Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH EKSTRAK HERBA ANTING-ANTING (Acalypha australis L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH MODEL DIABETES MELLITUS INDUKSI STREPTOZOTOCIN

RIZKY OCKTARINI G0007147

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2010

PROPOSAL PENELITIAN

I. Nama Peneliti NIM / Semester

: RIZKY OCKTARINI : G0007147 / VI

II. Judul Penelitian

: Pengaruh Ekstrak Anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Streptozotocin Model Diabetes Mellitus Induksi

III. Bidang Penelitian

: Kimia

IV. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek kinerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005), juga dapat disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, pembuluh darah (Arif dkk., 2001). Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur. Pola makanan modern seperti sekarang yang tidak sehat, disertai intensitas makan yang tinggi dan stress yang menekan sepanjang hari, membuat kadar glukosa darah sangat sulit dikendalikan. Sejauh ini tindakan preventif yang paling penting

adalah konsumsi diet dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, stats gizi, usia, stress, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. (Arif dkk., 2001). Jika dengan pengaturan makan dan kegiatan jasmani teratur kadar glukosa darah masih belum baik maka dapat dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (OHO). Penggunaan obat alami dalam masyarakat mulai berkembang pada dekade terakhir karena efek samping yang hampir tidak ada ada jika penggunaannya secara benar, hal ini mengingat tanaman obat bersifat kompleks dan organis yang cocok untuk tubuh yang bersifat kompleks dan organis, sehingga tanaman obat dapat disetarakan dengan makanan, suatu bahan yang dikonsumsi dengan maksud merekonstruksi organ atau sistem yang rusak. Penelitian mengenai khasiat ekstrak anting-anting masih jarang dilakukan, tetapi karena peneliti melihat potensi zat-zat yang dikandung anting-anting dapat digunakan untuk mengontrol DM dan dipercaya memiliki sedikit efek samping dan lebih murah jika dibandingkan dengan obat kimiawi, walaupun masih ada beberapa kandungan zat aktifnya yang belum diketahui. (Haklaim et al, 2007) Anting-anting merupakan tumbuhan liar yang banyak terdapat di negara tropis. Di Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan dengan mudah di tepi jalan, kebun, sungai ataupun pekarangan rumah. (Ketut, 2008) Anting-anting memiliki berbagai kandungan bahan aktif, seperti

acalyphamide, aurantiamide, acalyphine, beta-sitosterol-beta-d-glucoside, calcium oxalate, gamma-sitosterol-acetate, HCN, quebrachitol, succinimid, tannin,dan triacetonamine. Zat-zat kimia yang terdapat pada anting-anting ini memiliki berbagai efek farmakologi, diantaranya efek antidiabetik, efek hipoglikemik, efek antioksidan (Duke, 2009). Namun kandungannya sebagai terapi diabetes Mellitus belum banyak diketahui dan dimanfaatkan. Dari data tersebut peneliti ingin lebih dalam meneliti

hubungan pemberian ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih model DM induksi Streptozotocin.

V. Perumusan Masalah Adakah hubungan pemberian ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi Streptozotocin?

VI. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi Streptozotocin.

VII. Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi streptozotocin. B. Manfaat Aplikatif Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk mengolah anting-anting menjadi suatu bentuk yang mudah diambil manfaatnya guna menurunkan tingginya kadar glukosa darah yang menjadi faktor risiko penyakit diabetes mellitus.

VIII. Tinjauan Pustaka 1. Diabetes Mellitus a. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, defek kinerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005). Hiperglikemia terjadi akibat penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel disertai oleh peningkatan pengeluran glukosa oleh hati. Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat karena proses-proses yang menghasilkan glukosa, yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis, berlangsung tanpa hambatan karena insulin tidak ada. Ketika kadar glukosa darah meningkat sampai pada saat jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi, glukosa akan timbul di urin (glukosuria). Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik yang menarik air bersamanya, menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering berkemih). Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan dehidrasi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan sirkulasi perifer karena volume darah turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki, dapat menyebabkan kematian karena aliran darah ke otak turun atau dapat menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Sel-sel otak sangat peka sehingga timbul gangguan fungsi sistem syaraf yaitu polineuropati. Gejala khas lain pada diabetes melitus adalah polidipsia (rasa haus berlebihan) yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk mengatasi dehidrasi akibat poliuria. Karena terjadi defisiensi glukosa intrasel, maka kompensasi tubuh merangsang saraf sehingga nafsu makan meningkat dan timbul polifagia (pemasukan makanan berlebihan). Akan tetapi, walaupun terjadi peningkatan pemasukan makanan, berat tubuh menurun secara progresif akibat efek deisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein. Sintesis trigliserida menurun saat lipolisis meningkat sehingga terjadi moilisasi asam lemak besar-besaran dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak daam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif. Peningkatan penggunaan lemak oleh hati

menyebabkan pengeluaran berlebihan badan keton ke dalam darah dan menimbulkan ketosis. Karena badan-badan keton mencakup beberapa asam seperti asam asetoasetat yang berasal dari penguraian tidak sempurna lemak oleh hati, ketosis ini menyebabkan asidosis metabolik progresif. Asidosis menekan fungsi otak dan apabila cukup parah dapat menimbulkan koma diabetes dan kematian. (Sherwood, 2001) b. Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus 1. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu 200 mg/dL. Gejala klasik DM antara lain poliuria, polifagi, polidipsi, dan penurunan berat badan setelah menyingkirkan penyebab lain (Gustaviani, 2006). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. 2. Gejala klasik + kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya selama 8 jam. 3. Kadar glukosa darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dL. TTGO dilakukan menurut standard WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air (Slamet, dkk, 2005)

c. Klasifikasi Diabetes Mellitus 1. Diabetes Melitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus) Pada diabetes tipe ini terjadi destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, bisa melalui proses imunologik ataupun bisa idiopatik (Gustaviani, 2006), ditandai oleh tidak adanya sekresi insulin. Sebagian besar penderita DM tipe ini berat badannya normal

atau kurus dan memiliki prevalensi yang lebih besar pada anak-anak (Sherwood, 2001) 2. Diabetes Melitus tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) Penyebab utama terjadinya diabetes tipe ini sangat bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin, ditandai dengan adanya sekresi insulin yang normal atau bahkan meningkat, tetapi terjadi penurunan kepekaan sel sasaran terhadap insulin (Sherwood, 2001). Resistensi insulin dan gangguan pada produksi insulin merupakan faktor penting dalam patogenesis tipe ini yang disebabkan reseptor insulin berkurang atau mengalami malfungsi, produksi insulin kurang/abnormal. Pada tipe ini lebih umum terjadi pada usia dewasa. 75% penderita DM tipe ini dengan obesitas dan baru diketahui setelah berumur 30 tahun. 3. Diabetes tipe lain Dapat berupa defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat/zat kimia, infeksi, imunologi, sindrom genetik lain. 4. Diabetes gestasional Merupakan diabetes yang timbul selama masa kehamilan karena pada kehamilan terjadi perubahan hormonal dan metabolik sehingga ditemukan jumlah atau fungsi insulin yang tidak optimal yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang meliputi preeklampsia, kematian ibu, abortus spontan, kelainan kongenital, prematuritas, dan kematian neonatal. (Mansjoer, 1999) DM gestasional meliputi 2-5 % dari seluruh diabetes. Pada kebanyakan kasus, toleransi glukosa kembali normal setelah melahirkan, namun risiko seumur hidup untuk

mengalami Intoleransi Glukosa Terganggu (IGT) dan NIDDM pada umumnya meningkat. d. Terapi Diabetes Mellitus

2. Anting-anting a. Klasifikasi Dalam taksonomi tumbuhan, Anting-anting diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Rosidae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Acalypha : Acalypha australis L. (plantamor) Sinonim b. Nama Lokal : Anting-anting (Indonesia), Tie xian (Cina) Morfologi anting-anting Anting-anting (Acalypha australis L.) atau sering juga disebut Acalypha indica tumbuh dalam bentuk semak. Tinggi pohon bisa mencapai 1.5 meter, berbatang tegak, bulat, berambut halus, berwarna hijau. Daun tunggal, berbentuk belah ketupat, berwarna hijau, panjang 3-4 cm, lebar 2-3 cm, berujung runcing, tepi bergerigi, terletak menyebar di sepanjang pohon dan batang. Bunga majemuk berbentuk bulir, keluar dari ketiak daun dan ujung cabang. Buah berbentuk bulat, : Acalypha indica (IBIS, 2010)

warna hitam. Biji berbentuk bulat panjang berwarna coklat dan memiliki akar tunggang. (plantamor) b. Komponen dalam anting-anting

3.

Metformin Biguanida ditemukan pada awal tahun 1959, tergolong ke dalam senyawa

antidiabetes dan merupakan obat antidiabetik oral yang tidak menstimulasi pelepasan insulin serta tidak menurunkan kadar gula darah pada orang normal, di samping itu zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan) sehingga tidak meningkatkan berat badan, maka sangat cocok jika diberikan pada pasien DM yang mengalami obesitas ( BMI>27) karena biasanya terdapat resistensi insulin yang tinggi. Kira-kira 80% dari semua pasien DM tipe 2 terlalu gemuk dengan kadar gula tinggi, sampai dengan 17-22 mmol/l (=300-400 mg/100 ml). Biguanida berdaya mempengaruhi kerentanan sel bagi insulin. (Tjay, 2007) Metformin merupakan derivat-dimetil dari kelompok biguanida yang berkhasiat memperbaiki sensitivitas insulin, terutama menghambat pembentukan glukosa dalam hati, serta menurunkan kolesterol-LDL dan trigliserida (U.K. Prospective Diabetes study, 1998). Resorpsinya dari usus tidak lengkap, BA-nya 5060%, PP-nya rendah. Praktis tidak dimetabolisir dan diekskresikan utuh lewat kemih. Plasma -t1/2-nya 3-6 jam. (Tjay, 2007) Daya kerja supresi produksi dan penyerapan glukosa menyebabkan fluktuasi gula darah menjadi lebih kecil dan nilai rata-ratanya menurun, sehingga dapat digunakan pada diabetes tipe 2 jika diet tunggal tidak mencukupi. Dosis biasanya 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c. Bila perlu setelah 1-2 minggu perlahan-lahan dinaikkan sampai maksimal 3 dd 1 g. 4. 5. Peran Ekstrak Anting-anting dalam Menurunkan Glukosa Darah Hewan Uji

a. Sistematika tikus putih menurut Sugiyanto (1995) adalah sebagai berikut: Filum : Chordata

Classis Subclassis Ordo Familia Genus Species

: Mamalia : Placentalia : Rodentia : Muridae : Rattus : Rattus norvegicus

b.

Karakteristik utama tikus putih jantan

Tikus relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, dengan syarat dapat melihat dan mendengar tikus lain. Hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus lebih menguntungkan daripada mencit (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988). Tikus putih jantan digunakan sebagai binatang percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus jenis jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Sugiyanto, 1995).

10

IX. Kerangka Pemikiran hipoglikemik hiperglikemik Antidiabetik Anting-anting

Stress oksidatif

antioksidan

Nekrosis sel pankreas

Sensitivitas insulin

Keterangan : : memacu : menghambat

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

X. Hipotesis

11

Terdapat pengaruh ekstrak anting-anting (Acalypha australis L.) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) model diabetes mellitus induksi Streptozotocin.

XI. Metode Penelitian A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian post test only control group design.

B.

Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

C.

Subjek Penelitian Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, sehat dan mempunyai

aktivitas normal, tidak kawin, berumur kira-kira 4-6 minggu dengan berat kira-kira 200 gram. Tikus diperoleh dari ________________

D.

Hewan Uji Model Diabetes Melllitus Tikus putih diadaptasikan selama satu minggu, untuk membuat model DM,

tikus dipuasakan 12-24 jam kemudian diinjeksi STZ dosis ____ mg/kgBB (DavilaEsqueda and Martinez-Morales F, 2004) dalam citrate buffer (100 mM asam sitrat dan 100 mM Na sitrat pada pH 4,5) secara i.p. Hanya tikus dengan kadar glukosa darah 200 mg/dL yang digunakan dalam penelitian ini. E. Teknik Sampling Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara accidental sampling, kemudian dilanjutkan simple random sampling untuk membagi suyek menjadi empat

12

kelompok. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Federer, dengan perhitungan sebagai berikut: Rumus Federer : (n-1) (t-1) 15 n t : besar sampel : jumlah kelompok ;t=4

Jadi banyaknya sampel yang diperlukan, menurut rumus Federer : (n-1) (t-1) 15 <=> (n-1) (4-1) 15 <=> 3n-3 <=> 3n <=> n 15 18 6 (Purawisastra, 2001) Jumlah sampel harus lebih besar atau sama dengan 6 ekor tikus tiap kelompok. Dalam penelitian ini, setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus, sehingga banyaknya sampel telah memenuhi. F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : ekstrak herba Anting-anting (Acalypha australis L.) Skala variabel 2. Variabel terikat : nominal : Kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar Skala variabel 3. Variabel luar a. Dapat dikendalikan : makanan, minuman, faktor genetik, jenis kelamin, umur, berat badan. : Rasio

13

b. Tidak dapat dikendalikan : kondisi

psikologis

(stres),

hormonal,

penyakit hati dan pancreas, kualitas ekstrak anting-anting.

F.

Definisi Operasional Variabel 1. Ekstrak anting-anting Ekstrak Anting-anting diperoleh dari herba Anting-anting (Acalypha

australis L.) yang dikeringkan, dihaluskan, kemudian diekstraksi dengan cairan penyari etanol 70%. Ekstraksi dilakukan dengan metode perkholasi, ekstrak dibuat di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM) Yogyakarta. Pemberian ekstrak anting-anting secara peroral dengan dosis 1000 mg/kgBB. 2. Metformin 3. Kadar glukosa darah Kadar glukosa darah hewan uji diukur dengan menggunakan Blood Glucose Test Meter (GlucoDr
TM

).

Jika kadar glukossa darah sewaktu

mencapai 200 mg/dL maka dapat disebut DM.

G. Rancangan Penelitian Tikus putih jantan galur Wistar

Exclude

STZ dosis 65 mg / kgBB

Kadar glukosa darah < 200 mg/dL

Kadar glukosa darah 200 mg/dL

1 Kelompok kontrol (6 ekor)

2 Kelompok DM (6 ekor)

14

3 Kelompok DM+Metformin dosis 9

4 Kelompok DM+Anting-anting dosis 1000

Gambar 3. Rancangan Penelitian H. Alat yang digunakan 1. Alat-alat yang digunakan : a. Kandang hewan uji beserta kelengkapan pemberian pakan dan minum b. Gelas ukur c. Spuit injeksi tuberculin d. Labu ukur e. Sonde tikus f. Blood glucose stick meter GlucoDrTM g. Tabung mikrohematokrit h. Timbangan elektrik i. Chlor ethyl 2. Bahan-bahan yang digunakan : a. Streptozotocin (STZ) b. Ekstrak anting-anting c. Aquadest d. Metformin e. Broiller I f. Buffer sitrat

I.

Alur penelitian 1. Kandang tikus disiapkan 2. Tikus diadaptasikan dengan lingkungan selama 7 hari 3. Tikus sebanyak 24 ekor dikelompokkan secara simple random sampling menjadi 4 kelompok, masing-masing 6 ekor

15

a. Kelompok 1 diberi diet standard sebagai kontrol b. Kelompok 2 diberi diet standard dan diinduksi streptozotocin selama penelitian berjalan sebagai kontrol negatif (kelompok DM) c. Kelompok 3 diberi diet standard, diinduksi streptozotocin dan diberi metformin dosis 9 mg/kgBB/hari (Rao and Nammi. 2006) d. Kelompok 4 diberi diet standard, diinduksi streptozotocin dan diberi ekstrak anting-anting dengan dosis 1000mg/tikus per-oral setiap hari 4. Pemeriksaan glukosa darah untuk menentukan tikus DM dilakukan 2 hari setelah induksi streptozotocin dan pada akhir paparan sekitar akhir minggu keempat) 1.Topik dikirim mahasiswa 2.Dibahas tim skripsi 3.Bimbingan usulan skripsi 4.Proposal siap 5.Ujian proposal 6.Pengumpulan data 7.Penelitian skripsi 8.Ujian skripsi X X X X X X X X X X X X X X X

J.

Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistic menggunakan program Self-

Propelled Semi-Submersible (SPSS) far Windows Release 17.0 dan p< 0,05 dipilih sebagai tingkat minimal signifikansinya. Uji statistik yang digunakan adalah uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test (LSD). XII. Jadwal Penelitian 16

XIII. Daftar Pustaka

Arif M., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahtu I.W., Wiwiek S., Anantha D.T., Arif H., Edi P., EvY Y., Fauzia M., Irfan W., Kartini, Kuntjoro H., Nurbaiti., Suprohaita., Usyinara., Winda A. 2001. Kapia Selekta Kedokteran. Edisi ke3. Jakarta : Media Aesculapius, pp: 581-6 Byrne. 2009. Flora Base The Western Australian Flora.

http://florabase.dec.wa.gov.au/science/timage/4269ic1.jpg (01 Maret 2010) Davila-Esqueda ME., Martinez-Morales F. 2004. Pentoxifylline Diminishes the Oxidative Damage to Renal Tissue Induced by Streptozotocin in the Rat. Experimental Diab. Res. 5:245-251. Duke J.A. 2009. List oc chemicals of Acalypa australis L. In; Phytochemical and Ethnobotanical Databases. http://sun.ars-grin.gov:8080/npgspub/xsql/plantdisp.xsql?taxon=406 (27 Februari 2010) Dorland W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi ke-29. Jakarta: EGC Aviram Michael, Dornfeld Leslie, Rosenblat Mira, Volkoya Nina, Kaplan Marielle, Coleman Raymond, Hayek Tony, Presser Dita, Fuhrman Blanca.2000. Pomegranate juice consumption reduces oxidative

stress,atherogenic modifications to LDL, and platelet aggregation: studiesin humans and in atherosclerotic apolipoprotein Edeficient mice1,2.Am J Clin Nutr.71:1062-76 Ganong, W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 339-341. Guyton, A.C and Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 1187 - 1201.

17

Katzung, B. G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 441 - 444. Kritchevsky, 1996. Animal Techniques for Evaluating Hyperglicemic Drugs. Animal and Clinical Pharmacologic Techniques in Drug Evaluation. Edited by Nodine, J.H., Page: 193-197. Kumalaningsih, Sri. 2007. Antioksidan, Sumber & Manfaatnya. http://antioxidantcentre.com/ (01 Maret 2010) Marks B. Dawn, Marks D. Allan, Smith M. Colleen. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Cetakan ke-1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 480529.

Montgomery, R. Dryer, R L. Conway and T W. Spector, A A.1993. BIOKIMIA: Suatu Pendekatan Berorientasi kasus. Jilid 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal: 891 - 935. Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A. and Rodwell, V.W. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 276 283. Murti, B. 2007. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi ke 3. Yogyakarta. Smith, J.B., Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press, Jakarta. Hal : 37 38. Sotyaningtyas, C. 2007. Sehat & Segar dari Alam. http://theeazayoe.blogspot.com/2007_07_01_archive.html (24 Maret 2009) Sugiyanto, 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi. Edisi 4. Laboratorium Farmakologi dan Taksonomi UGM, Yogyakarta. Hal : 11 20 Suyatna, F D. Handoko, T. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Bagian Farmakologi FK UI. Hal: 364 379. U.K.Prospective Diabetes Study. Tight blood pressure control aand risk of macroand microvascularcomplications in type 2 diabetes. BMJ 1998;317:703-13

18

Lampiran 1 Data Biologis Tikus

Lama hidup Lama produksi ekonomis Lama bunting Siklus kelamin Siklus estrus Lama estrus Suhu (rektal) Pernapasan Denyut jantung Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Konsumsi oksigen Volume darah Protein plasma ALT AST Berat dewasa

2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun 1 tahun 20-22 hari poliestrus 4-5 hari 9-20 jam 36-39C 65-115/menit 330-480/menit 90-180 mmHg 60-145 mmHg 1,29-2,68 ml/jam 57-71 ml/kg 4,7-8,2 g/100ml 17,5-30,2 IU/liter 45,7-80,8 IU/liter 300-400 g jantan, 250-300 g betina

Sumber: Pemeliharaan, Pembiakan, Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)

Lampiran 2 Tabel Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan

19

Mencit 20 g

Tikus 200 g

Marmot 400 g

Kelinci 1,5 kg

Kucing Kera Anjing Manusia 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg

Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kucing 2 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg

1,0

7,0

12,25

27,8

29,7

64,1

124,2

387,9

0,14

1,0

1,74

3,9

4,2

9,2

17,8

56,0

0,08

0,57

1,0

2,25

2,4

5,2

10,2

31,5

0,04

0,25

0,44

1,0

1,08

2,4

4,5

14,2

0,03

0,23

0,41

0,92

1,0

2,2

4,1

13,0

0,016

0,11

0,19

0,42

0,45

1,0

1,9

6,1

0,008

0,06

0,1

0,22

0,24

0,52

1,0

3,1

0,0026

0,018

0,031

0,07

0,076

0,16

0,32

1,0

(Sumber : Ngatidjan, 1991)

20

Anda mungkin juga menyukai