Anda di halaman 1dari 5

INDUSTRI PISAU

TEDDY SUTADI KARDIN


Artikel ini dirangkum oleh Anjar Adhiyoso 15309030

PROFIL SINGKAT
Teddy Sutadi Kardin pendiri perusahaan dengan nama T. Kardin Pisau Indonesia merupakan
seorang Sarjana Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB). Pendidikan Sekolah Dasar sampai
dengan Sarjana dilalui di kota Bandung yang juga merupakan kota kelahirannya. Bagi seorang yang
menekuni bidang Eksplorasi, pisau menjadi kebutuhan penting untuk penjelajahan alam. Ditambah lagi
dengan aktifitasnya sebagai seorang pencinta alam WANADRI yaitu Perhimpunan Penempuh Rimba
dan Pendaki Gunung yang sangat terkenal di Indonesia bahkan ke Mancanegara.
Dalam setiap kegiatan tersebut diatas Teddy Kardin selalu ditemani oleh sebilah pisau dan pisau
yang dikagumi diantaranya adalah Buffalo Skinner dan pisau Bowie yang sangat melegenda karena
James Bowie seorang petualang yang tewas di Benteng Alamo Texas karena keberaniannya berkelahi
sambil menghunuskan belati panjang, ditulis dalam sejarah dengan bagus dan heroik sehingga dikenal
sampai sekarang dengan Bowie Knife nya.
Dari latar belakang kecintaan terhadap pisau tersebut Teddy Kardin mencoba merintis pendirian
bengkel pisau buatan tangan yang berada di Bandung. Pada awal tahun 1990 mencoba untuk serius
menekuni pembuatan pisau. Dengan kerja keras dan eksperimen yang tiada henti-hentinya berusaha
untuk membuat pisau dengan kualitas tinggi. Hasil kerja keras tersebut tidak sia-sia, dalam waktu
beberapa tahun Pisau produksi Teddy Kardin dikenal luas oleh pencinta Pisau dan mendapat
pengakuan terutama kualitas, ketajaman, kekuatan, keindahan dan kerapihan keterampilan
karyawannya. Saat ini bengkel Teddy Kardin telah memiliki 40 (empat puluh) orang karyawan yang
mampu memproduksi 300 bilah pisau dalam 1 bulan. Pisau-pisau yang diproduksi antara lain
Survival knife, Skinner, Kukri, Commando, Special Force, Hunting Knife, Golok, Katana, Pisau Dapur,
termasuk pisau-pisau tradisional seperti Kujang, Badik, Rencong, Mandau dan lain sebagainya. Bahan
baku untuk pembuatan Pisau yang digunakan saat ini yaitu: O1, D2, 440C, ATS-34 sandar AISI
(American Iron and Steel Institute) serta baja Damascus yang sudah dikenal luas oleh Pencinta Pisau.

BAJA YANG DIGUNAKAN UNTUK PISAU
Pisau produksi T.Kardin terbuat dari material baja pilihan kualitas Internasional khusus untuk
pisau, antara lain: baja O1, baja D2, baja 440C, baja ATS-34 dan baja Damascus. Jenis baja yang
dipergunakan akan tertera pada bilah pisau, kecuali baja Damascus yang sudah terlihat dari Pamornya.
T.Kardin produksi pisau dari beberapa jenis baja tergantung dari selera pemesan, Adapun baja
standar yang T.Kardin pergunakan adalah dari baja jenis 440C. Baja-baja tersebut sesuai dengan
standar AISI (American Iron Standard Institute). Kekerasan baja pisau yang T.Kardin produksi setelah
di Hardening (diperkeras) Hrc (Standard Rookwell)
Adapun karakter dari baja tersebut adalah sebagai berikut:

O1 Tool Steel
Merupakan baja unggulan dengan kadar karbon tinggi dan khromium rendah, kekerasan tinggi
max 65 Hrc. Mudah berkarat dan memerlukan perawatan yang baik. Komposisi Kimia adalah: C=0.95%
; Si=0.25% ; Mn=1.10% ; Cr=0.55% ; V=0.10% ; W=0.55%

D2 Tool Steel
Merupakan baja unggulan dengan kadar karbon tinggi dan khromium tinggi, kekerasan tinggi
max 64 Hrc. Walaupun cukup tahan tapi masih belum bebas karat, tetapi bahan ini sangat digemari
pemakai pisau karena kekerasannya tinggi sehingga ketajamannya awet dan mudah diasah bila
tumpul. Komposisi Kimia adalah: C=1.55% ; Si=0.25% ; Mn=0.35% ; Cr=11.8% ; Mo=0.80% ; V=0.95%

440C Stainless Steel
Merupakan baja stainless dengan kadar karbon cukup tinggi dan khromium tinggi, kekerasan
tinggi max 60 Hrc. Sangat tahan karat, kekerasan cukup baik tetapi bila tumpul untuk mengasahnya
sedikit lebih liat dibandingkan pisau dari bahan baja D2. Komposisi Kimia adalah: C=1.05% ; Si=0.40%
; Mn=0.40% ; Cr=17.0% ; Mo=0.50%

ATS-34 Stainless Steel
Merupakan jenis baja terbaik saat ini, karbon tinggi, khromiumnya tinggi, bebas karat dan
kekerasan max 60-61 Hrc. Sangat di rekomendasikan untuk para pembuat pisau, walaupun kalau
tumpul masih sedikit liat untuk diasah. Komposisi Kimia adalah: C=1.03% ; Si=0.25% ; Mn=0.41% ;
Cr=13.74% ; Mo=3.56% ; P=0.026% ; S=0.001%

Damascus Steel
Merupakan jenis baja yang melalui proses penempaan dua lapis Besi dengan Nikel yang
berbeda warna kemudian dilipat dan ditempa lagi sampai ratusan lipatan yang membentuk pola sesuai
dengan yang diinginkan. Baja ini lebih ditonjolkan pada seni dan pola yang terbentuk pada baja.

Saat ini T.Kardin memiliki bengkel kerja dengan luas 1000 m2 dengan jumlah karyawan 40 orang yang
telah mempunyai pengalaman baik dalam pembuatan pisau Handmade. Peralatan yang dipergunakan
cukup untuk mendukung kerja mereka, kapasitas produksi saat ini adalah 300 bilah pisau dalam satu
bulan. Bahan baku tersedia dengan kapasitas melebihi produksi.


Proses pemboran untuk pemotongan baja
dan pembuatan gagang pisau serta lobang
pen untuk pengikat gagang pisau.


Proses gurinda tangan untuk pembentukan
fisik pisau dan merapikannya


Proses finishing dan penajaman mata pisau,
yang merupakan bagian paling penting
dalam memunculkan karakter dan nilai dari
sebuah pisau.

Proses pembuatan sarung pisau.



Sedangkan bahan yang sering digunakan dalam pembuatannya, meliputi:
a. Bahan abrasif untuk membentuk pisau. Yang paling mudah habis yaitu amplas bagi gerinda
amplas, kemudian mata gerinda tangan. Amplas yang digunakan berukuran (dari kasar ke halus),
amplas nomor 0, 240, 500, dan 1000. Mata gerinda tangan yang digunakan adalah Nippon
Resibon dengan bahan carborundum (SiC) dan nomor spesifikasi A24S, sementara roda mesin
poles menggunakan jenis roda lunak yang disebut Voleac.
b. Ferri klorida (FeCl2) untuk mengetsa logo dan ukiran.
c. Lem untuk menempel amplas pada gerinda amplas.
d. Oli bekas untuk proses oil quenching.
e. Bahan pemoles langsol untuk mengilapkan pisau.

Proses pembuatan pisau meliputi beberapa langkah, yaitu mendesain bentuk pisau,
pembuatan pola pisau, pemotongan bentuk dengan bor tangan atau mesin plasma, pembentukan
tualng pisau dengan gerinda tangan, penghalusan pisau dengan gerinda duduk dan gerinda amplas,
pengerasan pisau melalui pembakaran dan oil quenching, pembersihan oksida pada pisau dengan
amplas, pengetsaan logo dan monogram, pemasangan gagang dan guard pisau, penajaman pisau
dengan gerinda amplas, pemolesan, dan pemasangan sarung.
Finishing untuk bilah pisau yang bisa T.Kardin lakukan adalah Mirror Polish (poles kaca), Satin
Polish (poles dop) dan Blackening (hitam dengan kimia). Standar finishing T.Kardin adalah Mirror
Polish dan untuk yang lain perlu T.Kardin diinformasikan pada saat order.



KONDISI LINGKUNGAN KERJA
Para pekerja di bengkel pisau ini memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik karena
diindikasikan banyak menghirup debu yang dihasilkan dari beberapa proses pembuatan pisau. Hal ini
didukung oleh data pengukuran debu yang cukup tinggi di ruangan kerja dengan menggunakan alat
cascade impactor dan HFS Personal Sampler. Ketika bekerja, para pekerja tidak menggunakan alat
pelindung diri, seperti masker, sarung tangan, kacamata pelindung, dan sebagainya. Ditambah lagi
hingga tahun 2001, bengkel ini belum dilengkapi LEV (Local Exhaust Ventilation).
Pada proses pembuatan pisau, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan para
pekerja dalam bekerja. Debu yang dihasilkan dari proses pembuatan pisau ini cukup besar. Semua
proses yang melakukan crushing, grinding, polishing berbagai mineral akan menimbulkan debu. Hal ini
dapat menyebabkan pekerja terserang penyakit saluran pernafasan, yaitu Pneumoconiosis. Oleh
karena itu, semua debu udara perlu diperiksa komposisinya, ukuran debunya (metoda : petographic, X-
ray diffraction). Untuk mencegah masuknya debu pada saluran pernafasan, maka pekerja perlu
memakai masker agar debu tidak terhirup. Kemudian Local Exhaust Ventilation(LEV) sangat diperlukan
agar debu yang berbahaya tidak beredar dalam ruangan. Debu yang dibuang keluar akan dibersihkan
dahulu pada air cleaning devices dalam LEV sehingga tidak mencemari lingkungan. Kesehatan mata
pun perlu diperhatikan mengingat adanya debu yang dihasilkan dari proses pembuatan pisau ini.
Adanya debu dapat membuat mata teriritasi. Oleh karena itu, pekerja dianjurkan untuk memakai google
agar mata dapat terlindungi dari debu.
Dari proses produksi pisau secara keseluruhan, terdapat satu proses yang menghasilkan
banyak debu. Pada pengukuran debu di ruangan kerja dengan menggunakan alat cascade
impactor,diketahui bahwa lebih dari separuh (56,9 %) partikel di ruangan kerja berukuran lebih besar
dari 9m. Sementara persentase debu pada ukuran medium partikulat terespirasi, yaitu 4 m
(ACGIH,1999), adalah sebesar 5,8 %. Sedangkan dari pengukuran debu dengan menggunakan alat
Gilian HFS Personal Sampler selama 8 jam kerja, diperoleh konsentrasi debu terespirasi sebesar 3,7
mg/m
3
. (Handayani, Dyah Asri. 2001. Perencanaan Sistem Ventilasi Pembuangan Lokal untuk Bengkel
Pisau Benchmade).
Sebagian besar proses pembuatan pisau ini dikerjakan memakai tangan. Mulai dari
pemotongan baja, pembentukan fisik pisau, finishing dan penajaman pisau, sampai proses pembuatan
sarungnya semua memakai tangan. Oleh karena itu, diperlukan alat perlindungan diri pada setiap
pekerja. Sarung tangan sangatlah dianjurkan dan gunakanlah sarung tangan dengan ketahanan yang
baik dari bahaya logam tajam.
Ketika proses pembuatan pisau, terjadi kebisingan yang mengganggu pekerja dalam
menjalankan pekerjaanya. Dalam hal ini, perlu diidentifikasi karakteristik kebisingan. Karakteristik
kebisingan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu intensitas/tekanan (sound pressure/intensity), frekuensi
dan durasi ekspur terhadap bising. Kemudian frekuensi tinggi lebih berbahaya terhadap kemampuan
dengar daripada frekuensi rendah. Telinga manusia lebih sensitive terhadap frekuensi tinggi. Jika
durasi eksposur lama, maka besar kerusakan pendengaran yang diderita oleh pekerja semakin
memebesar pula.. Agar pekerja dapat mencapai derajat sehatnya ketika berkeja, perlu dilakukan
pengendalian kebisingan. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan di tiga bagian tempat, yaitu pada
sumber bising, ruang antara sumber, dan penerima. Pengendalian sumber diusahakan berurut mulai
dari sumbernya supaya efektif. Apabila sumber tidak dapat dikurangi kebisingannya, maka diusahakan
pengendalian pada jarak antara sumber dan penerima. Bila ini juga tidak memuaskan, maka baru
dusahakan alat pengaman diri sebagai usaha terkahir. Alat pengaman diri yang digunakan yaitu
penutup telinga.



Beberapa tindakan antisipasi untuk meminimalisir efek-efek tersebut diantaranya :
1. Memasang carbon monoxide gas detector atau detektor gas, yang dilengkapi dengan alarm, di
ruangan di mana gas berbahaya dihasilkan.
2. Memastikan bahwa sistem ventilasi terpasang dan beroperasi dengan baik. Sistem ventilasi
yang baik dan disarankan yaitu LEV (Local Exhausted Ventilation).
3. Sebelum melakukan pekerjaan di area tertutup atau confined space, lakukan terlebih dahulu
pengecekan gas yang dihasilkan dengan gas detector. Gunakan respirator bila perlu.
4. Lakukan perawatan peralatan yang menghasilkan gas berbahaya secara berkala, untuk
mengurangi pembentukan gas berbahaya dan menjaga agar mesin bekerja pada performa terbaiknya.
5. Berikan pelatihan atau training bagi pekerja mengenai sumber-sumber gas berbahaya dan
bahaya keracunan gas beserta gejala-gejalanya.
6. Gunakan slogan safety atau pun tanda bahaya untuk mengingatkan para pekerja
7. Gunakan pelindung lain seperti masker, sarung tangan, kaca mata dan sebagainya


Daftar Pustaka:
Handayani, Dyah Asri. 2001. Perencanaan Sistem Ventilasi Pembuangan Lokal untuk Bengkel Pisau
Benchmade (Studi Kasus Bengkel Pisau Indonesia T. Kardin Bandung ). Bandung: Departemen Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung
http://www.tokopisau.com/id/costumer/
http://www.tokopisau.com/id/workshop/
http://klipingut.wordpress.com/2008/02/24/creesspisau-hegarmanah-menusuk-pasar-dunia/
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1534334&page=9
http://frids.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai