Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemodialisa adalah suatu tekhnologi tinggi sebagai terapi pengganti
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari
peredaran darahmanusia seperti air, Na, K, hidrogen, urea, kreatinin, asam
urat, dan zat-zat lain melalui membran semipermeabel sebagai pemisah
drah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi
osmosis dan ultrafiltrasi (Setyawan, 2001)
Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak
mampu melaksanakan fungsi tersebut
Perkembangan mesin hemodialisa yang sangat pesat dewasa ini,
yang di sertai aplikasi tekhnologi yang tinggi dan faktor keamanan dan
kenyamanan yang memadai bagi pasien, membutuhkan sumber daya
manusia yang handal (dalam hal ini perawat sebagai operator) dalam
menjalankan dan perawatan mesin
Kemampuan dan keterampilan perawat dalam menjalankan berbagai
merek mesin HD menjadi faktor utama tercapainya proses dialisis yang
adekuat. Akan tetapi, adakalanya pada saat proses HD berjalan terjadi
kendala pada mesin HD maupun pada dializer sehingga menggangu proses
HD peran perawat sebagai operator manual dalam menjalankan mesin HD
2

haruslah sanggup dan mampu mengatasi kendala awal yang terjadi baik
secara klinikal maupun tehknikal .
Kejadian blood leak merupakan salah satu gangguan yang sangat
fatal bila perawat kurang tanggap dalam penanganan kejadian blood leak.
Masalah yang akan muncul pada kejadian blood leak adalah pasien dapat
mengalami kehilangan darah yang cukup banyak, bahkan dapat
menyebabkan terjadinya hemolisis bila kejadian blood leak tidak di atasi
dengan cepat.
Angka kejadian blood leak di RSKG Ny.Habibie jarang terjadi namun
kami dari kelompok 3 merasa penting untuk memberikan gambaran
penanganan blood leak yang kami bahas melalui konsep teori dan kasus
blood leak yang terjadi pada asien Tn.M di ruang Melati.










3

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. MEMBRAN DIALYZER
1. Pengertian
Pada proses hemodialisa, peralatan yang memiliki peran paling
penting adalah ginjal buatan atau membran dialyzer. Membran ini
berperan menggantikan fungsi ginjal yang tidak bisa bekerja lagi dari
seorang pasien. Membran dialyzer ini harus dirancang sedemikian rupa
sehingga menyerupai basal membran glomerulus. Membran dialyzer
dapat dibuat dari beberapa bahan seperti selulosa, selulosa tersubtitusi,
selulo sintetik dan polimer buatan. Bahan-bahan ini ada yang bersifat
hidrofilik dan hidrofobik. Membran yang bersifat hidrofobik terbukti dapat
mengabsorbsi protein lebih porotis dan mempunyai koefisien ultrafiltrasi
paling tinggi. Implikasi klinis yang terjadi adalah eliminasi toksin lebih
efektif dan beresiko kehilangan protein (hipoproteinemia).
Membran semipermeabel adalah suatu selaput atau lapisan yang
sangat tipis dan mempunyai lubang (pori) sub mikroskopis. Dimana
partikel dengan BM kecil & sedang (small dan middle moleculler) dapat
melewati pori membran, sedangkan partikel dengan BM besar (large
moleculler) tidak dapat melalui pori membran tersebut. Dialyzer
merupakan suatu tabung yang terdiri dari 2 ruangan (2 kompartemen)
yang dipisahkan oleh selaput semi permeabel.
4

Proses yang terjadi pada membran dialyzer ini adalah terjadi
pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Berikut ini
adalah penjelasan proses-proses yang terjadi selama pertukaran zat-zat
pada membran dialyzer:
a. Proses Difusi
Difusi merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang
disebabkan karena adanya perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut
dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul terjadi dari zat yang
berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah. Pada
hemodialisa pergerakan molekul / zat ini melalui suatu membran
semi permeabel yang membatasi kompartemen darah dan
kompartemen dialisat.
Proses difusi dipengaruhi oleh:
Perbedaan konsentrasi
Berat molekul (makin kecil BM suatu zat, makin cepat zat itu
keluar)
QB (Blood Pump)
Luas permukaan membrane
Temperatur cairan
Tahanan / resistensi membrane
Besar dan banyaknya pori pada membrane
Ketebalan / permeabilitas dari membran
Faktor-faktor di atas menentukan klirens dialyzer. Klirens
suatu dialyzer adalah kemampuan dialyzer untuk mengeluarkan zat-
5

zat yang harus dibuang dari darah. Jumlah atau banyaknya darah
yang dapat dibersihkan dari suatu zat secara komplit oleh suatu
dialyzer yang dinyatakan dalam ml/mnt.
b. Proses Ultrafiltrasi
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membran semi
permeabel akibat perbedaan tekanan hidrostatik pada
kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan hidrostatik
/ ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen
darah ke kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh
tekanan positif dalam kompartemen darah (positive pressure) dan
tekanan negative dalam kompartemen dialisat (negative pressure)
yang disebut TMP (trans membran pressure) dalam mmHg. Driving
force yang digunakan pada ultrafiltrasi ini adalah perbedaan
tekanan hidrostatik antara darah dan dialyzer.
Perpindahan & kecepatan berpindahnya dipengaruhi oleh:
TMP
Luas permukaan membrane
Koefisien Ultra Filtrasi (KUf)
Qd & Qb
Perbedaan tekanan osmotik
Proses ultrafiltrasi adalah proses pergeseran zat terlarut dan
pelarut secara simultan dari kompartemen darah kedalam
kompartemen dialisat melalui membran semipermiabel. Proses
ultrafiltrasi ini terdiri dari ultrafiltrasi hidrostatik dan osmotic,yaitu:

6

a. Ultrafiltrasi hidrostatik
Transmembran pressure (TMP)
TMP adalah perbedaan tekanan antara kompartemen darah
dan kompartemen dialisat melalui membran. Air dan zat terlarut
didalamnya berpindah dari darah ke dialisat melalui membran
semipermiabel adalah akibat perbedaan tekanan hidrostatik
antara kompertemen darah dan kompartemen dialisat.
Kecepatan ultrafiltrasi tergantung pada perbedaan tekanan
yang melewati membran.
Koefisien ultrafiltrasi (KUf)
Besarnya permeabilitas membran dialyzer terhadap air
bervariasi tergantung besarnya pori dan ukuran membran. KUf
adalah jumlah cairan (ml/jam) yang berpindah melewati
membran per mmHg perbedaan tekanan (pressure gradient)
atau perbedaan TMP yang melewati membran.
b. Ultrafiltrasi osmotic
Dimisalkan ada 2 larutan A dan B dipisahkan oleh
membran semipermiabel, bila larutan B mengandung lebih banyak
jumlah partikel dibanding A maka konsentrasi air dilarutan B
lebih kecil dibanding konsentrasi larutan A. Dengan demikian air
akan berpindah dari A ke B melalui membran dan sekaligus akan
membawa zat-zat terlarut didalamnya yang berukuran kecil dan
permiabel terhadap membran, akhirnya konsentrasi zat terlarut
pada kedua bagian menjadi sama.

7

c. Proses Osmosis
Berpindahnya air karena tenaga kimiawi yang terjadi karena
adanya perbedaan tekanan osmotik (osmolalitas) darah dan
dialisat. Proses osmosis ini lebih banyak ditemukan pada peritoneal
dialysis.
Ada 3 tipe dialyzer yang siap pakai, steril dan bersifat
disposibel yaitu bentuk hollow-fiber (capillary) dialyzer, parallel flat
dialyzer dan coil dialyzer. Setiap dialyzer mempunyai karakteristik
tersendiri untuk menjamin efektifitas proses eliminasi dan menjaga
keselamatan penderita. Yang banyak beredar dipasaran adalah
bentuk hollowfiber dengan membran selulosa.
Berikut ini adalah beberapa sifat dari membran dialyzer yang
harus diperhatikan, karena akan menentukan proses-proses yang
terjadi berjalan dengan semestinya
1. Luas permukaan dialyzer
2. Ukuran besar pori atau permeabilitas ketipisanya
3. Koefisien ultrafiltrasi
4. Volume dialyzer
5. Kebocoran darah tidak boleh terjadi
6. Dapat di re-use tanpa merubah kemampuan klirens dan
ultrafiltrasinya
7. Harga
Pada mulanya HD dilakukan dengan menggunakan membran
yang mempunyai klirens dan ultrafiltrasi yang rendah yang
memerlukan waktu sampai 6 jam untuk mendialisis pasien.
8

Kemajuan biomaterial dialyzer memungkinkan dialysis lebih pendek
lagi (4 jam) dalam 3 kali seminggu.
Adapun pemilihan membran dialyzer dapat berdasarkan
pertimbangan teoritis (biokompatibilitas dan fluks), berdasarkan
pertimbangan klinis(gejala intradialisis, morbiditas dan mortalitas).
Secara praktis pemilihan membran dialyzer berdasarkan Bahan
membran sintesis dan tidak sintesis, KoA dialyzer, Koeffisient
Ultrafiltrasi, Dialyzer standard, Dialyzer high efficiency atau high
flux, Model Sterilisasi, Desain plat paralel atau hollow-fiber
(capillary).
2. Pemilihan dialyzer berdasarkan pertimbangan teoritis.
a. Biokompatibilitas
Secara teori, membran yang mengaktifkan komplemen dan
mengakibatkan pelepasan fragmen komplemen tidak disukai,
karena pengaktifan komplemen dapat meningkatkan produksi
superoksida neutrophil. Secara kronis terpajan terhadap membran
pelepasan fragmen komplemen bisa mengganggu kemampuan
fagositosis granulosit dan kemampuan leukosit untuk menciptakan
superoksida. Pada sisi lain, pada pemakaian ulang, apabila blach
(obat pengelantang) tidak dipakai, membran sellulosa yang belum
disubstitusikan menjadi terlapis dengan protein darah selama
pemakaian pertama, pada pemakaian berikutnya komplemen
sangat direduksi.

9

b. Fluks
Membran sintesis cenderung lebih terbuka, yakni memiliki
permeabilitas yang lebih tinggi terhadap solut berat molekul besar
dan memiliki klearansi molekul yang tinggi, dalam rentang BM 1000.
Pada saat sekarang membran sintesis dengan karakteristik
fluks rendah, atau membran fluks tinggi yang terbuat dari sellulosa
yang belum disubstitusi ataupun dari sellulosa asetat. Penghilangan
yang meningkat dari ``molekul tengah`` yang berhubungan dengan
pemakaian membran fluks tinggi kadang dapat menguntungkan
secara klinis. Beta-2 mikroglobulin adalah molekul lain justru lebih
banyak dihilangkan secara efektif oleh banyak membran sintesis
dari pada membran selulosa. Akumulasi beta-2 mikroglobulin pada
penderita hemodialisis dapat mengakibatkan amyloidosis yang
bermanifestasi sebagai sindroma tunnel carpal, arthropathy, dan
kista tulang.
c. Backfiltrasi (filtrasi-balik)
Kemungkinan terdapat kelemahan pada pemakaian membran
fluks tinggi, karena sangat tembus terhadap air dan membutuhkan
pemakaian mesin dialisis yang mahal dengan sirkuitas kontrol
ultrafiltrasi volumetris. Sebagian mesin dialisis ini sulit dibebaskan
dari infeksi secara tepat karena kompleksitas jalur cairannya. Jika
tidak dibersihkan dengan baik setelah pemakaian, mesin tersebut
dapat berhubungan dengan reaksi pirogen selama dialisis. Di
banyak pusat dialisis, air yang dipakai untuk membuat larutan
dialisis mengandung tingkat bakteri yang tinggi dan pirogen.
10

Dengan membran fluks tinggi akan ada fluks balik yang
meningkatkan material pirogen dari larutan dialisis ke darah (karena
perbedaan tekanan yang lebih rendah antara darah dan
kompartemen dialisat dan pembukaan membran).
3. Pemilihan dialyzer berdasarkan pertimbangan klinis
a. Gejala-gejala intradialisis
Penelitian terkontrol yang baik saat ini, tidak melaporkan
perbedaan dalam hal gejala intradialisis diantara beberapa
membran dalam mengaktifkan komplemen. Kelemahan teori dari
filtrasi balik adalah sulitnya untuk mendapatkan secara klinis
terjadinya reaksi pirogen karena pemakaian membran dialisis fluks
tinggi. Reaksi dialyzer karena membran, sterilant, larutan dialisis
terkontaminasi, ataupun bahan kimia lain dalam sirkuit dialisis dapat
menjadi masalah klinis penting.
b. Morbiditas dan mortalitas
Sejumlah penelitian tidak-acak telah menunjukkan bahwa
morbiditas dan mortalitas lebih rendah pada penderita yang
didialisis dengan membran sintesis daripada membran sellulosa
yang belum disubstitusi. Alasannya belum jelas tetapi dapat
disebabkan kejadian infeksi yang lebih rendah pada penderita yang
didialisis dengan membran sintesis.




11

4. Pemilihan dialyzer secara praktis
a. Bahan membran sintesis dan tidak sintesis
Material dari membran terbuat dari:
1) Sellulose seperti cuprammonium cellulose (cuprophan),
cuprammonium rayon, saponified cellulose ester.
2) Sellulose yang disubstitusi seperti cellulose acetat, dacetat,
triacetat.
3) Cellulosynthetic seperti cellosyn atau hemophan.
4) Synthetic seperti polyacrylonitrile (PAN) seperti polysulfone,
polycarbonate, polyamide, dan polymethylmethacrylate
(PMMA).
b. KoA dialyzer.
KoA merupakan koeffisien luas permukaan transfer adalah
kemampuan penjernihan dalam ml/menit dari ureum pada
kecepatan aliran darah dan kecepatan aliran dialisat tertentu. Luas
permukaan membran berkisar 0,8 s/d 2,2 m2 . KoA terdiri dari
dialyzer effisiensi rendah terutama untuk penderita berat badan
kecil dengan KoA <500, dialyzer effisiensi sedang dengan KoA 500-
700, dan dialyzer effisiensi tinggi dengan KoA >700. KoA equivalen
dengan luas permukaan membran, makin luas permukaan
membran semakin tinggi klearensi ureum. Nilai KoA dari dialyzer
yang sering dipakai ada yang telah didaftarkan. Nilai KoA dari
dialiser yang belum didaftarkan bisa diperoleh dari lembar rincian
dialyzer.

12

c. Koeffisient Ultrafiltrasi (KUf)
KUf disebut juga dengan permiabilitas air merupakan
spesifikasi dialyzer. Kuf terdiri dari KUf rendah 2,0 , KUf sedang 4,0
dan KUf tinggi dan high flux >10,0. Contoh; KUf 2,0 adalah
memerlukan TMP 500 untuk ultrafiltrasi 1000 ml, sedang KUf 8,0
hanya memerlukan TMP 125 ml untuk ultrafiltrasi 1000 ml.
Pemilihan dialyzer berdasarkan pada permeabilitas air.
Apabila tersedia kontroler ultrafiltrasi, pemakaian dialyzer dengan
permeabilitas air yang tinggi (Kuf>6,0) akan menjadi pilihan. Apabila
tidak tersedia kontroler ultrafiltrasi, maka dialyzer dengan KUf yang
lebih rendah menjadi pilihan. Pemakaian dialyzer dengan KUf relatif
rendah membutuhkan pemakaian tekanan transmembran yang
lebih tinggi untuk mempengaruhi penghilangan jumlah cairan.
Keadaan ini meminimalkan pengaruh variasi dalam tekanan
transmembran terhadap penghilangan cairan. Sebagai suatu aturan
baku, apabila kontroller ultrafiltrasi tidak tersedia, KUf dialiser in vivo
(ml/jam/mmHg) akan sekitar 4 kali angka penghilangan cairan yang
diharapkan dalam liter/jam. Contoh; jika ingin menghilangkan cairan
0,75 liter/jam, KUf dialyzer in vivo akan 4 x 0,75 = 3,0. Tekanan
tansmembran yang dibutuhkan kemudian menjadi 750/3 = 250
mmHg.
d. Dialyzer standard
Terdiri dari klearensi ureum <200 ml/menit, kecepatan
darah yang dipakai 250 ml/menit, low-flux dengan Kuf <15
13

ml/mmHg/jam. Contohnya adalah Cuphrophane, Cellulosa asetat
dan hemophane.
e. Dialyzer high efficiency atau high flux.
Dialyzer high efificiency adalah dialyzer yang mempunyai
luas permukaan membran yang besar. Dialyzer high flux adalah
dialyzer yang mempunyai pori- pori besar yang dapat melewatkan
molekul yang lebih besar, dan mempunyai permiabilitas terhadap air
yang tinggi. Dialyzer high-efficiency/high-flux terdiri dari terdiri dari
klearens ureum >200 ml/menit, kecepatan darah yang dipakai >250
ml/menit, high-flux dengan Kuf >15 ml/mmHg/jam, dan membrannya
adalah Polysulfone, Celuloasa triasetat, dan AN-69.
f. Desain plat paralel terhadap hollow-fiber (capillary).
Dengan tersedianya dewasa ini dialiser plat paralel dan
hollow-fiber, hanya sedikit alasan untuk memilih satu konfigurasi
atas yang lain.

B. CAIRAN DIALISAT
1. Dialisat asetat
Dialisat asetat telah dipakai secara luas sebagai dialisat standard
untuk mengoreksi asidosis uremikum dan untuk mengimbangi
kehilangan bikarbonat secara difusi selama HD. Dialisat asetat tersedia
dalam bentuk konsentrat yang cair dan relative stabil. Dibandingkan
dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat asetat harganya lebih murah
tetapi efek sampingnya lebih banyak. Efek samping yang sering seperti
mual, muntah, kepala sakit, otot kejang, hipotensi, gangguan
14

hemodinamik, hipoksemia, koreksi asidosis menjadi terganggu,
intoleransi glukosa, meningkatkan pelepasan sitokin.
2. Dialisat bikarbonat
Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu
larutan asam dan larutan bikarbonat. Kalsium dan magnesium tidak
termasuk dalam konsentrat bikarbonat oleh karena konsentrasi yang
tinggi dari kalsium, magnesium dan bikarbonat dapat membentuk
kalsium dan magnesium karbonat. Larutan bikarbonat sangat mudah
terkontaminasi mikroba karena konsentratnya merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri. Kontaminasi ini dapat diminimalisir
dengan waktu penyimpanan yang singkat. Konsentrasi bikarbonat yang
tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan alkalosis
metabolik yang akut. Namun dialisat bikarbonat bersifat lebih fisiologis
walaupun relatif tidak stabil. Biaya untuk sekali HD bila menggunakan
dialisat bikarbonat relatif lebih mahal dibanding dengan dialisat asetat.

C. BLOOD LEAK
1. Pengertian
Blood leak adalah komplikasi akibat prosedure HD berupa rupture
dializer. Blood leak terjadi karena robekan membran semipermeabel
pada dializer sehingga terjadi kebocoran dari kompartemen darah ke
kompartemen dialisat dan sebaliknya.
Blood leak adalah kebocoran membran semi permiable dialyzer
yang menyebabkan darah dan dialisat antar kompartemen bercampur.

15

2. Etiologi
Prosedure HD menyebabkan terjadinya rupture dializer sehingga
menimbulkan blood leak karena di pengaruhi:
a. TMP yang terlalu tinggi, penarikan UF yang terlalu tinggi dengan
perbandingan Kuf kecil dan time dialisis yang singkat menyebabkan
TMP menjadi tinggi
b. Tindakan Re Use, pemaparan H2O2 dan havox pada saat Re Use
dengan waktu yang melebihi batas ketentuan (3-5 menit)
menyebabkan membaran semipermeabel cepat rusak atau rupture
c. Jenis membran dializer
d. Adanya tekanan pada saat sirkulasi tertutup (karena klem inlet dan
outlet pada BL tertutup tetapi QB jalan).
e. Suhu dialisat terlalu tinggi.

3. Jenis-Jenis Blood Leak
Jenis dari blood leak ada 2 yaitu:
a. Blood leak palsu
Blood leak palsu adalah blood leak yang terjadi karena
mesin memberi sensor adanya molekul yang besar menyerupai
darahatau adanya penumpukan lemak pada chamber blood leak
Faktor-faktor yang mempengaruhi blood leak palsu adalah:
a) Desinfeksi mesin yang tidak sempurna
b) Udara yang masuk hands conector mesin
c) Pencampuran dialisat yang tidak sempurna sehingga serbuk
dialisat yang belum tercampur di interpretasikan sebagai darah
16

d) Tingkat kebersihan chamber blood leak
b. Blood leak asli
Blood leak asli adalah blood leak yang benar- benar
terjadi karena adanya robekan membran semipermeabel sehingga
ketika darah keluar dari kompartemen darah dan bercampur
memasuki kompartemen dialisat dengan ukuran 0,02 mm mesin
menyensor adanya kebocoran darah dan dengan otomatis mesin
mengeluarkan alarm blood leak, kadang-kadang di ikuti blood pump
yang berhenti, faktor yang mempengaruhi berdasarkan penyebab
yaitu :
a) TMP yang terlalu tinggi
b) Tindakan Re-Use

4. Tanda-Tanda Blood Leak
a. Blood leak palsu : Mesin menyensor adanya blood leak dalam hal
adanya molekul menyerupai darah tanpa adanya darah yang
memasuki bagian kopartemen dialisat dan handsen conector mesin.
b. Blood leak asli : Mesin menyensor adanya blood leak dengan
adanya darah yang tampak dengan mata telanjang memasuki
kompartemen dialisat setelah itu memasuki handsen conector
mesin.




17

5. Penatalaksanaan
a. Blood leak palsu
Jika blood leak palsu yang terjadi karena udara atau
pencampuran dialisat yang tidak sempurna dengan molekul yang
menyerupai darah sehingga di alarmkan oleh mesin sebagai blood
leak yang dapat di lakukan adalah :
a) Memperbaiki posisi handsen conector agar tepat menutupi
kompartemen darah dan dialisat
b) Pastikan dializer dalam posisi tegak lurus
c) Pastikan campuran citric acid dan bicarbonat tercampur rata
sehingga tidak ada serbuk yang menegendap di kompartemen
dialisat
d) Setelah adanya alarm blood leak dan di pastikan bahwa itu blood
leak palsu dengan menekan tombol start/reset pada mesin dan
mesin menunjukkan program diaisis masalah teratasi
e) Membuka dan langsung menutupi kembali shunt cover / handsen
connector
Memahami masalah blood leak palsu karena udara, penekanan
tombol overide blood leak juga dapat mengatasi blood leak palsu.
Jika, terjadi karena chamber blod leak yang kotor akibat proses
desinfektan yang tidak sempurna maka chamber tersebut harus di
bersihkan dahulu baru blood leak palsu akan teratasi
b. Blood leak asli
Istirahatkan HD untuk mengganti dializer ang leak dengan dializer
yang baru, penatalaksanaannya:
18

1. Pastikan adanya tanda-tanda blood leak dengan melihat bagian
aoulet dialisat.
2. Bila terdeksi adanya blood leak QB otomatis mati, segera
matikan aliran dialisat dengan menekan tombol bypass.
3. Jelaskan pada pasien dialyzer mengalami kebocoran dan akan
segera diganti dengan dialyzer baru
4. Cuci tangan
5. Memakai sarung tangan dan masker
6. Dekatkan alat-alat
7. Klem dan lepaskan arteri blood line dari inlet fistula
8. Sambungkan arteri blood line dengan infuse menggunakan
konektor blood line
9. Bilas darah yang ada di fistula inlet dengan NaCl 0,9% dengan
bersih
10. Jalankan QB 100 cc/mnt, masukan darah ke sirkulasi
intracorporeal sampai blood line bersih
11. Matikan QB
12. Klem dan lepaskan vena blood line dan fistula outlet
13. Lepaskan inlet dan outlet dialisat konektor dari dialyzer
14. Klem ujung arteri dan vena blood line dengan arteri klem
15. Lepaskan dialyzer dari blood line, tutup dengan penutup dialyzer,
siapkan dialyzer baru
16. Lakukan soaking 5-10 menit pada dializer baru
17. Hubungkan arteri dan vena blood line ke dialyzer yang baru
18. Lakukan priming pada dialyzer baru dengan QB 200 cc/mnt
19

19. Lakukan rinsing dengan NaCl 0,9% 500 cc sambil membebaskan
udara
20. Jika sudah 500 cc matikan QB, sambung inlet dan outlet untuk
sirkulasi tertutup, berikan heparin sirkulasi (5000 IU untuk blood
leak yang terjadi di awal dan tengan HD, 3000 IU untuk yang
mendekati akhir HD) dan buka klem
21. Jalankan QB kurang lebih 10-15 mnt untuk sirkulasi tertutup.
22. Matikan QB, Sambung untuk memulai HD lagi (buang NaCl 0,9%
seperti saat menyambung HD
23. Rapihkan alat-alat
24. Jelaskan ke pasien tindakan penggantian dialyzer sudah selesai
25. Cuci tangan
26. Lakukan dokumentasi tindakan









20

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Identitas Klien
Nama Pasien : Tn.M
Tempat/ tanggal lahir : Sibolga, 15-02-1955
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 58 tahun
Alamat : Jl. Pasantren permai v no 10 RT 05/05
Cibabat
Ruang : Melati
Tanggal Pemeriksaan : 25 Oktober 2013
Gol darah : O
B. Riwayat kesehatan Saat Ini
Keluhan Utama : Pasien mengeluh badan terasa lemes
Riwayat Kesehatan sekarang : Pasien mengatakan badan terasa lemes,
lemes dirasakan kadang-kadang, lemes
dirasakan bertambah bila pasien banyak
aktivitas dan berkurang bila pasien
istirahat.


21

Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Pasien mengatakan riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, untuk
diabetes tidak ada, hanya saja keluarga mempunyai riwayat penyakit DM.
C. Pemeriksaan Fisik Saat Datang
Keadaan umum : Baik
Respirasi : Frekuensi 19x/menit
Nadi : Reguler, frekuensi 82x/menit
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Sistem Kardiovaskuler
Anamnesa : Pasien mengatakan tidak ada keluhan pusing
Inspeksi : tampak udema pada ekstremitas, tidak ada cyanosis.
Auskultasi : Ronchi +/+, HR : 97x/menit
Perkusi : pekak

Sistem Perkemihan
Anamnesa :pasien mengatakan masih kencing

Hasil Laboratotium

NO TANGGAL HASIL KET
1 15-10-2013 6,3 g/dl Tranfusi PRC 2 labu
2 25-10-2013 7,8 g/dl -



22

D. Preskripsi HD
Dialisis ke : 128
Dializer : Tipe Dializer :LOPS 15,
New :17/09/2013, 25/10/2013
Reuse ke : 7
Mesin no : G.4.
Jenis dialisat : Bicarbonat
Kalium : 2.0 mEq
Conductivity : 14,0 ms
Heparin : Free heparin ec riwayat melena program
bilas dengan NaCl 0,9% 100cc/jam.
Dosis Sirkulasi : 5000 IU
Vaskular acses : AV shunt kiri
Mulai HD jam : 13.00
Selesai HD jam : 17.00
Waktu HD (TD) : 4 jam
BB post HD yang lalu : 94 kg
BB Pre HD : 83 kg
BB kering : 54,5 kg
Target ultrafiltrasi (UF Goal) : 4500 ml
TMP : 110 mmHg
Kecepatan aliran darah (Qb) : 200 ml/menit
Kecepatan aliran dialisat (Qd) : 500 ml/menit
Tekanan vena : 123
Base Na : 138
23

Suhu Mesin : 36,5
o
C
Obat-obatan rutin:
Amlodipin 1 x 5 mg
Virinon 1x1 tablet
Lenal act 3x1 tablet
Allopurinol 1 x 100mg
Furosemide 2-1-0
Propepsa 4x2 cth
Ardium 2x1 tablet
Lactulac 2x1 cc
Lansoprazole 1 x 30mg
Analisa Data :
DATA ETIOLOGI MASALAH
DO :
- Tampak darah
dalam handsen
konektor
- Tampak alarm
blood leak nyala



Kejadian Blood Leak Resiko tinggi
kehilangan darah

Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko tinggi kehilangan darah berhubungan dengan kejadian blood leak.



24

Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi
1. Resiko tinggi
kehilangan
darah
berhubungan
dengan
kejadian blood
leak ditandai
dengan :
DO :
- tampak
adanya darah
di hands on
konektor
- tampak alarm
blood leak
nyala



Kehilangan darah tidak
terjadi dalam jangka
waktu kurang dari 5
menit yang ditandai
dengan :
- Pasien tampak
tidak anemis
- Tidak tampak
adanya darah
yang terbuang

1. Pastikan adanya tanda-tanda blood
leak dengan melihat bagian aoulet
dialisat.
2. Bila terdeksi adanya blood leak QB
otomatis mati, segera matikan aliran
dialisat dengan menekan tombol
bypass.
3. Jelaskan pada pasien dialyzer
mengalami kebocoran dan akan
segera diganti dengan dialyzer baru
4. Cuci tangan
5. Memakai sarung tangan dan masker
6. Dekatkan alat-alat
7. Klem dan lepaskan arteri blood line
dari inlet fistula
8. Sambungkan arteri blood line dengan
infuse menggunakan konektor blood
line
9. Bilas darah yang ada di fistula inlet
dengan NaCl 0,9% dengan bersih
10. Jalankan QB 100 cc/mnt,
masukan darah ke sirkulasi
intracorporeal sampai blood line bersih
11. Matikan QB
12. Klem dan lepaskan vena blood
line dan fistula outlet
13. Lepaskan inlet dan outlet dialisat
konektor dari dialyzer
14. Klem ujung arteri dan vena blood
line dengan arteri klem
25

15. Lepaskan dialyzer dari blood line,
tutup dengan penutup dialyzer,
siapkan dialyzer baru
16. Lakukan soaking 5-10 menit pada
dializer baru
17. Hubungkan arteri dan vena blood
line ke dialyzer yang baru
18. Lakukan priming pada dialyzer baru
dengan QB 200 cc/mnt
19. Lakukan rinsing dengan NaCl 0,9%
500 cc sambil membebaskan udara
20. Jika sudah 500 cc matikan QB,
sambung inlet dan outlet untuk
sirkulasi tertutup, berikan heparin
sirkulasi (5000 IU untuk blood leak
yang terjadi di awal dan tengan HD,
3000 IU untuk yang mendekati akhir
HD) dan buka klem
21. Jalankan QB kurang lebih 10-15 mnt
untuk sirkulasi tertutup.
22. Matikan QB, Sambung untuk
memulai HD lagi (buang NaCl 0,9%
seperti saat menyambung HD
23. Rapihkan alat-alat
24. Jelaskan ke pasien tindakan
penggantian dialyzer sudah selesai
25. Cuci tangan
26. Lakukan dokumentasi tindakan





26

Implementasi
Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Paraf
25-10-201 14.20 1. Memastikan adanya tanda-tanda blood
leak dengan melihat bagian aoulet
dialisat.
2. Mematikan aliran dialisat dengan
menekan tombol bypass.
3. Menjelaskan pada pasien dialyzer
mengalami kebocoran dan akan segera
diganti dengan dialyzer baru
4. Mencuci tangan
5. Memakai sarung tangan dan masker
6. Menyiapkan alat-alat ( dializer, Nacl 0,9%
500 cc, heparin, kassa alkohol, spuit 1 cc,
ember, matkan, handscoen )
7. Mengklem dan melepaskan arteri blood
line dari inlet fistula
8. Menyambungkan arteri blood line dengan
infuse menggunakan konektor blood line
9. Membilas darah yang ada di fistula inlet
dengan NaCl 0,9% dengan bersih
10. Menjalankan QB 100 cc/mnt, masukan
darah ke sirkulasi intracorporeal sampai
blood line bersih
11. Mematikan QB
12. Mengklem dan melepaskan vena blood
line dan fistula outlet
13. Melepaskan inlet dan outlet dialisat
konektor dari dialyzer
14. Mengklem ujung arteri dan vena blood line
dengan arteri klem
15. Melepaskan dialyzer dari blood line, tutup
dengan penutup dialyzer, siapkan dialyzer

27

baru
16. Melakukan soaking 5-10 menit pada
dializer baru
17. menghubungkan arteri dan vena blood line
ke dialyzer yang baru
18. Melakukan priming pada dialyzer baru
dengan QB 200 cc/mnt
19. Melakukan rinsing dengan NaCl 0,9% 500
cc sambil membebaskan udara
20. jika sudah 500 cc matikan QB, sambung
inlet dan outlet untuk sirkulasi tertutup,
berikan heparin sirkulasi (5000 IU untuk
blood leak yang terjadi di awal dan tengan
HD, 3000 IU untuk yang mendekati akhir
HD) dan buka klem
21. Menjalankan QB kurang lebih 10-15 mnt
untuk sirkulasi tertutup.
22. Mematikan QB, Sambung untuk memulai
HD lagi (buang NaCl 0,9% seperti saat
menyambung HD
23. Merapihkan alat-alat
24. Menjelaskan ke pasien tindakan
penggantian dialyzer sudah selesai
25. Mencuci tangan
26. Melakukan dokumentasi tindakan







28

Evaluasi
Tanggal Jam Evaluasi Paraf
25-10-
2013
14.30 S : -
O : - Pasien tidak tampak anemis
- Tidak tampak adanya kebocoran
darah
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan


Lisbeth dan Rizal

E. Observasi Pasien Selama Hemodialisis
Cairan yang masuk selama proses HD :
Cairan masuk : 200 cc
Sisa Priming : 20 cc
Drip cairan : 200 cc
Washout : 100 cc
Jumlah : 500 cc

Jam Qb Tek.
Vena
TMP UF
Goal
Tekanan
Darah
Nadi Keterangan
13.10 100
150
200
123 110 - 150/80 82x/mnt Keluhan : tidak
ada
HD mulai

14.10 200 99 112 0,78 130/80 80x/mnt Bilas Ns 0,9%
100cc, ada
alarm blood leak
14.20 200 130/80 Leak dializer,
HD di
istirahatkan
ganti dializer .
29

14.30 200 94 138 1,4 130/80 82x/mnt HD di mulai lagi
15.30 200 94 135 2,40 130/80 80x/mnt Bilas Nacl 0,9%
100 cc
17.00 4500 150/80 82x/mnt HD selesai

Pre HD Post HD
Berat Badan 94 kg 89 kg
Tekanan darah 150/80 mmHg 150/80 mmHg














30

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Blood leak merupakan salah satu komplikasi hemodialisis dimana
terjadi kebocoran pada membran semipermiable dialyzer yang
menyebabkan darah dan dialisat antar kompartemen bercampur yang
ditandai dengan keluarnya darah dari outlet dialisat. Jika terjadi demikian
maka hentikan HD dengan menekan tombol by pass dan mengganti diayzer
yang baru sesuai dengan penatalaksanaan blood leak asli.

B. SARAN
Dengan adanya makalah blood leak ini penulis mengharapkan agar
pembaca dapat pembaca berpikir kritis tentang maslah dialyzer dengan
blood leak sehingga mampu menerapkan cara cara penanganannya pada
saat dilapangan.

Anda mungkin juga menyukai