Anda di halaman 1dari 3

Pranata Yassi Tanzila/1206240940/12

MORFOLOGI FASA FERIT YANG MEMPENGARUHI KETANGGUHAN BAJA KARBON

I.

PENGANTAR Pada kandungan mikrostruktur, creep, dan sifat regangan pada baja yang memiliki

komposisi ferit 0 sampai 15% telah diinvestigasi. Berbagai macam morfologi fasa ferit terlihat dari pembelajaran metalografi. Kegagalan low ductility creep terjadi ketika keretakan interfasa ektensif terjadi pada batas fasa sigma-austenit (contoh: pengelasan pada kandungan ferit yang tinggi yang diuji pada tegangan rendah). Selain itu, pada temperatur tinggi, ferit dalam las baja asutenitik bertransformasi ke fasa sigma, yang mana terkadang membuat adanya kegagalan low ductility creep. Reaksi transformasi kinetik bergantung pada temperatur dan struktur metalurgi, namun reaksi terjadi sekurang-kurangnya pada temperatur 538 sampai 871oC. Suhu ini cukup penting berkenaan pada ferit, sebuah fasa metalurgi yang berpengaruh pada deformasi creep suatu material terjadi. Jika pada suatu sifat kritis suatu logam seperti creep ductility secara empiris disangkutpautkan dengan kandungan ferit yang dapat dikontrol untuk menghasilkan suatu sifat logam yang diinginkan. Pada percobaan ini pun, bertujuan untuk melihat pengaruh jumlah kandungan ferit pada sifat mekanis baja stainless 308.

II.

PERCOBAAN Pada percobaan ini digunakan baja stainless tipe 308 yang dibeli dari penyedia

komersil. Masing-masing mengandung kandungan seperti yang tertera di bawah ini.

Laboratorium Metalurgi Fisik DTMM FTUI

Pranata Yassi Tanzila/1206240940/12

Masing-masing spesimen diuji tingkat kereganggannya pada suhu 649oC dengan laju keregangan 0.005/menit dengan menggunakan mesin Instron di udara dan diberi tegangan pada range 110 hingga 172 MPa (16,000-25,000 psi). Kemudia pengujian creep dilakukan untuk melihat laju creep minimum dan seberapa berpengaruh pada sifat karakteristik.

III.

KESIMPULAN Pada hasil pengujian kandungan ferit dari 0 hingga 15% pada baja stainless tipe 308

terlihat bahwa: 1. Kandungan ferit 0% menjadikan baja memiliki kekuatan regangan dan creep yang paling tinggi, selain itu membuat kandungan karbonnya paling tinggi. 2. Morfologi fasa ferit berubah dari bagian yang terisolasi menjadi fasa berkelanjutan yang sejajar dengan batas substruktur seiring bertambahnya kandungan ferit. Ferit bertransformasi menjadi fasa sigma selama pengujian creep pasa suhu 649oC 3. Ketika kandungan ferit, morfologi, dan waktu pada temperatur pengujian menghasilkan fasa sigma, mengawali terjadinya kegagalan low ductility.

Laboratorium Metalurgi Fisik DTMM FTUI

Pranata Yassi Tanzila/1206240940/12

REFERENSI http://aws.org/wj/supplement/WJ_1978_06_s167.pdf

Laboratorium Metalurgi Fisik DTMM FTUI

Anda mungkin juga menyukai