Anda di halaman 1dari 11

Sejarah Penentuan Konstanta Hubble

Tugas Sejarah Astronomi

Semester I- 2018/2019

Oleh :

Ajraini Nazli (10315006)

Dosen: Dr. Aprilia, M.Si.

PROGRAM STUDI ASTRONOMI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2019
1. Alam semesta mengembang

Galaksi-galaksi yang ada di alam semesta akan dapat diamati dari bumi setelah foton yang
diemisikan sampai ke pengamat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar foton
galaksi mengalami pergeseran ke panjang gelombang yang lebih besar atau disebut juga
redshift. Faktanya hanya beberapa galaksi yang mengalami blueshift atau pergeseran panjang
gelombang biru. Fakta tersebut diketahui setelah Vesto Slipher, tahun 1912, mengukur
pergeseran panjang gelombang dari foton yang diemisikan galaksi M31. Slipher memperoleh
redshift 𝑧 = −0.001 yang berarti M31 adalah satu dari sedikit galaksi yang mengalami
blueshift. Slipher menginterpretasikan pergeseran panjang gelombang terjadi karena efek
Doppler. Efek Doppler merupakan perubahan frekuensi atau panjang gelombang dari suatu
sumber yang diterima oleh pengamat akibat pergerakan relatif. Karena redshift ditafsirkan
sebagai akibat dari efek Doppler, maka untuk |𝑧| ≪ 1 berlaku hukum Doppler 𝑧 = 𝑣/𝑐
sehingga kecepatan galaksi M31 𝑉 = −300 𝑘𝑚/𝑠.

Pengukuran redshift yang dilakukan Slipher digunakan oleh Georges Lemaître, astronom
Belgia, untuk melihat perilaku galaksi-galaksi tersebut. Lemaître mengumpulkan daftar 42
galaksi yang telah diukur redshiftnya. Dari 42 galaksi, 37 galaksi mempunyai redshift dan 5
galaksi mempunyai blueshift. Kecepatan radial rata-rata dari 42 galaksi yang dihitung
Lemaître adalah 600 km/s. Menurut Lemaître kecepatan yang relatif besar dari galaksi-
galaksi diakibatkan karena alam semesta mengembang. Pernyataan ini merupakan revolusi
dalam kosmologi karena pengetahuan yang kita ketahui sekarang sebagai konstanta Hubble
berawal dari penelitian yang dilakukan Lemaître. Namun, hasil penelitian yang dilakukan
tidak banyak diketahui meskipun dalam beberapa jurnal dikatakan bahwa penelitian tersebut
telah dipublikasi oleh Scientific Society of Brussels.

Setelah memperoleh kesimpulan dari perilaku galaksi-galaksi tersebut, Lemaître melakukan


estimasi jarak ke galaksi-galaksi sebesar 0.95 Mpc lalu menghitung nilai pengembangan alam
𝑉
semesta yang dinotasikan 𝐾 ≡ = 625 𝑘𝑚/𝑠/𝑀𝑝𝑐. Lemaître hanya melakukan estimasi
𝑟

jarak ke galaksi-galaksi disebabkan menentukan jarak masing-masing galaksi adalah


pekerjaan yang sulit pada masa tersebut karena belum ada instrumen untuk mengukur jarak
ke galaksi.

Dua tahun setelahnya, Tahun 1929, Edwin Hubble berupaya untuk mengukur jarak ke galaksi
melalui pengamatan Cepheid. Hubble seorang astronom Carnegie menggunakan teleskop
Hooker (diameter 2.5 m) yang pada masanya merupakan teleskop terbesar di dunia. Teleskop
yang berada di puncak Mount Wilson itu mengambil citra bintang-bintang Cepheid.
Selanjutnya, dengan memanfaatkan nilai redshift yang telah diketahui dari pengamatan
Slipher, Hubble membandingkan jarak dengan redshift. Hasil pengukuran diperoleh jarak 24
galaksi. Hubungan jarak-redshift menunjukkan relasi linear dalam plot yang disebut sebagai
diagram Hubble.

Gambar 1. Diagram Hubble

Gambar 1 menunjukkan plot antara jarak dan redshift yang dalam hal ini sebanding dengan
kecepatan radial. Diagram tersebut menunjukkan bahwa galaksi yang lebih jauh memiliki
redshift yang lebih tinggi dan berlaku sebaliknya. Menurut Hubble, Hal yang paling dapat
menjelaskan perilaku galaksi-galaksi tersebut karena alam semesta mengembang. Diagram
Hubble dapat dinyatakan ke dalam persamaan:

𝐻0
𝑧= 𝑑
𝑐

Persamaan diatas disebut sebagai hukum Hubble dengan 𝑧 adalah redshift, 𝑐 adalah
kecepatan cahaya (m/s), 𝑑 adalah jarak (Mpc), dan 𝐻0 konstanta Hubble yang menyatakan
nilai pengembangan alam semesta di masa sekarang. 𝐻0 merupakan gradien diagram Hubble.
1 + 𝑣/𝑐
1+𝑧 = √
1 − 𝑣/𝑐

dengan 𝑧 adalah pergeseran merah. 𝜆 dan 𝜆0 secara berturut adalah panjang gelombang
pengamat dan panjang gelombang yang diemisikan.

Jika 𝑧 ditafsirkan sebagai akibat dari pergeseran doppler seperti rumus 2, untuk 𝑧 ≪ 1 nilai
𝑉 ≈ 𝑐𝑧 sehingga hukum Hubble dapat di nyatakan sebagai berikut:

𝑉𝑟𝑒𝑐 = 𝐻0 × 𝑑

dengan 𝑉𝑟𝑒𝑐 adalah kecepatan menjauh (km/s), 𝐻0 adalah konstanta hubble dan 𝑑 adalah jarak
(Mpc).

Hasil perhitungan nilai pengembangan alam semesta oleh Hubble adalah 𝐻0 = 500𝑘𝑚/𝑠/
𝑀𝑝𝑐. Slipher, Lemaître dan Hubble adalah astronom yang memberikan kemajuan besar
dalam peradaban manusia untuk bisa mengerti tentang alam semesta.

Hasil pengukuran Lemaître maupun Hubble adalah perhitungan yang belum akurat karena
dasar asumsi yang dibangun kurang tepat. Hubble mengukur jarak dengan cepheid yang
berada di galaksi-galaksi terdekat karena jangkauan teleskop yang terbatas. Untuk galaksi-
galaksi yang lebih jauh, Hubble mengasumsikan bahwa bintang yang paling terang di
masing-masing galaksi tersebut memiliki luminositas yang sama. Jika luminositas seragam,
nilai jarak dapat ditentukan dengan mudah dari rumus Pogson. Tentunya asumsi tersebut
tidak benar akibatnya ketika dihitung waktu Hubble yang merupakan perhitungan kasar
umur alam semesta, yaitu

𝑡 = 𝐻0 −1

diperoleh 𝑡 = 2 miliar tahun. Jika nilai tersebut dibandingkan dengan umur Bumi 4,5 miliar
tahun yang diperoleh dengan radioaktif, umur alam semesta jauh lebih muda. Kesalahan
asumsi di awal menyebabkan kesalahan beruntut lainnya dalam menghitung parameter
kosmologi.

2. Memperbaiki nilai konstanta Hubble

Pada 1949, Teleskop diameter 5,1 meter telah selesai dibangun di Palomar. Teleskop tersebut
awalnya ingin digunakan Hubble untuk mengukur ulang jarak ke galaksi. Namun, pada tahun
tersebut Hubble menderita serangan jantung sehingga akhirnya Hubble menyerahkan
pekerjaannya ke Allan Sandage. Tahun-tahun berikutnya menjadi pekerjaan yang berat untuk
Sandage dalam melihat berbagai plat fotografi hasil pengamatan. Hampir setiap malam
dihabiskan Sandage di observatorium. Meski begitu, Hasil kerja kerasnya tidak sia-sia.
Resolusi teleskop Palomar yang lebih tinggi bermanfaat untuk Sandage. Melalui teleskop
tersebut, Sandage berhasil memperoleh Cepheid di galaksi yang lebih jauh dibandingkan
yang Hubble peroleh. Sandage juga mendapati bahwa bintang-bintang yang diamati Hubble
memiliki kecerlangan yang lebih tinggi dengan demikian jaraknya lebih jauh dari yang
diperkirakan Hubble. Hal tersebut menyiratkan konstanta Hubble yang lebih rendah. Tahun
1980, Sandage memperoleh nilai 𝐻0 = 50𝑘𝑚/𝑠/𝑀𝑝𝑐. Namun, di saat yang bersamaan, De
Vaucaulers, astronom asal Perancis, menyatakan nilai konstanta Hubble yang lebih tinggi,
yaitu 𝐻0 = 100𝑘𝑚/𝑠/𝑀𝑝𝑐. Sandage dan De Vaucaulers mempertahankan nilai yang mereka
peroleh sehingga debat diantara keduanya pun tak dapat terhindarkan. Pada tahun-tahun
tersebut, beberapa astronom melakukan pengukuran nilai konstanta Hubble. Salah satunya
adalah Wendy Freedman.

Pada tahun 1990, Observatorium Carneige di Pasadena sepi, tidak ada siapapun karena
liburan natal akan segera datang. Namun, di perpustakaan, seorang astronom perempuan
bernama Wendy Freedman bekerja keras sendirian untuk menyelesaikan masalah besar saat
itu, tingkat ekspansi alam semesta. Pekerjaan yang awalnya begitu tenang menjadi terganggu
setelah Allan Sandage masuk ke dalam ruangan tersebut. Sandage sebagai pewaris pekerjaan
Hubble menghabiskan puluhan tahun untuk menyempurnakan nilai konstanta Hubble. Oleh
karena itu, Sandage selalu mempertahankan nilai konstanta Hubble yang berhasil
dihitungnya. Freedman yang saat itu sedang mengerjakan penelitian tentang konstanta
Hubble memperoleh nilai yang lebih besar dibandingkan Sandage. Akibat tidak terima
dengan hasil penelitian tersebut, Sandage datang ke ruang perpustakaan tersebut dan
mengatakan bahwa nilai yang diperoleh Freedman salah. Karena perkataan Sandage, Sejak
saat itu, Freedman semakin bertekad untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Pada akhir tahun 1990, Wendy Freedman tim yang bernama Hubble Space Telescope Key
Project mengamati Cepheid dengan Hubble Space Telescope (HST). HST merupakan alat
yang dirancang khusus dengan tujuan utama menentukan nilai konstanta Hubble. Tim
Freedman menggunakan Cepheid 10 kali lebih jauh daripada Cepheid yang diamati Sandage.
Tim tersebut menggunakan berbagai metode antara lain, Tully-Fisher untuk galaksi spiral,
puncak magnitudo Supernova Ia, metode SBF, Supernova II, dan 𝐷𝑛 − 𝜎 untuk galaksi
eliptikal. Metode tersebut dikalibrasi dari Cepheid. Hasil dari metode tersebut digabungkan
dengan bayesian dan frequentist dan memperoleh nilai 𝐻0 = 72 ± 8 𝑘𝑚/𝑠/𝑀𝑝𝑐 . Tim HST
Key Project berhasil memperoleh nilai dengan presisi ±10% . Perolehan nilai 𝐻0 HST Key
Project mengakhiri perdebatan antara Sandage dan De Vaucaulers.

3. Konflik konstanta Hubble

Semenjak saat itu, nilai 𝐻0 yang dihitung selalu berada dalam kisaran 50-80 km/s/Mpc.
Berbagai metode juga dikembangkan untuk mendapatkan nilai 𝐻0 yang semakin akurat.
Beberapa astronom mengembangkan metode baru yang lebih kosmologis, yaitu menghitung
konstanta Hubble dari data Cosmic Microwave Background (CMB). CMB merupakan radiasi
sisa bigbang yang memiliki redshift 𝑧 = 1100, yaitu redshift pada last scattering. CMB
memiliki spektrum yang nyaris mirip dengan spektrum radiasi benda hitam pada temperatur
2.72 Kelvin. Namun dari hasil penemuan Cosmic Background Explorer (COBE) dinyatakan
bahwa CMB memiliki fluktuasi temperatur meskipun sangat kecil.

gambar 2. Pengukuran konstanta Hubble menggunakan pendekatan tangga jarak (titik biru)
dan kosmologis (titik jingga)
Pada tahun 2003, Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) menerbitkan peta
pertama yang menunjukkan variasi temperatur pada CMB. WMAP diluncurkan untuk
mempelajari fluktuasi yang sangat kecil dengan lebih detail. Fluktuasi temperatur tersebut
muncul akibat efek gravitasi dari fluktuasi densitas distribusi dark matter. Untuk bisa
mempelajari CMB secara lebih rinci, Planck diluncurkan dengan sensitivitas yang lebih
tinggi dibandingkan WMAP dan mencakup rentang frekuensi yang lebih luas.

Pola fluktuasi CMB dari WMAP maupun Planck dinyatakan ke dalam plot angular power
spectrum. Plot tersebut yang kemudian digunakan untuk menentukan nilai parameter model

standar ᴧCDM, salah satunya 𝐻0 .

Pada awalnya, tim WMAP (2003) mendapatkan nilai 𝐻0 = 72 𝑘𝑚/𝑠/𝑀𝑝𝑐 yang mirip
dengan nilai yang diperoleh dengan metode tangga jarak. Salah satu pengukuran dengan
tangga jarak adalah yang dilakukan oleh tim Riess menggunakan Supernova Ia. Nilai 𝐻0
yang diperoleh Riess 2012 (𝐻0 = 73.2 𝑘𝑚/𝑠/𝑀𝑝𝑐). Namun, setelah pengukuran dilakukan
dengan presisi semakin kecil, Nilai konstanta Hubble WMAP maupun Planck berbeda
dengan nilai yang diperoleh Riess et al.

Gambar 3 menunjukkan perbedaan nilai 𝐻0 dalam rentang error antara metode tangga jarak
dan pendekatan kosmologis. Kedua metode tersebut merupakan garis besar metode
penentuan 𝐻0 . Metode tangga jarak menggunakan objek-objek di alam semesta lokal seperti
Supernova Ia dan Cepheid, sedangkan metode kosmologis menggunakan objek alam semesta
global seperti CMB dan Baryon Acoustic oscillation (BAO). Seperti yang terlihat pada
gambar, baik metode tangga jarak maupun model kosmologis, error pengukuran keduanya
semakin menurun dari tahun ke tahun. Error yang semakin kecil memperlihatkan kesenjangan
nilai 𝐻0 yang semakin besar. Tahun 2018, Riess et al. (2018) dengan 𝐻0 = 73.52 ± 1.62
km/s/Mpc dan Planck et al.(2018) dengan H0 = 67.4 ± 0.5 km/s/Mpc memiliki perbedaan
sebesar 3,6σ. Perbedaan diantara keduanya memicu konflik yang sampai saat ini belum
selesai.

Beberapa cara dilakukan untuk mencari solusi dari konflik tersebut. Langkah pertama yang
dilakukan adalah mengukur nilai konstanta Hubble dengan semakin presisi. Tujuannya untuk
memastikan metode yang digunakan benar. Agar mencapai presisi yang semakin kecil, error
statistik dan sistematis harus diperkecil. Langkahnya dengan menggunakan data yang lebih
banyak sehingga error statistik bisa diperkecil, sedangkan untuk menekan error sistematis
penggunaan instrumen juga menjadi perhatian. Salah satunya, meningkatkan resolusi
instrumen yang mengamati CMB dan penggunaan GAIA untuk mengukur jarak Cepheid.
Selain itu, ada beberapa langkah lain untuk memperkecil error sistematis, sebagai contohnya
dalam metode tangga jarak adalah menjadikan bintang variabel Mira sebagai kalibrator
menggantikan Cepheid, mengamati objek pada panjang gelombang inframerah yang
tujuannya memperkecil efek ekstingsi, koreksi warna, dan lainnya.

gambar 3. Perbedaan nilai konstanta Hubble. 𝑆𝐻0 𝐸𝑆 merupakan tim Riess, KP merupakan
Hubble Space Telescope Key Project, CHP merupakan Carnegie Hubble Program, P13
(Planck 2013) dan P15 (Planck 2015), dan BAO (Baryon Acoustic Oscillation) (Beaton et al.
2016)

Cara lain untuk menyelesaikan konflik adalah menggunakan metode independen contohnya
H0 LiCOW. Metode tersebut memanfaatkan pelensaan gravitasi.
Berikut adalah penentuan konstanta Hubble dengan beragam metode dari tahun 2001-2018 :

Konstanta Hubble
Tahun Nama Metode
(km/s/Mpc)
Melakukan pengamatan Cepheid.
Hubble Space Cepheid digunakan untuk
2001 72 ± 8 Telescope Key mengkalibrasi metode Tully-
Project Fisher, Supernova Ia, Supernova
II, SBF, dan lainnya.
2006 Menggabungkan efek Sunyaev –
Zel'dovich dan pengamatan
76.9 +10.7
−8.7 Chandra X-ray
Chandra X-ray terhadap kluster
galaksi.
2007 Menggunakan data CMB yang
70.4+1.5
−1.6 WMAP3 digabungkan dengan perhitungan
menggunakan metode lain.
2009 71.9 +2.6
−2.7 WMAP5 Menggunakan data CMB.
2010 71.0 ± 2.5 WMAP7 Menggunakan data CMB.
2012 69.32 ± 0.80 WMAP9 Menggunakan data CMB.
2013 Menggunakan data CMB yang
67.8 ± 0.77 Planck diamati dengan sentivitas lebih
tinggi dibandingkan WMAP.
2013 Membandingkan redshift ke
metode jarak yang lain termasuk
74.4 ± 3.0 Cosmicflows-2
Tully-Fisher, Cepheid, dan
Supernova Ia.
2015 Menggunakan data CMB yang
67.74 ± 0.46 Planck diamati dengan sentivitas lebih
tinggi dibandingkan WMAP.
2016 73.24 ± 1.74 SH0 ES Menggunakan Supernova Ia. hasil
Gaia dapat menurunkan
ketidakpastian nilai konstanta
Hubble.
2016 Suvei (eBOSS) dimulai pada 2014
dan diperkirakan hingga tahun
2020. Survei ini dirancang untuk
eksplorasi ketika alam semesta
beralih dari efek perlambatan
sekitar 3 hingga 8 miliar tahun
67.6+0.7
−0.6 SDSS BOSS
setelah bigbang. Metode
pendekatan kosmologis ini
menggunakan asumsi model alam
semesta yang sama seperti Planck.
Hasil yang diperoleh juga sesuai
dengan Planck.
2016 Menggunakan time delay multi
71.9+2.4
−3.0 H0 LiCOW citra dari sumber yang dihasilkan
oleh pelensaan gravitasi yang kuat.
2017 Analisis gelombang gravitasi dari
bintang ganda neutron GW170817
untuk memperkirakan jarak
luminositas. Metode ini
70 +12
−8 GW170817
diharpakan membantu
menjelaskan konflik nilai
konstanta Hubble jika memiliki
data yang cukup.
2018 Koreksi penentuan jarak Cepheid
73.52 ± 1.62 SH0 ES untuk memperkecil ketidakpastian
pengukuran konstanta Hubble.
2018 67.4 ± 0.5 Planck Hasil akhir Planck 2018.
2018 Metode independen untuk
H0 LiCOW menentukan nilai konstanta
72.5 +2.1
−2.3
Hubble.
Disamping menggunakan metode independen untuk bisa menjelaskan perbedaan nilai
konstanta Hubble, Para astronom mengusulkan penambahan partikel di alam semesta. Saat
ini terdapat tiga neutrino yang dikenal. Jika ada yang neutrino keempat bernama sterile
neutrino seperti dalam beberapa usulan fisika partikel , Energi radiasi di awal alam semesta
akan bernilai lebih tinggi dari yang sebelumnya diperkirakan. Hal ini akan mempengaruhi
tingkat ekspansi alam semesta. Namun hingga saat ini, belum ditemukan bukti keberadaan
neutrino keempat tersebut. Selain itu, Beberapa astronom berspekulasi bahwa perbedaan
nilai konstanta Hubble terjadi karena ada fisika yang tidak diketahui.

Meski begitu, Astronom masih melakukan pengukuran berulang kali dengan data
pengamatan baru sebab masih terlalu dini untuk menyimpulkan perlunya fisika baru dan
penambahan energi di alam semesta.

Daftar pustaka :

Ryden, B. 2006. Introduction To Cosmology. San Fransisco. Addison Wesley.

Freedman, Wendy., et al. 2010. The Hubble constant. AJ. 48: 673-710.

Sokol, Joshua. 2017. A recharged debate over the speed of the expansion of the universe
could lead to new physics. https://www.sciencemag.org/news/2017/03/recharged-debate-
over-speed-expansion-universe-could-lead-new-physics. Diakses pada tanggal 28 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai