Anda di halaman 1dari 4

Hukum Memanjangkan Kuku, Menipiskan Alis dan Memakai Kutek

Islam melarang wanita dan pria untuk memanjangkan kuku. Sebagian kaum wanita sengaja memanjangkan kuku-kuku mereka atau membuat kuku-kuku palsu yang jelas menyalahi fitrah. Sementara, bagi seorang Muslimah diharapkan darinya untuk mengerjakan segala sesuatu yang berkenaan dengan perangai fitrah. Salah satu perangai fitrah tersebut adalah memotong kuku. Mereka yang memanjangkan kukunya mungkin mengatakan : Saya memelihara kuku-kuku saya dan saya mencucinya setiap hari. Maka jawabannya adalah : ertama : Syari!at Islam telah melarang memanjang kuku. Syaikh "bdul "#i# bin $aa# rahimahullah menyatakan: %Memanjangkan kuku adalah menyelisihi ajaran "s-Sunnah. &iriwayatkan dengan shahih dari 'abi Shollallahu!alayhi wa sallam, bahwa $eliau bersabda : ( erkara fitrah ada lima: $erkhitan, mencukur bulu kemaluan, menggunting kumis, menggunting kuku dan mencabut bulu ketiak.( )*.+ "l-$ukhari dan Muslim, -uku dan yang lainnya tersebut tidak boleh dibiarkan panjang lebih dari ./ hari, berdasarkan riwayat dari "nas radhillahu 0anhu, bahwa ia bercerita : %+asulullah Shollallahu 0alayhi wa sallam memberi batasan kepada kami dalam memendekkan kums, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan dengan tidak membiarkannya lebih dari empat puluh malam.. -arena memanjangkan semua bagian tersebut menyerupai binatang dan sebagian orang-orang kafir. )1atawal Mar!ah 234,. Syaikh Muhammad "l-5tsaimin rahimahullah menyatakan: %6ermasuk aneh, apabila orang-

orang yang mengaku modern dan berperadaban membiarkan kuku-kuku mereka panjang, padahal jelas mengandung kotoran dan najis, serta menyebabkan manusia menyerupai binatang. -edua : &ari segi kesehatan, sesungguhnya mencuci kuku itu tidak membuat kuku itu bersih dari kuman dan kotoran, karena air tidak dapat mencapai bagian bawah kuku. Itu hal yang jelas dan dapat dimaklumi. &iringkas dari buku : Indahnya $erhias oleh Muhammad bin "bdul "#i# "l Musnid, terbitan &arul *a7 tahun 8///, $ab : 9utek dan -uku $uatan pp.3-.:.

sesungguhnya kutek itu tidak boleh dipergunakan wanita jika ia hendak shalat, karena kutek tersebut akan menghalangi mengalirnya air dalam bersuci )pada bagian kuku yang tertutup oleh kutek itu,, dan segala sesuatu yang menghalangi mengalirnya air )pada bagian tubuh yang harus disucikan dalam berwudhu, tidak boleh dipergunakan oleh orang yang hendak berwudhu atau mandi, karena "llah Subhanahu wa 6a;ala telah berfirman, artinya :(Maka basuhlah mukamu dan tanganmu(. )"l-Maidah : 3, <ika wanita ini menggunakan kutek pada kukunya, maka hal itu akan menghalangi mengalirnya air hingga tidak bisa dipastikan bahwa ia telah mencuci tangannya, dengan demikian ia telah meninggalkan satu kewajiban di antara beberapa yang wajib dalam berwudhu atau mandi. "dapun bagi wanita yang tidak shalat, seperti wanita yang mendapat haidh, maka tidak ada dosa baginya jika ia menggunakan kutek tersebut, akan tetapi perlu diketahui bahwa kebiasaaankebiasaan tersebut adalah kebiasaan wanita-wanita kafir, dan menggunakan kutek tersebut tidak dibolehkan karena terdapat unsur menyerupai mereka. )1atawa wa +asa;il "sy-Syaikh Ibnu 5tsaimin, .=2.>. &i susun oleh 1ahd "s-Sulaiman, "l-?ajnah "d-&aimah ?il Ifta; ditanya : &iriwayatkan dari +asulullah Shallallahu ;alaihi wa sallam yang maksudnya: 6idak sah wudhunya seseorang bila pada jari-jarinya terdapat adonan )sesuatu yang dicampur air, atau tanah. -endati demikian saya banyak melihat kaum wanita

yang menggunakan inai )pacar, pada tangan atau kaki mereka, padahal inai yang mereka pergunakan ini adalah sesuatu yang dicampur dengan air dalam proses pembuatannya, kemudian para wanita itu pun melakukan shalat dengan menggunakan inai tersebut, apakah hal itu diperbolehkan @ erlu diketahui bahwa para wanita itu mengatakan bahwa inai ini adalah suci, jika ada seseorang yang melarang mereka. <awaban : $erdasarkan yang telah kami ketahui bahwa tidak ada hadits yang bunyinya seperti demikian. Sedangkan inai )pacar, maka keberadaan warnanya pada kaki dan tangan tidak memberi pengaruh pada wudhu, karena warna inai tersebut tidak mengandung ketebalan=lapisan, lain halnya dengan adonan, kutek dan tanah yang memiliki ketebalan dapat menghalangi mengalirnya air pada kulit, maka wudhu seseorang tidak sah dengan adanya ketebalan tersebut karena air tidak dapat menyentuh kulit. 'amun, jika inai itu mengandung suatu #at yang menghalangi air untuk sampai pada kulit, maka inai tersebut harus dihilangkan sebagaimana adonan. )1atawa "l-?ajnah "d-&aimah ?il Ifta : A=824,

"lhamdiulillah, menggunting bulu alis atau merapikannya dengan mencukur bagian-bagian tertentu untuk memperindah alis mata seperti yang dilakukan sebagian kaum wanita hukumnya haram. Banita tidak boleh menghilangkan )mencukur, alis matanya karena perbuatan ini termasuk namsh yang 'abi shallallahu 0alaihi wa sallam melaknat orang yang melakukannya. erbuatan ini termasuk merubah ciptaan "llah dan termasuk perbuatan setan. <ika suaminya yang memerintahkan untuk mencukur alis tersebut, maka suaminya saat itu tidak perlu ditaati. -arena perbuatan itu adalah maksiat. Seseorang tidak boleh mentaati makhluk dalam bermaksiat kepada "llah. -etaatan hanyalah dalam kebaikan saja. Sebagaimana 'abi shallallahu 0alaihi wa sallam yang mengatakan hal ini. "dapun rambut pada wajah tidak boleh dihilangkan kecuali jika membuat jelek. Seperti misalnya tumbuh pada wanita kumis atau jenggot, maka ketika itu boleh dihilangkan. Ba billahit taufi7. Shalawat dan salam kepada 'abi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. 1atwa ini ditandatangani oleh Syaikh 0"bdul 0"#i# bin 0"bdillah bin $a# selaku ketuaC Syaikh 0"bdul 0"#i# "lu Syaikh selaku wakil ketuaC Syaikh Sholeh bin 1au#an "l 1au#an dan Syaikh $akr bin 0"bdillah "bu Daid selaku anggota. E1atwa no. 2:A24, pertanyaan no. 8, 24=2FFG *adits larangan an namsh adalah sebagai berikut: I JK H L M NO LP LM QR S TU L H I JK L V I JO W RTU L H I JM LX IY SP LZ SM QR S TU L H I JM LX I TY LR ST [ Q T\ W L] LR L %"llah melaknat orang yang mentato dan yang minta ditato. "llah pula melaknat orang yang mencabut rambut wajah dan yang meminta dicabut. )*+. Muslim no. 828A,

"n 'awawi rahimahullah ketika menerangkan an namsh, beliau katakan, %"n naamishoh adalah orang yang menghilangkan rambut wajah, sedangkan al mutanammishoh adalah orang yang meminta dicabutkan. erbuatan namsh itu haram kecuali jika pada wanita terdapt jenggot atau kumis, maka tidak mengapa untuk dihilangkan, bahkan menurut kami hal itu disunnahkan. )"l Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2.=2/3, Semoga sajian singkat ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai