Abses peritonsil biasan!a merupakan komplikasi dari tonsilitis akut. 0dema akibat inflamasi dapat mengakibatkan kesulitan menelan. .ehidrasi sekunder sering terjadi akibat pasien menghindari menelan makanan dan cairan. men!ebabkan obstruksi jalan napas. (') erluasan abses dapat men!ebabkan peradangan kedalam kompartemen fascia !ang berdekatan dengan kepala dan leher, sehingga berpotensi
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleido mastoideus, selanjutn!a ke kelenjar toraks dan akhirn!a menuju duktus torasikus. 2onsil han!a mempun!ai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.
(/,+)
2onsil
bagian
bawah
mendapat
sensasi
dari
cabang
serabut
saraf
ke
,:
(nervusglosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.(*) 2onsil merupakan jaringan limfoid !ang mengandung sel limfosit. Limfosit membentuk kira%kira #(%)(; dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit 2 pada tonsil adalah +(; dan /; lagi adalah sel plasma !ang matang. Limfosit - berproliferasi di pusat germinal. ,mmunoglobulin (,g",,gA, ,g4, ,g.), komponen komplemen, interferon, liso<im dan sitokin berakumulasi di jaringantonsilar. Sel limfoid !ang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada + area !aitu epitel sel retikular,area ekstrafolikular, mantle <one pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid.(*) 2onsil juga merupakan organ limfatik sekunder !ang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit !ang sudah disensitisasi. 2onsil mempun!ai * fungsi utama !aitu menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif serta sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit 2 dengan antigen spesifik.(*)
III.1. De)inisi
Abses peritonsil sering disebut sebagai 2A atau =uins! adalah suatu rongga !ang berisi nanah didalam jaringan peritonsil !ang terbentuk sebagai hasil dari suppurative tonsillitis. (')
III.2. Eti l gi
Abses peritonsil biasan!a merupakan komplikasi tonsilitis akut atau infeksi !ang bersumber dari kelenjar mucus $eber di kutub atas tonsil. -iasan!a kuman pen!ebabn!a sama dengan kuman pen!ebab tonsillitis, !aitu> grup A streptokokus ? hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian, dan Streptokokus piogenes.(#) 4ikroorganisme lain !ang dapat menjadi pen!ebab abses peritonsil adalah laktobasilus, actinom!ces, spesies 8eisseria, diphtheroid, dan spesies -acteroides. -eberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri aerob dan anaerob sering men!ebabkan abses peritonsil.(*)
amandel. &emungkinan, obstruksi kelenjar $eber akibat infeksi, nekrosis jaringan dan proses pembentukan abses, mengakibatkan terjadin!a abses peritonsil.(')
dan jarum besar (berukuran ')B'C) !ang biasa menempel pada s!ringe berukuran '(cc. Aspirasimaterial !ang bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim ke bagian mikrobiologi untuk dibiakkan.(@) Doto rontgen jaringan lunak lateral nasofaring dan orofaring juga dapat dilakukan untuk men!ingkirkan diagnosis abses retrophar!ngeal. Selain itu di beberapa negara maju digunakan ultrasonografi oral sebagai pemeriksaan penunjang pasien !ang dicurigai mengalami abses peritonsil. "ambaran !ang diharapkan muncul adalah gambaran kompleks massa bercampur dengan gambaran ecoic.(C)
III.,. Penatalaksanaan
ada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik. Fuga perlu kumur%kumur dengan air hangat dan kompres dingin pada leher. Antibiotik !ang diberikan ialah penisilin )((.(((%'.*((.((( unit atau ampisilinAamoksisilin /%+ G *#(%#(( mg atau sefalosporin /%+ G *#(%#(( mg, metronida<ol /%+ G *#(%#(( mg.(*,#) -ila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian diinsisi untuk mengeluarkan nanah. 2empat insisi ialah di daerah !ang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis !ang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir. ,ntraoralincision dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa overl!ing abses, biasan!a diletakkan dilipatan supratonsillar. .rainase atau aspirate !ang sukses men!ebabkan perbaikan segera gejala%gejala pasien.(#)
7
-ila terdapat trismus, maka untuk mengatasi n!eri, diberikan analgesia lokal di ganglion sfenopalatum.(@) ada pasien abses peritonsil juga perlu dilakukan tonsilektomi. tonsilektomi pada abses peritonsil akan dibahas lebih rinci pada bab ,9. enjelasan mengenai
III.-. $ %.likasi
&omplikasi !ang mungkin terjadi ialah 7 '. Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahan aspirasi paru, atau piema. *. enjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses parafaring. &emudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan mediastinitis. /. -ila terjadi penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak. Sejumlah komplikasi klinis lainn!a dapat terjadi jika diagnosis 2A diabaikan. -eratn!a komplikasi tergantung dari kecepatan progression pen!akit. Entuk itulah diperlukan penanganan dan intervensi sejak dini. (*)
III./. Pr gn sa
Abses peritonsil merupakan pen!akit !ang jarang men!ebabkan kematian kecuali jika terjadi komplikasi berupa abses pecah spontan dan men!ebabkan aspirasi ke paru. Selain itu komplikasi ke intrakranial juga dapat membaha!akan n!awa pasien.(#) Abses peritonsil hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi. 4aka perlu dilakukan tonsilektomi pada pasien abses peritonsil. 2onsilektomi sebaikn!a dilakukan pada saat peradangan telah mereda, biasan!a terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada saat operasi.(',*)
a)
embengkakan tonsil !ang men!ebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner,
b) Abses peritonsil !ang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase, c) 2onsilitis !ang menimbulkan kejang demam, d) 2onsilitis !ang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi.
Adapun indikasi relative tonsilektomi adalah sebagai berikut7 a) 2erjadi / episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat, b) 3alitosis akibat tonsilitis kronik !ang tidak membaik dengan pemberian terapi medis, c) 2onsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus !ang tidak membaik dengan pemberian antibiotik ?%laktamase resisten, d) 3ipertrofi tonsil unilateral !ang dicurigai merupakan suatu keganasan.
-erdasarkan pembagian indikasi tonsilektomi di atas, tonsilektomi merupakan indikasi absolute pada orang !ang menderita abses peritonsil berulang atau abses !ang meluas pada ruang jaringan sekitarn!a. Abeses peritonsil mempun!ai kecenderungan untuk kambuh.2eori mengenai waktu untuk dilakukann!a tonsilektomi pada abses peritonsil berbeda%beda. Ada beberapa penggolangan waktu untuk dilakukann!a tonsilektomi pada abses peritonsil. -ila tonsilektomi dilakukan bersama%sama tindakan drainase abses, disebut tonsilektomi 5achaud6. -ila tonsilektomi dilakukan /%+ hari sesudah draenase abses, disebut tonsilektomi 5atiede6, dan bila tonsilektomi dilakukan +%) minggu sesudah drainase abses disebut tonsilektomi 5afroid6. 8amun pada mumn!a tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang.
10
BAB 0 $E#IMPULAN
11
'.
eritonsillar abscess ( 2A) merupakan kumpulan A timbunan (accumulation) nanah (pus) !ang terlokalisir A terbatas (locali<ed) pada jaringan peritonsillar !ang terbentuk sebagai hasil dari suppurative tonsillitis.
*. "ejala klinis meliputi odinofagia (n!eri menelan) !ang hebat, biasan!a pada sisi !ang sama juga dan n!eri telinga (otalgia), muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor eG ore), ban!ak ludah (hipersalivasi), suara sengau (rinolalia), dan kadang%kadang sukar membuka mulut (trismus), serta pembengkakan kelenjar submandibula dengan n!eri tekan. /. -eberapa macam terapi !ang selama ini dikenal adalah 7 a) b) emberian antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik. ungsi dan aspirasi disertai antibioik parenteral. peroral. d) Segera tonsilektomi disertai pemberian antibiotika parenteral e) emberian steroid.
c) ,nsisi dan mengeluarkan nanah disertai pemberian antibiotika secara parenteral atau
+. Abses peritonsiler hampir selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi.
Da)tar Pustaka
12
'. "osselin
-F.
eritonsillar
Abscess.
Debruar!
+,
*('(.
Available
20.
eritonsillar
Abscess.
Fanuar!
',
*(('.
Available
/. 1usmarjono, 3ermani -. 8!eri 2enggorok. ,n 7 -uku Ajar ,lmu &esehatan 2elinga 3idung 2enggorok &epala K Leher. 0ditor 7 Soepardi 0A, ,skandar 8,-ashiruddin F, 1estuti 1.. )th edition. Fakarta7 -alai enerbit D&E,> *((C>*'+.
+. Adam ", -oeis L1, 3ighler A. en!akit%pem!akit nasofaring dan orofaring. ,n 7-uku Ajar en!akit 232. 0ditor 7 0ffendi 3, Santoso 1A&. ) th edition. Fakarta 7 enerbit -uku &edokteran 0"L> *(((>/**
#. 1usmarjono, 3ermani -. Abses Leher .alam. ,n 7 -uku Ajar ,lmu &esehatan 2elinga 3idung 2enggorok &epala K Leher. 0ditor 7 Soepardi 0A, ,skandar 8,-ashiruddin F, 1estuti 1.. )th edition. Fakarta 7 -alai enerbit D&E,> *((C>**)%@.
). Adam ", -oeis L1, 3ighler A. Selulitis eritonsilaris dan Abses (=uinc!). ,n 7-uku Ajar en!akit 232. 0ditor 7 0ffendi 3, Santoso 1A&. ) th edition. Fakarta 7 enerbit -uku &edokteran 0"L> *(((>///
7. 9orvick
LF.
eritonsillar
Abscess.
8ovember,
*/
*('(.
Available
13
H. Adam ", -oeis L1, 3ighler A. 2onsilektomi. ,n 7 -uku Ajar en!akit 232.0ditor 7 0ffendi 3, Santoso 1A&. )th edition. Fakarta 7 enerbit -uku &edokteran0"L> *(((> //H
14