepeda meningkat dan berimplikasi pada naiknya permintaan sepeda di Indonesia. Wiyancoko (2010, h.19) menjelaskan bahwa sepeda dalam konteks gaya hidup memang penuh dengan makna dan nilai. Makna adalah pesan yang kita tangkap dari tampilan visual. Sedangkan nilai adalah tingkatan dan acuan pengertian apakah pesan-pesan tersebut memberi dampak tertentu bagi perilaku dan kehidupan masyarakat. Desain sepeda dapat memberikan arti bagi pengguna maupun lingkungan sosialnya. Sepeda dapat memanjakan masyarakat dalam komunitasnya masing-masing dengan citra khusus. Sepeda bukan hanya sekedar alat transportasi, sepeda adalah media sosial, media bergaya serta media untuk menampilkan citra diri. Oleh karena itu masyarakat kian ber-gaya dengan sepeda entah yang diperoleh secara instan dari ragam jenis sepeda hingga penggayaan yang dibangun dengan mengkostum sepedanya. Kostum sepeda adalah salah satu potensi dari desain sepeda dimana dalam sebuah penggayaan sepeda terdapat kompetisi untuk menunjukkan identitas dan diferensiasi pengguna.

PEMBAHASAN
Gaya hidup menurut Piliang (2010,h.237) tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan tentang identitas (cultutral identity) dan perbedaan (cultutral difference), sebagai cara untuk memperlihatkan identitas, sekaligus melepaskan hasrat untuk berbeda. Didalam praktik sosial, diperlukan mekanisme dalam membangun perbedaan sosial. Gaya hidup adalah salah satu mekanisme pembedaan sosial itu, yang melaluinya masyarakat dibedakan atas kelompok-kelompok gaya hidup, yang masing-masing membangun identitas kelompoknya, dalam rangka membedakannya dengan identitas-identitas kelompok lainnya. Sepeda adalah salah satu produk desain yang telah mengalami perjalanan desain yang panjang. Alat transportasi yang semula diperuntukkan sebagai alat transportasi, kini telah bermetamorfosis menjadi salah satu alat dalam gaya hidup. Sepeda sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat dijadikan media untuk mengekspresikan identitas dan melepaskan hasrat untuk berbeda. Dapat dikatakan sepeda sudah dijadikan sebagai alat ber-gaya oleh masyarakat.

Fenomena gaya hidup terutama dalam memilih dan penggayaan sepeda pada hakikatnya didasari oleh praktik sosial masyarakat dalam memperlihatkan identitas sekaligus menunjukkan pembeda sosialnya. Dalam studi penggayaan sepeda yang bersifat kualitatif dengan analisis deskriptif didapatkan pola pola penggayaan yang diiringi dengan kecenderungan seseorang mengkostum produk sepeda. Terdapat beberapa faktor dimana seseorang menggunakan sepeda sebagai salah satu alat gaya hidup. Sepeda yang semula sebagai alat transportasi maupun hiburan kini telah berkembang sebagai alat komunikasi dan hiburan yang akhirnya menjadi salah satu alat gaya hidup. Masyarakat kini dihadapkan oleh berbagai jenis sepeda sesuai dengan fungsi utilitas dan nilai estetis sepeda, namun ada faktor lain yang mempengaruhi pemilihan sepeda oleh masyarakat yakni keberadaan komunitas, trend dan faktor konsumsi citra. Pada hakikatnya sepeda tidak hanya fungsi utilitasnya yang dicari, kini sepeda mengalami beberapa perlakuan khusus oleh penggunanya dalam hal peng-gaya-an demi mendapatkan nilai identitas dan perbedaan. Nilai nilai itu dicapai untuk masuk arena sosial tertentu dan sebagai media kontruksi identitas pemilik sepeda itu sendiri.

PEMILIHAN SEPEDA SEBAGAI MEDIA MASUK ARENA SOSIAL TERTENTU


Kehidupan bermasyarakat merupakan ruang sosial dimana terdapat sejumlah arena sosial di dalamnya. Secara sederhana , Bourdieu menjelaskan bahwa arena sosial adalah tempat dimana terdapat kekuatan yang menyatu dalam sebuah pola interaksi dan tata aturan dinamis yang harus dianut oleh individu di dalamnya. Dalam arena social terdapat produksi, pengaturan dan pertukaran simbolis dari nilai dan makna yang disepakati oleh individu di dalamnya. Arena sosial dapat berupa sebuah wilayah geografis, komunitas maupun aktivitas kelompok. Arena sosial dalam dunia sepeda dapat berupa wilayah perkotaan, wilayah tempat sepeda digunakan atau wilayah sepeda menjadi produk gaya hidup. Untuk masuk dalam arena sosial tertentu pengguna sepeda tentu saja memperhatikan beberapa faktor dalam memilih sepeda yang mereka gunakan.

Pemilihan Sepeda Karena Faktor Utilitas


Desain sepeda terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan utilitas maupun gaya hidup. Terdapat berbagai jenis sepeda yang beredar di masyrakat Indonesia seperti sepeda gunung ( mountain bike), sepeda balap (road bike), sepeda kota (city bike), sepeda anak, dan belakangan marak sepeda lipat (folding bike) serta sepeda fixie. Berdasarkan fungsi utilitasnya sepeda dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.

Bagan.1. Klasifikasi Jenis Sepeda Berdasarkan Fungsi Utilitasnya (sumber: Kurniawan, Arie .2013)

Gambar.1. Penampakan Desain Sepeda yang Dikonsumsi Masyarakat (sumber: Kurniawan, Arie .2013)

Dari pemilihan sepeda sesuai utilitas, tentu saja masyarakat mampu untuk masuk dalam arena sosial tertentu. Sebut saja pemilik sepeda downhill, sepeda yang didesain khusus untuk turun bukit dalam perlombaan tidak mungkin digunakan di jalan raya. Pengguna sepeda downhill tentu saja mereka akan menggunakannya di perbukitan. Walaupun pemilik sepeda bukanlah atlet profesional mereka secara sadar atau tidak sadar akan masuk dalam kelompok dan arena sosial pengguna sepeda downhill yang lain. Sepeda folding adalah fenomena lain dari desain sepeda yang lahir karena faktor utilitas. Gaya hidup masyarakat urban yang menginginkan serba praktis, compact dan mudah menginspirasi lahirnya desain sepeda folding. Sepeda folding dapat dilipat dan dimasukkan ke kendaraan seperti mobil memungkinkan penggunanya untuk bersepeda di wilayah perkotaan. Wilayah urban adalah arena sosial yang menjadi tempat keberadaaan pengguna sepeda folding. Secara tidak langsung pengguna sepeda folding terikat dengan identitas sebagai masyarakat urban.

Pemilihan Sepeda Karena Faktor Komunitas


Komunitas merupakan sebuah arena sosial tempat gaya hidup berlangsung. Terbentuknya komunitas sepeda didasari atas motif tiap individu dalam menggunakan sepeda yang dimilikinya. Adapun motif yang terkait dengan fenomena tumbuhnya komunitas sepeda adalah : 1. Motif memanfaatkan sepeda sesuai dengan fungsi utilitasnya 2. Motif memanfaatkan sepeda sebagai alat komunikasi dalam arena sosialnya. Sepeda dapat dijadikan sebagai alat terapi diri bersama kelompok, eksistensi diri, apresiasi medan, memperluas pergaulan dan memperlebar jejaring sosial. 3. Motif memanfaatkan sepeda sebagai produk ramah lingkungan dan bentuk kampanye lingkungan dengan dukungan kelompok 4. Motif menggunakan sepeda sebagai alat untuk mengikuti perkembangan budaya populer dalam sebuah pergerakan gaya hidup dalam masyarakat. Komunitas sepeda dapat dikatakan memiliki kekuatan dalam mendukung sepeda sebagai salah satu alat dalam gaya hidup masyarakat. Fenomena kekuatan komunitas tersebut antara lain : 1. Sebagai arena sosial tempat seseorang memanfaatkan sepeda sesuai fungsi utilitasnya 2. Sebagai jaringan sosial tempat berbagi pengetahuan, olahraga, bertukar informasi dan jaringan bisnis 3. Sebagai wadah untuk ekspresi diri sesorang dalam pergaulan dan eksistensinya

4. Sebagai wahana bersama dalam terapi diri dan rekreasi menghilangkan kepenatan dan rutinitas seseorang 5. Sebagai kekuatan untuk mempengaruhi persepsi dan perilaku seseorang agar peduli lingkungan. Dengan kata lain komunitas membantu dalam kampanye kepedulian lingkungan dan kesehatan dalam kehidupan masyarakat. Komunitas sepeda di Indonesia sendiri kini kian berkembang dengan sejumlah aktivitas yang beragam. Dengan keragaman jenis sepeda yang ada masyarakat kian selektif memilih sepeda yang hendak digunakan untuk dapat masuk dalam komunitas sepeda. Beberapa komunitas sepeda terdiri atas kepemilikan sepeda dari jenis yang sama, ada pula komunitas yang berdasar atas kepemilikan sepeda dari jenis yang berbeda. Sebut saja komunitas BMX (Bike Moto Cross), Onthel, Downhill, dan Cross Country yang menggunakan sepeda dari jenis yang sama. Komunitas sepeda seperti Bike to Work (B2W) dan Go Green Bike Campaign berusaha merangkul pengguna sepeda dari segala jenis untuk kampanye lingkungan dan kesehatan.

Pemilihan Sepeda untuk Bergaya dan Mengkonsumsi Citra


Konsumsi Citra dalam dunia sepeda terkait dengan persepsi dan pengetahuan masyarakat akan nilai yang ada dalam sepeda itu sendiri. Sepeda dalam konteks gaya hidup memang penuh dengan makna dan nilai. Makna adalah pesan yang kita tangkap dari tampilan visual. Sedangkan nilai adalah tingkatan dan acuan pengertian apakah pesan-pesan tersebut memberi dampak tertentu bagi perilaku dan kehidupan masyarakat. Kita paham bahwa wujud sepeda bisa menyampaikan arti (Wiyancoko, 2010: h. 94). Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat tingkatan strata sosial, begitu pula di dalam dunia sepeda. Pengguna sepeda tersegmen dalam tingkatan kelas berdasarkan atribut dari sepeda yang mereka gunakan. Munculnya kelas pengguna sepeda didasari atas merek (brand), jenis komponen, jenis material sepeda maupun jenis sepeda yang digunakan dengan tolak ukur nilai ekonomi yang ada. Pengguna sepeda dengan merek POLYGON misalnya akan dipandang lebih tinggi daripada pengguna sepeda merek JEMBOLY atau merek PACIFIC. Pengguna sepeda dengan komponen sepeda SHIMANO DEORE XTR juga akan dipandang lebih tinggi daripada pengguna sepeda dengan komponen SHIMANO LX. Material rangka juga mempengaruhi tingkatan sosial pengguna sepeda, semisal pengguna sepeda balap dengan material carbon akan dipandang lebih tinggi dari pengguna sepeda dengan material rangka dari besi (ferotech). Perbedaan perbedaan status dan tingkatan tersebut dikarenakan atribut sepeda tersebut diukur dari harga atau nilai ekonomi sepeda yang digunakan. Beberapa produsen sepeda menyiasati fenomena strata sosial dalam penggunaan sepeda dengan cara melakukan strategi visual dalam desain produk. Beberapa komponen dan parts sepeda didesain

agar pengguna memberikan makna yang lebih dari sekedar nilai utilitas. Beberapa contoh strategi produsen sepeda adalah dengan : 1. Mengadopsi bentuk komponen dan aksesori sepeda profesional untuk sepeda kelas entry level (midle-end). 2. Menggunakan teknik kemiripan fisik khususnya dalam hal pewarnaan dan stiker ( decal) sepeda dengan merek ternama untuk sepeda kelas entry level (midle-end). 3. Menambahkan fitur sepeda yang seringkali tidak diperlukan untuk fungsi utilitasnya. Contohnya adalah sepeda jalan raya (road bike) menggunakan suspensi. Pemilihan sepeda untuk sekedar bergaya dan mengkonsumsi citra menimbulkan anomali dalam gaya hidup. Transformasi sepeda dari sekedar alat transportasi dan olahraga menjadi salah satu alat dalam gaya hidup menyebabkan sepeda tak hanya digunakan sesuai fungsi utilitasnya melainkan sebagai alat bergaya di dalam arena sosialnya. Anomali gaya hidup nampak dengan adanya ketidak sesuaian penggunaan sepeda contohnya : 1. Sepeda folding dengan roda kecil yang seharusnya sebagai alat transportasi jarak pendek digunakan untuk touring jarak jauh. Beberapa pengguna sepeda ini tidak menggunakan fitur utamanya yang dapat dilipat namun hanya sebagai alat transportasi atau alat bergaya saat momen bersepeda. 2. Maraknya sepeda fixie menjadi budaya populer anak muda menjadikan sepeda ini kental dengan gaya hidup. Secara utilitas dan pertimbangan medan harusnya sepeda ini digunakan di jalan raya atau jalan dengan kontur yang rata karena basis sepeda ini adalah sepeda jalan raya (road bike). Pada kenyataannya sepeda ini tak hanya digunakan oleh pengguna di kota besar dengan konturnya yang rata. Daerah Dago di Bandung contohnya adalah daerah yang sering digunakan oleh pengguna sepeda fixie beraktivitas meski kontur jalan sekitar daerah itu dapat dikatakan naik turun dan heterogen. 3. Beberapa pengguna sepeda pemula sulit membedakan geometri sepeda dengan peruntukan berdasar gender (pria/wanita). Kaum wanita memilih sepeda berdasarkan posisi top tube yang rendah, tidak jarang kita jumpai beberapa wanita menggunakan sepeda jenis dirt jump atau sepeda MTB junior (mountain bike). 4. Selain karena faktor ekonomi dan kepemilikan sepeda, ada faktor lain yang melatar belakangi MTB digunakan di jalan raya. MTB (mountain bike) dengan roda bergerigi seharusnya digunakan di pegunungan, namun beberapa dari pemilik sepeda tersebut menggunakannya di jalan raya terutama saat car free day di hari minggu. 5. Sepeda sebenarnya didesain untuk alat transportasi satu orang. Perkembangan desain pada sepeda didasari atas kebutuhan masyarakat. Sepeda tandem adalah salah satu contoh desain sepeda yang digunakan lebih dari satu orang. Fenomena yang sering terlihat adalah sepeda diberi aksesori kontainer untuk berboncengan. Kontainer di

belakang sepeda seharusnya hanya digunakan untuk membawa barang karena tidak sesuai dengan ergonomi dan peruntukannya. Pemilihan jenis sepeda dalam masyarakat khususnya sebagai salah satu alat gaya hidup melalui beberapa kriteria yang berjalan beriringan dengan dominasi yang berbeda sesuai dengan segmen penggunanya (Wiyancoko, 2010). Dari riset pasar dinyatakan bahwa masyarakat memilih sepeda berdasarkan harga, desain dan pelayanan. Sepeda sebagai produk gaya hidup tidak hanya dipilih dengan tiga kriteria tersebut, beberapa faktor lain yang mempengaruhi adalah : 1. 2. 3. Jaringan sosial pengguna sepeda Nilai investasi sepeda yang meningkat Kompetisi dan potensi penggayaan dalam membangun citra dan identitas penggunanya

PENGGAYAAN SEPEDA SEBAGAI MEDIA KONSTRUKSI IDENTITAS SESEORANG


Konstruksi identitas ini mengacu pada apa yang dikatakan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckmann bahwa : identitas, dengan sendirinya, merupakan satu unsur kunci dari kenyataan subjektif dan sebagaimana sebuah kenyataan subjektif, berhubungan secara dialektis dengan masyarakat. Identitas dibentuk oleh proses-proses sosial. Begitu memperoleh wujudnya, ia dipelihara, dimodifikasi atau malahan dibentuk ulang oleh hubungan-hubungan sosial. Proses-proses sosial yang terlibat dalam membentuk dan mempertahankan identitas ditentukan oleh struktur sosial. Sebaliknya, identitas-identitas yang dihasilkan oleh interaksi antara organisme, kesadaran individu, dan struktur sosial bereaksi terhadap struktur sosial yang sudah diberikan, memeliharanya, memodifikasinya, atau malahan membentuknya kembali. (Berger dan Luckmann, 1990 : 248). Identitas dengan demikian juga menunjukkan bagaimana kita memandang diri sendiri dan bagaimana orang lain memandang kita. Saat membicarakan identitas akan selalu terkait dengan diferensiasi. Dimana saat menganalisa identitas objek terjadi proses perbandingan dengan objek lainnya. Saussure menegaskan bahwa berbicara mengenai gaya hidup merupakan persoalan difference, artinya suatu kelompok menganut gaya hidup tertentu dan merupakan hasil perbandingan dengan kelompok lainnya. Pengguna sepeda mengkontruksi identitas dalam sepeda dengan memperlihatkan visual yang dapat ditangkap oleh pengguna sepeda lainnya. Visual yang ditunjukkan dalam sepeda seringkali delengkapi dengan visual diri seperti pakaian, atribut asesori dan aksi bersepeda. Serangkaian konsep visual tersebut lebih dikenal dengan fashion bersepeda. Seseorang dapat menunjukkan identitas asli atau menutupi identitasnya dengan apa yang diperlihatkannya ke pengguna sepeda lainnya. Sedangkan diferensiasi akan selalu ada mengikuti proses konstruksi identitas itu sendiri. Walaupun memiliki sepeda yang sama, salah satu dari mereka pasti ingin berbeda meski hanya sebuah tanda. Tanda tersebut bisa berupa stiker, komponen sepeda atau kostum sepeda yang lebih kompleks.

Pengguna sepeda fixie adalah fenomena penggayaan sepeda yang paling mudah ditangkap. sepeda fixie tidak hanya terlihat pada konsep minimalis dan penggunaan fix gear. Sepeda fixie dalam konteks gaya hidup lebih mengedapankan gaya Sepeda fixie tergolong unik dan minimalis karena keberadaanya berbeda. Ungkapan kata berbeda dalam hal ini adalah bahwa sepeda fixie cenderung mengalami modifikasi oleh pemiliknya. Eksistensi dan aktualisasi diri pemilik sepeda dituangkan dalam penampakan sepedanya. Differensiasi juga nampak dalam keserasian antara tampilan sepeda dengan tampilan fisik sepeda fixie. Pengguna sepeda fixie selalu ingin tampil beda dengan pengguna sepeda fixie lain maupun dengan pengguna sepeda jenis lainnya. Makna yang dibangun pada sepeda fixie terdapat pada pewarnaan , pemilihan brand komponen sepeda dan tema yang diusung dalam memodifikasi sepeda fixie. Nilai dapat dikatakan sebagai reaksi dari makna. Reaksi dari makna sepeda fixie bagi pemakai sepeda mengarah pada konstruksi identitas . Reaksi makna mempengaruhi gaya pengendara untuk tampil berbeda dengan pengendara sepeda lain hingga muncul sebuah gaya yang dinamakan gaya berbusana fixie. Gaya ini muncul akibat kekuatan ekspresi untuk membentuk identitas dari setiap pengguna sepeda fixie. Sebuah cara membangun identitas dalam upaya mengekspresikan kelompok dan dan identitas, mereka sangat mengandalkan diri pada dunia komunikasi tanda dan gaya. Komunikasi perbedaan terlihat dari perlakuan mereka terhadap faktor keamanan dalam bersepeda. Pengendara sepeda fixie lebih mementingkan gaya dari pada faktor keamanan dalam berkendara. Penggunaan piranti keselamatan seperti helm dan rem sudah tidak diperlukan karena tergeser dalam penekanan gaya dalam perwujutan ekspresi. Pencitraan identitas melalui sepeda fixie terus berkembang dari yang hanya sekedar bergaya hingga ke keahlian dalam bersepeda. Menggunakan sepeda fixie memerlukan keahlian khusus dalam operasional dan simbolik dengan akrobatik jalanan. Fixie sudah dicitrakan menjadi kelompok yang berbeda dan memiliki kemampuan khusus dalam bersepeda. Walupun fixie terlihat seragam dengan konsep minimalis, tiap pengendara memiliki identitas yang berbeda beda seperti retro, elegan, urban, dan sebagainya.

Gambar.2. Penampakan Peng-gaya-an Sepeda Fixie dan Identitas yang Dibangun Penggunanya

Masyarakat kian bergaya dengan sepeda entah yang diperoleh secara instan dari ragam jenis sepeda hingga penggayaan yang dibangun dengan mengkostum sepedanya. Kostum sepeda dapat berupa atribut produk, fitur atau aksesori estetis produk. 1. Atribut Fisik Produk Kostum sepeda berdasarkan atribut fisik dapat berupa geometry rangka, material, dan utilitas komponen sepeda (roda, rangka, rem, sadel dan pedal). 2. Fitur Produk Kostum sepeda berdasarkan fitur produk berupa nilai fungsional dari atribut fisik yang ada pada sepeda. Contohnya fitur adjustable rangka, adjustable drop-end, efektifitas pegas pada suspensi, hingga fitur tenaga listrik sebagai penggerak sepeda. 3. Aksesori Estetis dan Tanda Kostum sepeda hanya sebagai estetis adalah memberi nilai tanda dari aspek fisual terlepas dari aspek fungsionalnya. Contohnya stiker (decal) dan pewarnaan. Kostum sepeda adalah rangkaian cara pengguna sepeda untuk mengkontruksi identitas personalnya dalam kelompok. Sedangkan dalam pengembangan kostum sepeda dalam kontruksi identitas kelompok, dari perilaku kostum sepeda dapat menjadi diferensiasi baru yakni menjadi jenis sepeda baru. Salah satu contohnya adalah fenomena kemunculan sepeda cruiser. Sepeda ini bukan hasil produksi masal melainkan dari sebuah identitas yang di bangun oleh komunitas low-rider. Pengguna sepeda menginginkan penampakan sepeda yang memiliki roda besar dengan posisi duduk seperti menaiki motor low-rider. Sepeda jenis ini mengalami proses penggayaan yang sangat kompleks hingga membentuk identitas kelompok yang akhirnya dapat dikategorikan sebagai jenis sepeda baru di masanya.

KESIMPULAN
Hasil penelitian tentang fenomena penggunaan sepeda sebagai salah satu alat gaya hidup terlebih lagi sebagai alat untuk bergaya adalah : 1. Sepeda adalah produk desain yang telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang dan telah mengalami kematangan desain dan engineering. Sepeda akan terus berkembang terkait dengan kebaruan dalam aspek utilitas maupun aspek penggayaan. 2. Berdasarkan fungsi utilitasnya sepeda dapat dikelompokkan sesuai dengan medan jalan maupun karakteristik fisik sepeda. 3. Sepeda telah bertransformasi dari sekedar alat transportasi dan olahraga, menjadi alat komunikasi dan hiburan dan kini menjadi media gaya hidup yang lebih kompleks. Sepeda merupakan media untuk masuk dalam arena sosial, sebagai konstruksi identitas personal,

konstruksi identitas kelompok, sekaligus sebagai media kompetisi diferensiasi dalam penggayaan. 4. Paling mudah mengenali fenomena sepeda dalam gaya hidup adalah dengan melihat pola perilaku masyarakat dalam hal memilih dan mengkostum sepedanya. Pemilihan sepeda dipengaruhi motif masyarakat untuk mendapatkan nilai sepeda sebagai : a. Alat transportasi yang digunakan sesuai fungsi utilitasnya b. Media untuk masuk dalam arena sosial tertentu c. Media untuk ekspresi diri maupun kelompok dalam himpunan kekuatan seperti komunitas d. Media bergaya dan konsumsi citra e. Media penunjuk identitas diri ataupun kelompok Sedangkan kostum sepeda di masyarakat menyangkut atribut, fitur dan visual produk. Kostum sepeda adalah sebuh pola perilaku dimana sebuah kepemilikan produk gaya hidup akan diarahkan pada kompetisi penggayaan guna mendapatkan identitas dan differensiasi. Seseorang dapat menunjukkan mapun menutupi identitas aslinya dan tiap personal maupun kelompok memiliki hasrat untuk berbeda dengan yang lainnya. 5. Selain kebaruan dalam hal utilitas, desainer sebaiknya menemukan celah untuk melahirkan kebaruan dalam aspek gaya hidup. Sepeda dapat dijadikan media untuk kompetisi ber-gaya. Sepeda memungkinkan untuk dijadikan objek ekspresi dimana seseorang mengekspresikan identitas dan diferensiasinya. Mendesain sepeda dengan kemudahan dalam kostum oleh penggunanya adalah salah satu bentuk konkrit pemanfaatan celah gaya hidup tersebut.

Daftar Rujukan
Berger, Peter. L. & Luckman, Thomas. (1990). Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan. LP3ES. Jakarta. Chaney, David. (2011). Lifestyle-Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra Dormer, Peter. (2008). Makna Desain Modern-Budaya Material, Konsumerisme, (Peng)Gaya(an). Yogyakarta & Bandung : Jalasutra ECBIS.(2012). Prospek Industri dan Pemasaran Sepeda di Indonesia 2011-2015. Jakarta : ECBIS Rescon Harker, Richard; Cheelen Mahar ; Chris Wilkes. (2009). (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik; Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta : Jalasutra Piliang, Yasraf. (2010). Dunia yang Dilipat-Tamsya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung : Matahari Wiyancoko, Dudy. (2010). Desain Sepeda Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Pupuler Gramedia. Woodward, Kathryn. (1997). Identity and Differences. London : SAGE Publications. Vihma, Susann dan Vakeva, Seppo. (2010). Semiotika dan Semantika Produk. Yogyakarta: Jalasutra

Anda mungkin juga menyukai