Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENELITIAN PENGARUH PERBANDINGAN KONSENTRASI LARUTAN GULA DAN TEH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JAMUR KOMBUCHA KIMIA

E/ KELOMPOK 4

DISUSUN OLEH : ABDURROHMAN AFIEF (13307141041) AFRILIA HIDAYATI (13307141048) WISNU SUTOPO (13307141049) MARIA B. NOVISATRI (13307141057) NANDA RENI FERA R (13307141058)

KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nama jamur kombucha kini tidak lagi asing bagi masyarakat Indonesia. Jamur yang pada mulanya ditemukan di Asia Timur pada awal abad ke-20 ini, kini kian dikenal seiring dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat akan banyaknya khasiat dari jamur yang dijuluki sebagai jamur ajaib ini. Pada awalnya jamur kombucha berasal dari simbiosis murni bakteri dengan ragi kombucha di Asia Timur. Jamur kombucha mampu meregenerasi dirinya sendiri saat sedang berfermentasi menggunakan media teh manis. Hanya dengan media larutan teh dan gula, dapat dihasilkan jamur kombucha baru. Hasil dari larutan teh dan gula yang difermentasi oleh kombucha ini sering disebut teh kombucha. Teh kombucha inilah yang memiliki banyak manfaat, diantaranya; sebagai pelancar pencernaan, sumber vitamin C, mengobati masalah pegal-pegal, hingga mecegah penyakit kanker. Akibatnya, kini banyak orang yang mengembangbiakkan jamur kombucha ini dengan tujuan pengobatan, konsumsi, hingga ke fungsi ekonomi. Namun, dalam praktek pembiakkan jamur kombucha oleh orang awam, tidak memperhatikan komposisi perbandingan teh dan gula, sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal. Oleh karena itu, kami mencoba melakukan pengamatan terhadap laju pertumbuhan jamur kombucha dalam berbagai perbandingan gula dan teh untuk menentukan komposisi yang paling tepat untuk memperoleh hasil yang optimal.

B. Rumusan Masalah 1. Berapa kombinasi konsentrasi gula dan teh untuk mendukung pertumbuhan jamur kombucha dengan optimal?

C. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan gula dan teh terhadap laju pertumbuhan jamur kombucha. 2. Mampu menarik kesimpulan dari pengamatan ini dan mengkomunikasikannya, sehingga bisa bermanfaat untuk pengembangbiakkan jamur kombucha.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Jamur Kombucha Jamur Kombucha ditemukan di Asia Timur pada awal abad ke 20. Pada awalnya jamur kombucha berasal dari simbiosis murni bakteri dengan ragi kombucha. Habitat hidupnya adalah pada larutan gula dan teh. Nutrisi yang dibutuhkan jamur kombucha untuk bertahan hidup ialah berupa unsur C, O, N, dan H. Unsur-unsur tersebut dapat terpenuhi dari larutan gula dan teh. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ini dilakukan dengan melakukan proses fermentasi untuk memecah senyawa gula dan teh. Pada saat proses fermentasi berlangsung jamur kombucha juga melakukan proses perkembangbiakkan yang ditandai dengan munculnya lapisan jamur baru di permukaan medium kombucha. Selama proses fermentasi, medium jamur kombucha tidak boleh terkena guncangan maupun terkena sinar matahari secara langsung.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi kombucha Selama proses fermentasi kombucha terjadi aktivitas mikroorganisme yang berlangsung secara simultan dan sekuensial. Proses fermentasi dimulai dengan aktivitas khamir yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dengan bantuan enzim ekstraseluler invertase dan selanjutnya glukosa direduksi menjadi etanol dan karbondioksida yang terbentuk bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Laju pemecahan sukrosa menjadi fruktosa lebih tinggi dibandingkan terhadap produksi glukosa. Kedua gula ini dapat digunakan oleh A. xylinum untuk memproduksi asam organik dan biosintesis selulosa. A. xylinum tidak aktif memetabolisis fruktosa seperti halnya glukosa, sehingga fruktosa terakumulasi di dalam larutan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi adalah ketersediaan nutrisi meliputi unsur C, N, dan O, pH medium sekitar 5,5 , Suhu fermentasi 23 - 27 C dengan tolaransi dalam kisaran 18 - 35 C, ketersediaan udara namun tidak dalam bentuk aerasi aktif, tidak boleh ada goncangan atau getaran, tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung

3. Proses fermentasi Kombucha Teh kombucha merupakan minuman fungsional yang menempati posisi diantara minuman konvensional dan obat, sehingga dapat digunakan dalam pencegahan suatu penyakit. Minuman fungsional merupakan minuman yang dirancang secara khusus dengan memanfaatkan senyawa bioaktif tertentu yang mempunyai peran dalam mencegah penyakit (Hartoyo, 2003). Produk minuman fungsional ini merupakan hasil fermentasi larutan teh manis dengan menggunakan starter mikrobia kombucha (Acetobacter xylinum dan beberapa jenis khamir yang merupakan organisme tingkat rendah) dan difermentasi selama 8-12 hari yang biasa dikenal dengan Jamur kombu atau Jamur dipo (scoby : symbiotic colon of bacteria yeast) (Paimin, 2001). Saat proses fermentasi, bakteri akan mengubah glukosa menjadi berbagai jenis asam, vitamin, dan alkohol yang berkhasiat bagi tubuh. Glukosa ini berasal dari inversi sukrosa oleh khamir menjadi glukosa dan fruktosa. Pembentukan etanol dilakukan oleh khamir dan selulosa oleh Acetobacter xylinum, glukosa dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat pentosa oleh bakteri asam asetat, sebagian besar fruktosa dimetabolis menjadi asam asetat dan sejumlah kecil asam glukonat. Glukosa disini sebagai substrat untuk pertumbuhan sel dan pembentukan produk (asam asetat).

4. Cara Perkembangbiakkan kombucha Seperti makhluk hidup pada umumnya, kombucha juga melakukan perkembangbiakkan untuk memperbanyak diri. Cara reproduksinya adalah secara tidak kawin. Saat jamur kombucha melakukan proses fermentasi, glukosa dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat pentosa oleh bakteri asam asetat, sebagian besar fruktosa dimetabolis menjadi asam asetat dan sejumlah kecil asam glukonat. Glukosa disini sebagai substrat untuk pertumbuhan sel dan pembentukan produk (asam asetat). Bakteri asam laktat juga menggunakan glukosa untuk mensintesis selulosa mikroba. Fruktosa masih tertinggal sebagian dalam media fermentasi dan diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana oleh mikroorganisme sehingga dapat digunakan sebagai substrat fermentasi. Kultur dalam waktu bersamaan juga menghasilkan asam-asam organik lainnya. Bakteri A. xylinum mengubah gula menjadi selulosa yang disebut nata/pelikel dan melayang di permukaan medium. Jika nutrisi dalam medium telah habis dikonsumsi, kultur akan berhenti tumbuh tetapi tidak mati. Kultur akan aktif lagi jika memperoleh nutrisi

kembali.Dari fermentasi ini diperoleh starter mikrobia kombucha (Acetobacter xylinum dan beberapa jenis khamir yang merupakan organisme tingkat rendah) yang biasa dikenal dengan Jamur kombu atau Jamur dipo (scoby : symbiotic colon of bacteria yeast) . Scoby inilah jamur kombucha baru yang tumbuh dipermukaan air teh dan terus menebal seiring berjalannya proses fermentasi.

5. Gula dan Teh

GULA

Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbidahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan). Gula dibedakan menjadi 3 berdasarkan kesederhanaannya, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah senyawa karbohidrat dalam bentuk gula yang paling sederhana. Beberapa monosakarida mempunyai rasa manis. Sifat umum dari monosakarida adalah larut air, tidak berwarna, dan berbentuk padat kristal. Contoh dari monosakarida

adalah glukosa (dextrosa), fruktosa (levulosa), galactosa, xylosa dan ribosa. Glukosa memiliki rumus senyawa C12H22O11. Glukosa merupakan jenis monosakarida yang paling sering dimanfaatkan pada kehidupan manusia. Monosakarida merupakan senyawa

pembentuk disakarida(seperti sukrosa) Monosakarida digolongkan berdasarkan dan heptosa)

dan polisakarida (seperti selulosa dan amilum). jumlah dan atom karbon yang gugus aktifnya, dikandungnya yang bisa

(triosa, tetrosa, pentosa, heksosa,

berupa aldehida atau keton. Ini kemudian bergabung, menjadi misalnya aldoheksosa dan ketotriosa. Selanjutnya, tiap atom karbon yang mengikat gugus hidroksil (kecuali pada kedua ujungnya) bersifat optik aktif, sehingga menghasilkan beberapa karbohidrat yang berlainan meskipun struktur dasarnya sama. Sebagai contoh, galaktosa adalah aldoheksosa, namun memiliki sifat yang berbeda dari glukosa karena atom-atomnya disusun berlainan.

Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida terbentuk antara atom C 1 suatu monosakarida dengan atom O dari OH monosakarida lain. Hidrolisis 1 mol disakarida akan menghasilkan 2 mol monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak terdapat di alam. Polisakarida adalah polimer yang satuan monosakarida yang adalah karbohidrat, dihubungkan tersusun tersusun dengan hanya dari ratusan hingga ribuan

ikatan glikosidik.[rujukan?]Polisakarida dari atom karbon (C), hidrogen (H),

sehingga

dan oksigen (O). Contoh polisakarida adalah pati,glikogen, agarosa, dan selulosa. Beberapa polisakarida kompleks dapat juga memiliki atom tambahan misalnya nitrogen,

seperti pektin, kitin, danlignin. Polisakarida mencakup senyawa yang paling sering ditemukan di bumi (selulosa) dan memasok energi dan aktivitas bagi kehidupan di dalamnya. TEH Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar

lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia. Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir),teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit. Teh memiliki rumus senyawa C8H10N8O2.

BAB III METODE PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Tempat : Dalam ruang ruangan tertutup Waktu : 1 minggu

B. Variabel :

Variabel bebas

Perbandingan konsentrasi gula dan teh

Variabel kontrol

Diameter jamur kombucha, ukuran gelas, volume total larutan dalam gelas, tempat pengamatan, waktu pengamatan.

Variabel terikat

Tebal jamur kombucha baru.

C. Alat dan Bahan 1. Alat : a. 12 gelas berdiameter 6 cm b. Penggaris c. Buku catatan dan alat tulis d. Rak 2 tingkat

2. Bahan a. Larutan gula 1,0 M 1740 ml b. Larutan teh 1740 ml c. 12 jamur kombucha diameter 6 cm

D. Metode / Prosedur Kerja

Menyiapkan Alat dan bahan yang dibutuhkan

Masing-masing gelas ditandai dengan nomor Ia, Ib, Ic, IIa, IIb, IIc, IIIa, IIIb, IIIc, IVa, IVb, IVc.

Gelas Ia, Ib, Ic diberi larutan gula 1,0 M sebanyak 240 ml

Gelas IIa, IIb, IIc diberi larutan gula 1,0 M sebanyak 180 ml dan larutan teh sebanyak 60 ml

Gelas IIIa, IIIb, IIIc diberi larutan gula 1,0 M sebanyak 60 ml dan larutan teh sebanyak 180 ml

Gelas IVa, IVb, IVc diberi larutan teh sebanyak 240 ml

Jamur kombucha dimasukkan kedalam gelas yang berisi larutan

Pertumbuhan jamur kombucha baru diamati setiap hari

Perkembangan tebal jamur kombucha baru diukur dengan mistar dan hasilnya dimasukkan dalam tabel yang disediakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan Percobaan kali ini berjudul Penelitian Pengaruh konsentrasi Larutan Gula dan Teh pada pertumbuhan bibit Jamur Kombucha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan gula dan teh terhadap laju pertumbuhan bibit jamur kombucha, kemudian menyimpulkannya dan setelah itu mengkomunikasikannya sehingga bisa bermanfaat bagi perngembangbiakkan jamur kombucha. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa 12 gelas berdiameter 6 cm, mistar, rak 2 tingkat, 12 jamur kombucha, larutan gula 1,0 M 1.740 mL, larutan teh 1.740 mL, buku catatan dan alat tulis. Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu didalam ruangan tertutup. Selama penelitian ini dilakukan diperoleh beberapa temuan yang perlu dibahas. Temuan itu berupa: 1. Adanya gelembung dalam gelas I, II, III Selama proses fermentasi kombucha terjadi aktivitas mikroorganisme yang berlangsung secara simultan dan sekuensial. Proses fermentasi dimulai dengan aktivitas khamir yang memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa dengan bantuan enzim ekstraseluler invertase dan selanjutnya glukosa direduksi menjadi etanol dan karbondioksida yang terbentuk bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Dari persamaan reaksi fermentasi dapat dikatakan bahwa mol gula yang bereaksi sama dengan jumlah mol gas CO2 yang dihasilkan. Dari kenyataan tersebut maka bisa disimpulkan bahwa jika semakin banyak mol gula yang berperan sebagai substrat reaksi, maka jumlah mol CO2 yang dihasilkan juga semakin banyak. Teori tersebut terbukti pada penelitian kali ini. Gelas Ia, Ib, Ic yang memiliki kandungan gula yang lebih banyak dari gelas lain memiliki jumlah gelembung yang lebih banyak dari gelas IIa, IIb, IIc. Gelas nomor IIa, IIb, IIc yang memiliki kandungan gula lebih banyak dari gelas nomor IIIa, IIIb, IIIc memiliki gelembung yang lebih banyak dari IIIa, IIIb, IIIc. Dan gelas nomor IVa, IVb, IVc tidak terdapat gelembung karena tidak terdapat glukosa didalamnya.

2. Perbedaan tebal jamur kombucha baru Berdasarkan teori disebutkan bahwa nutrisi sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk proses pertumbuhan dan sintesis berbagai komponen sel. Nutrisi yang diperlukan dibedakan menjadi dua; yaitu unsur makro (diperlukan dalam jumlah besar) dan unsur mikro (dalam jumlah kecil). Berdasarkan teori, selama pertumbuhan jamur kombucha, nutrisi yang sangat dibutuhkan meliputi unsur C, N, dan O. Unsur C dan O terdapat pada gula dan teh. Sementara unsur N hanya terdapat pada larutan teh. Rumus senyawa dari gula (dalam penelitian kali ini glukosa) adalah C12H22O11 dan rumus senyawa teh adalah C8H10N8O2. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil dimana tebal jamur baru pada gelas ke III > gelas ke II > gelas ke IV > gelas ke I Meninjau dari tingkat ketebalan tiap-tiap gelas, hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang ada. Hal itu dikarenakan pada teh kandungan nutrisinya lebih lengkap dibandingkan pada gula meskipun kadar C dan O lebih sedikit. Penjelasan untuk tiap gelas: a. Gelas ke III memiliki ketebalan yang paling besar karena secara nutrisi lebih terpenuhi dibandingkan gelas yang lain. Hal itu dikarenakan setelah unsur N terpenuhi oleh teh juga mendapat nutrisi dari gula berupa C dan O yang sangat cukup. b. Gelas ke II memiliki ketebalan yang terbesar kedua setelah gelas ke III, karena pada gelas ke II kadar N terpenuhi meskipun tidak sebesar yang diterima oleh jamur pada gelas ke III. Kadar C dan O yang diperoleh oleh gelas ke II lebih besar dibanding gelas ke III sehingga pertumbuhannya memiliki selisih yang tidak terlampau jauh. c. Gelas ke IV memiliki ketebalan terbesar ketiga setelah gelas ke III dan ke II. Hal ini dikarenakan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh sudah dipenuhi, namun jumlahnya sangat terbatas dimana kadar C dan O sangat sedikit karena hanya berasal dari larutan teh saja. Jumlah N pada gelas ini memiliki kadar paling banyak. d. Gelas ke I memiliki ketebalan yang paling kecil karena nutrisi yang diperoleh tidak memenuhi (tidak terdapat unsur N). Namun masih tetap bisa tumbuh meskipun lambat karena adanya nutrisi berupa C dan O yang sangat besar dari larutan gula.

Dari penelitian ini selain terdapat temuan-temuan juga terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan ini dapat berupa : 1. Kesalahan praktikan Dalam melakukan peneliti kurang teliti dalam melakukan prosedur-prosedur penelitian. Kesalahan tersebut misalnya dalam mengukur tebal jamur baru maupun menentukan jumlah gelembung kurang teliti sehingga memungkinkan adanya hasil yang berbeda-beda.

2. Adanya Pengganggu Yang dimaksud pengganggu disini adalah adanya binatang maupun faktor non binatang yang mengganggu proses fermentasi kombucha. Menurut teori disebutkan bahwa selama proses fermentasi untuk pembentukan jamur baru tidak oleh ada guncangan karena akan merusak scoby yang baru terbentuk. Pada saat melakukan penelitian terdapat semut yang masuk ke area penelitian. Adanya semut tersebut menginjak-injak scoby di permukaan gelas. Akibat semut ini, jamur di gelas Ia mati karena semut tersebut. Semut cenderung menuju gelas nomor I karena kadar gula tertinggi dibanding yang lain. Karena adanya semut, maka dalam mengusir semut tersebut terpaksa terjadi guncangan sehingga akan mempengaruhi hasil penelitian. 3. Ketidakpastian molaritas teh Dalam penelitian ini digunakan larutan gula 1,0 M dan larutan teh. Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak adanya ukuran pasti pada larutan teh. Kalau kita dasarkan pada teori bahwa rumus senyawa teh murni adalah C8H10N8O2. Dari rumus senyawa tersebut dapat diketahui bahwa nilai massa atom relatif teh murni adalah 254 gr/mol. Jadi untuk memperoleh larutan 1,0 M diperlukan 254 gr teh murni pada air murni 1,0 L. Untuk membuat larutan teh 1,0 M pada 1,74 L air murni diperlukan 442 gr teh. Dalam percobaan ini teh yang digunakan adalah teh yang dibeli di pasaran yang telah mengalami berbagai macam proses di pabrik, sehinggakemurnian dari teh tersebut tidak bisa dipastikan.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh konsentrasi gula dan teh bagi pertumbuhan jamur kombucha ialah sangat besar dan sangat mempengaruhi karena gula dan teh ini merupakan penyuplai nutrisi bagi jamur kombucha. Selain itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan pula bahwa pertumbuhan jamur kombucha akan maksimal ketika perbandingan larutan gula dan teh adalah 1:2.

B. SARAN

Pada bagian saran ini, kami hanya ingin menyampaikan beberapa saran berdasarkan pengalaman kami dalam penulisan laporan pengamatan ini. Dalam pembuatan laporan

pengamatan biologi ini, karena membutuhkan banyak sumber materi baik dalam bentuk buku maupun jurnal, maka kami menyarankan agar perpustakaan jurusan Biologi FMIPA UNY untuk bisa memberikan kemudahan bagi seluruh mahasiswa untuk meminjam buku di perpustakaan jurusan biologi. Saran kami yang lain juga agar jam buka perpustakaan biologi FMIPA UNY ditambah karena jam kuliah mahasiswa yang bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Kanisius: Yogyakarta.

Jodoamidjojo, M, Abdul, A., D, dan Endang G, S. 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali Pers: Jakarta. Paimin, Fendy, R. 2001. Jamur Dipo Harus Tepat Dosis. Trubus hal 53: Jakarta. Rachman, Ansori. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Departemen P dan K. PAU Pangan dan Gizi. IPB: Bogor.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai