Anda di halaman 1dari 10

PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI DALAM FREKUENSI TERKENA BULLYING (STUDI KEPADA SISWA SMA NEGERI

3 SALATIGA) Andhang Budi Utomo


132007090 Mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Kata kunci : Tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert, Bullying Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Salatiga dengan jumlah sampel 182 orang siswa, untuk mengetahui signifikansi perbedaan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert di dalam frekuensi terkena Bullying, sampel diambil dengan metode Proportionate Stratified Random Sampling. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data variabel tipe kepribadian menggunakan Jungs Type Indicator test diambil dari Jungian Tipology theory dan frekuensi terkena Bullying dari Skala Bullying dari Dan Olweus yang sudah diterjemahkan dengan metode Back translation. Dari hasil analisis diskriptif diperoleh hasil bahwa sebanyak 97 orang siswa memiliki tipe kepribadian Ekstrovert dan 85 orang siswa memiliki tipe kepribadian Introvert. Frekuensi terkena Bullying pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga diperoleh hasil 10,4% siswa berada pada level Low, 20,9% siswa berada pada level Infrequent, 34,1% siswa berada pada level Intermediate, 22% siswa berada di level Frequent dan 12,6% siswa berada di level constantly. Hasil analisis memperoleh nilai Chi Square 4,541 dengan taraf signifikansi 5% Assymp. Sig 0,338 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert didalam frekuensi terkena Bullying kepada siswa SMA Negeri 3 Salatiga, maka dari itu disimpukan bahwa baik siswa dengan tipe kepribadian Ekstrovert maupun Introvert keduanya mempunyai peluang yang sama dalam terkena perilaku Bullying di sekolah.

LATAR BELAKANG Setiap manusia terlahir memiliki kesamaan dan perbedaan antara satu dengan lainnya, dan hal tersebut yang menjadikan manusia sebagai makluk yang unik. Manusia memiliki kepribadian yang tentu saja berbeda antara satu dengan lainnya. Kepribadian atau Personality berasal dari bahasa latin yang berati Persona, secara
1

umum kata persona merujuk pada topeng yang digunakan para pemain sandiwara di zaman romawi. Kepribadian merupakan cara yang khas dari individu dalam berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu yang lain. Pada periode transisi masa remaja sangat rentang terhadap terjadinya kenakalan dan kekerasan. Tindak kekerasan yang sering dijumpai pada remaja di sekolah adalah perilaku bullying. Nuryadi (2006) dalam penelitiannya mengungapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan remaja menjadi korban bullying, salah satunya adalah faktor kepribadian. Bullying atau tindakan kekerasan yang membuat orang lain teraniaya bagi sebagian orang kurang begitu dikenal, namun perilaku ini sering terjadi di kalangan pelajar. Dampak dari perilaku bullying bisa diamati dari dampak fisik maupun psikologis pada korban, dampak fisik dapat berupa luka, memar, dan goresan di tubuh, sedangkan dampak psikologis dapat berupa perasaan rendah diri, perasaan takut, marah, depresi, sedih dan terhina. Akibat bullying berpengaruh pada seberapa seberapa sering dan seberapa lama seseorang mengalami bullying. Semakin sering dan dengan durasi yang lama maka akibat bullying dapat memberi dampak yang semakin buruk pada korban. Untuk mengetahui gambaran ada tidaknya perbedaan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert kepada siswa yang terkena bullying, telah dilakukan pra penelitian di SMA Negeri 3 Salatiga. Dari hasil pra penelitian terhadap 129 orang siswa SMA Negeri 3 Salatiga diperoleh hasil sebanyak 61 orang siswa memiliki tipe kepribadian Introvert dan 68 orang siswa memiliki tipe kepibadian Ekstrovert, dan dari hasil analisis statistik Mann - Whitney diperoleh nilai 0,316 > 0,5 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada siswa korban bullying di sekolah. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiarti (2009) yang menemukan ada perbedaan tipe kepribadaan Ekstrovert dan Introvert pada intesitas terkena bullying pada siswa. Karena terdapat berbedaan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna
2

memastikan signifikansi perbedaan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada siswa yang menjadi korban bullying, dengan rumusan masalah : Adakah perbedaan yang signifikan antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert di dalam frekuensi terkena bullying kepada siswa SMA Negeri 3 Salatiga? TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Tipe kepribadian merupakan sikap yang khas dari individu dalam berperilaku dan merupakan segala yang mengarah ke luar atau kedalam dirinya sehingga dapat dibedakan dengan individu lain. Kepribadian seseorang menurut Jung (dalam Loekmono,2003) terdiri dari sembilan sistem yang berlainan tetapi terkait satu dengan lainnya, dan salah satu sistem itu adalah sikap Ekstrovert Introvert. Kedua sikap ini terwujud dalam diri semua individu. Jung (dalam Suryabrata, 1983) membedakan tipe kepribadian menjadi 2 jenis yaitu Ektraversion dan Intraversion, kedua tipe kepribadian tesebut mengacu pada sejauh mana orientasi dasar seseorang diarahkan ke luar (dunia luar) atau ke dalam diri individu. Apabila orientasi terhadap segala sesuatu ditentukan oleh faktor faktor objektif faktor faktor luar, maka orang yang demikian itu dikatakan mempunyai orientasi ekstrovert. Sebalikanya orang yang mempunyai tipe dan orientasi introvers, yaitu orang yang dalam menghadapi sesuatu faktor faktor yang berpengaruh adalah faktor subjektif, yaitu faktor yang berasal dari dunia batin sendiri. Kadar Ekstrovert dan Introvert masing masing individu juga berbeda beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Misalnya individu A dan B bisa saja sama-sama seorang introvert. Namun individu A memiliki kadar Ekstrovert 55% sedangkan B 70%. Semakin tinggi persentasenya maka sifat khas dari masingmasing tipe kepribadian itu akan semakin muncul dominan. Kadar tersebut bisa berubah seiring waktu. Menurut Jung (dalam Suryabrata,2000) berpendapat bahwa Ekstrovert dan Introvert merupakan dua kutub dalam satu skala. Kebanyakan individu akan berada di tengah tengah skala itu dan hanya sedikit orang orang yang benar
3

benar murni Ekstrovert atau Introvert, artinya setiap individu memiliki kecenderungan Ekstrovert dan Introvert dalam dirinya. KARAKTERISTIK TIPE KEPRIBADIAN Individu dengan kecenderungan Ekstrovert tampak lebih bersemangat, mudah bergaul dan terkesan impusif dalam menampilkan tingkah laku. Sedangkan individu yang cenderung Introvert akan lebih memeperhatikan pikiran, suasana hati serta reaksi reaksi dalam diri mereka. Hal ini yang membuat individu Introvert cenderung pemalu, memiliki control diri yang kuat, dan memiliki keterpakuan terhadap hal hal yang terjadi dalam diri mereka. Lebih jelasnya lagi penjabarkan komponen tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert (dalam Schultz, 1994) meliputi aktivias (activity), kesukaan bergaul (sociability), keberanian mengambil resiko (risk taking), penurutan dorongan kata hati (impulsiveness), pernyataan perasaan (ekspressiveness), kedalaman berpikir (reflectiveness), dan tanggung jawab (responsibility). TIPE KEPRIBADIAN KORBAN BULLYING Korban Bullying tidak hanya mereka yang mempunyai kepribadian tertutup dan pasif terhadap dunia luar, tetapi juga mereka dengan kepribadian yang terbuka dan aktif juga menjadi korban Bullying. Siswa yang cenderung memiliki kepribadian terbuka dan aktif bisa menjadi korban Bullying dari teman sebayanya. Mereka yang aktif dan terbuka cenderung berpotensi menjadi korban Bullying (Wiyani, 2012). Baik kepribadian Ekstrovert atau Introvert keduanya memiliki potensi yang sama untuk menjadi korban Bullying, karena Bullying bisa menimpa siapa saja. DEFINISI BULLYING Bullying berasal dari bahasa inggris (Bully) yang berarti menggertak atau menggangu. Olweus (1994) menjelaskan Bullying yaitu tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Bullying adalah perilaku yang disengaja yang mengakibatkan orang
4

lain terganggu baik dengan kekerasan verbal, serangan fisik, maupun pemaksaan dengan cara cara halus seperti manipulasi. Bullying merupakan perilaku agresif dan negatif seseorang atau kelompok orang secara berulang kali yang menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya. BENTUK DAN KATEGORI BULLYING
Beberapa macam bentuk bullying dikemukakan oleh Olweus (1994) antara lain :

a. Bullying Psikologis yaitu berupa tindakan seperti menfitnah, mempermalukan, menakut nakuti, menghina, melecehkan, mengucilkan, mencibir dan lain sebagainya. b. Bullying Fisik yaitu perbuatan yang melukai fisik seperti menendang, memukul, mendorong dengan sengaja, menempeleng, menjewer, mencubit, memalak, mencakar dan lain sebagaianya. Bullying Verbal yaitu perilaku seperti mengancam, meledek, menghina, name calling, merendahkan, sarkasme dan lain lain.

c.

d. Bullying Non Verbal yaitu perilaku seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan muka merendahkan, mencibir, meneror dan mengabaikan Olweus dalam Coloroso (2006), membagi kategori bullying kedalam lima frekuensi kategori yaitu : 1. kategori low (rendah) : Biasanya melibatkan periode yang singkat yaitu 1 kali dalam satu bulan, tindakan dapat meliputi ejekan, pemberian julukan yang buruk dan pengucilan sewaktu waktu. 2. kategori Infrequent (kadang kadang): Pada kategori ini seseorang mengalami bentuk Bullying dalam frekuensi ringan antara 2 kali dalam satu bulan, dapat berupa dijauhi teman sebaya, digunjing dan diganggu. 3. kategori Intermediate (menengah) : Seseorang yang mengalami tindak bullying dengan frekuensi antara 3 4 kali dalam satu bulan adalah mereka yang mengalami tindak Bullying dalam bentuk fisik dan psikologis

4. kategori frequent (sering) : Terjadi saat seseorang mengalami bentuk pelecehan dan penghianatan yang sistematik dan meyakitkan dengan frekuensi yang sering yaitu antara 5 sampai 6 kali dalam satu bulan. 5. kategori Constantly (selalu) : Melibatkan intimidasi dan tekanan yang kejam dan intens, terutama saat hal tersebut terjadi berulang kali (lebih dari 7 kali dalam satu bulan dan sangat menimbulkan stress bagi korbannya. KORBAN BULLYING Olweus (2007) mendefinisikan victim (korban bullying) yaitu anak yang sering menjadi target dari perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya sedikit memperlihatkan pertahanan melakukan perlawanannya. Korban bullying menunjukkan fungsi sosial yang buruk. Menurut Olweus, (1994) anak yang menjadi korban bullying secara fisik lebih lemah dari rekan rekan mereka. Karakteristik umum dari korban bullying adalah korban cendurung berhati hati, sensitif, dan umumnya mereka adalah anak anak yang merasa kurang percaya diri atau merasa tidak aman ketika bergaul dengan teman sebayanya, mereka sering sangat terisolasi secara sosial dan juga kesepian. HIPOTESIS Dari uraian di atas, maka dapat ditarik suatu hipotesis yaitu : tidak ada perbedaan yang signifikan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert di dalam frekuensi terkena bullying kepada siswa SMA Negeri 3 Salatiga. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparasi kontinum. Penelitian Komparasi kontinum adalah penelitian yang meneliti perbedaan (Sugiyono, 2010). Penelitian ini mencari ada tidaknya perbedaan dari dua variabel yang diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang menjadi korban bullying sebanyak 380 orang siswa. Usia subjek dalam
6

penelitian ini berkisar antara 16 18 tahun. Pengambilan sampel dengan metode proposionate stratified random sampling , yaitu mengelompokkan setiap strata menjadi sub strata dengan pengambilan sampel berdasarkan pada populasi yang lebih banyak mendapatkan sampel yang banyak begitu sebaliknya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 182 orang siswa. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan tes yaitu Jungs type Indicator (JTI) test yaitu tes kepribadian yang digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang, yang digunakan untuk mengungkap kecendurungan kepribadian individu apakah Ekstrovert atau Introvert dengan jumlah item sebanyak 70 item dan terdiri dari 36 item penyataan ekstrovert dan 35 item pernyataan introvert. Sedangkan Skala frekuensi terkena Bullying dari Dan Olweus (1994) untuk mengukur frekuensi terkena Bullying dari siswa yang menjadi korban Bullying dalam periode satu bulan terahir. Skala frekuensi terkena bullying tediri dari 40 item yang di dalamnya meliputi 4 jenis bullying yaitu psikologis, fisik, verbal dan non verbal. Kedua alat ukur sudah di uji validitas dan reliabilitasnya dan telah dinyatakan valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Chi kuadrat ( 2 ) satu sampel yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa siswa dengan tipe kepribadian Ekstrovert lebih dominan dalam penelitian ini dengan perbandingan 97 orang siswa dengan tipe kepribadian Ekstrovert dan 85 orang siswa dengan tipe kepribadian Introvert. Siswa dengan tipe kepribadian Ekstrovert pada kategori Constantly sebanyak 12 orang siswa Ekstrovert, 25 orang siswa Ekstrovert pada kategori Frequent, 35 orang siswa Ekstrovert pada kategori Intermediate, dan 15 orang siswa

Ekstrovert pada kategori Infrequent serta 10 orang siswa Ekstrovert di kategori Low. Sedangakan siswa dengan tipe kepribadian Introvert pada kategori Constantly sebanyak 11 orang siswa, pada kategori Frequent sebanyak 15 orang siswa Introvert, 27 orang siswa Introvert berada pada kategori Intermediate, 23 orang siswa Introvert pada kategori Infrequent dan 9 orang siswa dengan tipe kepribadian Introvert berada pada kategori low. Dari data di atas dapat disimbulkan bahwa tipe kepribadian yang dominan pada korban bullying di SMA Negeri 3 Salatiga adalah siswa yang memiliki tipe kepribadian Ekstrovert. Dari hasil pengolahan data secara statistik untuk mengetahui nilai Chi Square (X2) dengan bantuan software SPPS 21.00 for windows 7, diperoleh Chi Square hitung sebesar 4,541, dengan Assymp. Sig 0,338, didasarkan pada keluaran di atas dengan tingkat signifikansi () 5% atau 0,05 dan degree of freedom (df) 4 maka diperoleh nilai p 0,338 > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam frekuensi terkena Bullying pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga. Penelitian ini tidak menemukan perbedaan yang signifikan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert di dalam frekuensi terkena bullying karena skala frekuensi terkena bullying yang dipakai dalam penelitian ini hanya mengukur perilaku bullying dalam periode satu bulan terahir, sehingga akan diperoleh hasil yang berbeda beda apabila dilakukan pada bulan berikutnya dan seterusnya. Dari penelitian ini diperoleh hasil tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada siswa yang menjadi korban bullying jumlahnya hampir seimbang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaku atau bully dalam melakukan aksi bullying-nya tidak padang bulu terhadap korbannya. Siswa yang memiliki tipe kerpribadian Ekstrovert maupun Introvert mempunyai peluang dan kesempayan yang sama untuk terkena perilaku bullying di sekolah. Hasil dalam penelitian ini juga menguatkan pendapat dari Leymann (1996) yang menentang gagasan bahwa kepribadian seseorang dapat

menjadi alasan seseorang terkena Bullying, Leyman menyatakan kepribadian seseorang tidak dapat menjadi alasan seseorang untuk terkena perilaku Bullying dan Mobing, karena kepribadian seseorang berkembang dan berubah dan baik kepribadian Ekstrovert dan Introvert keduanya mempunyai peluang yang sama untuk terkena perilaku Bullying. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : tidak ada perbedaan yang signifikan antara tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam frekuensi terkena bullying pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga, oleh sebab itu baik siswa dengan karakteristik tipe kepribadian Ekstrovert atau Introvert keduanya mempunyai peluang yang sama dalam terkena perilaku Bullying di sekolah. SARAN Salah satu manfaat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam frekuensi terkena bullying pada siswa, melihat dampak negatif yang diakibatkan dari perilaku bullying ini, maka guru BK penulis sarankan untuk melakukan pertolongan kepada korban bullying salah satunya dengan konseling baik secara individu maupun kelompok. Hasil dari penelitian ini karena tidak ditemukan adanya perbedaan maka guru BK disarankan untuk tidak melibatkan tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam pemberian layanan Konseling kepada siswa yang menjadi korban bullying. Karena korban bullying bisa saja siswa yang memiliki karakteristik Ekstrovert maupun Introvert maka guru BK penulis sarankan untuk tidak membeda bedakan siswa yang menjadi korban bullying berdasarkan tipe kepribadiannya dalam pemberian layanan Bimbingan dan Konseling.

Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti korban bullying, untuk peneliti selanjutnya, penulis sarankan untuk tidak hanya meneliti korban bullying sebagai subjek penelitian tetapi juga pelaku dan saksi ( bystander) bullying. DAFTAR PUSTAKA Boeree, Dr. C. Rogers. 2004. Personality Theories. Yogyakarta : Prismasophie Budiarti, Amalia Lusi. 2009. Intensitas tekena Bullying ditinjau dari Tipe kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Skripsi fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Chaplin, J.P. (terjemahan Kartini Kartono). 2005. Kamus lengkap psikologi. Jakarta : P.T Raja Gravindo Persada Coloroso, Barbara. 2006. Penindas, tertindas dan penonton, resep memutus rantai kekerasan anak dari prasekolah hingga SMU. Jakarta : Serambi Coyne, Seigne., & Randall (2000). The relationship among agresion types, depression and anxiety in bullies, victims, and bully/victims. Personality and individual differences. Seattle WA : Heinemann Books. Jung, C. G. 2003. Memories, dreams, refections. Yogyakarta : Jendela Press ________. (terjemahan Agus Cremers). 1989. Memperkenalkan psikologi analisis : Pendekatan terhadap takesadaran. Jakarta : PT Gramedia. ________. (terjemahan Agus Cremers). 1987. Menjadi diri sendiri, Pendekatan psikologi analisis. Jakarta : PT Gramedia Loekmono, J.T Lobby. 2003. Model model konseling. Salatiga : Widya sari press

10

Anda mungkin juga menyukai