Anda di halaman 1dari 3

7 Hal yang harus diketahui Wanita tentang berhias diri

Ada beberapa point penting yang belum diketahui oleh wanita muslimah, bahkan sebagiannya ada yang
dilanggar. Berikut hal-hal penting tersebut.

1. Hendaklah setiap wanita memperhatikan “sunnah fitrah” (perintah yang menunjukkan kebersihan
diri) seperti memendekkan kuku, menghilangkan bulu ketiak, dan bulu kemaluan.
“Ada lima macam fitrah , yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong
kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no. 258)

“Kami diberi batasan dalam memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketika,
mencukur bulu kemaluan, yaitu itu semua tidak dibiarkan lebih dari 40 malam.” (HR. Muslim no.
258).

2. Hukum berkaitan dengan rambut wanita:


a. Hendaklah wanita muslimah memelihara rambutnya, dilarang untuk mencukur habis kecuali
dengan keadaan darurat.
b. Adapun jika rambut wanita itu ingin dipendekkan misal karena kebutuhan, misalnya karena sulit
terurus, maka tidaklah mengapa dipendekkan sesuai kebutuhan sebagaimana istri-istri Nabi
(ummahatul mukminin) juga memendekkan rambut mereka setelah ditinggal mati Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
c. Adapun jika memendekkan rambut karena ingin ikut model wanita kafir (non-muslim) dan
wanita fasik atau karena ingin ikut model rambut laki-kaki, seperti itu diharamkan karena kita
dilarang untuk tasyabbuh (menyerupai) orang kafir secara umum, begitu pula wanita dilarang
menyerupai laki-laki dalam berpenampilan.
“Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupai kaum wanita dan kaum wanita yang
menyerupai kaum pria.” HR. Bukhari no. 6834

d. Adapun jika memendekkan rambut hanya untuk berpenampilan cantik, baiknya tidak sampai
memendekkan rambut karena rambut panjang itu lebih baik bagi wanita. Ingat, wanita itu
semakin cantik menawan dengan rambut panjangnya, sedangkan laki-laki semakin tampan
dengan jenggotnya. Sebagaimana Abu Hurairah berkata,
“Seorang pria itu semakin tampan dengan jenggotnya dan seorang wanita semakin anggun
dengan jalinan rambutnya.”[2]

e. Dilarang bagi wanita untuk mengumpulkan rambut di atas kepalanya. Inilah yang dimaksud
dengan hadits wanita yang diancam tidak akan mencium bau surga “ru-usuhunna ka-asnimatil
bukhti al-maa’ilah” (kepala mereka seperti punuk unta).
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian
tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita
seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat
tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).

f. Dilarang bagi wanita menyambung rambut karena dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyambung rambut dan meminta
disambungkan rambutnya.
g. Dilarang bagi wanita mencabut atau menghilangkan alis dan bulu mata, sebagian atau
seluruhnya, baik memendekkan atau mencukurnya, baik menggunakan bahan tertentu untuk
menghilangkan seluruhnya atau sebagiannya. Perbuatan semacam ini disebut “an-namsh”. Di
mana disebutkan dalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang
mencukur atau mencukur sendiri alisnya. Perbuatan ini termasuk dalam dosa besar. Seorang
wanita pun tidak boleh menaati suaminya jika diperintah mencukur alisnya.
“Allah melaknat orang yang mentato dan yang minta ditato. Allah pula melaknat orang yang
mencabut rambut wajah dan yang meminta dicabut.” (HR. Muslim no. 2125)

“Allah telah melaknat mengutuk orang-orang yang membuat tato dan orang yang minta dibuatkan
tato, orang-orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya, dan
orang-orang yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang merubah ciptaan Allah." (HR. Muslim)
3. Dilarang menjarangkan gigi dengan tujuan untuk mempercantik diri.
4. Dilarang bagi wanita mentato dirinya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mentato
dengan ditato orang lain atau mentato dirinya sendiri.
5. Dibolehkan bagi wanita menggunakan hena pada tangan dan kakinya, juga kuku. Namun berhias diri
ini untuk wanita seperti ini berlaku untuk yang sudah menikah untuk suaminya di rumah. Hendaknya
pula menghindari mewarnai kuku dengan pewarna yang tidak menghalangi masuknya air.
“Seorang wanita menjulurkan tangannya dari balik tabir. Di tangannya ada sebuah tulisan untuk
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menahan tangan beliau dan berkata, ”Saya tidak tahu, apakah ini tangan laki-laki ataukah tangan
wanita?”. Sang wanita menjawab, ”Ini tangan wanita”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: “Jika kamu seorang wanita, seharusnya engkau warnai jari-jarimu dengan henna” (HR.
Abu Daud 4166, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

6. Dibolehkan bagi wanita mewarnai rambutnya jika memang sudah beruban. Namun dihindari
menggunakan warna hitam. Namiun kalau rambut belum beruban, masih berwarna hitam, tidak
dibolehkan untuk diubah ke warna lain karena warna hitam pada rambut menunjukkan kecantikan.
Dan ketika itu bukan keadaan darurat pula dibutuhkan untuk mewarnai rambut. Juga ada sebab
terlarangnya karena meniru-niru model rambut orang kafir.
“Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak menyemir uban mereka, maka selisilah
mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi, HR. Bukhari dan Muslim)

7. Boleh bagi wanita berhias diri dengan emas atau perak sesuai dengan kebiasaan, sebagaimana hal
ini disepakati oleh para ulama. Namun tidak boleh bagi wanita menampakkan perhiasan dirinya
lelaki yang bukan mahram, bahkan baiknya tetap ia tutup dari pandangan laki-laki terkhusus ketika
keluar dari rumah. Karena menampakkan semacam tadi dapat menimbulkan gejolak. Suara
perhiasan yang dikaki saja dari wanita tidak boleh diperdengarkan, apalagi menampakkan
perhiasannya.
Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)

Semoga bermanfaat.

Dari kitab At-Tambihaat ‘ala Ahkam Takhtash bi Al-Mukminaat karya Syaikhuna Shalih Al-Fauzan, hlm. 9-
14, Penerbit Dar Al-‘Aqidah

Sumber https://rumaysho.com/15354-7-hal-penting-yang-belum-diketahui-wanita-muslimah-mengenai-
berhias-diri.html

Anda mungkin juga menyukai