Anda di halaman 1dari 37

I KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

1.1.

Identitas Perusahaan dan Sejarah Pendirian Perusahaan PT. Villa Domba Niaga Indonesia atau lebih dikenal dengan PT. Villa

Domba merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha peternakan domba dan perkebunan vanilla yang pertama kali dirintis sebagai usaha keluarga oleh Ir. Suhadi Sukama dan saat ini diteruskan oleh putra-putrinya. Pemberian nama Villa Domba sendiri datang dari masyarakat lingkungan desa sekitar. Pada tahun 2000, Ir. Suhadi Sukama masih menjadi karyawan PT. Pertamina Gas yang berada di Jakarta. Ir. Suhadi Sukama berpikir untuk memiliki bisnis vanilla karena harga vanilla tidak pernah turun dari tahun ke tahun. Setelah banyak mempelajari literatur tanaman Vanila, tahun 2002 secara bertahap Suhadi membeli lahan di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung. Setelah penanaman Vanilla berlangsung, Suhadi tidak menyangka jika ternyata kebutuhan pupuk untuk merehabilitasi tanah begitu besar. Sekitar 30 ton per hektar lahan yang ditanami vanila. Ir.Suhadi Sukama akhirnya berpikir untuk beternak domba agar kotorannya bisa ditampung dan dijadikan pupuk, ketimbang harus membeli pupuk dengan harga yang mahal. Awalnya hanya 8 ekor domba yang dipelihara. Namun, tak lama berselang, jumlah itu bertambah menjadi 30 ekor, dan terus berreproduksi hingga memenuhi kapasitas pemupukan yang ideal. Bentangan lahan seluas 7 hektar, persis di belakang rumah peristirahatan di daerah Jatisari, Desa Cangkuang Kabupaten Bandung yang terdiri dari lahan pastura, kebun vanilla, dan kandang domba. Sekarang peternakan domba milik Ir. Suhadi Sukama bergerak dalam bidang usaha breeding farm yang berbentuk perseroan terbatas (PT). selain dimanfaatkan untuk budidaya Vanila, juga tanaman lainnya semisal kopi, jati dan tentunya peternakan domba. Total aset usahanya kini mencapai milyaran rupiah.

1.2.

Lokasi Perusahaan PT. Villa Domba Niaga Indonesia berlokasi di dua tempat. Pertama ialah

lokasi peternakan yang terletak di Desa Jatisari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung Selatan, Provinsi Jawa Barat, sedangkan kantor administrasi terletak di Griya Bintara Indah, Blok. BB 3, No. 12A, Bekasi Barat, 17134, Indonesia. Pemilihan lokasi kantor yang terpisah didasarkan kepada sulitnya mengurus perijinan usaha untuk wilayah Bandung, sehingga kota Bekasi menjadi pilihan untuk penempatan kantor administrasi. Luas lahan yang dimiliki 7 Ha yang diperuntukan sebagai perkebunan vanilla, kandang domba, dan lahan rumput. Batas-batas lokasi kegiatan : a. b. c. d. Sebelah utara Sebelah timur Sebelah selatan Sebelah barat : Bukit dan kebun warga : Sawah dan kebun sayur : Pemukiman : Perkebunan Warga

Morfologi wilayah pegunungan dengan rata-rata kemiringan lereng antara 0-8 %, 8-15% hingga di atas 45%. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 120 C sampai 240 C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. Mempunyai rata-rata ketinggian 110 meter dan Maksimum 2.2429 meter dari permukaan laut. (Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, 2012).

1.3.

Struktur Organisasi
Direktur Utama: Komisaris: Direction Persetujuan RK/Anggaran Target Pertumbuhan

Keterangan: ---- : Garis Koordinasi

Implementasi Kebijakan RK/Anggaran Representatif Perusahaan

: Garis Instruksi

Direktur Keuangan: Adm. Keuangan Otoritasi Keuangan Pajak

Sr. VP. Marketing dan New Ventures: Penjualan Pengembangan Pasar Analisa Profit

Sr. VP. Coorporate Finance: Pendanaan Analisa Keuangan Pengembangan Proyek

General Manager: Kelola Lapangan Pelaksanaan Representatif Lapangan

Pajak

Finance dan Admin Manager

Manager Ternak

Manager Kebun

Manager Rencana Pembangunan

Sumber. PT. Villa Domba Niaga Indonesia, 2013 Komisaris Komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perusahaan demi kepentingan perusahaan dan pemegang saham, serta memastikan perusahaan selalu melaksanakan tanggung jawab sosial kemasyarakatannya (Corporate Social Responsibility). Direktur Utama Memimpin seluruh aktivitas kegiatan perusahaan, khususnya kegiatan yang sesuai dengan ketetapan anggaran dasar perusahaan atau ketentuan kebijaksanaan lain yang telah disepakati bersarna dengan dewan komisaris dan

direksi. Memiliki wewenang penuh dan tanggung jawab tertinggi dalam pengambilan keputusan, berupa kebijakan dalam pengembangan usaha Direktur utama atas nama dewan direksi berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban tahunan perusahaan dihadapan rapat dewan komisanis yang dihadiri oleh para pemegang saham. Direktur (General Manager) Dapat mewakili tugas direktur utama apabila yang bersangkutan sedang berhalangan, dan berkenan memimpin dan mengawasi seluruh pelaksanaan kegiatan proyek berdasarkan ketentuan yang telah disepakati bersama. Membantu kelancaran tugas direktur utama, khususnya yang terkait dengan kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan serta menjalankan bagian tugasnya secara baik, sebagaimana job description yang melekat pada kedudukannya dalam memangku jabatan sebagai direktur administrasi, keuangan dan pemasaran. Memimpin dan mengelola usaha perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja perusahaan. Menguasai, memikirkan dan mengurus kekayaan perusahaan agar dapat tetap berdayaguna dan berhasilguna. Menyampaikan taporan pertanggungjawaban secara periodik yang dituangkan dalam laporan keuangan lengkap kepada direktur utama sebagai bahan pertanggungjawaban di hadapan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Direktur Keuangan Menerapkan fungsi korporasi terkait dengan direktorat keuangan dan bertanggung jawab melaksanakan fungsi keuangan terpusat, termasuk mengelola fungsi operasi keuangan di seluruh unit usaha perusahaan, melalui finance billing and collection center, serta memastikan pengendalian seluruh kegiatan investasi anak perusahaan.

Sr. Vp. Coorporate Finance Mengatur dan mengawasi penempatan karyawan, kegiatan logistik, administrasi dan kesekretariatan guna mendukung kelancaran usaha secara keseluruhan. Bagian ini membawahi secara fungsional dan organisasi yang mempunyai kaitan lintas sektoral dengan manajemen setingkat lainnya. Melakukan pengawasan terhadap tatalaksana dalam pengelolaan keuangan perusahaan agar harta perusahaan tetap bemilai optimal dan berdayaguna maksimal, berikut mengoptimalkan fungsi kerja setiap unit-unit kerja yang terkait dengan kegiatan teknis administratif keuangan. Membuat anggaran per minggu, invoice, laporan pengeluaran harian, rekonsiliasi bank, laporan keuangan, laporan pengeluaran dan penerimaan, berikut mengecek semua due date cheque yang beredar, melaksanakan pembayaran cash/cheque, menagih piutang dan memonitor tanggal jatuh tempo supplier. Seluruh aktifitas kerja yang dilakukan oleh personil atau jabatan yang ada dibawahnya adalah diharuskan membuat laporan secara berkala, menyangkut kegiatan rutin yang dilakukan, khususnya yang menyangkut pembiayaan dan penerimaan serta membantu tugas manager ternak dan kebun. Bertanggung jawab kepada general manager dan direktur utama mengenai operasional keuangan perusahaan. Memberikan petunjuk kepada unit yang dibawahinya, tentang kegiatan teknis keuangan perusahaan agar peredaran uang di dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Sr.Vp. Marketing & New Ventures Membantu tugas general manager dalam hal penyusunan rencana pemasaran, pengolahan data statistik, evaluasi dan pelaporan program kerja proyek. Berikut menilai potensi dan perkembangan pemasaran berdasarkan laporan yang valid, serta berkonsultasi dengan general manager dan manager lainnya untuk menentukan daftar harga dan syarat penyerahan dan anggaran promosi.

Seluruh aktifitas kerja yang dilakukan oleh personil atau jabatan yang ada di bawahnya adalah diharuskan membuat laporan berkala, menyangkut kegiatan rutin maupun upaya terobosan yang dilakukan. Berikut merencanakan dan mengorganisasikan program pemasaran meliputi waktu dan cara pembayaran. Merencanakan dan mengorganisasikan program pemasaran meliputi metode penjualan, mengawasi dan mengatur kegiatan unit penjualan, diskusi dengan bawahan tentang perkembangan yang sedang berlangsung termasuk reaksi pembeli atau calon pembeli pada kualitas produk yang dijual dan memutuskan masalah yang timbul dalam kegiatan unit penjualan. Merencanakan dan mengawasi penelitian pasar, khususnya masalah yang berhubungan dengan kegiatan penjualan serta mangatur dan menjalankan kebijakan general manager setelah berkonsultasi dengan manager ternak dan manager lainya sehubungan dengan tugasnya dalam bidang pemasaran. Lingkup kerja yang ada di bawahnya adalah dimaksudkan untuk dapat membantu tugasnya sehingga tujuan bisnis perusahaan dapat tercapai, dan seluruh aktifitas kerja yang dilakukan oleh personil ini diharuskan membuat laporan berkala, menyangkut kegiatan rutin dan upaya terobosan yang dilakukan bagian penjualan. Manager Ternak & Kebun Dapat mewakili tugas General Manager apabila yang bersangkutan sedang berhalangan, dan bertanggung jawab terhadap kebijakan yang diambil di tingkat proyek di lapangan. sehingga berkenaan memimpin dan mengawasi seluruh kegiatan usaha perusahaan atas dasar ketentuan oleh general manager. Membantu general manager, khususnya yang terkait dengan kegiatan usaha ternak dan bibit. Disamping itu merencanakan, mengkoordinasikan tugas pekerjaan pada koordinator atau kepala bagian dibawahnya. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara periodik yang dituangkan dalam laporan keuangan sebagai bahan pertanggungjawaban.

Berkenaan menyusun rencana atau program pembiayaan (budgeting), pengolahan data statistik, evaluasi dan pelaporan program kerja proyek. Menilai potensi pasaran dan perkembangan pemasaran berdasarkan laporan yang valid, serta berkonsultasi dengan kepala bidang penjualan (manajer pemasaran). Membuat planning produksi, menjalankan semua tugas yang diberikan oleh general manager, membuat target berdasarkan instruksi dari general manager, memastikan kelancaran aktifitas produksi, mengecek kelengkapan proyek, mengadakan contact supplier mengenai pembelian dan mengurus dokumen penjualan. Membawahi seluruh kegiatan pembibitan yang bersifat teknis dan melakukan pengawasan terhadap upaya pemeliharaan, pengamanan harta perusahaan, khususnya yang terkait dengan peralatan utama agar dapat tetap berfungsi sesuai standar kerja peralatan serta mengoptimalkan fungsi kerja setiap unit-unit kerja yang terkait dengan kegiatan teknik operasional. Membuat dan memberitahukan schedule produksi sesuai permintaan buyer, membuat job order, menyiapkan lembar data produksi (untuk proses produksi, finishing, gudang dan semua divisi yang ada), serta membuat filling semua dokumen administrasi, membuka surat jatan dan lain-lain.

1.4.

Pola Usaha Peternakan Sistem peternakan yang diterapkan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia

ini masih menggunakan sistem integrasi pertanian antara peternakan domba dengan perkebunan vanilla. Integrasi pertanian ini dengan penggunaan dedaunan leguminosa seperti daun gamal, kaliandra, dan turi yang dihasilkan di kebun vanilla sebagai pohon peneduh vanilla. Akan tetapi, penggunaan dedaunan tersebut tidak terlalu banyak karena fungsi utama pohon leguminosa tersebut sebagai pohon peneduh dan pakan domba kebanyakan rumput yang diperoleh dari lahan pastura di areal perkebunan vanilla.

Jumlah populasi domba yang ada di PT. Villa Domba Niaga Indonesia mencapai ratusan ekor domba. Di daerah Jatisari Soreang populasinya sebanyak 37 ekor domba, 3 ekor domba jantan dan 34 domba betina termasuk anak domba yang belum sapih. Populasi domba yang ada di cabang perusahaan seperti Sukabumi, Cirebon, Purwakarta, dan daerah lainnya data jumlah ternak belum ada pendataan secara pasti. Struktur populasi peternakan domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia khususnya dalam pembibitan perbandingan jantan dan betina sekitar 1 ekor jantan berbanding 10 ekor betina dengan menggunakan kandang koloni yang diisi dengan domba betina maksimal 10 ekor.

1.5.

Pola Pemasaran dan Kerjasama Konsep kemitraan perusahaan inti dapat tambahan pasokan ternak dari

mitra plasma dengan biaya lebih effisien. Adanya kemitraan dimungkinkan untuk mendekatkan sumber ternak dengan pasar sehingga menghemat biaya

transportasi. Mendapatkan harga pokok ternak yang lebih kompetitif, tidak membatasi perusahaan inti berdomisili di satu tempat sehingga menguntungkan dari sisi pemasaran dan jenis ternak, harus sama walaupun berbeda sumber. Kemitraan adalah pola kerjasama antara pemilik ternak dengan pemelihara dimana pihak pemelihara adalah peternak rakyat yang tinggal di desa, dan disebut sebagai peternak plasma, sementara pemilik ternak disebut inti. Pola kerjasama pemeliharaan dapat berupa ternak untuk breeding atau ternak untuk

penggemukan. Pemilihan peternak plasma didasarkan pada penilaian peternak inti antara lain kelayakannya dinilai dari aspek : a. Lokasi peternak plasma harus mempunyai kecukupan pakan berupa hijauan dan atau sumber pakan lain yang murah seperti limbah pasar, limbah makanan. b. Memiliki populasi calon peternak yang cukup banyak dan memiliki kemauan, kemampuan, dan komitmen kerjasama. c. Kondisi lokasi dapat dijangkau dengan kendaraan dalam waktu yang tidak terlalu lama, untuk menghemat biaya transportasi.

Kemitraan inti plasma memerlukan sistem yang dibangun berdasarkan beberapa kriteria, antara lain : a. Kesepakatan antara inti dan plasma mengenai pembagaian hasil penjualan. Para pihak yang terkait dan mendapatkan bagian secara proposional adalah sebagai berikut : Plasma, 50% dari hasil penjualan berat hidup Pembina kelompok, 10% dari penjualan berat hidup Peternak inti, 40% dari penjualan berat hidup

Peternak inti adalah pemegang hak beli dengan harga yang ditetapkan sebelumnya, kecuali bila peternak plasma mau membayar lebih tinggi atau ada pasar dengan harga yang lebih tinggi

Harga beli ternak dari plasma ditetapkan sebagai berikut : Transaksi berdasarkan berat timbang (bukan berat taksir) Transaksi dilaksanakan setelah lepas sapih (usia 4 bulan) untuk plasma breeding, atau dilaksanakan per 5 bulan setelah

pemeliharaan penggemukan untuk plasma penggemukan Untuk ternak hasil breeding, lepas sapih dihargai Rp 30.000,-/kg , sedangkan untuk hasil penggemukan penambahan berat dihargai Rp 35.000,-/kg Ternak hasil plasma setelah ada transaksi akan diambil oleh peternakan inti, dimana pihak inti telah menyiapkan penggantinya untuk proyek berikutnya

b. Aturan berupa hak dan kewajiban secara jelas. Peternak Inti : Menyediakan ternak hamil, atau bakalan untuk penggemukan Menarik ternak dari plasma berupa induk dan anakan lepas sapih Mengganti indukan yang ditarik dengan ternak hamil baru Membayar hak (bagian) plasma dan pembina kelompok Menyediakan obat-obatan Melakukan monitoring secara periodik

10

Menerima laporan dari pembina kelompok mengenai kondisi ternak plasma Memberikan pelatihan kepada plasma dan pembina kelompok Melakukan pertemuan rutin dalam rangka sosialisasi dan evaluasi

Pembina Kelompok : Mengkoordinasikan kegiatan plasma yang menyangkut pemeliharaan, pelaporan, dan mengawasi pelaksanaan kewajiban-kewajiban plasma terhadap inti Memberikan laporan kepada inti yang menyangkut ternak, SDM, keadaan darurat yang perlu diketahui oleh inti Mencari dan membina calon-calon mitra plasma baru di suatu desa atau desa yang lain Peternak Plasma : Memiliki kandang & sumber pakan Memelihara kesehatan dan kondisi ternak dalam keadaan baik Dapat melaksanakan pengobatan ternak baik secara medis maupun tradisional Mencatat dan melaporkan data ternak kepada inti melalui pembina kelompok seperti kelahiran, kematian, Dapat mengajukan pinjaman kepada inti sesuai dengan syarat-syarat simpan pinjam

11

c. Bagi hasil yang menarik antara kedua belah pihak. Tabel 1. Perhitungan Bagi Hasil Penjualan Domba Kemitraan Breeding Perhitungan : 1 Ekor Anak Jantan @ 15 Kg x Rp 30.000,= Rp 450.000,Kemitraan Fattening Perhitungan : (Berat AkhirBerat Awal)x Rp 35.000,( 30 Kg 10 Kg ) x Rp 35.000,= Rp 700.000 HAK PLASMA (50%) 350.000,: Rp

HAK PLASMA (50%) Rp 225.000,-

HAK PEMBINA (10%) : Rp 45.000,Total Bagian Mitra 270.000 = Rp

HAK PEMBINA (10 %) : Rp 70.000,Total Bagian Mitra 420.000 = Rp

d. Terorganisasi dengan penerapan sistem administrasi dan keuangan, serta monitoring yang baik dan adanya pengelompokan-pengelompokan peternak dengan diketuai oleh pembina kelompok. Tabel 2. Sistem Administrasi Keuangan Sistim administrasi ternak & Plasma Sistim administrasi keuangan

Data ternak meliputi: data induk dan anak, Jenis Kelamin, kelahiran, kehamilan

Data penebusan (bagi hasil) ternak

Data kesehatan, meliputi pemberian obat,kondisi ternak,stok obat Data keluar masuk ternak Bio data plasma dan identifikasi ternak

Simpan/pinjam

12

II TATALAKSANA PEMBERIAN RANSUM DOMBA DI PT. VILLA DOMBA NIAGA INDONESIA Bambang Kholiq Mutaqin 200110100277 2.1. Abstrak Praktek kerja lapangan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia desa Jatisari kecamatan Cangkuang, kabupaten Bandung yang dilaksanakan pada tanggal 14 Januari sampai tanggal 14 Februari 2013. Pengamatan yang dilaksanakan mengenai tatalaksana pemberian ramsum pada domba. Pakan hijauan untuk domba merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi meliputi rumput dan legum karena hijauan tersebut mengandung serat kasar yang diperlukan oleh domba untuk keberlangsungan hidup. Tujuan dari pengamatan tersebut adalah untuk mengetahui proporsi dan jenis pakan hijauan yang diberikan untuk domba yang dipelihara. Pengamatan yang dilakukan dengan cara observasi dan praktek kerja di perusahaan. Berdasarkan hasil data pengamatan yang telah diperoleh, untuk 33 ekor domba betina dan 3 ekor domba jantan untuk seharinya menghabiskan hijauan 7 karung (1 karung 39 kg) = 273 kg, berarti satu ekor domba menghabiskan pakan hijauan sebanyak 7,5 kg/hari untuk dua kali pemberian pakan pagi dan sore hari. Hasil pengamatan yang lain mengenai proporsi hijauan berupa rumput dan legum yang diberikan untuk umur fisiologis domba yang berbeda, pemberian pakannya disamakan untuk semua umur fisiologis, diperoleh perbandingan antara rumput dengan legum sekitar 89% rumput dan 11 % legume yang diberikan untuk domba umur fisiologis yang berbeda dilihat dari berat rumput dan legume yang diperoleh dalam satu karung yang dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Kata Kunci : ransum, pakan, hijauan, umur fisiologis.

2.2. Latar Belakang Tatalaksana pemberian ransum pada ternak merupakan hal yang sangat penting dan penentu produktivitas ternak, baik dari segi komposisi ransum yang diberikan pada ternak dan tatalaksana pemberian ramsum yang efektif akan menentukan pula produktivitas ternak tersebut. Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam, ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan

13

selain hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya dapat memenuhi beberapa persyaratan seperti mengandung gizi yang lengkap, digemari oleh ternak, mudah dicerna, sesuai dengan tujuan pemeliharaan, serta harganya murah dan terdapat di daerah setempat. Oleh sebab itu perlu diketahui bagaimana tatalaksana pemberian ransum yang baik untuk mendukung produktivitas suatuatu ternak. Tatalaksana pemberian ransum di PT. Villa Domba Niaga Indonesia apakah sudah menerapkan tatalaksana pemberian ransum secara benar dalam meningkatkan produktivitas ternak. Di peternakan domba PT. Villa Domba Niaga Indonesia memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas diantaranya faktor internal seperti genetik dan fakor eksternal seperti pakan. Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang menentukan produksi ternak, ketergantungan penampilan reproduksi terhadap pengaruh pakan paling besar (sekitar 60%). Ini berarti bahwa walaupun potensi genetik tinggi (bibit unggul), apabila pemberian pakan tidak memenuhi kebutuhan nutrien (baik kuantitas maupun kualitas), maka ternak domba tidak akan mencapai produksi tinggi. Pengaturan pemberian ransum domba menjadi faktor penentu produktivitas yang paling besar. Hal inilah yang menjadi alasan untuk mengamati tatalaksana pemberian ransum domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia. Pemberian pakan yang baik juga memungkinkan ternak domba untuk beranak kembar (lebih dari satu anak perkelahiran). Sehingga untuk menjunjang kebutuhan pokok domba dan produktivitas domba harus dilakukan pengaturan pemberian pakan domba yang tepat. 2.3. Maksud dan Tujuan Tujuan pengamatan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia adalah untuk mengetahuai tatalaksana pemberian ransum pada domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia yang meliputi jenis, bahan pakan, dan komposisinya.

14

2.4. Metode Pengamatan Metode pengamatan yang dilakukan meliputi : 1. Praktek kerja di perusahaan. 2. Wawancara yaitu pencarian data dengan cara diskusi yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait meliputi General Manager, Manager, Supervisor, dan pegawai di perusahaan tersebut. 3. Observasi, yaitu mendata aspek-aspek penting yang terkait dengan peternakan seperti survey lahan pastura dan jenis rumput yang ditanam di PT. Villa Domba Niaga Indonesia.

2.5. Hasil dan Pembahasan Setelah dikaksanakan observasi dan praktek kerja di PT. Villa Domba Niaga Indonesia diperoleh beberapa data pengamatan yang cukup lengkap dari segi penyediaan pakan yang diberiakan sebagai salah satu faktor tatalaksana pemberian ransum pada domba yang dipelihara untuk mendukung produktivitas ternak. Tatalaksana pemeliharaan khususnya dari segi pemberian ransum pada domba, di PT. Villa Domba Niaga Indonesia melakukan penjadwalan rutin pemberian pakan setiap harinya. Jadwal rutin pegawai kandang meliputi pemberian pakan, pencarian pakan hijauan di areal kebun rumput PT. Villa Domba Niaga Indonesia, pengelolaan dan perbaikan kandang domba,

pemeliharaan kesehatan domba. Jadwal piket rutin pegawai kandang sendiri setiap harinya, ada yang rutin dilakukan ada juga yang merupakan pekerjaan yang tidak tentu misal, memandikan ternak, pencukuran bulu ternak. Jadwal piket rutin pegawai kandang sebagai berikut:

15

Tabel 3. Jadwal Piket Rutin Pegawai Kandang. Waktu 07.00-09.00 Kegiatan Pemberian pakan domba dan dilanjutkan beres-beres kandang 09.00-12.00 Kegiatan memendikan lain ternak, (pemberian pencukuran obat, bulu Tentativ Sifat Rutin

ternak, dan lainnya). 12.00-13.00 13.00-15.00 Istirahat Kegiatan lain (program perkebunan vanilla, penanaman rumput, penanaman pohon, dan lainnya). 15.00-17.00 Pemberian pakan domba dan dilanjutkan beres-berse kandang. 17.00-07.00 Istirahat Rutin Rutin Rutin Tentativ

Sumber. PT. Villa Domba Niaga Indonesia, 2013 Pengaturan jenis pakan domba yang digunakan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak domba dan yang mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan yang digunakan dan dipilih sebagai berikut: 1. 2. 3. Golongan Rerumputan, seperti rumput gajah, sertaria, dan rumput alam. Golongan Legum, seperti daun lamtoro, turi, gamal, kaliandra, dan siratro. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun jagung, dan daun ketela pohon. Pengaturan pakan domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia tergolong sederhana dan terkesan tradisional karena pengunaan hijauan keseluruhan untuk pakan domba seperti rumput gajah, rumput raja, sertaria, gamal, kaliandra, turi dan jenis hijauan lainnya. Padahal penggunaan konsentrat secara efisien untuk

16

pakan domba harus diperhitungkan untuk pertumbuhan domba seperti pernyataan (Purbowati, 2001) bahwa penggunaan konsentrat (terutama yang banyak mengandung biji-bijian) yang lebih tinggi akan mempercepat pertambahan bobot tubuh dan efisiensi pakan lebih baik. Penentuan jumlah konsentrat yang tepat merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pencernaan untuk mendapatkan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih baik. Di PT. Villa Domba Niaga Indonesia beranggapan bahwa penggunaan konsentrat untuk domba yang dipelihara akan menambah biaya produksi. Padahal pemberian pakan yang cukup dapat digunakan oleh ternak untuk kebutuhan energi pertumbuhan dan reproduksinya sebagaimana dijelaskan bahwa jumlah pakan yang diberikan pada ternak sehari-hari harus lebih banyak dari kebutuhan hidup pokok agar ternak tidak mengalami kesulitan berproduksi (Parakkasi, 1999), didukung pula oleh Mulyono (2004), pemberian pakan yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh domba yang digunakan dalam proses metabolismenya. Pakan yang biasa diberikan pada domba adalah hijauan, tetapi karena nutrisi hijauan yang masih rendah biasanya diberikan pakan penguat (konsentrat) sebagai tambahan. Pemberian konsentrat yang efektif selain hijauan dapat meningkatkan

pertumbuhan secara maksimal. Pengaturan pakan untuk domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia juga tidak memperhatikan perbedaan umur fisiologis domba dari segi pemberian pakan diberikan untuk domba yang berbeda umur fisiologisnya ternyata disamaratakan untuk semua domba baik itu domba dewasa, dara, bunting, menyusui, dan belum lepas sapih. Pengaturan pakan seharusnya memperhatikan umur fisiologis seperti dijelaskan oleh Siregar (1984) bahwa jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas, dan lingkungan seperti suhu lingkungan dan kelembaban udara juga mempengaruhi tingkat konsumsi. Pengaturan proporsi pakan antara rumput dengan dedaunan harus diperhatikan dan sebagai tambahannya adalah konsentrat. Persentase

perbandingan antara rumput dengan dedaunan yang baik memperhatikan umur fisiologis domba, sebaiknya proporsi berupa campuran dari rumput dan legum

17

yang disesuaikan dengan tingkatan umur fisiologis. Adapun proporsinya adalah sebagai berikut: a) b) c) d) e) Ternak dewasa : rumput 75%, daun 25% Induk bunting : rumput 60%, daun 40%, konsentrat 200-300 gram. Induk menyusui : rumput 50%, daun 50%, konsentrat 200-300 gram. Anak belum sapih : rumput 50%, daun 50% Anak lepas sapih : rumput 60%, daun 40%, konsentrat 50-100 gram. Akan tetapi proporsi untuk setiap umur fisiologis ternyata disamakan, selain itu juga proporsi rumput dengan legum tidak mendekati proporsi yang baik. Tabel 4. Perbandingan Rumput Dengan Legum Hasil Panen Pekerja Selama Dua Hari. Karung Rumput ke(kg) 1 34 2 35 3 34 4 36 5 34 6 35 7 35 Total 243 Daun (kg) 4 4 5 4 4 4 5 30 Total (kg) 38 39 39 40 38 39 40 273 Karung ke1 2 3 4 5 6 7 8 Total Rumput (kg) 34 37 34 36 34 34 37 35 281 Daun (kg) 4 4 4 4 5 5 4 4 34 Total (kg) 38 41 38 40 39 39 41 39 315

Total hijauan 588 kg dengan rumput 524 kg (89%) dan dedaunan 64 kg (11%). Sumber. PT. Villa Domba Niaga Indonesia, 2013.

18

Tabel 5. Data Produksi Rumput.


Lapangan total Prod. prod. (karung) (kg) 0,25 7,5 6 3 3 2 1 2 1 15 6 3 1 2 3 3 1 1 3 1 180 90 120 60 30 60 30 350 180 120 30 60 90 120 30 30 120 30

No 1 2 3 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 13 15 16 17 18 19 C E O I1 I2

Lokasi

Panjang 23 32 20 33 72 18 18 39 39 23 27 25 11 51 30 10 105 105 75

Lebar 3 16 8,5 7 2,5 1 2 3 19 15 5 9 11 5 5 5 18 89 35

Luas 72 512 170 238 180 18 36 137 931 335 135 225 121 255 150 50 1890 9335 2625

Jenis Rumput Setaria, KG Kipait KG, Kipait KG BD BD BD, Kipait BD, Kipait BD BD Setaria KG BD Setaria Setaria, BD BD, Setaria & KG Kipait Kipait Kipait

prod /m2 0,3 5,6 3,5 3,5 0,8 1,7 3,3 0,6 9,2 7,8 3,3 1,2 5,5 1,8 3,0 3,0 0,3 1,1 0,3

I1 luar J1 J2 Yongki Toto Kolam Pamoyanan Pangancaran 1&F Pangancaran 2 Uka Iim Lapang Gulampeng Lahan Gudang Total

17335

1837,5

Sumber PT. Vila Domba Niaga Indonesia, 2013. Pengaturan hijauan menunjukan bahwa tingkat kebutuhan masing-masing domba berdasarkan umur fisiologis pasti berbeda karena kebutuhan protein domba dipengaruhi oleh umur fisiologis, kondisi tubuh dan rasio energi protein (Ensminger, 1991). Selain itu kebutuhan ternak akan zat-zat gizi bervariasi antar spesies ternak dan umur fisiologis yang berlainan.(Haryanto, 1992). Perkembangan dan pertumbuhan berbanding dengan pemberian ransum yang berkualitas, menurut Pond, dkk., (1995), konversi pakan ternak ruminansia

19

dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak makin baik kualitas ransum yang dikonsumsi ternak, akan diikuti dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakan. Jenis pakan hijauan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia dari golongan rumput adalah rumput gajah, raja, sertaria, dan rumput lapang sedangkan dari golongan legume adalah gamal, kaliandra,dan turi. Pengaturan pakan untuk domba juga harus diperhatikan pengolahan bahan pakan hijauan seperti dijelaskan (Tangendjaja, dkk.,(1991) bahwa pengeringan daun glirisidia menggunakan panas dari sinar matahari dapat berpengaruh positif dalam meningkatkan konsumsinya pada ternak ruminansia kecil. Kandungan tannin pada daun kaliandra tinggi, begitu pula kandungan senyawa fenolatnya. Intinya dari pemberian pakan harus diperhatikan apakah pakan tersebut akan menimbulkan efek samping bagi ternak. Rangkuti, dkk., (1984) menyatakan bahwa pakan mengandung daun glirisidia memberikan respon pertumbuhan paling baik pada ternak domba. Pemberian hijauan untuk memenuhi kebutuhan domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia setiap harinya diperoleh hijauan untuk pakan domba 7 karung dengan bobot keseluruhan 273 kg, dimana habis untuk 36 ekor domba, berarti satu ekor domba menghabiskan 7,5 kg/ekor/hari tapi itu tidak habis termakan sebagian tersisa dan menjadi rarapen. Satu ekor domba dengan bobot badan 57 kg diperlukan hijauan (rumput dan dedaunan/legum) minimal 4,9 kg.

(Devendra,1981 ) Pemberian ransum domba yang mengacu pada pernyataan Devendra (1981) tentang keperluan hijauan dilihat dari bobot badan domba. Tatalaksana pemberian ramsum di PT. Villa Domba Niaga Indonesia sudah memperhitungkan kebutuhan hijauan untuk domba. Selain itu, dalam pemberian hijauan pakan domba diberikan secara teratur walaupun ditinjau dari pengaturan proporsi hiajuan berupa rumput dan legum tidak terlalu diperhatikan. Pemberian hijauan

20

kepada ternak domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia tidak melalui proses pengolahan, pemberian hijauan makanan ternak dalam keadaan segar namun hal tersebut lebih disenangi oleh ternak. Perlu diperhatikan untuk beberapa jenis hijauan/daun, pemberian dalam bentuk segar ada yang tidak disenangi dan terkadang mengandung racun yang mana dapat berakibat fatal yaitu kematian pada ternak. Oleh karenanya maka jenis hijauan perlu diolah/diproses agar kandungan racunnya dapat dihilangkan atau dikurangi misalnya, daun singkong dan daun gamal. Ada beberapa cara sederhana dan murah yang dilakukan pekerja di PT. Villa Domba Niaga Indonesia yaitu dilayukan /dibiarkan satu malam. Pengolahan tersebut akan memberikan pertumbuhan yang lebih cepat karena hijauan tersebut bernilai tinggi bentuk kandungan gizinya Pemberian pakan hijauan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia sudah lebih dari cukup yaitu pemberian hijauan 7,5 kg/ekor/hari, hanya saja tidak ada pakan penguat tambahan seperti konsentrat akan tetapi bila pemenuhan hijauan memenuhi kebutuhan pokok maka hal tersebut tidak terlalu bermasalah seperti dijelaskan oleh (Tillman, dkk., 1991) bila hewan diberi makan protein, dan energi yang dihasilkan melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka hewan tersebut akan menggunakan kelebihan zat makanan tersebut untuk pertumbuhan dan produksi. Pemberian dan pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral di PT. Villa Domba Niaga Indonesia menggunakan vitamin kompleks yaitu Injektamin. Secara keseluruhan pengaturan pekan sudah cukup baik hanya belum menggunakan pakan konsentrat sebagai pakan tambahan untuk ternak karena dirasa akan menambah biaya produksi. Pemberian konsentrat bukannya tidak akan digunakan dalam peternakan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia akan tetapi penggunaan konsentrat akan digunakan bila dari segi perhitungan biaya produksi tidak lagi membebani.

21

2.6.

Kesimpulan Hasil pengamatan praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT. Villa

Domba Niaga Indonesia dapat disimpulkan bahwa: 1. Tatalaksana pemberian ramsum pada domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia sudah cukup baik karena sudah memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak yaitu pemberian hijauan lebih dari 5 kg/ekor/hari untuk berat ternak kisaran 50 kg, hanya saja tidak ada pakan penguat tambahan seperti konsentrat karena manager kandang beranggapan penggunaan konsentrat akan menambah biaya produksi, padahal bila dilakukan dengan tepat justru akan menguntungkan peternak. 2. Pengaturan pakan domba berupa pengaturan proporsi hijauan antara rumput seperti jenis rumput gajah, sertaria, dan gajah sekitar (89%) dengan legume seperti gamal, kaliandra, dan turi (11%). Pemilihan hijauan yang baik untuk ternak, baik dari segi gizi, palatabilitas, dan harga. Selain itu pengolahan bahan pakan harus diperhatikan untuk efektivitas pakan yang diserap tubuh ternak yang nantinya dijadikan sumber energi dan pertumbuhan. Penambahan konsentrat dapat digunakan untuk menunjang produktivitas ternak disamping penambahan vitamin dan mineral.

2.7. Daftar Pustaka Devendra, C. 1981. In Int. Sympt. on Nutrition and Systems of Goat Feeding, 12 15th May, 1981, Tours, France, Vol. 1: 395440. Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. Animal Agriculture Series. 9th Edition. Interstate Publishers, Inc. Danville, Illionis. Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor. Mulyono, S. 2004. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta. Parakkasi , A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press, Jakarta.

22

Pond, W. G., D. C. Church, K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th edition. John Wiley and Ponds Press, New York. Purbowati, E. 2001. Balance energi dan nitrogen domba yang mendapat berbagai aras konsentrat dan pakan dasar yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Rangkuti, M., I.W. Mathius dan J.E. Van Eyes. 1984. Penggunaan Gliricidia maculata oleh ruminansia kecil: konsumsi, kecernaan dan performans. Procedings Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Puslitbangnak. Bogor. Halaman: 3-7. Siregar, S.B. 1984. Pengaruh ketinggian tempat terhadap konsumsi makanan dan pertumbuhan kambing dan domba lokal di daerah Yogyakarta. Jurnal Ilmu dan Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 1 (5) : 177-182. Tangendjaja, B., E. Wina dan I. G. M. Budiarsana. 1994. Ransum penggemukan domba dengan bahan lokal. Prosiding Seminar Nasional Sains dan teknologi Peternakan. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Bogor. Tillman, A.D., H. Hari, R. Soedomo, P. I. Soeharto dan L. Soekanto. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Fakultas Peternakan, UGM, Yogyakarta.

23

III EVALUASI KECUKUPAN NUTRISI HIJAUAN PAKAN YANG DIBERIKAN PADA DOMBA DI PT . VILLA DOMBA NIAGA INDONESIA

Gagan Setiawan 200110100283 3.1. Abstrak

Praktik kerja dengan judul Evaluasi Kecukupan Nutrisi Hijauan Pakan yang Diberikan pada Domba di PT . Villa Domba Niaga Indonesia Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung dilaksanakan pada tanggal 14 Januari sampai dengan tanggal 14 Februari 2013 di PT . Vila Domba Niaga Indonesia yang berlokasi di Desa Jatisari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Studi mendalam yang dibahas mengenai Evaluasi Kecukupan Nutrisi Hijauan Pakan yang Diberikan pada Domba Di PT. Villa Domba Niaga Indonesia Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung yang bertujuan untuk mengetahui jumlah asupan dan jenis hijauan yang diberikan kepada ternak bibit serta menganalisis sistem pemberian pakan yang menyebabkan pertumbuhan ternak tidak optimal. Metode pengamatan yang digunakan adalah pengamatan langsung dan partisipasi, wawancara, dan analisa data. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk seekor betina menghabiskan 3-5 kg hijauan setiap harinya dengan pemberian 3 kali sehari, pagi pukul 07.00 WIB dan sore pukul15.30 WIB. Jumlah ternak bibit yang ada di PT.Villa Domba Niaga Indonesia ada 33 Betina dan 3 jantan. Kata Kunci : evaluasi, hijauan, nutrisi. 3.2. Latar Belakang Hijauan merupakan kebutuhan pokok bagi pakan ternak ruminansia. Ada dua macam hijauan yang biasa di berikan kepada terak ruminansia yaitu rumput dan legum, kedua hijauan tersebut mengandung serat kasar yang diperlukan oleh ternak ruminansia. Hijauan merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan domba terutama bagi peternak domba bibit di PT Villa Domba Niaga Indonesia kambing etawa yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak.

24

Kebutuhan hijauan makanan ternak (HMT) masih sulit dipenuhi oleh masing-masing peternak, karena hanya memiliki lahan sempit dan sangat tergantung pada musim. Apalagi dengan meningkatnya kepemilikan ternak misalnya domba, peternak akan menghabiskan waktu untuk pemeliharaan dan pengelolaan domba, tidak memiliki waktu lagi untuk menyediakan pakan hijauan. Demi ketersediaan hijauan makan ternak yang tetap sepanjang tahun, maka diperlukan budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul. Dengan cara demikian kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung pengembangan usaha ternak domba bibit.

3.3.

Maksud dan Tujuan Tujuan dilakukannya observasi mengenai pemberian hijauan pakan domba

bibit di PT Villa Domba Niaga Indonesia tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengamati pemberian hijauan pakan dan komposisi serta kuantitas pemberian. 2. Menganalisis pakan hijauan yang diberikan apakah sesuai dengan kebutuhan ternak.

3.4. Metode Pengamatan 1. Partisipasi (participant observation), yaitu ikut serta dan berpartisipasi secara aktif dalam praktek kerja di lapangan. 2. Mengutip catatan laporan (recording), yaitu pengambilan data atau informasi yang berkaitan dengan objek yang diamati dari pihak perusahaan, data yang tercatat diperoleh atas persetujuan manajer. 3. Wawancara (interview), yaitu diskusi yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait meliputi General Manager, Manager, Asisten Manager,

Supervisor, dan pegawai di farm tersebut.

25

3.5. Hasil dan Pembahasan Ruminansia Ternak ruminansia memiliki mikroba (bakteri dan protozoa) di dalam alat pencernaannya yang merombak nutrien secara fermentatif sehingga menjadi senyawa lain yang berbeda dari molekul nutrien asalnya (Sutardi,1980). Produk akhir yang terpenting dari fermentasi adalah asam lemak terbang atau volatile fatty acids (VFA) terutama asetat, propionat, butirat serta produk lainnya termasuk CO, methan, dan panas. Ruminansia menggunakan VFA sebagai sumber energi untuk proses hidupnya (Church dan Pond, 1988; Sutardi 1980). Beberapa spesies bakteri memproduksi amonia dan VFA berantai cabang dari asam-asam amino tertentu. Konsentrasi VFA dalam abomasum adalah setengahnya dari yang ada di dalam cairan rumen. Meskipun sebagian besar absorpsi VFA terjadi dalam omasum, tetapi sejumlah besar masuk ke dalam abomasum (Arora, 1989). Volatile Fatty Acid (asam lemak terbang) merupakan salah satu produk fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia dan dapat menyumbang 55-60% dari kebutuhan energinya. Konsentrasi VFA dapat dijadikan salah satu tolak ukur fermentabilitas pakan dan sangat erat kaitannya dengan aktivitas mikroba rumen (Parakkasi, 1999). Amonia yang dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikroba untuk mensintesis protein tubuhnya (Arora, 1989). Menurut McDonald et al. (2002), kisaran konsentrasi NH yang optimal untuk sintesis protein oleh mikroba rumen adalah 6 - 21 mm. Konsentrasi nitrogen amonia sebesar 5% sudah mencukupi kebutuhan nitrogen mikroba. Amonia di dalam rumen akan diproduksi terus menerus walaupun sudah terjadi akumulasi (Sutardi, 1977). Faktor utama yang mpengaruhi penggunaan NH3 adalah ketersediaan karbohidrat dalam ransum yang berfungsi sebagai sumber energi untuk pembentukan protein mikroba. Menurut Sutardi (1977), agar NH 3 dapat dimanfaatkan oleh mikroba penggunaannya perlu disertai dengan sumber energi yang mudah difermentasi, misalnya dedak padi. Rumansia adalah hewan yang mempunyai kemampuan untuk

memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi. Kemampuan tersebut terkait dengan

26

adanya retikulorumen yang sebagai tempat pencernaan fermentatif pakan yang dikonsumsi hewan tersebut. Fermentasi yang terjadi di dalam retikulo-rumen melibatkan mikroorganisme baik bakteri, protozoa dan jamur. Namun bakteri merupakan mikroorganisme paling dominan dalam fermentasi tersebut. Beberapa bakteri rumen yang dominan adalah bakteri selulolitik. Bakteri dapat digolongkan ke dalam bakteri selulolitik, bakteri amilolitik, bakteri selulolitik, bakeri proteolitik dan lipolitik. Bakteri selulolitik diantarnya adalah Bacteriodes

succinogenes, Butyrivibrio fibrisolvens, Ruminococcus albus, Clostridium lochheadii, Clostridium longisporum, Cillobacterium cellulosolvens. Bakteri amilolitik diantaranya yaitu Streptococcus bovis, Bacteroides amylophilus, Bacteroides ruminicola, Succinimonas amylolytica, dan Selenomonas

ruminantium. Bakteri selulotik juga merupakan bakteri amilolitik contohnya Clostridium lochheadii, Bacteriodes succinogenes, Butyrivibrio fibrisolvens (Hungate, 1966). Bakteri hemiselulolitik diantaranya Eubacterium, Bacteroides amylogenes, Bacteroides ruminicola, Butyrivibrio fibrisolvens, Ruminococcus flavefaciens, dan Ruminococcus albus. Bakteri metanogenik yaitu

Methanobacterium ruminantium. Mikroorganisme rumen tumbuh pada kondisi dengan cairan rumen anaerob, pH 5 7,5. Temperatur di dalam rumen adalah 3842 C (Arora, 1989; Ogimoto dan Imai, 1981; Hungate, 1966).

Pakan Hijauan Hijauan pakan merupakan bagian tanaman terutama rumput dan leguminosa yang digunakan sebagai pakan ternak (Hartadi et al., 1993). Wilkins (2000) menyatakan bahwa hijauan merupakan bagian tanaman yang dapat dimakan, termasuk padi yang diberikan dengan cara menggembalakan ternak maupun dipanen untuk diberikan langsung pada ternak. Menurut keberadaannya, hijauan makanan ternak terdiri dari hijauan yang tumbuh secara alami tanpa campur tangan manusia seperti pastura alami dan hijauan yang sengaja ditanam oleh petani seperti rumput gajah, gamal, lamtoro, dan waru (Budiasa, 2005).

27

Pemanfaatan produksi hijauan yang berlebih serta untuk mengatasi kekurangan pakan ternak saat musim kemarau, rumput dapat diawetkan dalam bentuk silase maupun hay. Silase merupakan hijauan pakan ternak yang diawetkan dengan cara peragian atau fermentasi asam laktat (Siregar, 1996). McIlroy (1976) menyatakan bahwa rumput gajah merupakan rumput yang sangat baik untuk silase. Hay merupakan hijauan pakan ternak yang diawetkan melalui pengeringan hingga kadar air 15% (Siregar, 1996). Waktu panen hijauan yang akan dibuat hay adalah pada masa pertumbuhan terbaik saat fase mulai berbunga (McIlroy, 1976). Rumput Rumput (Gramineae) merupakan famili tumbuh-tumbuhan yang paling luas penyebarannya. Rumput sebagai pakan ternak berupa rumput lapang (liar) dan rumput pertanian. Rumput pertanian disebut juga dengan rumput unggul merupakan rumput yang sengaja diusahakan dan dikembangkan untuk persediaan pakan bagi ternak. Rumput unggul ini dibagi menjadi dua jenis yaitu pertama rumput potongan seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.), rumput benggala (Pannicum maximum Jacq.), rumput mexico (Euchlaena mexicana Schrad.), dan Setaria spachelata Schum. Kedua yaitu rumput gembala seperti Brachiaria brizantha (Hochst. ex A. Rich.) Stapf., rumput ruzi atau rumput kongo (Brachiaria ruziziensis R. Germ.and C. M. Evrard), rumput australia (Paspalum dilatatum Poir.), Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Cynodon plectostachyus (K. Schum.) Pilg., rumput pangola (Digitaria decumbens Stent.), dan Chloris gayana Kunth. (Sudarmono dan Sugeng, 2009). Rumput memiliki sistem perakaran berbentuk serabut yang mempunyai peranan dalam pembentukan struktur tanah, titik tumbuh yang berada dekat pada pangkal tanaman memungkinkan tumbuh kembali setelah pemotongan,

kemampuan membentuk anakan membantu menutup tanah dengan cepat pada fase pertumbuhan pertama (McIlroy, 1976).

28

Rumput daerah tropika mengandung kadar protein yang rendah dan sera kasar yang tinggi bila dibandingkan dengan rumput daerah beriklim sedang yang dipotong pada fase pertumbuhan yang sama. Di lain pihak produksi kadar bahan kering jenis rumput daerah tropika sering jauh lebih tinggi dari pada rumput daerah sedang (McIlroy, 1976; Close dan Menke, 1986). Arora (1989) menyatakan bahwa rumput tropika memiliki banyak lignin daripada rumput yang tumbuh di daerah beriklim sedang. Lignin dinding sel mempengaruhi proses pencernaan pakan dalam saluran pencernaan. Rumput dengan kandungan lignin rendah tetapi mempunyai lebih banyak dinding sel kurang dapat dicerna dibanding legum yang mempunyai lignin dua kali lebih banyak karena mempunyai kandungan dinding sel yang lebih rendah dari pada rumput atau graminae (Arora, 1989; Ogimoto dan Imai, 1981). Kacangan Kacangan merupakan jenis hijauan lain yang digunakan untuk pakan ternak dari famili Leguminoceae. Gutteridge dan Shelton (1993) menyatakan bahwa Leguminoceae terdiri lebih dari 1.800 spesies. Leguminoceae terbagi menjadi tiga subfamili yaitu Papilionoideae, Mimosoideae, dan Caesalpinioideae (Wojciechowski, 2006). Papilionoideae (Papilionaceae) merupakan subfamilia yang spesiesnya merupakan tanaman legum makanan manusia dan ternak, sedangkan Mimosoideae (Mimosaceae) dan Caesalpinioideae (Caesalpiniaceae) merupakan tanaman legum yang khusus untuk hijauan makanan ternak (Reksohadiprodjo, 1985). Rukmana (2005) menyatakan bahwa kacangan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kacangan yang tumbuh menjalar, kacangan yang tumbuh tegak berupa pohon, dan kacangan hasil sisa tanaman pangan. Kacangan yang tumbuh menjalar digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan, seperti sentro, kalopo, dan kudzu. Kacangan yang tumbuh tegak biasanya ditanam di tegalan atau pinggir kebun, seperti lamtoro, gamal, kaliandra. Sedangkan kacangan hasil sisa tanaman pangan merupakan hasil ikutan dari proses usaha tani seperti kacang tanah dan

29

kacang kedelai. Legum (kacangan) memiliki kandungan protein yang lebih tinggi daripada Gramineae. Kandungan protein kacangan (Leguminoceae) lebih dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Selain kandungan protein yang tinggi, Leguminoceae mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, tembaga dan kobal (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Gutteridge dan Shelton (1993) menyatakan bahwa saat musim kemarau, jenis kacangan pohon mampu menyediakan hijauan dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi. Ramban Ramban merupakan jenis lain hijauan pakan yaitu selain rumput dan legum. Kelompok tumbuhan lain ini mencakup tumbuhan tahunan, serta tumbuhan semak dan pohon berkayu (Martin, 1993). Suminar (2011) menyatakan bahwa hijauan yang termasuk jenis ramban di Desa Cigobang yaitu daun kedondong kecil (Spondias luteaLINN.), daun kelor (Moringa oleifera LAMK.), daun singkong (Manihot utilissimaPOHL.), daun jambu air (Eugenia aquena BURM.f.), daun randu (Ceiba petandra GAERTN.), daun nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK.), daun mangga (Mangifera indica L.), daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis LINN.), daunkersem (Mutingia calabura L.), daun kawijaran (Lannea grandis ENGL.), daun benalu mangga (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.)

30

Tabel 6. Area Kebun dan Produksi Rumput PT.Villa Domba Niaga Indonesia.

No 1 2 3 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 13 15 16 17 18 19 C E O I1 I2

Lokasi

Panjang 23 32 20 33 72 18 18 39 39 23 27 25 11 51 30 10 105 105 75

Lebar 3 16 8,5 7 2,5 1 2 3 19 15 5 9 11 5 5 5 18 89 35

Luas 72 512 170 238 180 18 36 137 931 335 135 225 121 255 150 50 1890 9335 2625

Jenis Rumput Setaria, KG Kipait KG, Kipait KG BD BD BD, Kipait BD, Kipait BD BD Setaria KG BD Setaria Setaria, BD BD, Setaria & KG Kipait Kipait Kipait

Lapangan total Prod. prod. (karung) (kg) 0,25 7,5 6 3 3 2 1 2 1 15 6 3 1 2 3 3 1 1 3 1 180 90 120 60 30 60 30 350 180 120 30 60 90 120 30 30 120 30

prod /m2 0,3 5,6 3,5 3,5 0,8 1,7 3,3 0,6 9,2 7,8 3,3 1,2 5,5 1,8 3,0 3,0 0,3 1,1 0,3

I1 luar J1 J2 Yongki Toto Kolam Pamoyanan Pangancaran 1&F Pangancaran 2 Uka Iim Lapang Gulampeng Lahan Gudang Total

17335

1837,5

Sumber: PT . Villa Domba Niaga Indonesia, 2013 Konsumsi Pakan Hijauan dan Komposisi Makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut: a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala,

brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.

31

b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro. c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun beringin. d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas. Asikin (1979 ) menyatakan untuk pemeliharaan domba membutuhkan rumput segar 4000 gr/ekori hari atau 161.57-188.9 gr/kg berat badan. Konsumsi bahan kering pakan oleh ternak ruminansia dapat berkisar antara 1,5 3,5%, tetapi pada umumnya 2 3% dari berat badannya (Bamualim, 1988). Pemberian pakan di PT . Villa Domba Niaga Indonesia untuk domba bibit tidak menggunakan konsentrat, hijauan yang diberika pada ternak sendiri meliputi 90% rumput dan 10 % legume walaupun kadang-kadang ditemukan ramban. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul 07:00 WIB dan sore sekitar pukul 15:00 WIB. Dengan jumlah pemberian rata- rata tiap domba 3-5 kg/ hari. Hijauan yang biasa di berikan di PT Villa Domba Niaga Indonesia biasanya setaria, benggala, rumput lapang dan gamal yang cukup melimpah di area perkebunan vanilli. Ketika produksi hijauan yang tidak cukup untuk kebutuhan domba bibit biasanya karyawan PT Villa Domba mencari rumput ke area sekitar peternakan. Contoh, seekor domba jantan dengan bobot badan 50 kg, setiap harinya membutuhkan sejumlah pakan yang terdiri dari rumput dan legum dengan perbandingan 70 % rumput dan 30 % legum. Bila BK rumput (gajah) 22,7 % dan legume (Gamal) 27%, berapa jumlah rumput dan legum yang harus diberikan? Penyelesaian : = 18,80 Kebutuhan BK domba/hari 18,80 X 54 gr (Devendra,1981). = 1015,2 gram

32

BK dari rumput BK dari legum

= 0,7 X 1015,2

= 710,64 gr

= 0,3 X 1015,2 = 304,56 gr

Jadi rumput (Gajah) yang harus diberikan : X 710,64 gr = 4472,25 gram = 4500 gram

legum (Gamal ) yang harus diberikan : X 304,56 gr = 1128 gram = 1200 gram Total Hijauan Campuran Legum dan Rumput yang diberikan: 4500 gr (rumput) + 1200 gr ( legum) = 5700 gram hijauan. = 5,7 kg *Kebutuhan BK/hari berdasarkan 1 kg Bobot Badan: (Devendra,1981) 54 g BK/Kg W
0.75

Untuk satu ekor domba dengan bobot badan 50 kg diperlukan hijauan (rumput dan dedaunan/legum) minimal 5,7 kg. Tabel 7. Komposisi Nutrien Pakan Hijauan di PT.Villa Domba Niaga Indonesia. Bahan Pakan Rumput Lapang Rumput Gajah Rumput Raja Setaria Benggala Brachiaria Kaliandra Gamal 22,2 20,07 13,00 19,70 13,90 25,00 25,00 11,5 9,80 9,50 11,00 8,50 5,00 6,30 9,2 7,82 12,70 12,80 13,50 23,00 18,80 38,2 39,96 35,00 30,80 32,70 27,00 15,50 2,00 1,32 2,00 1,60 1,90 3,00 3,70 38,8 31,00 30,8 33,90 35,60 31,00 53,7 0,38 0,38 0,53 0,66 0,35 0,35 0,33 0,11 BK 23,3 Abu 13,5 PK 8,2 SK 31,7 LK 1,13 BETN 33,16 Ca 0,37 P 0,23

Sumber : Hartadi, 1986 Perlu diperhatikan jenis ramban yang diberikan pada domba, ramban yang memiliki zat antinutrisi harus diidentifikasi agar penyerapan nutrisi baik.

33

Tabel 8. Contoh Campuran Hijauan Pakan Domba Untuk Kondisi Pedesaan. Status Ternak Rumput(%) 60 75 60 50 75 Kacang-kacangan(%) 40 25 40 50 25

Sedang Tumbuh Betina Dewasa Betina Bunting Betina Menyusui Pejantan Pemacek Sumber: Mekel dan Subandriyo,1997

3.6.Kesimpulan Dari hasil pengamatan saat praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT . Villa Domba Niaga Indonesia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian pakan pada domba bibit cukup jika dibandingkan dengan berat badan dari domba. 2. Pemberian legume dapat memenuhi kebutuhan protein jika rumput yang di berikan kandungan Protein kasarnya rendah.

3.7. Daftar Pustaka Bharoto. 2005. Kemampuan Pertumbuhan Berat Badan Ternak Domba Dengan Pemberian Pakan Jerami Padi Dengn Perlakuan Natrium Hidroksida Sebagai Pengganti Hijauan. Sekolah Tinggi PenyuluhanPertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian, Yogjakarta. Budiman, Hadi. 2006. Perbaikan Manajemen Pakan dalam Penggemukan Domba di Tingkat petani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Devendra.1981.Potensial of sheep and goats in less develoved countries. J. Anim. Sci. Hartadi, Hari. Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Untuk

Ismartoyo. 2011. Ilmu nutrisi ruminansia. Universitas Hasanudin. Makasar. Rismayanti, Yayan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Pengkajian Teknologi Pertanian , Bandung. Balai

34

Lampiran 1. Denah Lokasi Usaha PT Villa Domba Niaga Indonesia

A. Denah PT. Villa Domba Niaga Indonesia Kavling Bawah.

B. Denah PT. Villa Domba Niaga Indonesia Kavling Atas.

35

Lampiran 2. Kondisi dan Keadaan Ternak

A. Ternak Domba Di Kandang Koloni

B. Ternak yang Terkena Penyakit Orf

Lampiran 2. Obat-Obatan dan Bahan Pendukung Peternakan.

A. Deea GestDect.

B. Injectamin (Vitamin Tambahan)

C. Gusanex (Anti Serangga)

D. Obat Mata

36

Lampiran 3. Jenis Hijauan Di PT.Villa Domba Niaga Indonesia.

A. Lahan Rumput Kipait

B. Rumput Gajah

C. Gamal (Kihujan)

D. Daun Marapi

Lampiran 3. Fasilitas Pendukung dan Peralatan Kandang

A.Mobil Perusahaan

B. Karung

37

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai