Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KHUSUS

INOKULASI SKALA PABRIK

1. Pembuatan Nata de Coco


Nata adalah produk fermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum pada substrat
yang mengandung gula. Bakteri tersebut menyukai kondisi asam dan memerlukan
nitrogen untuk stimulasi aktifitasnya. Glukosa substrat sebagian akan digunakan
bakteri untuk aktifitas metabolisme dan sebagian lagi diuraikan menjadi suatu
polisakarida yang dikenal dengan extracelluler selulose berbentuk gel. Polisakarida
inilah yang dinamakan nata. Nata de coco ialah sejenis makanan fermentasi yang
dibuat dengan bahan dasar air kelapa. Nata tersusun dari senyawa yang dihasilkan
oleh bakteri Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum dapat hidup dalam air
kelapa dan juga dalam buah-buahan yang mengandung glokosa dalam cairan buah
nenas, yang kemudian diubah menjadi selulose dan dikeluarkan ke permukaan sel.
Lapisan selulosa ini terbentuk selapis demi selapis pada permukaan sari buah,
sehingga akhirnya menebal inilah yang disebut nata.
Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah
yang mengandung glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat dan benang-
benang selulosa. Lama-kelamaan akan terbentuk suatu massa yang kokoh dan
mencapai ketebalan beberapa centimeter. Selulosa yang dikeluarkan ke dalam
media itu berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir
membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata. Bakteri Acetobacter
xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah
diperkaya dengan karbon (C) dan nitrogen (N2), melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler
yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan
renik yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-
benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan.
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan
cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa
spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun
selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri
Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum
bersifat gram negatif, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.
Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter
xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk
senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco.
Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan
meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat
akan membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam
sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.

2. Industri Bir, Wine, dan Spirit


Secara umum, minuman keras seperti bir, wine, whiskey, dan lainnya dibuat
dari fermentasi biji atau buah. Wine terbuat dari anggur, bir dari biji-bijian sereal,
misalnya barley. Agen fermentasinya adalah Saccharomyces sp. Setelah proses
fermentasi selesai dan dihasilkan berbagai macam jenis alcohol, maka bir didistilasi
untuk memisahkan antara alcohol dengan materi lainnya yang tidak dipergunakan.

3. Biopestisida dan Biofertilizer


Biopestisida ini berasal dari agen hayati yang ramah lingkungan dan aman
bagi kesehatan. Biopestisida biasanya bekerja secara antagonis spesifik terhadap
hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian. Oleh karena sifatnya yang
antagonis spesifik, biopestisida hanya menyerang hama dan penyakit target
sehingga tidak membahayakan tanaman pertanian dan manusia yang memakan
produk pertanian itu. Biopestisida dapat berupa biofungisida dan bioinsektisida.
Salah satu contoh biofungisida yang digunakan di Indonesia yaitu pemanfaatan
Trichoderma harzianum. Trichoderma harzianum dapat menjadi hiperparasit pada
beberapa spesies jamur penyebab penyakit tanaman.
Cara kerja agen pengendali hayati yang bersifat antagonis dalam menekan
populasi atau aktifitas pathogen tumbuhan dapat berupa kompetisi,
hiperparasitisme dan antibiosis. Jamur Trichoderma harzianum bekerja dengan
memproduksi senyawa racun berupa trichodermin, trichodermol dan chrysophanol
yang dapat menyebabkan lisis pada hifa jamur lain. Kelebihan lain dari T.
harzianum adalah mampu membentuk koloni dengan sangat cepat di daerah
perakaran tanaman (rhizosfer) sehingga seperti mantel yang melindungi akar
tanaman dari serangan jamur penyakit, mempercepat pertumbuhan tanaman, dan
meningkatkan hasil panen (produksi) dari tanaman tersebut.
Biofertilizer berfungsi antara lain untuk membantu penyediaan dan
mempermudah penyerapan hara bagi tanaman, membantu dekomposisi bahan
organik, menyediakan lingkungan rhizosfer yang lebih baik sehingga pertumbuhan
dan produksi tanaman akan meningkat. Oleh karena itu, sekarang banyak
dikembangkan pemupukan tanaman menggunakan biofertilizer. Salah satu
biofertilizer yang akan dibahas di sini adalah Rhizobium dan Azospirillum.
Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang
berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman yang bekerja dengan cara
menambat nitogen bebas dari udara. Dalam bekerja, Rhizobium bersimbiosis
dengan akar tanaman legum dan membentuk bintil-bintil pada akar. Azospirillum
mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati.
Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan,
termasuk beberapa jenis serealia, jagung, cantel, dan gandum. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteri ini tidak menyebabkan perubahan morfologi perakaran,
meningkatkan jumlah akar rambut, menyebabakan percabangan akar lebih berperan
dalam penyerapan hara. Keuntungan lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat
berasosiasi dengan perakaran tidak dapat menambat nitrogen, maka pengaruhnya
adalah meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah.

4. Industri Yoghurt
Yoghurt didefinisikan sebagai hasil fermentasi susu dengan starter campuran
yang terdiri dari Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus
delbrueckii subspesies Bulgaricus yang menghasilkan bentuk atau konsistensi
menyerupai pudding dan berasa asam. Rasa asam dikarenakan bakteri mengolah
gula susu alami menjadi asam laktat. Peningkatan keasaman (pH 4-5) dapat
mencegah proliferasi (perbanyakan sel) dari bakteri patogen seperti Salmonella.
Yoghurt lebih mudah dicerna didalam perut dibandingkan susu biasa karena
yoghurt mengandung lebih sedikit laktosa dari pada susu biasa. Sehingga baik
dikonsumsi bagi penderita laktosa intolerance, yakni kurangnya kemampuan
enzim laktase yang dihasilkan usus untuk menghidrolisis laktosa yang dapat
menimbulkan gangguan pada pencernaan. Selain itu yoghurt juga mengandung
nilai pengobatan terhadap lambung dan usus yang terluka, karena bakteri probiotik
yang terkandung dalam yoghurt bersifat antagonistik terhadap bakteri patogen,
kadar kolesterol di dalam darah dapat diturunkan dengan mengkonsumsi yoghurt,
sehingga dapat mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah
(atherosclerosis), probiotiok di dalam yoghurt dapat berperan sebagai anti kanker.
Pada pengolahan produk fermentasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan
starter dalam membentuk asam laktat yang ditentukan oleh jumlah dan jenis starter
yang digunakan. Pengggumpalan pada susu fermentasi terjadi akibat tercapainya
titik isoelektrik pada pH 4,6, saat kasein berubah strukturnya dari koloid menjadi
gel. Setelah suhu mencapai 37-45 °C maka dilakukan inokulasi/penambahan
bakteri ke dalam susu tersebut sejumlah 50 – 60 ml/liter susu. Penambahan bakteri
dilakukan dengan teknik aseptic agar tidak terkontaminasi dengan bakteri lain.

5. Bioleaching
Bioleaching menggunakan mikroorganisme bakteri untuk mengekstrak logam
mulia, seperti emas, dari bijih di mana ia tertanam. Sebagai alternatif untuk
peleburan atau menggongseng, penambang menggunakan bioleaching ketika ada
konsentrasi yang lebih rendah dari logam dalam bijih dan mereka membutuhkan
metode, efisien bertanggung jawab terhadap lingkungan. Bakteri feed pada nutrisi
mineral, sehingga memisahkan logam yang meninggalkan sistem organisme,
kemudian logam dapat dikumpulkan dalam suatu larutan.
Bioleaching karena cara khusus mikroorganisme bertindak atas deposit
mineral dan katalis untuk mempercepat proses alami di dalam bijih. Bakteri
menggunakan reaksi kimia yang disebut oksidasi untuk mengaktifkan kristal logam
sulfida menjadi sulfat dan logam murni. Bagian konstituen dari bijih dipisahkan
menjadi logam berharga dan sisa bahan kimia asam sulfur dan lainnya. Bahan
menumpuk dalam larutan limbah untuk menyaring dan berkonsentrasi ke logam.
Untuk beberapa jenis logam, seperti tembaga, bioleaching tidak selalu
ekonomis layak atau cukup cepat, bahkan dengan biaya rendah. Namun, di daerah
tertentu di dunia atau dengan logam lainnya, metode ini biaya sederhana, efektif,
dan rendah menawarkan pilihan cerdas. Sebagai contoh, negara berkembang
seringkali tidak memiliki investasi infrastruktur atau modal untuk memulai
peleburan, namun tanah mereka mengandung bijih cukup bahwa ekstraksi secara
signifikan dapat meningkatkan perekonomian nasional negara tersebut.
Setelah memperoleh popularitas, sekitar 20% dari tembaga diekstrak di dunia
saat ini berasal dari bioleaching. Perusahaan pertambangan harus berhati-hati dari
polusi yang mungkin timbul dari solusi mencapai sumber air tanah. Namun secara
keseluruhan, bioleaching menghasilkan polusi udara kurang dan kerusakan kecil
pada formasi geologi, karena bakteri terjadi di sana secara alami. Sebuah uang
logam yang ideal harus memungkinkan jumlah tertentu air ke batu untuk membawa
bakteri. Namun, harus dikelilingi oleh batuan yang kedap air untuk memastikan
tidak ada air tanah akan tercemar dengan belerang.
Ekstraksi besi dapat melibatkan berbagai jenis bakteri mengoksidasi besi dan
sulfur, termasuk Thiobacillus acidithiobacillus dan Thiooxidans Acidithiobacillus
(sebelumnya dikenal sebagai Thiobacillus). Sebagai contoh, bakteri mengkatalisasi
rincian arsenopirit mineral (FeAsS) dengan mengoksidasi sulfur dan logam untuk
keadaan oksidasi yang lebih tinggi sementara mengurangi dioksigen oleh H2 dan
Fe3. Hal ini memungkinkan produk larut untuk membubarkan.
Proses untuk tembaga adalah sangat mirip tetapi efisiensi dan kinetika
tergantung pada mineral tembaga. Mineral yang paling efisien adalah mineral
supergen seperti senshinsei kaliberasi, Cu2S dan Covellite. Mineral kalkopirit
tembaga utama (CuFeS2) tidak kehabisan sangat efisien yang dominan mengapa
tembaga teknologi produksi tetap flotasi diikuti oleh peleburan dan pemurnian.
Pencucian dari CuFeS2 mengikuti dua tahap menjadi terlarut dan kemudian lebih
lanjut dioksidasi, dengan ion Cu2+ ditinggalkan. Ion embaga Cu2+ dikeluarkan dari
larutan dengan pelarut ekstraksi pertukaran ligan yang meninggalkan ion lainnya
dalam larutan. tembaga akan dihapus oleh ikatan ligan, yang merupakan molekul
besar yang terdiri dari sejumlah kelompok kecil masing memiliki pasangan bebas.
Bioleaching umumnya sederhana dan karena itu lebih murah untuk
mengoperasikan dan memelihara daripada proses tradisional, karena spesialis lebih
sedikit dibutuhkan untuk mengoperasikan pabrik kimia yang kompleks.
Proses ini lebih ramah lingkungan daripada metode ekstraksi tradisional. Bagi
perusahaan ini dapat diterjemahkan ke dalam keuntungan, karena perlu membatasi
emisi sulfur dioksida selama peleburan mahal. Kurang landscape terjadi kerusakan,
karena bakteri yang terlibat tumbuh secara alami, dan tambang dan wilayah
sekitarnya dapat dibiarkan relatif tidak tersentuh. Sebagai bakteri berkembang biak
dalam kondisi tambang tersebut, mereka mudah dibudidayakan dan didaur ulang.
Proses pencucian bakteri sangat lambat dibandingkan dengan peleburan. Hal
ini membawa laba kurang serta memperkenalkan penundaan yang signifikan dalam
arus kas untuk tanaman baru. Zat kimia beracun yang kadang-kadang dihasilkan
dalam proses. Asam sulfat dan ion H+ yang telah terbentuk dapat bocor ke dalam
air tanah dan permukaan memutarnya asam, menyebabkan kerusakan lingkungan.
Ion berat seperti besi, seng, dan arsen selama kebocoran air asam tambang. Ketika
pH larutan ini meningkat, sebagai hasil dari pengenceran oleh air tawar, endapan
ion ini, membentuk polusi. Saat ini lebih ekonomis untuk bijih tembaga berbau
daripada menggunakan bioleaching, karena konsentrasi tembaga dalam bijih
umumnya cukup tinggi. Keuntungan yang diperoleh dari kecepatan dan hasil
peleburan membenarkan biaya. Namun, konsentrasi emas dalam bijih umumnya
sangat rendah. Biaya yang lebih rendah pelindian bakteri dalam kasus ini melebihi
waktu yang diperlukan untuk mengekstrak logam.
DAFTAR PUSTAKA

Arinta, S. 2012. Analisis Optimasi Produksi Yoghurt pada PT. Cimory Cisarua
Bogor. (Online) http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55809.
(Diakses pada tanggal 21 Februari 2017)
Fachri, A. 2014. Sekilas Tentang Industri Wine di Indonesia. (Online)
https://www.linkedin.com/pulse/20140718021657-25409152-sekilas-tentang
-industri-wine-di-indonesia. (Diakses pada tanggal 21 Februari 2017)
Ishak dan Yuliana. 2014. Pemanfaatan Berbagai Jenis Bakteri Dalam Proses
Bioleaching Limbah Logam Berat. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Julianti, E. 2012. Inokulasi dalam Proses Fermentasi. (Online) https://elisajulianti.
lecture.ub.ac.id/2013/03/inokulum-dalam-proses-fermentasi.pdf. (Diakses
pada tanggal 21 Februari 2017)
Taryana, S. 2015. Efektifitas Inokulasi Bakteri Pelepas Phospor sebagai Penyedia
Unsur P Terhadap Pertumbuhan Bibit Bawang Prei Jenis L-9. (Online)
http://unikom.ac.id/3013/. (Diakses pada tanggal 21 Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai