Anda di halaman 1dari 13

DEBATA ?

NAMA PRIBADI MAHAPENCIPTA ?

BAB I SEKELUMIT TENTANG SEJARAH SUKU BANGSA BATAK


Pengaruh Orang India
Berdasarkan hasil penelitian Kontelir G. J.J. Deutz (1872) terhadap batu tertulis yang didapati di Lobu Tua dekat Kota Barus (Tapanuli Tengah), yang isinya baru dapat dibaca pada tahun 1932 oleh Prof. Nilakantisastri mengatakan bahwa: Pada tahun 1088 M ada 1500 orang Tamil dari India Selatan bertempat tinggal di Barus. Mereka membentuk kesatuan perdagangan (Gilde) untuk mencegah persaingan sesama mereka dalam dagang kapur barus dan kemenyan. [1] Orang-orang India masuk ke Tanah Batak melalui kota Barus (Baros) dan Tapanuli Selatan yang pada waktu itu merupakan kota perniagaan yang sangat penting dalam perdagangan gading badak, gading gajah, kapur barus, kemenyan, emas, dsb. Untuk memperlancar dan mempermudah penyaluran barang-barang dagangan ke luar negeri, mereka membentuk kongsi perdagangan (Gilde) dan sekaligus mendirikan sebuah perkampungan di daerah Barus. Diketahui bahwa orang-orang India Selatan ini datang dari daerah Cola, Pandya, Malayalam, dsb. Mereka dari turunan-turunan orang Tamil yang kemudian hari tinggal menetap di Barus dan Kalasan. Lambat laun sebagian dari mereka mulai masuk ke daerah pedalaman Tapanuli dan melakukan kontak dengan penduduk yang ada di sana. Mungkin karena putus hubungan dengan tanah airnya India, mereka terlebur ke dalam suku bangsa Batak. Dapat dipastikan, bahwa sebagian dari marga Sembiring adalah keturunan mereka; teristimewa yang nama-nama marganya menunjukkan asalnya yaitu: Colia, Pandia, Pelawi, Meliala, juga Brahmana dan Keling.[2] Kontak yang cukup lama antara orang India dengan orang Batak mengakibatkan terjadinya percampuran kebudayaan sehingga kebudayaan yang satu saling mempengaruhi kebudayaan yang lain. Di tanah Batak misalnya akibat pengaruh orang India beberapa perubahan-perubahan terdapat dalam kehidupan orang Batak seperti:

1. Tulisan Batak itu adalah tulisan India (mungkin langsung ditiru dari orang 2. 3. 4.
India di Barus, tetapi mungkin juga dari tulisan Jawa Kuno di Tapanuli Selatan dan tulisan Jawa Kuno sendiri ditiru dari tulisan India). Astrologi (perbintangan). Beberapa alat berguna tentang pertanian, pertenunan, kesenian, dsb. Permainan catur.

5. Kesusastraan berupa kata-kata atau istilah-istilah Sansekerta (India),


bahkan

6. Kepercayaan-kepercayaan.

Pengaruh orang India di tanah Batak juga dapat dilihat melalui Candi Portibi yang ada di Padang Lawas (Tapanuli Selatan) sebagai salah satu saksi sejarah bekas peninggalan orang India (Hindu) di Tanah Batak. Di samping itu, pengaruh orang India juga telah sampai ke Balige (Toba-Samosir)[3] Karena nama Balige sebenarnya berasal dari perkataan Baligeraja yakni berasal dari bahasa Hindu Mahligairaja. Jauh masuk ke pedalaman kota Balige tepatnya di desa Sibodiala masih kedapatan bekas tiang-tiang dari batu yang dinamai oleh penduduk Sombaon Sibasiha (Keramat Tiang), yang diduga bakan atau bekas tiang-tiang candi Mahligai-raja yang beralih menjadi Balige raja lalu menjadi Balige. Kuatnya pengaruh kebudayaan orang India di tanah Batak sampai membuat orang Batak kabur di dalam membedakan mana kebudayaan orang Batak asli dan mana yang diserap dari orang India. Lebih aneh lagi, banyak kata, istilah bahkan kepercayaan yang diserap dari orang India lebih populer dibandingkan kata, istilah atau kepercayaan orang Batak. Memang kita akui, masuknya orang India ke tanah Batak tidak dapat menggantikan agama Batak animisme menjadi agama Hindu. Tetapi kita jangan lupa, banyak istilah dan tokoh kepercayaan orang India meresap masuk dan disembah dalam kepercayaan Batak (bahkan sampai sekarang). Misalnya dewa Batara Guru, dewa Soripada (jadi Balasori), dewa Mangalabulan, dewa Naga (jadi Nagapadoha), dewa Pani (ingat: Pane na Bolon), dan lain-lain yang merupakan tokoh dewa-dewa orang India yang meresap ke dalam kepercayaan orang Batak.[4] Selain itu, sebutan Debata sebenarnya berasal dari kata Sansekerta (India) yaitu Dewata yang berarti dewa (= jamak). (Lebih jelasnya baca buku karangan Rudolf Pasaribu, S.Th. yang berjudul Agama Suku dan Batakologi serta buku karangan N. Siahaan, B.A. yang berjudul Sejarah Kebudayaan Batak, atau baca lampiran terakhir dari buku kecil ini).

BAB II
SIAPAKAH NAMA DEWATA DEBATA ITU ?

2.1.

Kepercayaan Asli (Kuno) Suku Bangsa Batak

Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah dewadewa. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda mati. Benda-benda mati dipercayai memiliki tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan). Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat menyebabkan beberapa penyakit atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan.[5] Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti

dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia. Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah Debata, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut Ompu Na Bolon (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk menekankan bahwa Ompu Nabolon ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi Mula Jadi Nabolon atau Tuan Mula Jadi Nabolon. Karena kata Tuan, Mula, Jadi berarti yang dihormati, pertama dan yang diciptakan merupakan kata-kata asing yang belum pernah dikenal oleh orang Batak kuno. Selanjutnya untuk menegaskan pendewaan bahwa Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon adalah salah satu dewa terbesar orang Batak ditambahkanlah di depan Nabolon atau Mula Jadi Nabolon itu kata Debata yang berarti dewa (=jamak) sehingga menjadi Debata Mula Jadi Nabolon. [6] Jadi jelaslah, istilah debata pada awalnya hanya dipakai untuk penegasan bahwa pribadi yang disembah masuk dalam golongan dewa. Dapat juga dilihat pada tokoh-tokoh kepercayaan Batak lainnya yang dianggap sebagai dewa mendapat penambahan kata Debata di depan nama pribadi yang disembah. Misalnya Debata Batara Guru, Debata Soripada, Debata Asi-Asi, Debata Natarida (Tulang atau paman dan orang tua), dll. Tetapi setelah masuknya Kekristenan (yang pada awalnya hanya sebatas strategi pelayanan) kata debata semakin populer karena nama debata dijadikan sebagai nama pribadi Maha Pencipta.

2.2.

Dari Kata Dewata menjadi Debata

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kata atau istilah debata berasal dari bahasa Sansekerta (India) yang mengalami penyesuaian dialek Batak. [7] Karena dalam dialek Batak tidak mengenal huruf c, y, dan w sehingga dewata berubah menjadi debata atau nama Carles dipanggil Sarles, hancit (sakit) dipanggil menjadi hansit. Dari pengamatan penulis, setiap kata atau istilah Sansekerta yang memiliki huruf w, kalau masuk ke dalam Bahasa Batak akan diganti menjadi huruf b, atau huruf yang lain. Istilah-istilah Sansekerta yang diserap dalam bahasa Batak: Istilah Sansekerta (India) Purwa Wajawia Wamsa Pratiwi Swara Batak Toba Purba Manabia Bangso Portibi Soara Indonesia Timur Barat Laut Bangsa Pertiwi Suara

Swarga Tiwra

Surgo Simbora

Surga Perak

Perhatikan huruf cetak tebal.

Dari contoh-contoh di atas, jelaslah bahwa setiap huruf w dalam bahasa Sansekerta (India) kalau dimasukkan ke dalam bahasa Batak akan berganti menjadi huruf b atau huruf lainnya. Wajar saja kalau Dewata dalam bahasa Sansekerta setelah masuk ke dalam bahasa Batak berganti menjadi De bata. Istilah Dewata inilah yang membunglon ke dalam bahasa Simalungun menjadi Naibata dan di daerah Karo menjadi Dibata yang artinya tetap sama menjadi dewa. Yang menjadi pertanyaan bagi saudara/i yang berlatarbelakang suku bangsa Batak, saudara menyembah yang mana: dewa atau Pribadi yang menciptakan dewa itu yang disebut Mahapencipta, atau maukah saudara merendahkan Mahapencipta itu menjadi golongan dewa? Kalau saya, saya tidak mau merendahkan derajat Ilahi dari Mahapencipta itu dan saya tetap memuliakan dan meninggikan Mahapencipta itu dalam hidupku, sebaliknya saya menyangkali nama asing itu untuk disembah.

2.3.

Debata adalah Ilah Bangsa-bangsa (1Tawarikh 16:26)

Nama Debata, Naibata, dan Dibata bukanlah nama atau pribadi yang menciptakan alam semesta ini, nama-nama itu adalah ilah bangsa-bangsa yang adalah berhala seperti yang dituliskan dalam 1Tawarikh 16:26: Segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit. Debata adalah ilah lokal yang hanya dikenal dan disembah orang India yang beragama Hindu dan yang menyusup serta membunglon ke dalam kepercayaan orang Batak (Kristen). Mahapencipta sangat benci nama-nama ilah lokal yang kita pakai untuk menyembahNya. Firman Tuhan mengatakan dalam Keluaran 23:23: Dalam segala hal yang Kufirmankan kepadamu haruslah kamu berawas-awas; nama ilah lain (termasuk nama debata, dibata, naibata, dan lain-lain) janganlah kamu panggil, janganlah nama itu kedengaran dari mulutmu . Mahapencipta tidak suka namaNya diganti-ganti. Mahapencipta itu bukan seperti binatang bunglon yang harus menyesuaikan dirinya sesuai dengan lingkungannya, atau seperti pencuri atau penjahat yang gemar ganti-ganti nama untuk menutupi identitasnya. Mahapencipta itu Mahakuasa, Mahaperkasa dan Tuhan diatas segala tuhan. Nama-nama ilah asing itu harus dihapuskan dari dalam hati kita (Ulangan 12:3), jangan dipanggil (Keluaran 23:23) dan jangan disebut (Hosea 2:16).

BAB III

NAMA PRIBADI MAHAPENCIPTA

3.1.

Janji untuk Menyatakan Nama-Nya

Terus terang Mahapencipta disepanjang perjanjian lama tidak pernah menyatakan nama pribadi-Nya kepada manusia. Maha Pencipta hanya berjanji akan memberitahukan nama Pribadi-Nya sebagaimana difirmankan dalam Yesaya 56:5 yang menyatakan: Kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama itu lebih baik daripada anak-anak lelaki dan perempuan suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka . Yehezkiel 39:7-8:
7

Dan Aku akan menyatakan nama-Ku yang kudus di tengah-tengah umat-Ku Israel dan Aku tidak lagi membiarkan nama-Ku yang kudus dinajiskan, sehingga bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Yang Mahakudus di Israel. 8 Sungguh pasti datang dan terjadi, yaitu hari yang sudah Kufirmankan (kapan-kah itu?, pen.) Nama-nama Mahapencipta yang dikenal sepanjang Perjanjian Lama hanyalah nama sebutan, nama sifat, atau nama status (peranan). Tuhan, God, Yang Mahatinggi, Yang Mahabaik, Yang Mahapengasih, dan lain-lain bahkan Bapa, Anak dan Roh Kudus bukanlah nama Pribadi, tetapi nama sifat, nama sebutan atau nama status (peranan). Nama sebutan, nama sifat, atau nama status (peranan) bisa-bisa saja diterjemahkan sesuai dengan bahasa dan dialek suatu suku bangsa, tetapi nama pribadi tidak dapat diterjemahkan atau diganti-ganti dimanapun berada. Misalnya nama saya Patar, dimanapun saya berada tetap nama saya adalah Patar. Tidak bisa diganti dengan Terang kalau saya berada di Jakarta atau Clear kalau saya berada di Inggris. Begitu juga nama Pribadi Mahapencipta itu tidak bisa diganti-ganti sesuai dengan bahasa atau budaya sesuatu suku bangsa. Nama Pribadi Mahapencipta itu universal (dikenal dimanapun) dan tidak dibatasi oleh bahasa atau budaya suatu suku bangsa.

3.2.

Penggenapan Nama Pribadi Maha Pencipta

Mahapencipta memperkenalkan nama Pribadi-Nya secara tuntas yakni setelah Perjanjian Baru. Persoalannya, siapakah nama Pribadi Bapa, Anak, Roh Kudus yang dikenal dengan Trinitas dalam Kekristenan. Untuk menjawabnya, marilah terlebih dahulu kita baca Matius 28:19 yang mengatakan:

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

3.2.1.

Nama Pribadi Roh Kudus

Roh Kudus bukanlah nama Pribadi tetapi nama status. Rasul Paulus dalam kitab Kisah Para Rasul 16:7 memakai istilah Roh Kudus dengan Roh Yesus seperti dikatakan:......tetapi Roh Yesus tidak mengijinkan mereka. Rasul Paulus mengulang kembali mengatakan Roh Kristus dalam Roma 8:9, dan di dalam surat Filipi 1:19 Paulus mengatakan Roh Yesus. Bukan hanya Paulus, Rasul Petrus juga dalam suratnya 1Petrus 1:11 mengatakan: ......Roh Kristus yang ada dalam mereka. Kesimpulan: Berarti nama Pribadi dari Roh Kudus adalah Yesus Kristus

3.2.2.

Nama Pribadi Anak

Kalau ini tidak perlu diperdebatkan atau disangsikan bahwa nama Pribadi anak adalah Yesus Kristus, karena sudah jelas-jelas dinyatakan oleh malaikat Gabriel yang datang kepada Maria bahwa nama-Nya adalah Yesus, seperti yang tertulis dalam Lukas 1:31, yaitu: Sesungguhnya engkau (Maria) akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Kesimpulan: Berarti Nama Anak adalah Yesus Kristus

3.2.3.

Nama Pribadi Bapa

Sumber persoalan dan perdebatan selama ini ialah nama Pribadi Bapa, karena nama Pribadi Bapa ini banyak muncul tergantung budaya dan bahasa dari suatu suku bangsa. Misalnya Debata dipanggil di Batak Toba, Dibata dipanggil di Karo, Naibata dipanggil di Simalungun, Allah dipanggil di Indonesia-Kristen (Islam), Yehovah dari YHWH dipanggil di Israel dan lain-lain. Jadi siapakah nama Pribadi Bapa yang benar? Yang pasti nama Pribadi Bapa itu lebih luhur dan lebih besar dari segala nama, seperti pengakuan Anak Manusia yang bernama Yesus Kristus itu dalam Yohanes 14:18: .....kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada BapaKu, sebab Bapa lebih besar daripada Aku... Tetapi istimewa-Nya, nama Bapa itu pula yang dikaruniakan untuk disandang Anak. Kitab Yohanes 17:11 dan 12 lebih jelas mengatakan:

11

Dan Aku (Yesus Anak Manusia) tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya, Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain daripada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

Perhatikan huruf tebal, ada kalimat yang diulang nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, berarti nama Pribadi dari Bapa adalah nama yang disandang oleh Anak Manusia yaitu Yesus Kristus. Kesimpulan: Nama Pribadi Bapa Sorgawi adalah Yesus Kristus

3.3.

Nama Pribadi Trinitas Esanama-Nya

Dari penjelasan-penjelasan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa nama Pribadi ketiga Oknum dalam Trinitas adalah Yesus Kristus. Relevanlah pesan Tuhan Yesus yang terakhir kali kepada murid-murid-Nya dalam Matius 28:19 yang mengatakan: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan /anak dan Roh Kudus Dibaptis dalan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus; bukan dituliskan dalam nama Bapa atau Anak atau Roh Kudus. Berarti dari kalimat ini nama ketiga Pribadi Bapa, Anak, dan Roh Kudus, bukan tiga nama tetapi satu yaitu Yesus Kristus. Perintah Tuhan Yesus inilah yang ditaati oleh para Rasul pada masa lalu, sehingga mereka membaptis dengan mempergunakan hanya satu nama yaitu nama Yesus Kristus. Perhatikan dan bacalah Kisah Para Rasul 2:28 yang berbunyi: Jawab Petrus (murid Tuhan Yesus, pen.) kepada mereka: Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Rasul Petrus membaptis dengan menggunakan satu nama yaitu nama Yesus Kristus. Hal ini diulangi lagi dalam Kisah Para Rasul 10:48 yang berbunyi: Lalu ia (Rasul Petrus, pen.) menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka. Rupanya bukan hanya Rasul Petrus yang melakukannya, Paulus juga membaptis dengan menggunakan satu nama yaitu Yesus Kristus. Bisa dilihat dalam Kisah Para Rasul 19:5 yang mengatakan:

Ketika mereka mendengar hal itu mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Hal ini diulangi Paulus lagi, dalam surat Galatia 3:27 yang mengatakan: Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan

Kristus.

Kesimpulan: Nama Pribadi Oknum Trinitas Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Yesus Kristus

3.4.

Kuasa di dalam Nama Yesus

Nama Yesus adalah nama yang istimewa dan yang paling luhur dari segala nama. Nama Yesus bukan berasal dari dunia tetapi berasal dari Sorga (Matius 1:18-25). Di dalam nama itu ada kuasa dan kemenangan. Perhatikan dibawah ini keistimewaan dan kuasa di dalam nama Yesus.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Nama Yesus adalah Nama diatas segala nama (Fil. 2:9-11) Di dalam nama Yesus, dosa-dosa diampuni (1Yoh. 2:12, Kis. 10:43) Di dalam nama Yesus, doa-doa dikabulkan (Yoh. 14:13-14) Di dalam nama Yesus, setan-setan diusir (Mrk. 16:17; Luk. 10:17) Di dalam nama Yesus, kesembuhan dari sakit penyakit (Kis. 3:1-7) Di dalam nama Yesus, jaminan hidup kekal (Kis. 4:12) Di dalam nama Yesus, pemeliharaan kehidupan anda (Yoh. 17:11-12) Di dalam nama Yesus, orang disucikan, dikuduskan, dibenarkan (1Kor. 6:11)

Dan karena semua sudah tersedia di dalam nama Yesus, untuk apa lagi mempergunakan nama yang lain. Berbaliklah kepada nama Yesus, sebaliknya tinggalkan nama Debata.

BAB IV

MASUKNYA NAMA DEBATA KE DALAM BIBEL


Masuknya nama Debata ke dalam Bibel yang berbahasa Batak, berawal dari kesulitan I.L. Nommensen dan P.H. Johannsen sekitar tahun 1874 dalam menerjemahkan beberapa kata dan istilah asing ke dalam bahasa Batak[8]. Sedangkan alasan yang kedua yaitu masuknya nama Debata ke dalam Bibel adalah hanya langkah awal strategi pelayanan yang dilakukan oleh Nommensen dan Johannsen untuk orang Batak, karena kondisi orang Batak pada waktu itu belum tuntas meninggalkan kepercayaan animisme, sehingga perlu tahapan-tahapan dalam meluruskan penyembahan mereka kepada Tuhan Yesus. Dengan dasar pemikiran ini, Nommensen beserta Johannsen mencoba menerjemahkan sebutan Mahapencipta itu dengan memakai Debata karena orang Batak pada waktu itu hanya mengenal dan mengakui Debata Mula Jadi Nabolon-

lah yang menciptakan alam semesta ini. Pemakaian nama Debata ini pada awalnya hanya untuk sementara waktu menunggu pertumbuhan rohani orang Batak dan suatu ketika akan disempurnakan untuk waktu depan. Tetapi apa boleh buat, pada tahun 1913 Nommensen meninggal dunia ditambah lagi sekitar 1940 terjadi perang dunia II, yang mengakibatkan misionaris-misionaris Barat terpaksa meninggalkan Tanah Batak, sehingga proyek penerjemahan Bibel sekaligus penggantian nama Debata dari Bibel tidak berjalan. Sementara tampuk kepemimpinan gereja Batak (Toba) diambil alih oleh orang Batak yang masih baru dalam proses belajar atau belum benar-benar memahami tentang Injil. Proyek penyempurnaan Bibel pun tidak dilanjutkan bahkan sampai sekarang dan itulah yang diwarisi sampai saat ini. Saudara-saudara, semua telah terjadi dan kemungkinan untuk mengganti atau menghapus nama Debata dari Bibel sekarang ini sudah merupakan pekerjaan yang berat dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Menurut pendapat penulis, karena kedaulatan saudara adalah hati saudara , hapuskanlah nama Debata dari hati saudara dan jangan keluar dari mulut saudara untuk menyembah berhala itu. Tuhan sangat jijik akan nama Debata yang kita pakai untuk menyembah Mahapencipta yang sesungguhnya, karena nama Debata adalah nama pencuri atau penjahat yaitu malaikat iblis yang menyamar sebagai Mahapencipta. Bagi saudara/i yang mau berdoa menyangkali nama Debata itu dari dalam hidup saudara, ikutilah doa tuntutan berikut dengan bersuara ( Matius 12 : 37) : Tuhan Yesus Juruselamatku, saya tetap menyembah dan memuliakan Engkau di dalam hidupku. Ampunilah saya di dalam segala ketidaktahuanku di masa lalu dengan memakai nama Debata untuk menyembah Engkau. Tuhan Yesus, mampukan saya untuk tidak lagi memakai nama berhala itu di dalam hidupku untuk menyembah Engkau.Hanya nama Yesus Kristuslah yang tetap tinggal di dalam hatiku. Di dalam nama Yesus Kristus, malaikat iblis yang mengaku bernama Debata, Begu, Sumangot dan Sombaon-sombaon kepercayaan leluhur Batak harus menyingkir dari dalam pikiranku, hatiku dan hidupku sampai selama-lamanya di dalam nama Yesus. Semua jasa-jasa kalian saya tolak dan saya sangkali di dalam nama Yesus. Tuhan Yesus kuduskanlah hatiku, mulutku supaya saya leluasa untuk menyembah dan memuliakan Engkau di dalam hidupku serta tinggallah di dalam hatiku menjadi Tuhan, Raja, Guru dan Juruselamat pribadiku sampai selama-lamanya . Terima kasih Tuhan Yesus, di dalam nama-Mu saya sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin.

Sekian dan terima kasih Tuhan Yesus memberkati Saudara. Amin.

Lampiran 1
Sumber: Agama Suku dan Batakologi oleh Rudolf Pasaribu, S.Th., Cetakan kedua (Revisi dan Peluasan), Medan, 1988, penerbit Pieter, hal. 136

Karena itulah maka agama Kristen sebagai salah satu agama modern merupakan Agama Penyataan. Tetapi dalam agama primitif seperti agama Batak tidak ada gagasan, penyataan, karena segala sesuatunya didasarkan atas natura yang sudah ada. Hal inilah yang mempengaruhi konsep pemikiran yang mengatakan bahwa Mulajadi Nabolon adalah pencipta segala sesuatu yang ada. Sebenarnya nama Mulajadi Nabolon adalah nama lain dari nama OMPU NABOLON yang sudah diperdewakan oleh orang Batak kuno. Dia sendiri adalah manusia, dan bukan debata. Perkataan debata berasal dari bahasa Sangskrit: d e w a (=jamak) dan perkataan ini memasuki kepercayaan orang Batak dan mengambil alih perkataan ini serta memformulasikannya terhadap nenek (OMPU) yang sudah lama dikenal, yakni Nabolon. Pada waktu yang sama pula Ompu Nabolon didewakan sebagai nenek dan sebagai debata. Orang Batak tidak mengenal nama atau istilah yang menerangkan tentang dewa-dewa atau yang dipuja . Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam diri masyarakat Batak sebenarnya pada mulanya belum ditemukan suatu konsep pemujaan terhadap dewa (ta) apalagi yang berpribadi terbukti dari kenyataan bahwa perbendaharaan kata Batak tidak menyebutkan tentang dewa. Alasannya: kalau diambil nama Tuan Mula Jadi Nabolon, maka kata-kata Tuan, mula, Jadi, adalah kata-kata asing yang belum pernah dikenal orang Batak secara asli. Perkataan na dan bolon, merupakan kata-kata tambahan dan keterangan terhadap nama Tuan Mula Jadi. Jadi nama ini tidak mencerminkan suatu keaslian yang terdapat dalam konsep kedewataan dalam masyarakat Batak. Demikian juga sebagaimana disebutkan bahwa kata Debata adalah berasal dari kata dewa, d an bukan konsep yang telah lahir dalam kepercayaan murni dari orang Batak. Oleh karena itu dalam penyelidikan ini dapat dikatakan bahwa keberadaan Ompu Tuan Mulajadi Nabolon yang dirumuskan sebagai Debata orang Btak adalah mempunyai keberadaan dan elemen yang sama dengan manusia-manusia Batak lainnya. Oleh karena dia sama dengan orang Batak lainnya, maka tidak dapat dikatakan bahwaMulajadi inilah yang menciptakan orang Batak. Ompu Tuan Mulajadi Nabolon oleh karena itu bukanlah pencipta segala sesuatu, tetapi yang mungkin dapat diterima ialah bahwa orang Batak adalah keturunannya (karena perkataan ompu atau ompung adalah berasal dari perbendaharaan ....

Lampiran 2

SEDJARAH

KEBUDAJAAN BATAK

SUATU STUDI TENTANG SUKU BATAK


(TOBA-ANGKOLA-MANDAILING-SIMELUNGUN

10

PAKPAK DAIRI-KAIRO)

OLEH

N. SIAHAAN, B.A.

TJETAKAN PERTAMA
1964

Penerbit: C.V.

NAPITUPULU & SONS

Djalan Irian barat 39

MEDAN

Prof. Dr. J. Gonda jang telah mengadaka penjelidikan mendalam mengenai pengaruh bahasa Sansakerta terhadap bahasa2 di Indonesia mengemukan, bahwa ada beberapa istilah Sansakerta hanja terdapat

11

dalam bahasa Batak dan tidak ada pada bahasa2 lain di Indonesia, diantaranja: 1. tiga 2. 3. djamita berarti chotbah (Skt. djnapita = diberitahu) saudara (diutjapkan dengan empat suku kata sa-u-da-ra, berarti sinar wadjah manusia sesudah kenjang makan dan badan sehat) berasal dari Sansekerta tjudra (artinja sinar) hudali (Skt. kudala), jaitu sedjenis patjol bergigi

Tetapi ada djuga kata Sansakerta bahasa Djawa dan Batak misalnja: 1.

jang

hanja

terdapat

dalam

santi: Bagi orang Batak santi merupakan sadjian jang umumnja terdiri telur, beras, minjak, sirih dan sebagainja. Dalam bahasa Djawa artinja doa dan dalam bahasa Sansekerta ritus menolak bahaja.

2.

bada: Dalam bahasa Batak kata ini berarti bertengkar, tapi dalam bahasa Djawa wada artinja berkata, mentjela. Asalnja Sansekerta wasa berarti sama dengan bahasa Batak, djuga artinja berkata, berunding.

Sekian tentang kata2 ambilan Sansakerta jang hanja ada pada bahasa Batak dan jang ada bersama-sama pada bahasa Djawa dan Batak13. Dilapangan kultus, magi dan astrologi banjak dipakai kata2 Sansakerta. Kata debata berasal dari Skt. dewata. Istilah Skt. batara (artinja dewa, orang besar, orang terpeladjar) dipakai di Indonesia hanja untuk menjebut dewa atau radja. Dikepulauan Nusantara Batara Guru adalah dewa tertinggi bagi orang2 jang beragama Hindu, jakni sama dengan Siwa dan bagi orang Batak sebutan untuk Dewa benua bawah. Kata guru djuga berasal dari Sansekerta. Mula Djadi Na Bolon, jaitu dewa keseluruhan bagi dunia animisme Batak mengandung satu kata Sansekerta, jaitu mula. Soripada djuga kata Sansakerta (Soripada = Wisnu atau gelaran bagi orang besar, bandingkan sebutan Seripaduka dalam bahasa Melaju). Istilah Skt. om. Suatu kata jang dianggap bersakti oleh India, dipindjam oleh orang Batak dan tidak ketinggalan dalam doa (Orang Batak menjebut ong). Hatiha dikalangan kaum animis ialah detik atau umumnja waktu jang dalam astrologi menguntungkan atau menimbulkan bahaja (Skt. ......) orang tiap2 Batak dapat

63

12

Lampiran 3 SADA GOAR NA UMMULI Sada goar na ummuli Goar ni Tuhanta Jesus, ido na ummargai Reff. GoarMi Jesuski, holani GoarMi Jesuski, do pamalum rohangki Tung na malum do rohangku, nungga GoarMi do sinjatangku, Dompak angka musui Sipalua do goarMu saut Nasa ranteni si bolis ingkon sega baenoni do sonang malua endengki tondingki tondingki sian nasa goari

13

Anda mungkin juga menyukai