Anda di halaman 1dari 54

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan

energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Respirasi/Pernafasan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu : 1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara. 2. Asdfsad Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh. Ada beberapa kategori penyakit sistem pernafasan yaitu : 1. Asbestosis Asbestosis adalah suatu penyakit sistem pernafasan yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Penyebab Penyakit Sistem Pernafasan asbestosis ini adalah :

Penyakit Sistem Pernafasan Asbestosis karena Plak pleura. Penyakit Sistem Pernafasan Asbestosis karena Mesotelioma maligna Penyakit Sistem Pernafasan Asbestosis karena Efusi pleura

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada Penyakit Sistem Pernafasan Asbestosis:

Batuk Rasa sesak di dada Nyeri dada Kelainan kuku atau clubbing of fingers (bentuk jari-jari tangan yang menyerupai tabuh genderang).

2. Asma Asma adalah penyakit sistem pernafasan yang di sebabkan karena keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Penyebab penyakit sistem pernafasan Asma Asma disebabkan oleh banyak hal. Misalnya pada alergi debu, kelelahan, kedinginan, makan makanan beralergen (penyebab asma) seperti gorengan, cokelat dan makanan berlemak tinggi, emosi berlebih (marah, sedih), stress, merokok, bulu binatang (kucing, anjing) dan polusi udara. Jika anda penderita asma, maka lebih baik hindarilah hal-hal seperti yang disebut di atas agar asma anda tidak kambuh. Gejala penyakit sistem pernafasan Asma Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini

karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya. 3. Bronkitis Bronkitis adalah penyakit sistem pernafasan karena suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paruparu) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius. Penyebab penyakit sistem pernafasan bronkitis :

Penyakit Sistem Pernafasan Bronkitis karena berbagai jenis debu Penyakit Sistem Pernafasan Bronkitis karena asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin Penyakit Sistem Pernafasan Bronkitis karena Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida Penyakit Sistem Pernafasan Bronkitis karena Tembakau dan rokok lainnya.

Gejalanya penyakit sistem pernafasan bronkitis :


Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan) Sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan Sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu) Bengek Lelah Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan Pipi tampak kemerahan Sakit kepala

Gangguan penglihatan. Incoming search terms:


penyakit pernafasan penyakit pernafasan dan penyebabnya penyakit sistem pernafasan penyakit sistem pernapasan sistem pernafasan sistem respiratori penyakit alat pernapasan penyakit saluran pernafasan penyakit pada sistem pernapasan sakit pernafasan

a. Definisi Pneumonia atau pneumonitis adalah suatu peradangan pada paru-paru terutama pada bagian

parenkhim paru. Kondisi ini mengakibatkan adanya gangguan fungsi sistem pernafasan (Gabor 2003). b. Kausa Faktor-faktor pengelolaan peternakan dan lingkungan hewan sangat berpengaruh terhadap terjadinya radang paru-paru pada suatu peternakan. Cara-cara pemeliharaan seperti penempatan hewan yang selamanya hanya dikandang saja, tempat yang lembab atau berdebu, ventilasi udara yang jelek, penempatan hewan dari berbagai umur dalam satu tempat, jumlah hewan yang berlebihan dalam satu kandang, hewan yang berdesak-desakan (over crowding), pemasukan hewan-hewan yang tidak beraturan, merupakan faktor-faktor yang mendukung terjadinya pneumonia (Cordes et.al 1994). Selain itu, adanya radang seperti radang pada bronkhus (bronkhitis) juga dapat bertindak sebagai penyebab pneumonia. Terlebih sebagian besar kejadian pneumonia pada hewan asalnya bersifat bronchogenik (adanya benda-benda asing yang masuk kedalam atau melalui bronkhus), tetapi beberapa dapat berasal dari rute hematogenik (via darah). c. Etiologi Etiologi kejadian pneumonia sangat beragam. Menurut Welsh et.al (2004), penyakit pneumonia pada sapi dapat diakibatkan oleh virus, bakteri atau kombinasi keduanya, parasit metazoa (metazoan parasites) dan agen-agen fisik/kimia lainnya. Adapun spesifitas agen penyebab tersebut adalah : Pneumonic pasteurellosis (shipping fever), oleh : Pasteurella haemolityca, Pasteurella multocida dengan atau tanpa virus Parainfluenza 3 Viral Pneumonia, oleh : adeno virus atau Parainfluenza 3 Contagious bovine pleuropneumonia, oleh : Mycoplasma mycoides Lungworm pneumonia, oleh : Dictyocaulus viviparus Tuberculosis secara sporadik yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis d. Patogenesa Menurut Welsh et.al (2004), hampir semua kejadian pneumonia berawal dari mekanisme pertahanan paru-paru. Dibawah kondisi yang normal, aliran udara utama dan parenkhim paru-paru mencegah masuknya agen yang berbahaya, menetralisir serta menyingkirkannya, sehingga paru-paru mengandung sedikit, jika ada, organisme yang sampai ke bagian ujung paru-paru. Beberapa infeksi alat respirasi berasal dari partikel debu yang membawa agen infeksi dimana keluar/masuk paru-paru. Untuk terjadinya suatu infeksi melalui rute aerosol, agen penyebab infeksi harus bersifat mudah dibawa oleh udara (aerosolized), tahan di udara, dapat ditempelkan pada dinding alat respirasi dari induk semang yang peka, dan kemudian memperbanyak diri. Jadi patogenesa dari infeksi penyakit respirasi terkait dengan deposisi partikel dan agen infeksi dalam alat respirasi. Di bawah kondisi normal suatu mekanisme pertahanan biokimiawi, fisiologis dan immunologis secara kompleks melindungi alat pernafasan dari partikel masuk, yang mungkin bersifat melukai atau infeksius. Mekanisme pertahanan utama alat respirasi meliputi filtrasi aerodynamika oleh rongga hidung, bersin, refleks laryngealis, refleks batuk, mekanisme transport mucociliary makrofag alveolar dan sistem antibodi sistemik maupun lokal. Selain itu, gambaran anatomis dan fisiologis dari sistem respirasi sapi memungkinkan adanya predisposisi terhadap berkembangnya penyakit paru-paru dibandingkan hewan lainnya. Sapi secara fisiologis mempunyai kapasitas pertukaran gas yang kecil dan aktifitas tekanan ventilasi basal lebih besar. Kapasitas pertukaran gas yang kecil menyebabkan sapi mendapatkan tingkat oksigen alveolar dan bronchial rendah selama berada pada dataran tinggi dan selama periode aktifitas fisik/metabolik. Pada saat itu, tekanan oksigen rendah atau

hypoxia mungkin memperlambat aktifitas mucociliary dan makrofag alveolar dan menurunkan kecepatan proses pembersihan paru-paru (Subronto 2003). Paru-paru sapi juga mempunyai tingkat pembagian ruangan yang lebih besar dari pada hewan lain. Hal ini memungkinkan terjadinya hypoxia perifer pada jalannya udara sehingga jalannya udara menjadi terhambat. Hal ini mengakibatkan penurunan aktifitas fagositosis dan retensi multifikasi agen-agen infeksius. Disamping itu, karena makrofag alveolar jumlahnya rendah pada paru-paru sapi, maka mekanisme pembersihan paru-paru tidak seefektif hewan lain. Demikian pula tingkat atypical bioactivity dari lysozyme mukus respirasi pada sapi yang rendah, memungkinkan sapi lebih mudah menderita infeksi saluran pernafasan dibandingkan spesies hewan lainnya. e. Gejala Klinis Menurut Cordes et.al (1994) gejala klinis terjadinya pneumonia pada sapi adalah respirasi cepat dan dangkal, sesak nafas (dyspnoe), batuk, keluar discharge atau eksudat pada hidung, tegak sapi dalam posisi abduksio (bahu direnggangkan), tidak selalu ditandai dengan kenaikan suhu/demam karena kenaikan suhu tubuh berlangsung sejalan dengan reaksi tubuh dalam memobilisasi sel darah putih dan berlangsungnya reaksi antigen-antibodi. Pada pneumonia yang telah berjalan cukup lama (kronis) tidak disertai dengan kenaikan suhu tubuh (Subronto 2003). Pada pemeriksaan auskultasi, daerah paru-paru akan terdengar suara abnormal. Karena alveol berisi cairan radang, pada saat inspirasi suara bronchial lebih kecil atau sama dengan suara vesikular. Pada pemeriksaan secara perkusi, tidak ditemukan batas-batas yang jelas pada gema perkusinya. Suara resonansi yang dihasilkan bervariasi (Gabor 2003). Selain itu, pada perkembangan lebih lanjut, pada sapi yang sedang produksi akan mengalami penurunan produksi atau produksi air susu akan terhenti sama sekali, hewan lesu, malas, berbaring dan kehilangan nafsu makan dan minum (Gabor 2003). f. Diagnosa dan pemeriksaan lanjutan Diagnosa pneumonia didasarkan atas gejala klinik yang terlihat dan dilengkapi dengan pemeriksaan secara auskultasi, perkusi dan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan foto rontgent. Untuk mengetahui etiologi atau agen penyebab pneumonia perlu dilakukan pemeriksaan mikrobiologis berupa pemeriksaan sputum atau leleran hidung atau swab trakheal (Cordes et.al 1994). Selain itu, pemeriksaan hematologi juga dapat dilakukan. Pemeriksaan ini untuk melihat gambaran sel darah putih dan jika memungkinkan dapat pula dilakukan pemeriksaan serologis, terutama untuk mengetahui keberadaan agen virus. Bahkan pemeriksaan feses natif untuk mengetahui telur cacing juga dapat dilakukan. Karena larva nematoda Dictyocaulus viviparus dalam perjalanannya di paru-paru dapat menyebabkan peradangan (Lungworm pneumonia). g. Diagnosa banding Differensial diagnosa terhadap pneumonia adalah didasarkan pada adanya kemiripan diantara penyakit seperti gejala klinis respirasi cepat dan dangkal, sesak nafas (dyspnoe), batuk, keluar discharge atau eksudat pada hidung, tegak sapi dalam posisi abduksio (bahu direnggangkan). Keadaan oedema pulmonum patut dipertimbangkan. Mengingat pada kondisi oedema pulmonum juga terlihat adanya gangguan suplai oksigen dan karbondioksida akibat adanya pengisian cairan pada alveolar (Welsh et.al 2004). Selain itu, gangguan pada pleura (pleuritis) perlu diperhatikan juga, karena pada pemeriksaan atau uji gumba, kondisi pleuritis juga menunjukkan reaksi sakit (positif). Terlebih radang ini

jarang ditemukan yang berdiri sendiri. Kondisi pneumonia yang telah berlanjut pun dapat mengakibatkan peradangan pada pleura (Subronto 2003). h. Terapi Terapi sangat efektif dilakukan jika telah mengetahui agen penyebab pneumonia. Pengobatan dengan antibiotik berspektrum luas yang bersifat long akting diberikan selama sedikitnya 3 hari berturut-turut, cukup efektif untuk meniadakan penyebab radang karena infeksi bakterial. Contoh obat yang dapat digunakan adalah yang mengandung Enrofloxacin seperti Avitryl-10 Inj dengan dosis 2,5-5 mg/kg BB selama 3 hari. Tidak ada terapi khusus untuk pneumonia oleh virus dan Mycoplasma Sp, walaupun kasus Mycoplasma Sp sangat sensitif terhadap antibiotika secara laboratorium (in vitro). Hal ini terjadi mungkin karena sifat infeksi Mycoplasma Sp adalah intraseluler sehingga susah dicapai obat. Penggunaan obat yang mengandung cortikosteroid dapat digunakan untuk efek anti radang pada terapi pneumonia akut (Sasono et.al 2008). Selain tersebut diatas, Menurut Welsh et.al (2004), terapi penyakit respirasi secara umum dapat juga dilakukan dengan menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan dan terapi oksigen (O2) serta pengawasan terhadap hewan-hewan yang sehat merupakan rangkaian penanganan pneumonia disuatu peternakan, mengingat mudahnya penularan pneuomonia yang disebabkan oleh bakteri dan virus ke hewan-hewan yang ditempatkan sekandang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Bernadina S. 2008. Mengenal Lebih Dekat dengan Turgor Kulit. http://Kesehatankulit.com/question/index?qid=20081124051643AA9OJkv. [18 Maret 2009] Biauw AS. 1977. Diagnosa Klinik Hewan Kecil. Bogor: Proyek peningkatan/Pengembangan perguruan tinggi IPB. Cordes D.O.; Dodd D.C.; OHara P.J. 2005. Pneumonia in Cattle. New Zealand Veterinary Journal, Volume 12, Number 5, 1 October 1994 , pp. 101-104(4) Djannah D. 2003. Pengendalian Ektoparasit Terpadu Pada Ternak. Jakarta: Yasaguna Press Fox JC. 2008. Clinical Parasitology Image. http://instruction.cvhs.okstate.edu/jcfox/HTDOCS/Disk1/Images/Img0049f.jpg. [19 Maret 2009] Gabor LJ. 2003. Pneumonia in a dairy cow: study case in Australia. Australia: Australian veterinary journal (Aust Vet J) 2003-Jul; vol 81 (issue 7) : pp 409-10 Nurhafid. 2008. Keseimbangan Panas Pada Ternak. http://ternakblog.blogspot.com/2008/09/keseimbangan-panas-pada-ternak.html. [18 Maret 2009] Sasono A, Rosdiana FA, Setiawan BS. 2008. Beternak Sapi Perah secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mamalia). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Triakoso, B. 2007. Buku Kesehatan Sapi. Yogyakarta: Aksi Agraris Kanisius Welsh RD, Dye LB, Payton ME, Confer AW. 2004. Control of Bovine Pneumonia or Bovine Respiratory Disease in Dairy Cow. Amerika: Journal of Veterinary Diagnostic Investigation, Vol 16, Issue 5, 426-431 Pencarian Yang Berhubungan Dengan Artikel Ini:

terapi pneumonia pneumonia pada sapi

penyakit sapi perah

Asuhan Keperawatan Pada Neonatus Dengan Infeksi Saluran Pernafasan


Pengertian Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418). Angka kejadian dan diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Pada rumah sakit umum yang telah menjadi rumah sakit rujukan terdapat 8,76 %-30,29% bayi dan neonatal yang masih mengalami infeksi dengan angka kematian mencapai 11,56%49,9%. Pengembangan perawatan yang canggih mengundang masalah baru yakni meningkatnya infeksi nosokomial yang biasanya diakhiri dengan keadaan septisemia yang berakhir dengan kematian (Victor dan Hans; 1997; 220). Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan swab sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran pernafasan. Pada hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis ini tidak dapat membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus atau streptokokus karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis polimorfonuklear (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 453). Etiologi Dan Karakteristik Infeksi Saluran Pernafasan

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419). Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan A b-hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus. Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh di dalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas. Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru. Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420). Manifestasi klinis ISPA Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451). Terapi dan Penatalaksanaan ISPA Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret. Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452). Diagnosis banding Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada

infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akuta yang sering disertai dengan muntah (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 454). Tanda dan gejala yang muncul 1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC. 2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. 3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bahkan tidak mau minum. 4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. 5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. 6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric. 7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah

tersumbat oleh karena

banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. 9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419). Pengkajian terutama pada jalan nafas

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan. Pola, cepat (tachynea) atau normal. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong; 1991; 1420). Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan, nyeri. Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru. Intervensi: a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah. b. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas. c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap keringat. d. Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter. e. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator). f. Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret. Tujuan: Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret. Intervensi: a. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan. b. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher. c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position). d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter. e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode tachypnea. f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat. g. Berikan kelembaban udara yang cukup. h. Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital. 3. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak Tujuan: Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya. Intervensi: a. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang diberikan). b. Berikan dorongan secara moril kepada orang tua. c. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan. d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak jelas. e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.

f. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga. DAFTAR PUSTAKA Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC. Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 20012002,Philadelpia,USA Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan Infeksi saluran pernafasan akut - Presentation Transcript 1. InfeksiSaluranPernafasanAkut (ISPA) Linda Kirana S 20708303 Ariana Paramita 20710024 Dwintha Lestari 20710025 Ita Nur Anisa 20710026 2. Definisi ISPA adalahinfeksi yang berlansungsampai 14 hari. ISPA meliputisaluranpernafasanbagianatasdansaluranpernafasanbagianbawah. Yang dimaksudsaluranpernafasanadalah organ mulaidarihidungsampaigelembungparu, beserta organ-organ disekitarnyaseperti: sinus, ruangtelingatengah, danselaputparu. 3. INFEKSI SALURAN PERNAFASAN Infeksi Pernafasan Atas Otitis Media Faringitis Sinusitis Infeksi Pernafasan Bawah Pneumonia Bronkitis Bronkitis kronis bronkhiolotis 4. Infeksi Saluran Pernafasan Atas 5. InfeksiSaluranPernafasanAtas Setengah dari penyakit ini menimbulkan gejala. Menyebabkan morbiditas signifikan dan peningkatan biaya kesehatan. Umumnya menyebabkan penyakit yang fatal. Penggunaan antibiotik yang berlebihan menjadi masalah utama.

6. Infections of the Upper Respiratory Tract Site Disease Agents Nasal cavity Coryza (common cold) Many different viruses Chronic atrophic rhinitis Bacteria (Klebsiellaozaenae) RhinoscleromaKlebsiellarhinoscleromatis Invasive fungal infections Mucor, Aspergillus Nasal diphtheria Corynebacteriumdiphtheriae MucocutaneousleishmaniasisLeishmaniabraziliensis Syphilis (tertiary) Treponemapallidum Lepromatous leprosy Mycobacterium leprae RhinosporidiosisRhinosporidiumseeberi Paranasal sinuses Acute sinusitis Pyogenic bacteria Chronic sinusitis Pyogenic bacteria Aspergilloma("fungus ball") Aspergillus species Pharynx, tonsil Acute pharyngotonsillitis Many different viruses Streptococcus pyogenes Diphtheria Corynebacteriumdiphtheriae Pharyngeal gonorrhea Neisseriagonorrhoeae Peritonsillar abscess (quinsy) Pyogenic bacteria Infectious mononucleosis EpsteinBarr virus Retropharyngeal space Abscess Pyogenic bacteria Tuberculosis Mycobacterium tuberculosis Larynx Acute laryngitis Many different viruses Acute epiglottitis and laryngitis Haemophilusinfluenzae 7. OTITIS MEDIA Otitis adalah radang telinga, yang dapat ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran, tinnitus dan vertigo. Prevalensi Umumnyaterjadipadabayidananakanak. Di Amerikaserikat 75 % darisemuaanakanakmengalamisedikitnya 1 episode otitis media sebelumberumur 3 tahun 20% Otitisterjadipadaorangdewasa yang memilikiriwayatinfeksi 8. Anatomi Telinga Telingatengahterdiridari 3 auditoriossicles : maleus, inkus, stapes Maleusartikulasidenganmembran timpani Stapes berartikulasidenganjendela oval Individusangatrentanterhadapgangguanpendengaranataukerusakanbilaterjadiinfeksiatauperad angan, iniakanmempengaruhitulangtelinga yang banyakberfungsidalampendengaran. 9. Patofisiologi Terganggunyafaktorpertahanantubuh yang menjagakesterilantelingatengah Sumbatan tuba eustakiussehinggapencegahaninvasikumanterganggu Lendirdalamtelingatengahmenyerapudara, jikaudaratidakberpindahmenyebabkancairankeluar . Cairanini media yang baikuntukpertumbuhanmikroorganismeinfeksi Tuba eustakiuspadaanakberbedadenganorangdewasamenyebabkandrainastelingatengahkurangbaik 10. Patofisiologi Tuba eustakhiuspadaanakberbedadengandewasamenyebabkandrainasetelingatengahkurangbaik. Fungsi tuba eustakhius yang tidak normal

menyebabkanreflukscairantransudatditelingatengahdanperkembanganbakteri. Bakteripenyebab: Streptococcus pnemoniae (35%) Haemophilusinflunzae (25%) Moxarellacatarrhalis(10%) 11. Pembagian Radang Telinga Tengah Peradangantelingadibagiantengah yang dibagi menjadi : Otitis media akut ( cepatdanberdurasipendek) Otitis media kronik (lama) Otitis media sekretori/denganefusi 12. Terapi Tujuanterapi Mengendalikannyeri, menghilangkaninfeksidanmencegahkomplikasi Menghindaripenggunaanantibiotik yang tidakperlu Meminimalkanreaksi yang tidakdiinginkan 13. Terapi Non Farmakologi Farmakologi Untukmengurangidemamdannyeridapatdiberikanacetaminofenatau ibuprofen Tympanostomy (peletakantabungdibelakanggendangtelinga)bagi OMA berulang adenoidectomy 14. Sebagian besar infeksi telinga menyelesaikan tanpa pengobatan antibiotik. Bagi sebagian besar anak-anak dengan OMA, dokter menyarankan menunggu 48-72 jam sebelum meresepkan antibiotik. Namun, anak-anak kurang dari 6 bulan harus menerima perawatan antibiotik segera. Orangtua dapat memberikan anak-anak yang lebih dari 6 bulan, ibuprofen atau asetaminofen untuk membantu mengurangi rasa sakit. Antibiotik tidak berguna bagi sebagian besar kasus OME. Dokter biasanya memantau anakanak dengan OME selama 3 bulan untuk melihat apakah kondisi mereka membaik. Beberapa anak dengan gangguan pendengaran dan masalah-masalah perkembangan mungkin akhirnya memerlukan pembedahan. Memasukkan tabung ke gendang telinga (tympanostomy) adalah operasi yang biasa untuk masalah ini. 15. OTITIS MEDIA AKUT Adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan 3 tahun. Gejala: Sakit telinga yang berat dan menetap. Terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara . Pada anak-anak bisa mengalami muntah, diare dan demam sampai 40,5C Gendang telinga mengalami peradangan dan menonjol. 16. Penyebabnya adalah bakteri atau virus. Seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenzae, S. anthemolyticus, P. vulgaris, dan P. aeruginosa. Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas. Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius atau melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya penyumbatan pada sinus dan tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan amandel. 17. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap nanah atau cairan lainnya dari telinga.

Infeksi diobati dengan antibiotika per-oral. Pilihan pertama adalah amoxicillin, untuk penderita dewasa bisa diberikan penisilin dosis tinggi. Obat flu yang mengandung phenilephrine bisa membantu membuka tuba eustakius dan jika terdapat alergi bisa diberikan antihistamin. Dilakukan miringotomi (tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi drainasi secret dari telinga tenah ke telinga luar ). Ini dilakukan jika nyerinya menetap atau hebat, demam, muntah, diare atau gendang telinga menonjol. 18. Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khaspada stadium iniadalahpenarikanmembran timpani padatelingakearahdalamakibattekanannegatif yang ditimbulkanolehsumbatan Stadium Hiperemis, tampakpembuluhdarah yang melebardimembrantimbaniatauseluruhmembran timpani. Stadium Supurasi, bengkak yang hebatpadaselaputpermukaantelingatengahdanhancurnyaselseldidalamtelingatengahmenyebabkancairan yang kentaltertimbunditelingatengah Stadium Perforasi, pecahnya membrane timpani, dankeluarcairanputih Stadium Resolusi, perlahan-lahan membrane timpani akanmenyembuhjikarobekantidakterlalulebar, tetapijikarobekanlebar, stadium perforasidapatmenetapdanberubahmenjadiOtitis Media SupuratifKronik. 19. 20. Algoritma Otitis Media Akut 21. OTITIS MEDIA KRONIS Otitis media Kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut. Lama kejadiannyakuranglebih satu bulan. Ini berbeda dengan infeksi telinga akut (otitis media akut) yang biasanya berlangsung hanya beberapa minggu. Setelah infeksi akut, cairan (effusion) dapat tertinggal dibelakang gendang telinga (tympanic membrane)butuhwaktusampai tiga bulan sebelum menghilang. Otitis media kronis mungkin berkembang setelah periode waktu yang berkepanjangan dengan cairan (effusion) atau tekanan negatif dibelakang gendang telinga (tympanic membrane). Otitis media kronis dapat menyebabkan kerusakan yang terus menerus pada telinga tengah dan gendang telinga dan mungkin ada aliran yang terus menerus melalui lubang pada gendang telinga. Otitis media kronis seringkali mulai tanpa nyeri dan demam. Tekanan telinga atau telinga yang meletus dapat menjadi gigih untuk berbulan-bulan. Adakalanya kehilangan pendengaran yang tidak kentara dapat disebabkan oleh otitis media kronis. 22. Patofisiologi Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh : Otitis media Akut Penyumbatan tuba eustakius Cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba. Luka bakar karena panas atau zat kimia. 23. Manifestasi Klinis Gejala bervariasi tergantung letak perforasi gendang telinganya Perforasi Sentral Telinga mengeluarkan nanah berbau busuk tanpa disertai rasa nyeri. Bila terus kambuh akan timbul polip (tonjolan) dari telinga tengah Infeksi yang menetap dapat menyebankan kerusakan tulang-tulang pendengaran yang selanjutnya menyebabkan tuli konduktif. Perforasi Marginal Terjadi tuli konduktif dan keluarnya nanah dari telinga.

24. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Untuk mengetahui organisme penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap cairan yang keluar dari telinga. Rontgen mastoid atau CT scan kepala dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling telinga. 25. Terapi Membersihkan telinga, kemudian ke dalam telinga tengah dimasukkan cairan asam asetat dan hydrocortisone. Serangan yang lebih hebat diatasi dengan antibiotik per-oral. Biasanya dilakukan timpanoplasti untuk memperbaiki gendang telinga dan jika rantai tulang pendengaran mengalami kerusakan, bisa diperbaiki secara bersamaan.Pencegahan : Pengobatan otitis media akut bisa mengurangi resiko terjadinya otitis media kronik otitis media sekretoris. 26. OTITIS MEDIA SEKRETORIS Otitis media sekretoris adalah suatu keadaan dimana cairan terkumpul di dalam telinga tengah Penyebabnya adalah otitis media akut yang belum sembuh total atau penyumbatan tuba eustakius. Salah satu ciri dari otitis media sekretoris adalah tidak adanya gejala yang nyata. Anak-anak yang lebih tua atau dewasa mungkin mengeluhkan pendengarannya yang berkurang atau telinganya terasa penuh 27. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Untuk mengukur tekanan di telinga luar dan telinga tengah dilakukan pemeriksaan timpanometri. Adanya cairan di dalam telinga tengah bisa diketahui dengan melakukan pemeriskaan otoskop akustik atau reflektometri 28. Terapi PengobatanPemberian antibiotik dan Miringotomi Pencegahan Vaksin pneumokokus bisa mencegah infeksi penyebab terjadinya otitis media akut yang bisa mengarah ke otitis media sekretoris. 29. Evaluasi Terapi Gejalaotitis media akanhilangdalamwaktu 24 72 jam biladiterapidengantepat Bilaotalgiaataudemamselamaterapitetapataukambuhmakaharus dicurugai infeksi bakteri yang menghasilkan betalaktamase, terapi dengan antibiotik yang aktif terhadap betalaktamase. Bilakambuhlagisetelah 1 bulan yang disebabkaninfeksikarenabakteri yang sama, terapidenganamoksisilindosistinggiatauantibiotikstabilbetalaktamase. Padaharike 10 terapidiperiksaulanguntukkemungkinanterjadinyaefusi.Bilaefusitetapadasampai 3 bulanpertimbangkan: Teruskanterapidenganamoksisilin 20 mg/kg bb/hari atau kotrimoksazol 4/20 mg/kg bb Miringotomydanpenyusupan tuba timpanostomi Terapi setiap episode otitis media akut dengan antibakteri yang tepat. 30. FARINGITIS Faringitismerupakaninflamasi faring danjaringanlimfoidsekitarnyaakibatinfeksibakteriatau virus Etiologi: o Penyebab: virus, bakteri group A beta hemolytic streptococci (Streptococcus pyogenes, Group A streptococcus/GAS) o Padakasusinfeksi Group A streptococcus dapatterjadidemamrematik (0,3-3%)

31. 32. ManifestasiKlinis Sakittenggorokan (sore throat), disfagia (kesulitanmenelan), demam. Sulitmembedakangejalaklinisinfeksikarena virus ataubakteri. Infeksikarena Group A streptococcus GAS ditandaidengan: pembengkakankelenjarlimfa, tidakbatuk, demam >38C 33. Terapi Faringitis virus diobatisecarasimtomatis Terapi GAS faringitis: penisilin; Untukanak <12 tahunpenisilinV, 2x250/hari, 10 hariataubenzathinpenisilinim 25000-50000 unit/kg, dosistunggal Untukdewasapenisillin V 500 mg 2x250/hari, 10 hari Untuk yang alergipenisilinberikaneritromisinestolat 20-30 mg/kbbb/hr ataueritromisinetilsuksinat 40-50 mg/kgbb/hr dibagidalam 2-4 dosisselama 10 hari Antibiotik lain: amoksisilin, ampisilin, sefalosporin, eritromisinsulfisoksazol 34. 35. SINUSITIS Sinusitis merupakaninfeksidi sinus, akut s/d 4 minggu, kronik 12 minggu. Etiologi >> Bakteripenyebab: o Streptococcus pnemoniae (30-40%) o Haemophilusinflunzae (20-30%) o Moxarellacatarrhalis (12-20%), lain2 o Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, o Bakterianaerob Manifestasiklinis: keluarnyacairankentalberwarnadarihidung, sumbatandihidung, nyerimuka, sakitgigi, demam 36. Acute BacterialSinusitis Viral infection--> obstruction of ducts and compromise of mucocilary blanket--> acute infection from virulent organisms (most often S. pneumoniae and H. influenzae)--> opportunistic pathogens Complicates 0.5% of common URI More common in adults than in children 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. ParanasalSinuses 44. Acute Sinusitis: Complications Maxillary: usually uncomplicated Ethmoid: cavernous sinus thrombosis (40% mortality) Frontal: osteomyelitis of frontal bone; cavernous sinus thrombosis; epidural, subdural, or intracerebral abscess; orbital extension 45. 46. Acute Sinusitis: Complications (2) Sphenoid: Rare, but usually misdiagnosed, with grave consequences; extension to internal

carotid artery, cavernous sinuses, pituitary, optic nerves; common misdiagnoses include ophthalmic migraine, aseptic meningitis, trigeminal neuralgia, cavernous sinus thrombosis 47. 48. Terapi Gejaladapatsembuhsendiridalam 48 jam, bilamenetapatasigejala, perbaikifungsi sinus, cegahkomplikasiintrakranial, danatasibakteripatogen. Terapiutamaadalahpemberianantibiotik. Untuk sinusitis tanpakomplikasigunakanAmoksisilinatauko-trimoksazolbilaresistengunakanazitromisin, klaritromisin, sefuroksimmsefiksim, sefaklor, fluorokuinolon: levoflaksasin, gantifloksasin Durasiterapi: 10-14 haridandapatdiperpanjang s/d 30 hari Obatsemprotvasokonstriktor: fenileprin, oksimetazolindapatmemperbaikialiran. Tapipenggunaantidakmelebihi 72 jam agar tidakterjaditoleransi. Antihistamintidakefektifuntuk sinusitis 49. 50. Infeksi Saluran Pernafasan Bawah 51. BRONKITIS o Merupakan inflamasi pada trakheobronkial tidak termasuk alveol, yang umumnya berhubungan dengan infeksi pernafasan umum. o Diklasifikasikan menjadi : bronkitis akut dan bronkitis kronik. o Bronkitis akut terutama terjadi selama musim dingin. Dengan faktor pencetus : cuaca dingin, lembab dan banyaknya zat pengiritasi seperti polusi udara, asap rokok. 52. Patofisiologi o Penyebab utama adalah virus, terutama virus common cold, rhinovirus, coronavirus, virus patogen pada saluran pernafasan bawah : virus influenza, adenovirus, respiratory syncytial virus. o Patogen penyebab lain adalah Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Bordetella pertussis. o Infeksi bronkus dan trakea menyebabkan membran mukosa udem dan merah serta peningkatan sekresi bronkus. Kerusakan epitel saluran pernafasan dapat dapat bervariasi dari ringan-berat dan dapat berpengaruh pada fungsi mukosiliari bronkus. Selain itu peningkatan sekresibronkial yang kental dan lengket akan menggangu aktivitas mukosiliari. o Infeksi saluran pernafasan akut mungkin berkaitan dengan peningkatan hiperreaktivitas saluran pernafasan dan mungkin menjadi patogenesis penyakit paru kronis obstrukif. 53. 54. Manifestasi Klinik o Bronkitis dapat sembuh sendiri dan jarang menyebabkan kematian. Bronkitis akut biasanya diawali dengan infeksi saluran pernafasan atas. Pasien mengalami gejala yang tidak spesifik, seperti tidak enak badan, sakit kepala, ingusan, sakit leher. o Batuk adalah penanda bronkitis akut yang terjadi awal dan akan menetap walaupun keluhan nasal dan nasofaring menghilang. Seringkali, awalnya, batuk nonproduktif tetapi berkembang menghasilkan sputum yang mukopurulen. 55. Diagnosa o Pemeriksaan dada menunjukkan adanya ronki dan bunyi tidak normal bilateral (rale moist bilateral). Foto sinar x menunjukkan hasil normal. Kultur bakteri sputum umumnya digunakan secara terbatas karena ketidakmampuan untuk meniadakan flora normal nasofaring dengan teknik sampling. o Uji deteksi virus dapat digunakan bila diagnosa spesifik dibutuhkan. Kultur atau diagnosa serologi M. Pneumoniae dan kultur atau deteksi Ab langsung secara

fluorescensi untuk B. Pertusis seharusnya dilakukan pada kasus berat dan lama bila perkiraan epidemiologi menunjukkan keterlibatan patogen tersebut. 56. Terapi o Tujuan terapi Membuat pasien nyaman dan pada kasus berat untuk mengobati dehidrasi dan gangguan respirasi.
o o

o o

Terapi Farmakologi : Terapi simptomatik dan suportif. Antipireutik tunggal cukup. Kemudian istirahat dan analgesik-antipireutik lemah dapat mengatasi keluhan lemah dan demam. Aspirin atau paracetamol (650mg untuk dewasa dan atau 10-15mg/kg BB/dosis pada anak dengan dosis harian maksimum dewasa 4gram dan anak 60mg/kg) Atau gunakan ibuprofen 200-800mg pada dewasa, anak 10mg/kg. Dosis maksimum dewasa 3,2 gr dan 40mg/kg/dosis pada anak. Berikan setiap 4-6 jam. Pasien dianjurkan untuk minum cairan untuk mencegah dehidrasi dan kemungkinan penurunan sekresi respiratif dan kekentalan mukus.pada anak pemberian aspirin harus dihindari karena adanya hubungan antara penggunaan aspirin dengan munculnya sindroma Reye. Paracetamol lebih dianjurkan.

57. Terapi embun atau penggunaan uap dapat mengencerkan sekret. Batuk ringan yang menetap yang mengganggu dapat diterapi dengan deksometrofan. Terapi batuk yang lebih berat mungkin membutuhkan kodein atau obat yang sejenis. o Penggunaan rutin antibiotik tidak dianjurkan, tetapi pada pasien dengan demam menetap dan gejala pernafasan lebih dari 4-6 hari, kemungkinan adanya infeksi bakteri harus dicurigai. o Bila mungkin terapi antibiotik ditujukan terhadap patogen yang diantisipasi (misalnya Streptococcus penumoniae dan Haemophilus influenzae) dan atau bakteri yang dominan tumbuh pada kultur kerongkongan. o M. Pneumoniae bila dicurigai atau positif aglutinin dingin (titer 1:32) atau dipastikan oleh kultur/serologi. Terapi dengan eritromisin atau analognya (klaritromisin atau azitromisin). Fluorokuinolon juga menunjukkan aktivitas terhadap patogen tersebut (misalnya gatifloksasin atau levofloksasin dosis tinggi) dan dapat digunakan pada orang dewasa. o Selama epidemi yang melibatkan virus influenza A, Amantidin atau Rimantidin mungkin efektif untuk meminimkan gejala-gejala terkait bila diberikan di diawal penyakit. 58. BRONKITIS KRONIS Merupakan penyakit yang tidak spesifik pada orang dewasa. Biasanya pasien akan melaporkan batuk dengan sputum hampir sepanjang hari selama paling tidak 3 bulan berturutan setiap tahun selama 2 tahun berturutan. 59. Patofisiologi o Bonkitis kronis terjadi akibat dari berbagai faktor pendukung termasuk merokok, terpapar debu, asap, polusi lingkungan, dan infeksi bakteri atau virus. o Pada bronkitis kronis, dinding bronkus menebal dan jumlah mukus yang disekresi sel globet di permukaan epitel bronkus besar dan kecil meningkat nyata. Hipertropi kelenjar mukus dan dilatasi saluran kelenjar mukus juga ditemui. Akibatnya pasien dengan bronkitis kronis mempunyai lebih banyak mukus secara nyata di saluran nafas perifer dan selanjutnya akan mengganggu pertahanan paru normal dan
o

menyebabkan penyumbatan mukus di saluran pernafasan yang lebih kecil. Selanjutnya kondisi patologis ini dapat menyebabkan parut pada bronkus kecil dan meningkatkan obstruksi saluran nafas dan perlemahan dinding bronkus. 60. 61. Manifestasi Klinik o Penanda bronkitis kronis adalah batuk, mulai dari batuk ringan perokok hingga batuk berat produktif dengan sputum purulen. Pengeluaran dahak jumlah banyak biasanya terjadi pada awal pagi, walau banyak pasien mengeluarkan dahak sepanjang hari. Sputum yang dikeluarkan biasanya kental lengket dan berwarna putih-kuning. o Dengan pengecualian penemuan pulmonal, pemeriksaan fisik pasien dengan ringansedang bronkitis kronis umumnya tidak nyata. o Penigkatan jumlah granulosit polimorfonukleus di sputum sering memperkuat iritasi bronkus, dimana jumlah eosinofil menunjukkan komponen alergi. 62. Manifestasi Klinik o Bakteri terbanyak yang diidentifikasi dari sputum kultur, dinyatakan dalam % total kultur, yang diidentifikasi dari pasien-pasien yang menderita bronkitis kronis kambuhan akut adalah : 1. Haemophilus influenza 24%-26% sering betalaktamase + 2. Haemophilus parainfluenza 20% 3. Streptococcus pneumoniae 15% 4. Moraxella carrhalis 15% sering betalaktamase + 5. Klebsiella pneumoniae 4% 6. Serratia marcescens 2% 7. Nesisseria meningitidis 25% sering betalaktamase + 8. Pseudomonas aeruginosa 2% 63. Terapi o Tujuan terapi Mengurangi keparahan gejala dan menghilangkan kekambuhan akut dan mencapai perpanjangan interval yang bebas infeksi.
o

Pendekatan umum Prinsip umum :

Harus dinilai riwayat pekerjaan/lingkungan untuk menetapkan paparan yang mengganggu, gas mengiritasi seperti asap rokok. Awali dengan harus menurunkan paparan terhadap iritan bronkus. Pelembaban udara inspirasi dapat mengencerkan sekret yang kental sehingga produksi sputum menjadi lebih efektif. Penggunaan aerosol mukolitik (asetilsistein, deoksiribonuklease) nilainya masih belum jelas. Drainase postural mungkin membantu pengeluaran sputum. Terapi Farmakologi : Pada ekserbasi akut pemberian bronkodilator oral atau aerosol seperti albuterol aerosol Untuk pasien yang secara konsisten tetap menunjukkan keterbatasan dalam masuknya udara

64.
o

pernafasan, perubahan terapi bronkodilator harus dipertimbangkan Pemilihan antibiotik harus dipertimbangkan resistensi patogen terhadap penisilin yaitu H. Influenzae 30-40%, M. Pneumoniae penghasil betalaktamase 95%,dan S. Pneumoniae 30%. Ampisilin sering dipertimbangkan sebagai pilihan untuk bronkitis kronis ekserbasi akut, tetapi regimen dosis dan resisten terhadap betalaktamase membatasi keamanan dan cost effectiveness. Bila mikoplasma terlibat dalam infeksi, sebagai pilihan adalah Azitromisin Flourokinolon antibiotik alternatif yang efektif untuk dewasa terutama bila potegen adalah gram negatif atau untuk pasien yang parah. Beberapa S. Pneumonii resisten terhadap flourokinolon yang generasi awal, sehingga dibutuhkan generasi baru yaitu gatifloksasin. Pada pasien yang mempunyai riwayat kekambuhan, profilaksis antibiotik perlu. Bila tidak ada perbaikan secara klinik, selama periode yang sesuai misalnya 2-3bulan/tahun untuk 2-3 tahun,terapi profilaksis dihentikan. Antibiotik yang umum digunakan dengan durasi 10-14 hari. 65. 66. BRONKHIOLOTIS o Merupakan infeksi virus akut pada saluran pernafasan bawah bayi yang menunjukkan pola musiman yang tetap, puncaknya selama musin dingin dan menetap sampai awal musim semi. Penyakit ini umumnya mempengaruhi bayi berumur 2-10 bulan. o Penyebab utama, 45-60% adalah virus respiratory syncytial, penyebab kedua virus parainfluenza. Bakteri patogen sekunder hanyalah pada sedikit kasus. 67. Manifestasi Klinik o Gambaran klinik : Tanda dan gejala :
o

Diawali dengan gelisah, demam rendah, batuk, ingusan.

Gejala berkembang : muntah, diare, pernafasan berbunyi, peningkatan laju pernafasan. Pernafasan lambat dan sulit dengan dada tertarik, hidung memerah.

Pemeriksaan Fisik Takikardia, laju pernafasan 40-80/menit pada bayi di RS. Pernafasan berbunyi, konjungtivitas ringan pada sepertiga pasien, otitis media pada 5-10% pasien.

68. 69.
o o

Pemeriksaan Laboratorium Sel darah putih perifer normal atau sedikit meningkat. Gas darah arteri : hipoksemia dan hipercarbia/hiperkapnia (jarang). Sering terjadi dehidrasi karena intake cairan kurang pada penderita yang batuk, demam, mual muntah.

Diagnosa terutama berdasarkan pada penemuan klinik dan riwayat. Isolasi patogen akan menegakkan diagnosa dugaan.

70. Terapi o Bronkiolotis adalah penyakit yang sembuh sendiri dan umumnya tidak memerlukan terapi, selain menghilangkan kecemasan dan antipiretik, kecuali bila bayi hipoksia atau dehidrasi. o Pada kasus berat, terapi pilihan adalah terapi oksigen dan cairan IV. o Terapi beta adrenergik aerosol nampaknya bermanfaat sedikit untuk sebagian besar pasien tetapi mungkin berguna pada anak dengan predisposisi yang mengarah ke bronkospasme. o Karena bakteri bukan penyebab utama maka AB secara rutin sebaiknya tidak diberikan. Tetapi sering dokter memberikan di awal karena penemuan klinik dan radiologi sering menunjukkan kemungkinan pneumonia bakteri. o Ribavirin dapat dipertimbangkan pada pasien yang menderita penyakit paru atau jantung dengan infeksi akut. Penggunaan obat ini membutuhkan peralatan khusus, generator aerosol partikel kecil dan pelaksana terlatih. 71. PNEUMONIA Pneumonia adalah salah satu dari penyakit yang menyerang saluran respirasi bawah, terjadi penumpukan cairan pada alveolar, dan peradangan pada paru-paru. Penyakit infeksi ini dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak. Pneumonia dapat disertai dengan infeksi pada bronkhus dan dikenal dengan istilah bronkhopneumonia. 72. Prevalensi Pneumonia merupakan 'predator ' balita nomor satu di negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia diseluruh dunia sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 2,2 juta. Dimana sekitar 70 persennya terjadi di negaranegara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara. Persentase ini terbesar bahkan bila dibandingkan dengan diare (17 persen) dan malaria (8 persen). Di Indonesia, prevalensi pneumonia pada balita cenderung meningkat. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia meningkat, berkisar 18,5 -38,8 persen. "Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga menjadi persoalan negera berkembang yang kondisi lingkungannya buruk dan malnutrisi. 73. Etiologi Bakteri yang paling banyak menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae dan 75% kejadiannya mancapai fasa akut. Patogen lain seperti M.pneumoniae, Legionella, C.pneumoniae, H.influenzae, dan virus lain termasuk influenza juga merupakan penyebab terjadinya pneumonia. Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif basil dapat menyebabkan communityacquired pneumonia. Pneumonia atypical merupakan istilah untuk pneumonia yang disebabkan patogen atipikal dan tidak menimbulkan gejala. 74. Basil aerobik gram negatif dan Staphylococcus aureus merupakan agen penyebab penderita pneumonia dirawat di rumah sakit. Bakteri anaerob merupakan penyebab paling banyak pneumonia yang disertai aspirasi dari gastrik atau orofaring. Pneumonia pada balita dan anak-anak biasanya disebabkan infeksi mikroorganisme, sedangkan pada orang dewasa umumnya tidak disebabkan bakteri. Kasus pneumonia paling banyak terjadi pada pediatrik dan disebabkan oleh virus, terutama

RSV, parainfluenza, dan adenovirus. M.pneumoniae merupakan agen penginfeksi bagi anak yang usianya lebih tua. 75. Patofisiologi Mikroorganisme dapat masuk ke saluran respirasi bawah melalui 3 rute, yaitu : A. terhirup melalui materi aeorosol B. masuk melalui peredaran darah (daerah infeksi bukan dari paru-paru) C. aspirasi dari isi orofaring. Jika mekanisme pertahanan paru-paru optimum, maka organisme teraspirasi ini dapat dihilangkan. Akan tetapi, jika mekanismenya rusak, aspirasi merupakan agen potensial dari orofaring penyebab pneumonia. Penyakit neuromuskular dan sensori yang mengalami perubahan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan aspirasi. Infeksi pada paru-paru, seperti infeksi virus, membuat aktivitas antibakteri paru-paru menurun akibat penurunan fungsi makrofag alveolar dan klirens mukosiliaris. Transport mukosiliari juga menurun akibat narkotik dan etanol, obstruksi bronkus akibat mukus, tumor, dan kompresi ekstrinsik. Semua faktor tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dalam mengeluarkan bakteri teraspirasi. 76. 77. Gejala Gejala pneumonia Gejala pneumonia oleh bakteri gram +/Demam yang meningkat tajam Batuk produktif Sputum berwarna atau berdarah Nyeri dada Takikardia takipnea Infeksi L. Pneumonia dengan tanda malaise, letargi, lemh,anoreksia pada awalnya.Batuk kering tidak produktif -> produktif dengan sputum purulent. Demam > 40C yang berkaitan dengan bradikardi. Nyeri dada dan progresif dispnea, bunyi nafas halus. Gejala ekstrapulmonal : diare, mual, mialgia, atralgia, halusinasi, grand mal seizures. 78. Diagnosis Diagnosis pneumonia Diagnosis pneumonia oleh bakteri gram positif/negatif Radiografi khas Laboratorium : leukositosis terutama sel poly morpho nuclear,O2 arteri rendah Adanya infiltrat baru di paru, demam, status pernafasan memberat, sekret kental dan ada neutrofil Radiografi : khas infiltrat segmental atau lobar yang padat Laboratorium : leukositosis terutama sel poly morpho nuclear,O2 arteri rendah 79. Terapi Tujuan terapi Evaluasi terapi Eradikasi patogen dan penyembuhan klinis Menurunkan morbiditas Menilai waktu hilangnya batuk, Produksi sputum, dan Hilangnya gejala Kemajuan dalam 2 hari pertama dan lengkap hilang 5 7 hari. 80. Terapi Non Farmakologi Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan antara lain : penerapan fisioterapi dada dan

perbaikan nutrisi. Perbaikan nutrisi bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki fungsi sistem imun agar tubuh mampu mengeradikasi infektor penyebab patologi tersebut. 81. Terapi Farmakologi Tetapkan : fungsi pernafasan, tanda tanda sakit sistemik, dehidrasi, sepsis -> kolaps Terapi suportif : oksigen, cairan pengganti bronkodilator, fisioterapi dada, nutrisi, pengendalian demam. Antibiotik empirik dan spektrum luas. Bila kultur diketahui, sempitkan spektrum. Pencegahan dengan vaksin terhadap S. Pneumonia dan H. influenzae

Psikotik adalah salah satu kelainan psikiatri yang sering dijumpai. Salah satu obat yang efektif untuk terapi gangguan psikotik adalah haloperidol. Penggunaannya telah terbukti ampuh pada pasien berbagai usia.

Haloperidol adalah obat yang dikategorikan ke dalam agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini diindikasikan untuk kelainan psikotik akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan manik, dan psikosis yang diinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada penanganan pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, obat ini dapat digunakan pada pasien sindrom mental organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku yang berat. Secara umum haloperidol menghasilkan efek selektif pada sistem saraf pusat melalui penghambatan kompetitif reseptor dopamin (D2) postsinaptik pada sistem dopaminergik mesolimbik. Selain itu, haloperidol bekerja sebagai antipsikotik dengan meningkatkan siklus pertukaran dopamin otak. Pada terapi subkronik, efek antipsikotik dihasilkan melalui penghambatan depolarisasi saraf dopaminergik.

Haloperidol memiliki beberapa karakteristik farmakodinamik. Konsentrasi plasma terapi obat ini berkisar 4-20 nanogram per mL (0.01-0.05 mikromol per L). Ikatan haloperidol dengan protein dalam darah sangat tinggi yaitu mencapai 92%. Pada penggunaan secara oral, tingkat absorpsi haloperidol adalah 60%. Volume distribusinya adalah 18 L/Kg. Sekitar 40% dari dosis oral tunggal akan dieliminasi melalui ginjal. Biasanya obat ini diekskresikan melalui urin dalam lima hari. Sejumlah 15% dari dosis oral diekskresikan melalui feses oleh eliminasi empedu. Pada remaja dan dewasa, haloperidol sebagai antipsikotik dan antidiskinetik digunakan secara oral dengan dosis awal sebesar 500 mcg (0.5 mg) sampai 5 mg sebanyak 2 -3 kali per hari. Peningkatan dosis dapat dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan daya toleransi. Batas dosis pada orang dewasa adalah 100 mg per hari. Pada anak-anak yang berusia 3-12 tahun dengan berat badan dalam kisaran 15-40 Kg, haloperidol dikonsumsi secara oral dengan dosis awal 50 mcg (0.05 mg) per Kg/BB/hari (dibagi ke dalam 2-3 dosis). Sementara itu, pada pasien usia lanjut dosis yang digunakan adalah 500 mcg 2 mg sebanyak 2-3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan dan toleransi yang diperbolehkan. Efek samping haloperidol berbeda pada berbagai tingkatan usia. Efek samping yang sering terjadi pada anak-anak adalah efek piramidal. Sementara itu, pada pasien usia lanjut efek samping yang sering muncul adalah efek ekstrapiramidal dan hipotensi ortostatik. Efek samping itu dapat dicegah dengan penggunaan dosis awal yang lebih rendah dan peningkatan dosis secara bertahap. Penggunaan haloperidol harus disesuaikan dengan keadaan individu dan usia pasien. Pemberiannya harus mempertimbangkan faktor risiko dan manfaat untuk menghindari timbulnya efek samping yang lebih berbahaya. Dengan demikian, pasien yang menggunakan obat ini harus membaca petunjuk pemakaian dengan seksama. Primz Artikel yang Berhubungan: * Semua Obat Antiinflamasi Nonsteroidal Memiliki Risiko Kardiovaskular * Dapagliflozin, Kelas Baru Obat Diabetes Mellitus Tipe 2 * Efek Valsartan pada Hipertensi dan Mikroalbuminuria pada Pasien DM

Simpan halaman ini dalam PDF?

Post artikel ini di tempat lain? Seluruh artikel di myhealing.wordpress.com dapat Anda perbanyak dan digunakan untuk keperluan apapun, asal tetap mencantumkan sumber URL. Silakan berikan rating untuk artikel ini. Copyright 2007 2011 Stetoskop. All Rights Reserved.

3D Animation Penyempitan Pembuluh Darah Jantung


11 Februari 2009 transferfactorblog Aterosklerosis dan Efek Buruknya Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah. Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh darah melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut lemak jahat karena memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas, kata dr. Samuel Oetoro, MS, Sp.GK. LDL yang telah menyusup ke dalam intima akan mengalami oksidasi tahap pertama sehingga terbentuk LDL yang teroksidasi. LDL-teroksidasi akan memacu terbentuknya zat yang dpat melekatkan dan menarik monosit (salah satu jenis sel darah putih) menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. Disamping itu LDL-teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam intima menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi akan mengalami oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna yang dapat mengubah makrofag menjadi sel busa.

Sel busa yang terbentuk akan saling berikatan membentuk gumpalan yang makin lama makin besar sehingga membentuk benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah. Keadaan ini akan semakin memburuk karena LDL akan teroksidasi sempurna juga merangsang sel-sel otot pada lapisan pembuluh darah yang lebih dalam (media) untuk masuk ke lapisan intima dan kemudian akan membelah-belah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Timbunan lemak di dalam lapisan pembuluh darah (plak kolesterol) membuat saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah, meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah yang dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan lengan serta tungkai. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung. Pada cuplikan 3d medical animation ini kita akan melihat bagaimana terjadinya proses penyempitan pembuluh darah [ arteri ] pada jantung. Bagaimana cara kerja 4Life Transfer Factor Cardio menjaga kesehatan Jantung kita secara menyeluruh, bisa kita lihat juga di 3D medical animation ini : Pencegahan & Pengobatannya 4Life Transfer Factor Cardio Isi 120 kapsul Untuk Meningkatkan Kesehatan Jantung Anda 46 LP Distributor Minimum 3 botol : @Rp. 715.000 Satuan : Rp. 815.000 Kegunaan TF Cardio : Menurunkan Kadar Kolesterol LDL Membersihkan & Memperlancar peredaran darah.

Membasmi Kuman Yang Menyerang Pembuluh Darah Jantung Sebagai Antioksidan 4Life Transfer Factor Cardio merupakan suplemen kesehatan yang paling inovatif untuk membantu sistem imun tubuh secara menyeluruh untuk kesehatan Kardiovaskular. Jantung kita bekerja 24 jam nonstop setiap hari, memompa darah berliter-liter ke seluruh tubuh, dengan pola hidup yang sibuk seperti sekarang ini, kita harus menitik beratkan untuk mendukung sistem kardiovaskular. Kandungan Bahan TF Cardio : Cardio Targeted Transfer Factor, Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, Niacin, Vitamin B6, Folate, Vitamin B12, Magnesium, Zinc, Selenium, Copper, Potassium, and Proprietary Blend (Butchers Broom, Ginkgo biloba, Hawthorn, Garlic, Coenzyme Q-10, Red Rice Yeast Extract, Resveratrol, and Ginger Oil). 4Life Transfer Factor Plus Tri-Factor Formula [ TF+] Isi 90 kapsul 50 LP Distributor Minimum 2 botol : @ Rp. 790.000 Satuan : Rp. 890.000 Kegunaan :Untuk penyembuhan penyakit Underactive Immune Cells [ Lemah daya Imun ], TF+ mampu meningkatkan aktifitas Sel Natural Killer & daya tahan tubuh hingga 437% Produk ini di buat oleh 4Life untuk meningkatkan system imun pada tingkat yang tertinggi, 4Life Transfer Factor Plus Tri Factor Formula, yang menggabungkan kepintaran dari Transfer Factor EXF, kecerdasan ekstraksi dari Nano Factor, serta penambahan campuran Cordyvant untuk meningkatkan sistem imun pada tingkat yang tertinggi. Personal Testimonies Transfer Factor [ klik for more detail ]: Aids & HIV, Kanker Otak, Kanker Payudara, Leukemia, Liver, Limfoma, Multiple Mieloma , Kanker Paru, Kanker Ovarian, Kanker Pancreatic, Kanker Prostat, Kanker Kulit, Kanker Tiroid, Kanker Uterus, Penyakit Hodgkin, Hepatitis, Lyme disease, Infection, Sinus Kandungan bahan 4Life Transfer FactorTM Plus Tri-Factor Formula : * Transfer Factor E-XF (a patented concentrate of transfer factors and other natural components from cow colostrum artikel Koran Kompas Senin, 11 Agustus 2003 and egg yolk ulasan www.gizi.net tentang kuning telur bukan sekedar warna ) * NanoFactor extract (a proprietary concentrate of nano-filtered cow colostrum.) Artikel Koran Kompas tentang Teknologi Nano * Cordyvant Proprietary Polysaccharide Complex (IP-6, Soya bean Extract, Cordyceps sinensis,

Beta-Glucan (from bakers yeast) * Beta-Glucan (from Oat) * Agaricus blazeii Extract * Mannans (from Aloe Vera) * Olive Leaf Extract * Maitake Mushroom * Shiitake mushroom) * Zinc

Peran Obat-obatan dalam Mencegah Komplikasi Kardiovaskular pada Pasien Diabetes

Salah satu komplikasi kronik diabetes yang dapat terjadi adalah komplikasi kardiovaskular. Bahkan, sebagian besar pasien diabetes meninggal akibat komplikasi tersebut. Dalam seminar Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam (PIT IPD) yang berlangsung pada 24-26 Juli 2009 di hotel Sahid Jaya, Jakarta, topik tersebut dibahas. Dalam acara tersebut, Prof. Dr. Slamet Suyono, Sp.PD-KEMD memaparkan tentang hubungan antara kontrol glikemik dengan risiko kardiovaskular berdasarkan hasil penelitian. Pada studi ACCORD yang dilakukan terhadap 10.251 partisipan risiko tinggi diabetes tipe 2, peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mendapat tata laksana intensif dengan target kadar HbA1c <6% dan kelompok kedua mendapat tata laksana standar dengan target kadar HbA1c 7-7,9%. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok intensif terjadi peningkatan mortalitas serta penurunan kejadian infark miokard yang tidak fatal. Berbeda dengan studi ACCORD, studi ADVANCE dilakukan terhadap 12.877 pasien diabetes tipe 2. Pada kelompok standar yang mendapat glibenklamid, target kadar HbA1c adalah 7,3%. Sedangkan pada kelompok intensif yang mendapat gliklazid MR (Diamicron MR), kadar HbA1c sebesar 6,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontrol glukosa intensif dengan kadar HbA1c 6,5% dapat mencegah komplikasi mikro dan makrovaskular sebesar 10%, kejadian atau perburukan nefropati sebesar 21%, serta kematian kardiovaskular sampai 12%. Salah satu komplikasi kardiovaskular yang berhubungan dengan diabetes adalah penyakit jantung koroner. Dalam kuliahnya di acara PIT IPD ini, Prof. DR. Dr. Teguh Santoso, Sp.PD-KKV menjelaskan bahwa tujuan tata laksana angina pektoris stabil (APS) adalah memperbaiki prognosis dan mengurangi gejala. Mengurangi gejala dapat dilakukan dengan memberikan obat antiangina dan revaskularisasi. Obat antiangina bekerja dengan mengubah hemodinamik, yaitu mengurangi denyut jantung, vasodilatasi koroner, dan sebagai inotropik negatif. Selain itu, dapat pula memperbaiki kebutuhan serta asupan oksigen miokard. Terapi metabolik untuk APS terdiri dari modulator metabolisme spesifik dan nonspesifik. Salah satu modulator metabolisme spesifik adalah trimetazidin (Trizedon MR) yang merupakan agen antiangina spesifik yang efektif. Obat ini bekerja dengan menurunkan produksi laktat, mengurangi produksi kalsium, serta meningkatkan produksi ATP dengan konsumsi oksigen yang lebih sedikit.

Berkaitan dengan komplikasi kardiovaskular yang mungkin terjadi pada pasien diabetes, dibutuhkan pula obat yang dapat memproteksi. Kali ini, DR. Dr. Idrus Alwi, Sp.PD-KKV menjelaskan tentang peran ACE-I dalam memproteksi kardiovaskular. Penelitian klinis telah membuktikan manfaat ACE-I pada kelompok pasien dengan risiko kejadian kardiovaskular. Tidak hanya sebagai obat antihipertensi, ACE-I juga berperan dalam mencegah gagal jantung, pasca-infark miokard, penyakit jantung koroner risiko tinggi, diabetes, penyakit ginjal kronik, dan mencegah stroke rekuren. Perindopril (Bioprexum), salah satu ACE-I, dapat diberikan pada pasien hipertensi yang baru didiagnosis atau mereka yang tekanan darahnya tidak terkontrol dengan terapi sebelumnya. Perindopril memiliki waktu paruh yang paling lama dibandingkan ACE-I lain, yaitu 30-120 jam, sehingga dapat mengontrol tekanan darah selama 24 jam dan cukup diberikan sekali sehari. Jika tekanan darah belum terkontrol dengan satu macam obat maka dapat diberikan obat kombinasi. Sebagai contoh adalah kombinasi perindopril 5 mg dengan indapamid 1,25 mg (Bioprexum Plus). Bila dibandingkan dengan hidroklorotiazid (HCT), indapamid memiliki keunggulan. Indapamid bekerja maksimal pada otot polos vaskular, sementara HCT hanya minimal. Selain itu, kerja ginjal pun minimal pada penggunaan indapamid. Pengaruh lain pada ginjal adalah diuresis, natriuresis, dan kaliuresis yang minimal serta jarang menyebabkan hipokalemia yang signifikan. Mourad J.J. kemudian melakukan studi STRATHE (2004) untuk membandingkan efektivitas valsartan dengan kombinasi HCT, pengobatan sekuensial (atenolol, valsartan, kemudian amlodipin), dan Bioprexum Plus. Hasilnya menunjukkan bahwa Bioprexum Plus mampu menurunkan tekanan darah sistolik paling besar, yaitu 26,6 mmHg. Selain itu, didapatkan normalisasi tekanan darah pada 62% pasien. Pada studi ADVANCE Collaborative Group (2007) terhadap pasien diabetes dengan hipertensi, obat tersebut juga terbukti dapat menurunkan mortalitas sebesar 14% jika dibandingkan dengan plasebo (p=0,025). Bahkan, berbagai penelitian lain menunjukkan manfaat Bioprexum Plus bagi organ tubuh lainnya. Pada studi PROGRESS, Bioprexum Plus terbukti dapat mengurangi kejadian stroke rekuren sebesar 43%. Pada studi ADVANCE, obat tersebut terbukti mampu menurunkan angka kematian akibat kardiovaskular sebesar 18% serta angka kejadian gangguan ginjal sebesar 21%. Sementara itu, studi EUROPA dan HYVET memberikan hasil lain, yaitu berturut-turut berupa penurunan kejadian infark miokard sebesar 24% dan lama perawatan di rumah sakit karena gagal jantung sebesar 64%. (Resultanti)

Saat pelajaran biologi tadi, saya dan teman-teman melakukan presentasi tentang gangguan sistem pernapasan, dan di postingan ini saya ingin menambahkan sedikit dari yang kami presentasikan tadi. Alat-alat pernapasan merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat ini terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia. 1. Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal. 2. Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis. Asma bersifat menurun. 3. Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-engah. 4. Macam-macam peradangan pada sistem pernapasan manusia:

a. Rinitis, radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh virus, missal virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi alergi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir meningkat. b. Faringitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotik. c. Laringitis, radng pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alkohol, dan terlalu banyak serak. d. Bronkitis, radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan. e. Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi kanan dan kiri batang hidung. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi. 5. Asfikasi, adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen yang disebabkan oleh: tenggelam (akibat alveolus terisi air), pneumonia (akibatnya alveolus terisi cairan lendir dan cairan limfa), keracunan CO dan HCN, atau gangguan sitem sitokrom (enzim pernapasan). 6. Asidosis, adalah kenaikan adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu. 7. Difteri, adalah penyumbatanpada rongga faring atau laring oloeh lendir yang dihasilkan kuman difteri. 8. Emfisema, adalah penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara. 9. Pneumonia, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru. 10. Wajah adenoid (kesan wajah bodoh), disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan di tekak atau amandel. 11. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru. Penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kanker paru-paru adalah penderita menghirup debu asbes, radiasi ionasi, produk petroleum, dan kromium. Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan A. Kandungan Asap Rokok Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel.komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hydrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen, dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium. Asap yang dihembuskan para perokok dapat di bagi atas asap utama dan asap samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Terdapat 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dimana bahan racun ini lebih

banyak didapatkan pada asap samping. Misalnya karbon monoksida, 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama , benzopiren 3 kali, dan ammonia 50 kali. Bahan bahan ini dapat bertahan di ruangan berjam jam lamanya. B. Penyakit Akibat Merokok Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan paru-paru. Akibat perubahan anatomi saluran pernapasan tersebut, pada perokok akan timbul perubahan fungsi paru-paru. Merokok juga merupakan penyebab timbulnya penyakit obstruksi paru menahun, termasuk emfisema (pembengkakan paru-paru), bronkitis kronis. Dan asma. Merokok menjadi pemicu utama penyebab penyakit kanker paru-paru. Hubungan tersebut telah diteliti dan akhirnya secara tegas memang bahwa rokok sebagai penyebab utama kanker paru-paru. Dibandingkan dengan bukan seorang perokok, kemungkinan timbulnya kenker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lipat. Gangguan yang ditimbulkan akibat merokok antara lain sebagai berikut. 1. Jantung Koroner Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung koroner. Merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan pembuluh darah perifer. 2. Stroke Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak sehingga pecah banyak dikaitkan dengan kegiatan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan bukan perokok 3. Memudahkan Terjangkit AIDS Dalam penelitian yang banyak dilakukan di amerika serikat dan inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Ternyata merokok menurunkan kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terkena AIDS. 4. Gangguan Fisiologis Nikotin menyebabkan ketagihan. Selain itu, nikotin juga merangsang pelepasan andrenalin, meningkatan frekuensi jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya. Nikotin juga dapat mengaktifkan trombositsehingga terjadi adhesi (penempelan) trombosit ke dalam pembuluh darah. Karbon monoksida melarutkan hemoglobin, sehingga persediaan opksigen untuk jaringan tubuh menurun. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). CO membuat darah mengental dan mudah menggumpal ( Sumber : poetoegauliptek ).

Stres? Minum Selasih! Biji selasih, selain nikmat dibuat minuman juga menyehatkan. Seluruh bagian tanaman ini berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit, baik fisik maupun psikis. Pemanfaatan tanaman untuk pengobatan, di antaranya selasih, sudah dilakukan masyarakat India sejak 5.000 tahun lalu. Seperti diketahui, kondisi sehat menurut kebudayaan India adalah keseimbangan antara tubuh dan pikiran.

Membangun keseimbangan itulah, salah satu khasiat tanaman yang dalam bahasa setempat disebut tulasi, tulsi, surasa, vishnu-priya, atau krishnamu. Selasih (Ocinum basilicum Linn.) disebutkan dalam situs indianherb, juga sangat kuat untuk mengurangi stres. Seefektif Obat Meskipun belum ada studi klinis mengenai efek psikologis selasih pada manusia, namun sudah banyak yang membuktikan khasiatnya sebagai pereda stres. Sebuah laporan mengumumkan hasil penelitian yang menunjukkan khasiat tanaman yang mirip kemangi ini sebagai penurun hormon stres. Juga tercatat adanya kesembuhan stres secara cepat. Penelitian pada binatang yang menguatkan bahwa selasih memiliki efek yang sama dengan obat-obatan stimulan dan antidepresi. Di Cincinnati, AS, tercatat banyak pasien stres yang mengalami kesembuhan setelah mengkonsumsi selasih. Seorang konselor klinis, Dr. Barbara Hensley, membenarkan efek herbal ini pada sejumlah pasiennya. Sebelumnya mereka telah mencoba herbal lain dan tidak berefek apa-apa. Kecemasan dan depresi berat yang dialami salah seorang pasien Dr. Hensley jauh berkurang setelah beberapa hari mengkonsumsi selasih. Sekitar 6-8 bulan kemudian kondisi mereka masih baik dan bisa lebih mudah berkonsentrasi,ujarnya. Dr. Hensley merasa sangat terkesan oleh para pasiennya, sehingga dia mulai tertarik untuk mengkonsumsinya. Ia pun mengakui keampuhan selasih, dan kini merasa lebih berenergi, tidak cepat lelah dan stresnya berkurang. Tak dijelaskan kandungan apa yang ada dalam tanaman selasih yang berefek pada penurunan stres. Unsur fitokimia yang dipunyai selasih sangat banyak. Di seluruh tanaman mengandung minyak menguap yang terdiri dari ocimene, alpa-pipene, cineole, eucalyptole, linalool, geraniol, methylchavicol, eugenole, dan lainnya. Sedangkan bijinya mengandung planteose, asam lemak yaitu asam palmitat, oleat, stearat, dan linoleat.

Ditambahkan oleh ahli tanaman obat dari Malang, Ir. Wahyu Suprapto, selasih mengandung minyak atsiri, sehingga tidak boleh digunakan oleh penderita rematik, karena bisa menimbulkan nyeri. Yang menonjol, katanya, adalah kandungan zat basilicin yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan vitamin C. Vitamin ini penting dalam setiap kegiatan yang dilakukan tubuh manusia. Penurun Gula Darah Ada berbagai macam penyakit lain yang sanggup dihadapi selasih. Dalam farmakologi Cina dinyatakan kalau seluruh herba ini bisa merangsang penyerapan (absorpsi), peluruh keringat (diaporetik), peluruh kencing (diuretik), menghilangkan sakit (analgesik), melancarkan peredaran darah dan membersihkan racun. Kemampuan lainnya yakni membunuh kuman (antiseptik), peluruh angin (carminativa), mematangkan bisul (maturativa), radang lambung, pencahar, TBC, dan menghentikan kegugupan. Teh daun selasih biasa diminum untuk menyembuhkan segala jenis batuk, demam malaria, gangguan pencernaan, penambah napsu makan dan tak enak badan. Baik pula untuk gangguan pernapasan, mual, nyeri haid, pengobatan pascapersalinan, pembersih dan penguat jantung. Bijinya bermanfaat untuk meredakan panas dalam dan pelembut kulit. Sebagai antiradang selasih memiliki efektivitas sama seperti aspirin dan ibuprofen. Yang lebih menguntungkan, tidak seperti obat-obat itu, selasih tidak mengiritasi perut. Itu karena pada herba ini terdapat unsur yang mencegah perlukaan dalam tubuh yang disebabkan obatobatan. Suatu penelitian pada marmut membuktikan kalau ekstrak daun selasih berefek antialergi dan antibakteri. Sebagai antibakteri, ia aktif melawan staphlococcus aureus dan mycoplasma tuberculosis, serta jamur. Untuk pemakaian luar, selasih efektif sebagai penyembuh luka, kelainan kulit, juga merupakan obat antinyamuk yang ampuh. Tanaman ini juga bisa untuk mencegah kanker dan mengurangi kolesterol. Pada Diabetes Mellitus, terutama yang non-insulin dependent (NID DM), selasih dapat menurunkan kadar gula darah serta melindungi sel dalam pankreas yang memproduksi insulin, dari kerusakan. Penelitian secara acak pada tahun 1996 menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah puasa dan setelah makan yang bermakna, pada pasien NID-DM. Menurut riset yang dilakukan pada tikus, kandungan ethanol dalam selasih berkhasiat menurunkan kadar gula darah. Temuan lain yang mengagumkan, ternyata selasih mampu melindungi jaringan dalam tubuh dari kerusakan akibat radiasi. @Endang Saptorini Sumber : www.gayahidupsehatonline.com, Editor: acandra, kompas.com

Obat-obatan Dari Hormon Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku. Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni glukokortikoid (contohnya kortisol) yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil.

Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal. Hormon kortikosteroid dihasilkan dari kolesterol di kulit kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Reaksi pembentukannya dikatalisis oleh enzim golongan sitokrom P450. Dalam bidang farmasi, obat-obatan yang disintesis sehingga memiliki efek seperti hormon kortikosteroid memiliki manfaat yang penting. Deksametason dan turunannya tergolong glukokortikoid, sedangkan prednison dan turunannya memiliki kerja mineralokortikoid disamping kerja glukokortikoid. Glukokortikoid sintetik digunakan pada pengobatan nyeri sendi, arteritis temporal, dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, systemic lupus erythematosus, inflammatory bowel disease, serta sarcoidosis. Selain sediaan oral, terdapat pula sediaan dalam bentuk obat luar untuk pengobatan kulit, mata, dan juga inflammatory bowel disease. Kortikosteroid juga digunakan sebagai terapi penunjang untuk mengobati mual, dikombinasikan dengan antagonis 5-HT3 (misalnya ondansetron).

Efek samping lazim dari mineralokortikoid adalah hipertensi, hipokalemia (rendahnya kadar Kalium darah), hipernatremia (tingginya kadar garam dalam darah), tanpa menyebabkan edema perifer, metabolic alkalosis, dan kelemahan jaringan penghubung (Werner, 2005). Bukti eksperimental dan klinis mengindikasikan bahwa kortikosteroid dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada mata dengan menginduksi CSR (Central Serous Retinopathy). Berbagai jenis sediaan yang mengandung steroid, mulai dari obat semprot hidung hingga krim kulit dan tetes mata dapat meningkatkan risiko kerusakan mata ini.
Obat-obat golongan kortikosteroid seperti prednison, dexametason dan hydrocortisone memiliki potensi efek terapi yang cukup ampuh dalam pengobatan berbagai penyakit seperti asma, lupus, rheumatoid arthritis dan berbagai kasus inflamasi lainnya. Tapi kortiko steroid juga memiliki berbagai efek samping yang gak ngenakin, oleh karena itu sebelum menggunakan kortikosteroid apalagi dalam jangka waktu lama dan dosis tinggi sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter anda. Bagaimana Kortikosteroid bekerja? Obat golongan kortikosteroid sebenarnya memiliki efek yang sama dengan hormon cortisone dan hydrocortisone yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, kelenjar ini berada tepat diatas ginjal kita (lihat gambar). Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda maka kortikosteroid sanggup mereduksi sistem imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi, makanya kalo orang dengan penyakit-penyakit yang terjadi karena proses dasar inflamasi seperti rheumatoid arthritis, gout arthritis (asam urat) danalergi gejalanya bisa lebih ringan setelah pemberian kortikosteroid.

Efek Samping Kortikosteroid Sampai saat ini ratusan produk kortikosteroid tersedia di pasaran. Layaknya obat lainnya, kortikosteroid juga beresiko menimbulkan efek samping yang tidak diharapkan, bahkan beberapa efek sampingnya dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup serius. Ketika anda mengetahui efek samping yang mungkin terjadi dari obat ini, diharapkan anda bisa mengambil langkah untuk mengontrolnya. 1. Efek samping jangka pendek

Peningkatan tekanan cairan di mata (glaukoma) Retensi cairan, menyebabkan pembengkakan di tungkai. Peningkatan tekanan darah Peningkatan deposit lemak di perut, wajah dan leher bagian belakang *orangnya jadi tambah tembem*

2. Efek samping jangka panjang.


Katarak Penurunan kalsium tulang yang menyebabkan osteoporosis dan tulang rapuh sehingga mudah patah. Menurunkan produksi hormon oleh kelenjar adrenal Menstruasi tidak teratur Mudah terinfeksi Penyembuhan luka yang lama Amtocort [tab] Pharos

komposisi Triamcinolone Indikasi Bronkial asma, alergi rhinits, RA, urticaria, dermatitis atopik & kontak. Dosis Dewasa & Childn = 12 tahun 4-48 mg / hari. Childn <12 yr 416 mcg-1.7 mg / kg badan wt / hari. Administrasi Harus diambil dengan makanan Kontraindikasi Infeksi jamur sistemik, TB, kortikosteroid hipersensitivitas. Peringatan khusus HTN, herpes simpleks okular, sirosis, hipotiroidisme, kolitis ulseratif nonspesifik, DM. Adverse Drug Reactions Cairan & elektrolit gangguan, steroid miopati, kelemahan otot, ulkus peptikum, osteoporosis, purpura, striae, hiperpigmentasi.

Kehamilan Kategori (US FDA) Kategori C: Entah studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenic atau embryocidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat harus diberikan hanya jika manfaat potensial membenarkan potensi risiko terhadap janin. dalam 1 trimester (sistemik rute). Kategori D: Ada bukti positif resiko janin manusia, tetapi manfaat dari penggunaan pada wanita hamil dapat diterima meskipun risiko (misalnya, jika obat yang dibutuhkan dalam situasi yang mengancam jiwa atau penyakit yang serius yang lebih aman obat tidak dapat digunakan atau tidak efektif). MIMS Class Hormon kortikosteroid ATC Klasifikasi H02AB08 - triamcinolone; Milik Glukokortikoid kelas. Digunakan dalam persiapan kortikosteroid sistemik. Packing Amtocort tablet Amtocort 4 mg x 10's Produsen Pharos

BRAVODERM CREAM CODE: Harga Per Satuan Terkecil : Rp9,100.00 Beli Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih Dahulu.
BRAVODERM CREAM

KOMPOSISI : Tiap ram cream mengandung : Fluocinolone Acetonide 0,25 mg

FARMAKOLOGI : Fluocinolone Acetonide merupakan kortikosteroid sintetik, memiliki khasiat antiinflamasi lokal lebih kuat daripada hidrokortison. Fluocinolone Acetonide digunkan secara topikal pada pengobatan bermacam-macam penyakit kulit.

INDIKASI : Untuk penggunaan secara topikal pada peradangan lokal, pruritus dan alergi pada kulit dan selaput lendir. Bravoderm cream terutama diindikasikan untuk ; Dermatitis atopik : eksem,neurodermatitis, pruritus Dermatitis kontak : alergi akibat zat kimia, kosmetika, obat-obatan dan zat lain yang

merangsang.

DOSIS : Oleskan sedikit cream pada bagian yang sakit sebanyak 2 kali atau 3 kali sehari dan gosoklah perlahan-lahan dengan seksama agar meresap ke dalam kulit.

PERINGATAN & PERHATIAN : - Hindari penggunaan jangka panjang - Hentikan pengobatan jika terjadi sensitisasi atau iritasi

EFEK SAMPING : - Hipersensitivitas dan ruam kulit - Pada daerah tertutup rapat dapat terjadi rasa terbakar,gatal, iritasi dan kekeringan.

KONTRA INDIKASI : - Penderita hipersensitif - Infeksi virus pada kulit (herpes simplex) vaccinia, varicella, tbc kulit.

HARUS DEGAN RESEP DOKTER Simpan di tempat sejuk

KEMASAN : Tube isi 5 gr, DKL 9000902529 A1

PABRIK : BUFA ANEKA

BUDENOFALK CODE: Harga Per Satuan Terkecil : Rp27,850.00 Beli Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih Dahulu
Budenofalk

KOMPOSISI Tiap kapsul mengandung:

budesonide.............................................................................3,0 mg zat-zat lain: Sukrosa, tepung jagung, laktosa monohidrat, povidon K25, eudragit L [methacrylic acid methyl methacrylate copolymer (1:1)], eudragit S [methacrylic acid methyl methacrylate copolymer (1:2)], eudragit RS [ammonio methacrylate copolymer, type A], eudragit RL [amminio methacrylate copolymer, type B], talc, dibutil ftalat, gelatin, air, titanium dioksida, eritrosin, fero oksida merah dan hitam, natrium laurilsulfat.

FARMAKOLOGI Budenoside adalah glukokortikoid lokal, poten dan non-halogenasi yang bekerja sebagai anti inflamasi, anti alergi, anti eksudatif dan anti udem. Mekanisme yang pasti terhadap pengobatan penyakit Crohn's tidak sepenuhnya diketahui. Cara kerjanya didasarkan atas kerja lokalnya pada usus. Pada dosis yang secara klinis ekivalen dengan glukokortikoid sistemik, Budesonide secara signifikan memberikan penekanan yang lebih kecil terhadap axis HPA dan pengaruh yang lebih rendah terhadap tanda-tanda inflamasi.

INDIKASI Induksi rernisi pada pasien yang mendenta penyakit Crohn's rmgan sampai sedang yang melibatkan ileum dan/atau colon bagian atas. Cafatan: Pengobatan dengan Budenofalk tidak terlihat bermanfaat pada pasien dengan penyakit Crohn's yang mempengaruhi saluran gastro intestinal bagian atas. Gejala-gejala ekstraintestinal, misalnya yang melibatkan kulit, mata, atau sendi, tidak memperlihatkan respon pada Budenofalk disebabkan kerja lokalnya.

POSOLOGI Dosis yang dianjurkan per hari adalah 1 kapsul (mengandung 3 mg Budesonide) 3 kali sehari (pagi, siang, malam). Kapsul diminum 30 menit sebelum makan, ditelan dengan banyak air (misalnya segelas air). Kapsul tidak boleh dikunyah. Budenofalk tidak boleh dihentikan tiba-tiba, tapi secara berangsur-angsur (misalnya dikurangi bertahap).

PERINGATAN DAN PERHATIAN - Pengobatan dengan Budenofalk 3 mg menghasilkan tingkat steroid sistemik yang lebih rendah daripada pengobatan dengan steroid oral konvensional. Peralihan dan pengobatan dengan steroid lain dapat menghasilokan gejala-gejala yang berhubungan dengan perubahan tingkat steroid sistemik.

- Perhatian dibutuhkan pada pasien tuberkolosis, hipertensi, diabetes mellitus, osteoporosis, peptik ulser, glukoma, katarak, pasien dengan riwayat diabetes atau glukoma keluarga. - Injeksi: Penekanan terhadap respon inflamasi dan fungsi imun meningkatkan kepekaan terhadap infeksi dan keparahannya, Tanda-tanda klinis sering kali berupa infeksi yang serius dan khas seperti septikemia dan tuberkulosis, dapat ditanyakan dan dapat mencapai tahap lanjut sebelum dapat dikenali - Chickenpox: Chickenpox menjadi perhatian khusus karena penyakit yang secara normal ringan dapat menjadi fatal pada pasien dengan fungsi imun yang tertekan Pasien tanpa riwayat pasti chickenpox harus menghindari kontak dengan penderita chickenpox atau herpes zoster dan jika terkena harus segera pergi ke dokter. Jika pasien adalah anak-anak, orangtua harus diberikan peringatan tersebut. Imunisasi pasif dengan imunoglobulin varicella zoster (VZIG) dibutuhkan oleh pasien non-imun yang terkena yang menerima kortikosteroid sistemik atau telah menggunakannya dalam 3 bulan sebelumnya; imunisasi ini harus diberikan dalam 10 hari saat terkena chickenpox. Jika diagnosa chickenpox telah dikonfirmasikan, dibutuhkan pengobatan segera dan penanganan khusus. Kortikosteroid tidak boleh dihentikan dan dosis dapat ditingkatkan. - Vaksin aktif: Vaksin aktif tidak boleh diberikan pada penderita kerusakan fungsi imun. Respon antibodi terhadap vaksin lain dapat berkurang. - Kortikosteroid dapat menyebabkan penekanan terhadap axis HPA dan mengurangi respon stres. Saat pasien akan menjalani operasi atau perlakuan lain yang menyebabkan stres, pengobatan dengan suplemen glukokortikoid sistemik dianjurkan. Pada pasien dengan fungsi liver terganggu, kadar glukokortikosteroid dalam darah dapat meningkat - Kehamilan dan menyusui: Pemberian selama kehamilan harus dihindan jika tidak ada alasan yang memaksa untuk pengobatan dengan Budenofalk 3 mg. Pada hewan hamil, Budesonide seperti glukokortikoid lain, menunjukkan telah menyebabkan abnormalitas pada perkembangan fetus. Relevansinya terhadap manusia belum ditetapkan. Karena tidak diketahui apakah Budesonide dapat melewati air susu ibu, bayi tidak boleh disusui selama pengobatan dengan Budenofalk 3 mg.

EFEK SAMPING Efek samping kadang-kadang yang khas untuk glukokortikoid sistemik dapat terjadi (efek Cushingoid). Efek samping ini tergantung pada dosis, lama terapi, pengobatan bersamaan atau sebelumnya dengan glukokortikoid lain, dan sensitivitas individu. Studi klinis memperlihatkan bahwa frekuensi efek samping glukokortikoid lebih rendah pada Budenofalk (kira-kira setengahnya) dibandingkan terhadap pengobatan oral dengan dosis yang sama dengan prednisolon. Akan tetapi kejadian efek samping yang khas untuk glukokortikoid tidak dapat dihindarkan. Efek samping berikut dapat terjadi: - Kulit: Alergi, eksantema, striae kemerahan, petechiae, ekimosis, jerawat steroid, perlambatan penyembuhan luka, dermatitis kontak. - Otot dan Rangka: Kelemahan otot, osteoporosis, nekrosis aseptik pada tulang (femur dan pangkal humerus). - Mata: Glukoma, katarak.

- Keadaan mental: Depresi, iritabilitas, euphoria. - Saluran gastro intestinal: Keluhan-keluhan perut, ulkus duodenum, pankreatitis. - Metabolisme: Sindroma cushing: moon face, truncal obesitas, diabetes mellitus, berkurangnya toleransi glukosa, retensi Natrium dengan pembentukan udem, meningkatnya ekskresi Kalium, maktivitas/atropi adrenal korteks, penghambatan pertumbuhan pada anak, gangguan sekresi hormon kelamin (seperti amenore, hirsutism, impotensi). - Sirkulasi: Hipertensi. - Sistem vaskular: Meningkatnya resiko trombosis, vaskulitis (sindrom pi terjadi setelah pemakaian jangka panjang) - Sistem imun: Gangguan respon imun (misalnya meningkatnya - Memburuknya atau munculnya kembali manifestasi (khususnya mempengaruhi kulit dan sendi) dapat ter mengalami pertukaran terapi dan glukokortikoid siste lokal.

KONTRA INDIKASI Budenofalk tidak boleh digunakan pada: - Hipersensitivitas terhadap Budesonide atau komponen - Infeksi lokal pada usus (bakteri, jamur, amuba, virus). Budenofalk tidak boleh digunakan: - oleh bayi atau anak kecil disebabkan masih terbatasr pengobatan pada kelompok umur tersebut. - Pada gangguan fungsi hati yang parah, Budenofalk pengobatan dengan glukokortikoid lain, dapat menyebabk kecepatan eliminasi dan peningkatan ketersediaan sistem ini harus dikecualikan dari pengobatan dengan Budeson tertentu.

INTERAKSI OBAT - Glikosida jantung: Kerja glikosida dapat diperkuat oleh defisiensi Kalium - Saluretik: Ekskresi Kalium dapat ditingkatkan - Inhibitor sitokrom P450 seperti ketokonazol, troleandron siklosporm: Efek kortikoid dapat ditingkatkan. - Pemberian bersamaan simetidin dan budesonid dap; sedikit peningkatan kadar Budesonide plasma, walaupui klinik. Pemberian bersamaan dengan omeprazol ti farmakokinetik Budesonide. - Secara teori, interaksi potensial dengan resin sintetik seperti kolesteramin dan antasida tidak dapat dikes; diberikan pada saat yang sama dengan Budenofal pengurangan efek Budesonide. Oleh karena itu obal digunakan pada saat yang sama, tapi sedikitnya dala

HARUS DENGAN RESEP DOKTER Simpan pada suhu 25-30 C Hindari obat dari jangkauan anak-anak

KEMASAN Box isi 5 blister @ 10 kapsul Reg. No. : DKI0281000401A1

Catatan: Tanggal kadaluarsa dicetak pada blister dan box luar. Obat tidak boleh digunakan setelah tanggal ini.

Diimpor oleh: PT. Darya-Varia LABORATORIA Gunung Putri, Bogor-lndonesia Diproduksi DR. FALK

CELESTIK CODE: Z25 Harga Per Satuan Terkecil : Rp1,250.00 Beli


Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih Dahulu. CELESTIK Tablet Betamethasone Komposisi : Settap tablet mengandung 0,25 mg betamethasone dan 2 mg dexchlorpheniramine maleate.

Cara Kerja Obat : Kombinasi kortikosteroid betamethasone dan antihistamin dexchlorpheniramine maleate yang mempunyai sifat anti inflamasi, anti alergi.

Indikasi :

Kasus alerai pada saluran respiratorius, dermatologik, okular serta penyakit inflamasi okular di mana terapi tambahan kortikosteroid diindikasikan. Dosis : Dosis disesuaikan dengan kondisi pasien dan respon yang didapat. Dewasa & anak-anak > 12 tahun 4x1-2 tab /hari, sesudah makan dan pada waktu tidur. Dosis maksimal 8 tab / hari Anak-anak 612tahun Anak-anak 26tahun : 3 x 1/2 t : 3x1/4-1/2/tab/hari.Maksimal 2 tab/hari.ab / hari. Maksimal 4 tab/hari.

Jika terjadi perbaikan, dosis harus diturunkan secara bertahap sampai kadar pemeliharaan minimum dan dihentikan jika memungkinkan. Perhatian : Betamethasone Diperlukan penyesuaian dosis untuk remisi atau eksaserbasi penyakit, respon masimg-masing pasien terhadap terapi dan pemaparan pasien terhadap stress emosional atau fisik. Setelah penghentian terapi jangka panjang atau dosis tinggi,diperlukan pemantauan selama 1 tahun . Insufisiensi adrenokortikal sekunder yang diinduksi obat dapat disebabkan karena terlalu cepat penghentian, dan dapat diperkecil dengan penurunan dosis secara bertahap. Efek kortikosteroid dapat meningkat pada pasien dengan hipotiroidisme atau sirosis. Hati-hati jika digunakan pada pasien dengan Herpes Simplek Okular, kolitis ulseratif non spesifik, abses atau infeksi piogenik lain, divertikulitis, anastomasis intestinal, tukak peptik akut atau kronis, insufisiensi ginjal, hipertensi, osteoporosis, myasthenia gravis. Kortikosteroid dapat memperburuk instabilitas atau tendensi psikotik yang telah ada.Kortikosteroid dapat menyelubungi tanda-tanda infeksi. Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaukoma dengan kemungkinan kerusakan pada saraf optik dan ci meningkatkan terjadinya infeksi mata sekunder karena jamur atau virus. Dengan terapi kortikosteroid, C dipertimbangkan diet pembatasan garam dan suplementasi kalium, semua kortikosteroid meningte ekskresi kalsium. Jangan mengimunisasi pasien yang sedang mendapatkan terapi kortikosteroid. Pasien menerima kortikosteroid dengan dosis imunosupresan harus diperingatkan untuk menghindari pemajanan terhadap chicken pox atau campak dan bila terpajan, berikan pertolongan medis.Hal ini terutama penting anak-anak. Pada pasien dengan tuberkulosa aktif, terapi kortikosteroid harus terbatas pada kasus - kasus tuberkolusa fulminan atau diseminata, dimana digunakan bersama dengan pengobatan anti tuberkulosa yang sesuai. Dapat terjadi reaktivasi tuberkulosa kronis dan pasien ini harus menerima kemoprofilaksis selama terapi kortikosteroid jangka panjang. Kortikosteroid dapat mengganggu laju pertumbuhan dan menghambat produksi kortikosteroid endogen anak-anak yang mendapat terapi jangka panjang , sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak harus terus dipantau. Kortikosteroid dapat mengubah motilitas dan jumlah spermatozoa.

Pemakaian bersama dengan phenobarbital, rifampicin, phenytoin atau ephedrine dapat mempercepat metaboiisme kortikosteroid. Dapat terjadi efek kortikosteroid yang berfebihan pada pasien yang sedang menerima terapi estrogen. Pemakaian kortikosteroid bersama dengan diuretika yang meningkatkan pengeluaran kalium dapat meningkatkan hipokalemia. Pemakaian kortikosteroid bersama dengan glikosida jantung dapat meninqkatkan kemungkinan aritmia atau toksisitas digitalis yang berkaitan dengan hipokalemia. Kortikosteroid dapat meningkatkan pengeluaran kalium jika digabung dengan amphetoricin B.Pada pasien yang sedang mendapat terapi kombinasi dengan obat-obatan ini,penentuan eletrolit dalam serum harus dipantau dengan ketat. Pemakaian kortikosteroid bersama dengan anti koagulan tipe coumarin dapat meningkatkan atau mengurangi efek anti koagulan sehingga perlu penyesuaian dosis. Efek gabungan obat anti inflamasi non-kortikosteroid atau alkohol dengan glukokortiroid dapat meningkatkan terjadinya atau bertambah beratnya ulserasi gastrointestinal.Kortikosteroid dapat mengurangi kadar salisilat dalam darah,hatihati pemakaian asam asetilsalisilat bersama dengan kortikosteroid pada hipoprotrombinemia.Jika kortikosteroid diberikan pada pasien diabetes,diperlukan penyesuaian dosis anti diabetik. Pemakaian bersama glukokortikoid dapat menghambat respon terhadap somatotropin. Kortikosteroid dapat mempengaruhi uji nitro blue tetrazolium untuk infeksi bakteri dan menyebabkan hasil false negatif. Dexchlorpheniramine maleate Hati - hati jika digunakan pada pasien dengan glaukoma narrow angle, tukak peptik dengan stenosis, obstruksi piloroduodenal, htpertrofi prostate atau obstruksi cervix vesica urinaria, penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi, peningkatan tekanan intraokular atau hipertiroidisme. Hati - hati pada pasien yang melakukan aktivttas yang memerlukan kewaspadaan mental. Pada pasien > 60 tahun, anti histamine dapat menyebabkan sedasi, pusing dan hipotensi. MAO inhibitor dapat memperpanjang dan memperberat efek anti histamine, sehingga dapat terjadi hipotensi berat. Pemakaian bersama dengan alkohol, anti depresan trisiklik, barbiturate atau depressan SSP lainnya dapat meningkatkan potensiasi efek sedatif dari dexchlorpheniramine. Kerja dari antikoagulan oral dapat dihambat oleh anti histamine. Sebaiknya tidak digunakan untuk anak- anak < 2 tahun. Pemakaian selama kehamilan dan pada wanita yang sedang menyusui serta wanita pada usia subur memerlukan pertimbangan rasio resiko / manfaat baik pada ibu dan anaknya. Bayi yang lahir dari ibu yang pernah mendapatkan dosis kortikosteroid besar selama kehamilannya, harus diamati secara seksama atas tanda-Ianda hipoadrenalisme. Kelebihan dosis Karena merupakan produk kombinasi, maka potensial toksisitas dari masing masing komponennya harus dipertimbangkan. Toksisitas dari dosis tunggal yang berlebihan terutama berasal dari komponen dexchlorpheniramine. Perkiraan dosis fetal anti histamine dexchlorpheniramine maleate adalah 2,5 - 5 mg / kg. Reaksi ketebihan dosis dengan antihistamine konvensionai (sedatif) dapat bervariasi dari depresi SSP (sedasi, apnea, kewaspadaan mental yang menurun, kolaps kardiovaskular) sampai stimulasi (insomnia, halusinasi, tremor, konvulsi) sampai kematian. Tanda-tanda dan gejala lainnya dapat metiputi pusing, tinitus, ataksia, pandangan kabur dan hipotensi.

Pada anak-anak, stimulasi adalah dominan, seperti tanda dan gejala yang menyerupai atropine (mulut kering , ditatasi pupil yang menetap , semburan rasa panas, demam dan gejala - gejala gastrointestinal). Dapat terjadi halusinasi, inkoordinasi dan konvulsi dari tipe tonik klonik. Pada orang dewasa, dapat terjadi suatu siklus yang terdiri dari depresi dengan rasa ngantuk dan koma, dan suatu fase rangsangan yang mengarah ke konvulsi yang diikuti dengan depresi. Dosis tunggal dari betamethasone yang berlebihan diperkirakan tidak menyebabkan gejala-gejala akut. Kecuali pada dosis yang paling ekstrim, pemberian glukokortikosterokf beberapa hari dengan dosis yang berlebihan tidak akan menyebabkan hasil yang membahayakan kecuali pada pasien dengan resiko tertentu karena kondisi yang mendasarinya atau mendapatkan obat secara bersamaan yang mungkin berinteraksi buruk dengan betamethasone. Pengobatan kelebihan dosis Bersifat simptomatikdan suportif. Segera induksi emesis / muntah pada pasien yang sadar atau diberikan lavase lambung.Dialisis belum tentu membantu. Jangan menggunakan stimulan. vasopresor dapat digunakan untuk mengobatj hipotensi. Konvulsi paling baik diobati dengan suatu depresan yang bekerja singkat, seperti thiopental. Pertahankan asupan cairan yang memadai dan pantaulah kadar elektrolit dalam serum dan urin, terutama keseimbangan natrium dan kalium. Efek samping : Betamethasone Dapat meningkatkan gangguan cairan dan elektrolit, muskuloskeletal, gastrointestinal, dermatologik, neurologik, endokrin, opthalmik, metabolik dan psikiatrik. Meskipun demikian, jumlah kortikosteroid yang kecil dalam kombinasi ini memperkecil kemungkinan efek samping. Dexchorpheniramine maleate Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah rasa kantuk ringan sampai sedang. Dapat terjadi reaksi kardiovaskular, hematologik, neurologik, gangguan gastrointestinal, dermato-venerologik, respiratorius, Efek samping umum seperti urticaria, ruam obat, shock anafilakfik, fotosensitif, perspirasi yang berlebihan, demam; mulut,hidung dan tenggorokan kering pernah dilaporkan. Kontra indikasi : Hipersensitif, neonatus, premature, pasien dengan infeksi jamur sistemik, pasien yang sedang rnendapatterapi MAOI. Penyimpanan : Simpandi tempat sejuk (15-25C) dan kering. Kemasan : Box, 10 strip @ 10 tablet No.Reg.DKL0721015310A1

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


PYRIDAM FARMA

CELESTODERM - V GARAMICYN CODE: Harga Per Satuan Terkecil : Rp44,200.00 Beli Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih Dahulu. CELESTODERM - V + GARAMYCIN GOLONGAN : K

KANDUNGAN : Setiap gram mengandung 1,22 mg Betamethasone valerat setara dengan 1 mg Bethamethasone base dan 1,67 mg Gentamisin sulfate setara dengan 1 mg Gentamicin base.

INDIKASI : Pengobatan topikal untuk infeksi sekunder alergi atau peradangan kulit atau bila terancam infeksi.

KONTRA INDIKASI : Penyakit virus dan tuberkulosa kulit, akne rosase, dermatitis perioral, cacing gelang, infeksi akibat bakteri dan jamur kecuali kalau diberikan kemoterapi yang tepat. Penggunaan jangka panjang atau luas pada wanita hamil.

PERHATIAN : Jangan digunakan pada atau dekat mata

EFEK SAMPING : Rasa panas/terbakar, gatal-gatal, iritasi, kekeringan, folikulitis, hipertrikosis, erupsi akneformis, hipopigmentasi, dermatitis perioral, dermatitis kontak alergi, pengelupasan kulit, infeksi sekunder, atropi kulit, stria, biang keringat.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL : D: Positif ada kejadian yang berbahaya pada janin manusia, tetapi keuntungan dari penggunaan oleh wanita hamil mungkin dapat diterima walaupun berisiko. (Misalnya jika obat digunakan untuk situasi menyelamatkan nyawa atau penyakit yang serius dimana obat yang lebih aman tidak dapat digunakan atau tidak efektif).

KEMASAN : Tube 5 gr, DKL 7206607629 A1

DOSIS Gunakan 2-3 kali sehari.

PABRIK : Schering-Plough

CETADEXON 0,5 MG CODE: Harga Per Satuan Terkecil : Rp150.00 Beli Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih Dahulu. CETADEXON KAPLET 0,5 MG KOMPOSISI : Tiap kaplet mengandung : Deksametason 0,5 mg

KEMASAN & NO REG. : Kotak, 10 strip @ 10 kaplet, DKL 9424211104B1

PABRIK : SOHO

CORSONA CODE: A61 Harga Per Satuan Terkecil : Rp300.00 Beli Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih Dahulu. CORSONA DEXAMETHASONE Tablet Injeksi

KOMPOSISI : Tiap tablet berisi :

Deksametason (micronized) 0,5 mg Tiap ampul @ 1 ml berisi : Deksametason natrium fosfat setara dengan Deksametason 5 mg

FARMAKOLOGI : Diduga kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi sintesis protein pada proses transkripsi RNA. Induksi protein ini merupakan perantara efek fisiologik steroid.

INDIKASI : Kongenital adrenal hiperplasik, non suppurative chyroidifis, asma bronkhial yang disertai inflamasi akut, rinitis alergika, radang selaput mata karena alergi, penyakit fTeoplastik, penyakit kulit karena alergi dan peradangan, sebagai terapi tambahan pada rematoid arthritis dan acute gouty arthritis.

DOSIS : Dosis permulaan : Dapat berkisar antara 0,75 mg sampai 9 mg sehari, tergantung pada parahnya penyakit. Dalam keadaan belum parah umumnya diberikan dosis yang lebih rendah, sedangkan pada penderita - penderita tertentu kemungkinan diperlukan dosis permulaan yang lebih tinggi. Dosis selanjutnya : Ditentukan dengan cara pengurangan dosis permulaan sedikit demi sedikit secara bertahap, dengan jarak waktu - antara secukupnya sampai dicapai dosis terendah yang akan tetap memberikan daya klinis yang diperlukan.

KONTRA INDIKASI :

Infeksi sistemik karena jamur. Herpes simpleks okuler. Penderita yang hipersensitif.

CORTIDEX 0,5 MG CODE: Z1 Harga Per Satuan Terkecil : Rp300.00 Beli Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih Dahulu. CORTIDEX

Tablet

Komposisi : Tiap tablet mengandung: a Deksametason .................................. 0,5 mg

FARMAKOLOGI : CORTIDEXmengandung Deksametason, suatu glu-kokortikoid sintetis yang dalam dosis kecil sudah cu-kup kuat bekerja sebagai anti-inflamasi dan anti-alergi

INDIKASI : Semua penyakit yang dapat diobati dengan kortiko-steroid secara sistemik. Sebagai obat anti peradang-an misalnya pada artritis, untuk penyakit alergi seperti penyakit serum dan asma; untuk penyakit gangguan pada darah misalnya leukemia akut; dan penyakit-penyakit lain yang biasa menggunakan glukokortikoid.

KONTRA-INDIKASI : Pada penderita dengan ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis.

EFEK SAMPING : Efek samping umumnya terjadi karena pemakaian dosis besar dan terus menerus, misalnya; ulkus peptikum, osteoporosis dan fraktur vertebra.

PERHATIAN : Hati-hati bila digunakan pada penderita penyakit jan-tung, diabetes mellitus. ginjal dan hati; penyakit infeksi terutama pada mata; dan infeksi lain yang disebab-kan oleh virus.

DOSIS : Dewasa : 0,5 - 9 mg dalam dosis terbagi. Anak-anak: * sampai 1 tahun : 0,1 mg - 0,25 mg, 2 kali sehari. * 1 - 5 tahun : 0,25 mg -1 mg, 2 kali sehari, * 6-12 tahun : 0,25 mg - 2 mg, 2 kali sehari.

Atau menurut petunjuk dokter, HARUS DENGAN RESEP DOKTER

KEMASAN :

Dusisi 10 strip 10 tablet. No. Reg.:DKL8322201710Al

PENYIMPANAN Simpan di tempat sejuk dan kering.

Dibuat oleh: PT SANBE FARMA Bandung - Indonesia

DESOLEK LOTION CODE: Harga Per Satuan Terkecil : Rp21,200.00 Beli Harga Tersebut diatas Tidak Mengikat, Sewaktu-Waktu Dapat Berubah Tanpa Pemberitahuan Terlebih Dahulu DESOLEX LOTION 10 ML KOMPOSISI : Tiap gram mengandung 0,5 mg Desodine dalam basis yang cocok KHASIAT : Bekerja sebagai Kortikosteroid, digunakan secara topikl dengan khasiat sebagai anti inflamasi, anti pruritik dan vasokonstriktor INDIKASI : Untuk meringankan inflamasi dan pruritis dari dermatoses yang responsif terhadap Kortikosteroid KONTRA INDIKASI : Untuk penderita yang hipersensitif terhadap komponen preparat obat ini.

PERINGATAN : - Hindarkan kontak dengan mata - Obat ini digunakan untuk tujuan lain, hanya untuk tujuan yang sudah ditentukan - Daerah yang diobati jangan dibalut dengan kecuali atas anjuran & petunjuk dokter Hindarkan pemakaian dalam jangka waktu lama atau pemakaian pada area kulit yang halus, terutama untuk bayi dan anak-anak karena dapat menghambat pertumbuhan - Bila terjadi iritasi, hentikan pemakaian dan ganti dengan pengobatan yang tepat Bila timbul infeksi pada kulit perlu diberikan obat anti fungi atau anti bakteri yang sesuai. Bila respon tidak memadai hentikan pemakaian Kortikosteroid hingga infeksi terkontrol - Hati-hati pemakaian pada wanita menyusui - Jangan digunakan secara intensif pada wanita hamil dalam jumlah besar atau pemakaian

jangka panjang

EFEK SAMPING : Terutama pada kulit yang tertutup baju dengan ketat, terjadi seperti irtasi, rasa terbakar, gatal, kulit kering, hipertrikosis, erupsi yang menyerupai jerawat, maserasi kulit, atropi kulit, stria, miliaria, hipopigmentasi, folliculitis, perioral dermatitis, alergi kontak, dermatitis dan infeksi skuunder. Bila hal ini terjadi hentikan penggunaan obat ini. DOSIS & ATURAN PAKAI : Dioleskan tipis pada daerah yang sakit secara merata 2-4 kali sehari. Untuk lotion kocok dahulu sebelum memakai.

KEMASAN & NO REG. : Botol plastik 30 ml, DKL 0128603141 A1 CARA PENYIMPANAN : Simpan pada suhu 15 ? C-30 ? C dalam wadah yang tertutup rapat PABRIK : PT. SURYA DERMATO MEDICA LABORATORIES

DESOLEK-N CODE: Harga Per Satuan Terkecil : Rp23,300.00 Beli

DESOLEX-N CREAM

KOMPOSISI : Tiap gram cream mengandung desonide 0,5 mg dan neomycin sulfate yang setara dengan neomycin 3 mg CARA KERJA OBAT : Neomycin sulfate merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang berikatan dengan sub unit 30 S ribosomal yang mempunyai aktivitas menghambat sinttesis protein bakteri. Neomycin sulfate aktif terhadap bakteri gram negatif seperti Escherichia coli, Haemoophillus influenzae, Enterobacter aerogenes, Klebsiella sp, Proteus sp, Salmonella sp, Shigella sp, E.faecalis, Mycobacterium tuberculosis. Desonide merupakan Kortikosteroid, digunakan secara topikal dengan khasiat sebagai anti inflamasi, anti pruritus dan vasokonstriktor.

INDIKASI : Untuk meringankan inflamasi dari dermatoses yang responsif terhadap kortikosteroid bila terkomplikasi dengan infeksi skunder yang peka terhadap neomycin.

KONTRA INDIKASI : - Pasien yang hipersensitif terhadap aminoglikosida

- Skin tuberkolusis, herpes simplex dan varicella.

PERINGATAN & PERHATIAN : - Hindarkan kontak dengan mata - Obat ini tidak digunakan untuk tujuan lain, hanya untuk tujuan yang telah ditentukan. - Daerah yang diobati jangan dibalut kecuali atas anjuran dan petunjuk dokter - Hindarkan pada area kulit yang luas terutama untuk bayi dan anak-anak. - Bila terjadi iritasi hentikan pemakaian dan ganti dengan pengobatan yang tepat. - Hati-hati pemakaian pada wanita menyusui - Jangan digunakan secara insentif pada wanita hamil dalam jumlah besar atau pemakaian jangka panjang. - Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan pertumbuhan berlebihan organisme yang tidak peka dan fungi. - Jika infeksi tidak membaik setelah 1 minggu, tes kultur dan kepekaan perlu diulang untuk memeriksa identitas organisme dan menentukan apakah obat perlu diganti. - Gunakan hati-hati pada pasien dengan gangguan hati/ginjal serta gangguan pendengaran. - Penggunaan topikal neomycin pada pasien dengan kerusakan kulit atau lubang membran tympani dapat menyebabkan ketulian. Jangan gunakan neomycin sulfate secara topikal atau untuk kegunaan urologi dengan dosis lebih dai 1 gram perhari. Jangan gunakan lebih dari 10 hari untuk urologi.

EFEK SAMPING : Terutama pada kulit yang tertutup rapat dengan baju seperti rasa terbakar, gatal, folliculitis, furunculosis, pustule, telagiecsitasia. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan sensitifitas silang dengan antibiotik aminoglikosida lain. CARA PEMAKAIAN : Oleskan tipis-tipis dan merata pada daerah yang sakit 2-3 kali sehari. CARA PENYIMPANAN : Simpan pada suhu 15 ? C-25 ? C dalam wadah tertutup rapat, hindarkan dari cahaya. KEMASAN & NO REG. : Dos, tube 10 gr, DKL 0328603729A1 HARUS DENGAN RESEP DOKTER PABRIK :</ Categories: KORTIKOSTEROID TIPICAL

Anda mungkin juga menyukai