Anda di halaman 1dari 11

BAB II PEMBAHASAN

A. Ventilasi Laboratorium

Sistem ventilasi laboratorium penting untuk mengontrol bahan kimia yang terbawa di udara dalam laboratorium. Sistem ventilasi laboratorium yang dirancang dengan baik pasti disertai, minimal, a. pemanas dan pendingin yang memadai untuk kenyamanan pegawai dan pengoperasian peralatan, dan b. perbedaan antara jumlah udara yang dibuang dari laboratorium dan jumlah yang dipasok ke laboratorium untuk menjaga tekanan negatif antara ruang laboratorium dan ruang non-laboratorium di dekatnya. Perbedaan tekanan ini mencegah uap kimia meninggalkan

laboratorium secara tidak terkendali 1. Penilaian Risiko Ventilasi Ada banyak perangkat yang dapat digunakan untuk

mengendalikan paparan atau kumpulan bahan laboratorium di atmosfer. Penilaian risiko membantu menentukan pilihan terbaik untuk operasi atau bahan tertentu. Untuk semua bahan, tujuannya adalah menjaga konsentrasi di udara berada di bawah batas paparan yang ditentukan. Jika tidak ada batas paparan yang ditentukan, bila ada campuran, atau jika reaksi dapat terjadi pada produk yang tidak diuraikan dengan lengkap, sebaiknya menjaga paparan serendah mungkin yang dapat dijangkau. Ini adalah prinsip ALARA (as low as reasonably achievable - serendah mungkin yang dapat dijangkau). a. Untuk bahan kimia, cari tahu apakah bahan tersebut mudah terbakar atau reaktif atau apakah menyebabkan bahaya kesehatan jika terhirup.

Jika ada bahan kimia yang menyebabkan risiko, lihat sifat fisik bahan kimia itu, terutama tekanan uap dan rapat uapnya. i. Periksa tekanan uap bahan kimia. Tekanan uap rendah (kurang dari 10 mm Hg) menandakan bahwa bahan kimia tersebut tidak mudah membentuk uap pada suhu ruang dan ventiasi lab umum atau alternatif seperti belalai gajah atau snorkel mungkin sesuai. Tekanan uap yang tinggi menandakan bahwa bahan tersebut dengan mudah membentuk uap dan mungkin memerlukan kotak berventilasi, seperti tudung laboratorium. ii. Bandingkan kepadatan uap dengan udara, yang memiliki kepadatan 1. Bahan kimia yang memiliki kepadatan uap lebih besar dari 1 dapat dikendalikan dengan tudung laboratorium atau perangkat ventilasi yang menarik udara dari bawah, seperti meja downdraft, tudung lubang, atau belalai gajah dengan pipa buangan diarahkan ke bawah. Bahan kimia dengan kepadatan uap kurang dari 1 akan memerlukan perangkat ventilasi yang menarik udara dari atas, seperti belalai gajah atau snorkel dengan buangan diarahkan ke atas. b. Untuk bahan radioaktif atau biologi, pertimbangkan apakah

pengoperasian dapat menyebabkan bahan berubah menjadi aerosol atautersebar di udara dan apakah hal ini menimbulkan risiko bagi kesehatan atau lingkungan. Tentukan apakah i ltrasi atau penjebakan diperlukan atau dianjurkan. c. Untuk partikulat, tudung laboratorium atau peralatan serupa dengan aliran udara tinggi mungkin terlalu turbulen. Kotak penimbang atau kotak timbangan berventilasi lebih sesuai. d. Untuk bahan nano, pertimbangkan apakah tudung laboratorium mungkin terlalu turbulen. Tentukan juga apakah perlu menyaring buangan yang mengandung partikel kecil ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa filter HEPA (high-eifficiency particulate air udara partikulat eifisiensi tinggi) sangat efektif untuk partikel

berukuran nano. Pertimbangkan juga bahwa tudung laboratorium memungkinkan kebocoran sangat kecil di di luar tudung, yang mungkin bervolume besar bila terkait partikel nano. Ventilasi lainnya, seperti lemari biokeselamatan, mungkin lebih sesuai.

Ventilasi buang yang fleksibel membawa asap ke luar.

2. Ventilasi Laboratorium Umum dan Sistem Kendali Lingkungan Sistem ventilasi umum mengendalikan kuantitas dan kualitas jumlah udara yang dipasok ke dan dikeluarkan dari laboratorium. Sistem ventilasi umum harus mengganti udara secara terus menerus agar konsentrasi unsur yang berbau atau beracun tidak meningkat saat hari kerja dan tidak disirkulasi dari laboratorium ke laboratorium. Sistem pembuangan terdiri dari dua kategori utama: umum dan khusus. Sistem umum melayani laboratorium sebagai satu kesatuan dan mencakup perangkat seperti tudung laboratorium dan snorkel. Sistem khusus digunakan untuk tudung isotop, tudung asam perklorik, atau

sumber bahaya tinggi lainnya yang memerlukan isolasi dari sistem pembuangan laboratorium umum.

3. Tudung Laboratorium Tudung laboratorium (dikenal juga sebagai tudung asap kimia) adalah komponen terpenting yang digunakan untuk melindungi pekerja laboratorium dari paparan bahan kimia dan bahan yang digunakan di dalam laboratorium. Tudung laboratorium standar adalah kotak tahan api dan bahan kimia yang memiliki satu bukaan (muka) di depan dengan daun pintu yang dapat digeser (pintu geser) untuk memungkinkan pengguna mengakses bagian dalam. Udara dalam volume besar ditarik melalui muka dan keluar dari atas untuk menampung dan menghilangkan kontaminan dari laboratorium. Tudung laboratorium harus dianggap sebagai perangkat keselamatan cadangan yang dapat menampung dan membuang bahan beracun, penyebab cedera, atau mudah terbakar saat perangkat eksperimen atau prosedur gagal dan uap atau debu keluar dari peranti yang sedang digunakan. Tudung laboratorium adalah piihan terbaik, terutama jika terdapat campuran atau produk yang tak dikenal dan ketika perlu mengelola bahan kimia menggunakan prinsip ALARA. a. Panduan untuk Memaksimalkan Efisiensi Tudung Banyak faktor dapat mengganggu efisiensi pengoperasian tudung. Ikuti praktik berikut untuk memaksimalkan efisiensi tudung: i. Tetap hidupkan kipas buang tudung laboratorium sepanjang waktu. ii. Bila mungkin, posisikan pintu geser tudung laboratorium sehingga pekerjaan dilakukan dengan mengulurkan lengan di bawah atau di sekitar pintu geser, dengan kepala di bagian depan pintu geser, dan mempertahankan pintu geser antara pekerja dan sumber bahan kimia. Pintu geser akan bertindak

sebagai pembatas primer jika terjadi tumpahan, percikan, atau ledakan. iii. Hindari membuka dan menutup pintu geser tudung

laboratorium dengan cepat, dan hindari pergerakan lengan dan tubuh dengan cepat di depan atau di dalam tudung. iv. Letakkan sumber bahan kimia dan peranti paling tidak 6 inci (15 cm) di belakang muka tudung. Pertimbangkan untuk mengecat garis berwarna atau menempelkan pita ke permukaan kerja tudung sejauh 6 inci (15 cm) ke arah belakang dari muka tudung untuk bertindak sebagai pengingat. Konsentrasi kontaminan di zona napas dari sumber yang terletak di depan muka tudung mungkin 300 kali lebih tinggi dari sumber yang terletak paling sedikit 6 inci ke belakang. v. Letakkan peralatan sejauh mungkin ke bagian belakang tudung sepanjang masih praktis tanpa menghalangi sekat bawah. vi. Pisahkan dan naikkan masing-masing instrumen dengan menggunakan balok atau rak sehingga udara dapat mengalir dengan mudah di sekeliling semua peranti. vii. Jangan menggunakan peralatan besar di dalam tudung, karena ini cenderung menghambat aliran udara dan mengurangi efisiensi tudung. viii. Jika peralatan besar mengeluarkan asap atau panas di luar tudung laboratorium, gunakan tudung khusus yang dirancang dan dipasang untuk memberi angin bagi perangkat tersebut. ix. Jangan mengubah tudung laboratorium dengan cara apa pun yang memperburuk kinerja tudung. Pengubahan meliputi penambahan, pelepasan, atau penggantian salah satu komponen tudung laboratorium, seperti sekat, pintu geser, airfoil, lapisan, dan koneksi buang.

x.

Pastikan semua uap yang sangat beracun atau menyebabkan cedera telah dibersihkan dan diserap sebelum gas keluar dilepaskan ke sistem pembuangan tudung.

xi.

Pertahankan pintu geser tetap tertutup ketika tudung tidak digunakan secara aktif atau sedang tidak dijaga.

xii.

Jaga agar tudung laboratorium dan daerah kerja di sekitarnya bersih dan bebas puing sepanjang waktu.

xiii.

Jaga agar benda dan bahan padat (seperti kertas) tidak masuk ke saluran buang tudung, karena dapat tertinggal di saluran atau kipas dan mengganggu pengoperasiannya.

xiv.

Simpan peralatan dan pecah-belah yang tidak diperlukan di luar tudung sepanjang waktu dan simpan semua bahan kimia di kaleng, wadah atau lemari yang disetujui (tidak di dalam tudung laboratorium).

xv.

Jaga kerapian dan kebersihan ruang kerja dalam pekerjaan yang melibatkan penggunaan tudung untuk menghindari gangguan, atau bahkan perusakan, pekerjaan yang sedang dilakukan.

B. Manajemen Sistem Ventilasi Sistem ventilasi laboratorium adalah salah satu aspek terpenting dari keselamatan laboratorium dan mungkin juga konsumen energi tertinggi dalam gedung laboratorium. Mengelola semua segi dari sistem ventilasi itu penting untuk memaksimalkan keselamatan dan penghematan energi. Secara keseluruhan, ada tiga aspek utama dari program manajemen sistem ventilasi: kriteria rancangan, pelatihan untuk pegawai laboratorium, dan perawatan sistem. 1. Kriteria Desain Lembaga harus menentukan kriteria yang akan digunakan untuk semua tudung laboratorium dan sistem ventilasi lainnya. Kriteria ini dapat meliputi: a. pemeriksaan desain tudung laboratorium (msl., kriteria kecepatan muka pada ketinggian pintu geser, desain pintu geser tertentu); b. jenis sistem pemantauan berkelanjutan yang disukai atau diperlukan (misalnya angka indikator kecepatan muka, indikator magnehelik); c. jumlah tudung asap yang tersedia per orang atau per total area gedung (misalnya faktor keberagaman); d. strategi konservasi energi; e. sistem alarm; f. jenis pekerjaan saluran; g. kriteria kebisingan; h. preferensi untuk sistem volume udara variabel (VAV) (misalnya merancang satu kipas ekstra ke masing-masing sistem); dan i. sumber daya cadangan. 2. Program Pelatihan Pelatihan pegawai laboratorium itu penting dalam manajemen ventilasi. Semua manajer, pekerja, dan siswa harus mendapat perlatihan yang mencakup: a. cara menggunakan peralatan ventilasi;

10

b. konsekuensi penggunaan yang tidak benar; c. hal yang harus dilakukan jika terjadi kegagalan sistem; d. hal yang harus dilakukan jika terjadi pemadaman listrik; e. pertimbangan atau peraturan khusus untuk peralatan; dan f. pentingnya label, tanda, dan lain-lain. Adakan pelatihan dalam suatu format yang sesuai dengan lembaga, termasuk pelatihan satu lawan satu, di kelas, atau jarak jauh. Label dan tanda yang baik akan menyempurnakan pelatihan dan akan senantiasa menjadi pengingat. Pertimbangkan jenis label dan tanda berikut: a. posisi pintu geser untuk tudung laboratorium; b. pita atau bahan serupa pada pintu geser tudung laboratorium sebagai indikator kecukupan aliran udara; c. arti semua alarm audio atau visual; d. fungsi sensor penggunaan (msl., mode setback dihubungkan dengan sakelar lampu); e. waktu henti jika sistem memiliki mode setback pada pengatur waktu; atau f. pengingat untuk menurunkan pintu geser jika tidak sedang digunakan secara aktif. 3. Inspeksi dan Pemeliharaan Pemeliharaan adalah kunci program manajemen sistem ventilasi. Program harus menguraikan unsur-unsur program inspeksi dan pemeliharaan, antara lain a. siapa yang melakukan inspeksi dan seberapa sering; b. bagaimana cara inspeksi dicatat; c. kriteria inspeksi untuk tudung laboratorium, seperti i. pengujian kecepatan muka, termasuk peralatan yang digunakan dan riwayatnya; ii. iii. metode pencatatan kecepatan; jenis informasi yang akan dipasang pada tudung; dan

11

iv.

apakah ketinggian pintu geser maksimal akan ditandai dan alasannya;

d. kriteria untuk bekerja di atap dan di sekeliling tumpukan; e. jadwal pemeliharaan kipas; f. jadwal pemeliharaan sistem VAV; g. jadwal pemeliharaan alarm dan kontrol; dan h. jadwal pengawasan ulang untuk sistem ventilasi.

Pemeliharaan Sistem Ventilasi Bahkan sistem ventilasi terbaik yang dibuat dan dipasang dengan paling hati-hati pun memerlukan pemeliharaan rutin. Beberapa sistem ventilasi laboratorium menjadi sangat kompleks sehingga mungkin merupakan gagasan yang bagus jika memiliki tim khusus staf fasilitas yang berdedikasi pada pemeliharaan sistem. a. Inspeksi dan pelihara semua sistem kendali dan keselamatan lingkungan terkait fasilitas secara teratur, termasuk kendali tekanan tudung laboratorium dan tekanan ruang, alarm kebakaran dan asap, serta alarm dan monitor khusus untuk gas. b. Evaluasi setiap laboratorium secara berkala untuk mengetahui kualitas dan kuantitas ventilasi umumnya dan setiap kali dilakukan perubahan, baik pada sistem ventilasi umum untuk gedung atau pada beberapa aspek ventilasi lokal di dalam laboratorium. Jalur aliran udara ke dan di dalam ruangan dapat ditentukan dengan mengamati pola asap. Tidak boleh ada area yang memungkinkan udara tetap statis atau memiliki kecepatan aliran udara sangat tinggi. Jika ditemukan area stagnan, hubungi insinyur ventilasi, dan lakukan perubahan yang sesuai pada sumber pasokan atau buang untuk memperbaiki kekurangannya. c. Kecepatan udara yang dibuang dari fasilitas laboratorium harus sebanding dengan kecepatan saat udara pasokan masuk ke gedung. Jumlah pertukaran udara per jam di dalam laboratorium dapat

12

diperkirakan dengan membagi total volume laboratorium (dalam meter kubik) dengan kecepatan keluarnya udara buang (dalam meter kubik per detik). Untuk setiap lubang pembuangan (missal tudung), hasil kali luas muka (dalam meter persegi) dengan ratarata kecepatan muka (dalam meter per detik) akan menghasilkan kecepatan pembuangan untuk sumber tersebut (dalam meter kubik per detik). Jumlah kecepatan untuk semua sumber pembuangan di laboratorium menghasilkan kecepatan total keluarnya udara dari laboratorium. Berkurangnya kecepatan aliran udara pasokan (mungkin untuk menghemat energi) mengurangi jumlah pertukaran udara per jam di dalam laboratorium, kecepatan muka tudung, dan kecepatan penangkapan semua sistem ventilasi lokal lainnya. d. Aliran udara biasanya diukur dengan anemometer atau velometer suhu. Alat ini tersedia dari perusahaan pasokan keselamatan atau rumah pasokan laboratorium. Kalibrasi dan penggunaan alat ini dengan benar dan evaluasi data adalah disiplin yang berbeda. Konsultasikan dengan ahli kesehatan industri atau insinyur ventilasi jika diduga terjadi masalah ventilasi serius atau saat diperlukan keputusan tentang perubahan yang sesuai pada sistem ventilasi untuk meraih keseimbangan yang tepat antara udara pasokan dan udara buang. e. Semua sistem ventilasi harus memiliki perangkat yang

memungkinkan pengguna memantau apakah seluruh sistem dan komponen pentingnya berfungsi dengan baik. Manometer, indikator tekanan, dan perangkat lainnya yang mengukur tekanan statis di dalam saluran udara terkadang digunakan untuk mengurangi perlunya mengukur aliran udara secara manual. Perangkat telltale dan perangkat sederhana lainnya yang serupa juga bisa berfungsi sebagai indikator aliran udara. Tentukan perlunya dan jenis perangkat pemantauan untuk masing-masing kasus. Jika zat kimia memiliki sifat peringatan

13

sangat baik dan konsekuensi paparan berlebih minimal, sistem tidak akan memerlukan kendali yang begitu ketat dibandingkan jika zat tersebut sangat beracun atau memiliki properti peringatan yang buruk.

Anda mungkin juga menyukai