Anda di halaman 1dari 3

Teori Penyebab Alam Semesta Mengembang

Pergeseran Merah / redshift adalah gejala bahwa frekuensi cahaya kalau diamati, di bawah situasi tertentu, bisa lebih rendah daripada frekuensi cahaya ketika terpancar di sumber. Ini biasanya terjadi kalau sumber menjauh dari pengamat, seperti pada efek Doppler. Secara khusus, istilah pergeseran merah dipakai untuk menjelaskan pengamatan bahwa spektrum cahaya yang terpancar oleh galaksi jauh bergeser ke frekuensi yang lebih rendah (terhadap akhir merah spektrum, dan begitu pula namanya) kalau dibandingkan dengan spektrum bintang yang lebih dekat. Ini diambil sebagai bukti bahwa galaksi menjauh dari satu sama lain, bahwa alam semesta berkembang dan dimulai sejak Ledakan Dahsyat (big bang). Secara umum, pergeseran merah (dan pergeseran biru, pengamatan cahaya frekuensi yang lebih tinggi) diukur dengan z = (frekuensi terpancar - frekuensi teramati) / frekuensi teramati = (panjang gelombang teramati - panjang gelombang terpancar) / panjang gelombang terpancar. Pergeseran merah bisa disebabkan oleh tiga sebab: 1. Gerak-gerik sumber. Jika sumber cahaya menjauh dari pengamat, maka pergeseran merah (z > 0) terjadi; jika sumber mendekati pengamat, maka pergeseran biru (z < 0) terjadi. Hal ini berlaku untuk semua gelombang dan diterangkan oleh efek Doppler. Jika sumber bergerak menjauh dari pengamat dengan kecepatan v dan kecepatan ini jauh lebih kecil daripada kecepatan cahaya c, maka pergeseran merah dapat diperkirakan dengan z v/c 2. Perluasan ruang. Model yang sekarang dipakai oleh kosmologi menganggap benar perluasan ruang. Cahaya akan mengalami pergeseran merah jika ruang meluas. Dalam arti, memperluas angkasa dan perpindahan sumber adalah perspektif berbeda atas gejala itu juga: daripada sebuah sumber bergerak, seseorang dapat secara alternatif dan sepadan mengambil sebuah sumber diam dan ruang di antara sumber dan pengamat yang memuai. 3. Efek gravitasi. Teori relativitas umum memuat bahwa perpindahan cahaya itu lewat bidang gravitasi yang kuat akan mengalami pergeseran merah atau biru. ' Ini diketahui sebagai Pergeseran Einstein. Efek ini sangat kecil tetapi dapat diukur di Bumi menggunakan efek Mossbauer. Namun efek ini cukup berarti di dekat lubang hitam dan sewaktu benda mendekat ke cakrawala, perubahan merah menjadi tak terhingga. Pergeseran Merah Gravitasi ditawarkan sebagai keterangan pergeseran merah dari quasars di 1960-an, walaupun ini secara luas tidak disetujui sekarang. Pergeseran merah yang dilihat di astronomi bisa diukur karena spektrum emisi dan absorbsi untuk atom adalah khas dan diketahui dengan baik.

Alam Semesta Mengembang


Bisa jadi apa yang ditulis Hawking di bab ini adalah penjelasan yang lebih detil dari apa yang sebenarnya sudah dijelaskan di bab pertama. Bab ini dimulai dengan penjelasan tentang Bimasakti, galaksi spiral di mana bumi berada. Sir William Herschel adalah orang pertama yang membenarkan bahwa bintang-bintang tersusun dalam konstelasi mirip cakram, yang sekarang kita kenal dengan nama Bimasakti, dengan membuat katalog posisi dan jarak bintang-bintang. Lebih lanjut, Edwin Hubble menunjukkan kemungkinan adanya galaksi-galaksi lain di luar Bimasakti dengan mengukur cahaya yang dipancarkan galaksi tersebut (luminositas). Namun, Hubble menemukan hal lain dari pengamatannya terhadap cahaya yang dipancarkan bintang-bintang tersebut. Kita tahu bahwa cahaya sebagai gelombang bisa dibiaskan menjadi spektrum-spektrum warna tertentu. Spektrum warna ini ditentukan dari panjang gelombang cahayanya: panjang gelombang paling besar menunjukkan warna merah sementara yang paling kecil menujukkan warna biru. Dengan bantuan prinsip efek Doppler--yang menyebutkan bahwa benda yang bergerak menjauh akan menghasilkan panjang gelombang yang lebih besar, sementara benda yang mendekat akan menghasilkan panjang gelombang yang lebih kecil--Hubble mengamati bahwa lebih banyak bintang yang menujukkan pergeseran spektrum warna merah (red shift) daripada biru (blue shift). Itu berarti, sebagian besar bintang bergerak menjauh dari bumi. Ini menjadi indikasi bahwa bisa jadi, alam semesta ini sedang mengembang. Pada saat itu, pendapat bahwa alam semesta ini tidak statis bukanlah pendapat yang populer. Bahkan Einstein sendiri terus mengkaji ulang teori relativitasnya agar bisa sesuai dengan anggapan ini. Tetapi, Alexander Friedmann memberikan asumsi: jika alam semesta statis, seharusnya alam semesta akan terlihat sama, baik dilihat dari bumi maupun dari bagian alam semesta yang lain. Nyatanya, melalui percobaan desau (noise) yang dilakukan Arno Penzias dan Robert Wilson--yang menunjukkan adanya variasi desau gelombang mikro ketika detektor diarahkan pada sudut-sudut yang berbeda serta kecenderungan akan munculnya red shift--dari sini Friedmann mengembangkan sebuah model tentang alam semesta yang berkembang. Sebenarnya, yang Friedmann ciptakan hanya satu model, tetapi Hawking menambahkan dua model lain yang sejalan dengan asumsi Friedmann. Model pertama, yakni model semesta mengembang dalam pengaruh gravitasi yang kuat sehingga setelah mencapai titik tertentu, kecepatan pengembangan semesta tidak mampu mengalahkan gravitasi sehingga semesta berbalik menyusut. Model ini mengisyaratkan (saya tidak mengerti bagaimana Hawking mengambil indikasi dari tiga model ini) bahwa ruang berbentuk tiga dimensi ditambah dimensi keempat yakni waktu. Di sini, ruang dianggap memiliki batas karena akibat gravitasi yang sangat kuat, ruang dan waktu melengkung sedemikian rupa sampai ia bertemu dirinya sendiri--layaknya permukaan bola. Model kedua adalah model alam semesta yang mengembang dalam gravitasi yang besarnya tidak signifikan untuk mampu menghalangi kecepatan berkembangnya semesta. Pada model ini, karena gravitasi masih berperan walaupun perannya tidak sebesar pada model pertama, gravitasi

melengkungkan ruang yang tadinya datar tak-terbatas sedikit-demi-sedikit hingga menyerupai pelana. Model ketiga, model yang hampir mirip dengan model kedua hanya saja peran gravitasi sangat lemah dibandingkan kecepatan berkembangnya semesta. Di sini, karena gravitasi sangat lemah, ruang cenderung tidak melengkung tetapi tetap datar tak-terbatas. Lalu, model yang mana yang sesuai dengan keadaan alam semesta yang sebenarnya? Berdasarkan pemikiran yang dilandasi data tentang laju pengembangan dan kerapatan semesta, Hawking berkesimpulan bahwa semesta akan terus mengembang, seperti pada model dua atau tiga. Semua penjelasan di atas seperti telah membuat kita sepakat bahwa alih-alih statis, alam semesta ini mengembang. Dan jika semesta mengembang, maka seharusnya ada satu titik di masa lalu di mana jarak antar galaksi dalam alam semesta ini nol. Hawking menyebut ini titik singularitas. Walaupun banyak ahli yang mengajukan pendapat dan teori alternatif dari kemungkinan adanya singularitas ini, pada akhirnya Hawking sendiri--dalam makalah yang ia kerjakan bersama Penrose--membuktikan secara teori bahwa singularitas adalah jawaban yang tepat untuk melengkapi asumsi Friedmann dan--pada akhirnya--mendekripsikan alam semesta kita saat ini.

Anda mungkin juga menyukai