Anda di halaman 1dari 35

26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Coliform
2.1.1 Pengertian Bakteri Coliform
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan
bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator
adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat,
dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform
adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah
indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air
semakin baik.
E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah
banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari
mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur -
galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada
manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari
berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Bakteri kelompok koliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram
negatif, tidak membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan
memproduksi gas dan asam pada suhu 37
0
C dalam waktu kurang dari 48 jam.
Adapun bakteri E.Coli selain memiliki karakteristik seperti bakteri koliform pada
umumnya juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam air pepton yang
mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon.
Terdapat tiga jenis E.coli, yaitu: E. coli enterotoksigenik (enterotoxigenic
E.coli (ETEC)). Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan sekitar tahun 1970 dari
strain-strain yang ada hubungannya dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya
menerangkan strain-strain enterototoksigenik dari E.coli sebagai suatu hal yang
bersifat patogen pada penyakit diare manusia. Dua tipe toksin E.coli disebut sebagai
toksin labil (labile toxin, LT) dan toksin stabil (stable toxin, ST).
Akhir-akhir ini kelompok E.coli dari serotipe yang berbeda (umumnya O
78
,
O
13
, O
6
) yang memproduksi enterotoksin telah ditemukan sebagai etiologi penting
diare akut, termasuk diare epidemik, pada neonatus (Sack,1977). Smith dan Gyles
(1970) mengemukakan adanya E.coli patogen pada babi yang mempunyai plasmid
(suatu massa DNA yang mempunyai kromosom) yang mudah dipindahkan dan
dikenal sebagai plasmid Ent+ yang mempunyai kemampuan membentuk berbagai
macam enterotoksin. Pada manusia, E.coli patogen juga mempunyai plasmid Ent +
yang membentuk toksin tahan panas (stable toxin, ST) dan toksin tidak tahan panas
(labile toxin, LT) atau kombinasi(ST/LT). Seperti toksin kolera, toksin LTETEC
Universitas Sumatera Utara

dapat merangsang adenilsiklase dalam sel mukosa usu halus (Evans, 1972; Sujudi,
1983).
E.coli enteropatogenik (Entheropathogenic E.coli (EPEC)). Pada tahun 1945
Bray berhasil menemukan tipe antigen spesifik E.coli pada bayi penderita kolera.
Selain itu dikemukakan terdapatnya bau yang khas seperti semen dari cairan yang
dihasilkan oleh organisme itu. Tidak lama kemudian Kauffman berhasil menyusun
satu sistem untuk menentukan tipe E.coli yang didasarkan atas antigen somatik
(antigen O), antigen kapsular (antigen K) dan antigen Flagelar (antigen H). Sejak itu
ditemukan 15 serogrup, diantaranya yang dikenal sebagai bentuk EPEC yang telah
diketahui pula sebagai penyebab epidemi diare pada bayi (Evans, 1979). Yang paling
banyak didapatkan ialah: O
26
B
6
, O
55
B
5
, O
111
B
4
dan yang agak kurang O
114
B
14
, O
126
B
16
, O
127
B
8
, O
128
B
12
(Cruickshank, 1974). Pada kira-kira 2-3% bayi sehat ditemukan
EPEC.
Indonesia, sejak tahun 1968 E.coli lebih banyak diperhatikan sebagai
penyebab diare pada bayi atas dasar hasil yang diperoleh pada tahun tersebut di
Bandung oleh Soeprapti Thaib dkk.(1968) yaitu 41,9% (88 dari 210 tinja) pada bayi
yang berumur 0-6 bulan dan 35,3% (45 dari 136 tinja) pada bayi umur 6-12 bulan,
Ono Dewanoto dkk.(1969) melaporkan 36,2% (163 dari 448 tinja) untuk bayi
berumur 0-24 bulan dan Gracey dkk.(1973) melaporkan angka 35,0% (7 dari 20 tinja
bayi 0-24 bulan yang dirawat di Bangsal Gastroenterologi Anak RSCK/FKUI
Jakarta) pada tahun 1973. Sejak tahun 1975, perhatian terhadap penyakit diare akut
Universitas Sumatera Utara

beralih dari E.Coli enteropatogenik (EPEC) ke E.coli enterotoksigenik (ETEC)
disamping Rotavirus dan Salmonella Oranienburg.
E. coli enteroinvasif (enteroinvasive E.coli (EIEC)). Beberapa E.coli dapat
menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari
sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan
E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti organisme
lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh dengan leukosit
dan eritrosit (Suharyono, 2008).
Untuk menguatkan hasil pengujian kemungkinan adanya pencemaran faeces,
selain E.Coli juga digunakan bakteri indikator lain sebagai pelengkap, yaitu
streptococcus faecalis. Bakteri ini terdapat didalam faeces dan jumlahnya bervariasi,
tetapi biasanya ada dalam jumlah lebih sedikit dari pada E.Coli. Di dalam air,
streptococcus faecalis kemungkinan mati atau hilang dengan kecepatan kurang lebih
sama dengan E.Coli, tetapi lebih cepat dari bakteri koliform lainnya. Apabila dalam
suatu sampel air ditemukan bakteri dari kelompok koliform tetapi bukan E.Coli,
ditemukannya streptococcus faecalis menunjukkan bukti penguat bahwa sampel
tersebut telah tercemar kotoran atau faeces.
Bakteri koliform lain yang juga sering dianalisis untuk mengetahui kualitas air
adalah Clostridium Perfringens. Merupakan bakteri yang bersifat gram positif
berbentuk batang dan membentuk spora (Fardiaz, 2011). Bakteri ini juga bersifat
anaerobik (tidak memerlukan oksigen untuk kehidupannya). Clostridium Perfringens
Universitas Sumatera Utara

biasanya juga terdapat didalam faeces, meskipun dalam jumlah jauh lebih sedikit dari
pada E.Coli.
Spora bakteri ini dalam air dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan
dengan bakteri dari kelompok coliform, serta tahan terhadap proses klorinasi pada
proses yang biasa digunakan pada praktek sanitasi air. Ditemukannya spora dari
Clostridium Perfringens pada suatu sampel air menunjukkan adanya kontaminasi
oleh faeces, dan bahwa pencemaran tersebut telah terjadi dalam waktu yang agak
lama.
Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, mempunyai
sifat seperti coli, tetapi lebih banyak didapatkan di dalam habitat tanah dan air
daripada di dalam usus, sehingga disebut non-fekal, dan umumnya tidak patogen
(Suriawiria, 2008).
Tabel 2.1 Standar Mutu Bakteriologis Air
Klasifikasi Bakteri coliform/100 ml (dalam
MPN-most probable number)
Mutu bakteri yang dapat diterapkan hanya
pada penanganan penyucihamaan
0 50
Mutu bakteri yang memerlukan cara-cara
penanganan konvensional penggumpalan,
penyaringan, penyucihamaan
50 5000
Polusi berat yang memerlukan jenis-jenis
penanganan yang ekstensif
5000 50000
Polusi yang sangat berat, tak dapat diterima
kecuali digunakan penanganan khusus yang
dipersiapkan untuk air semacan itu; sumber
digunakan hanya bila tidak ada pilihan lain
>50000

Universitas Sumatera Utara

Sumber: (Depkes RI dalam Purnawijayanti, 2001)
2.2 Pengertian Air Bersih dan Air Minum
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu
sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian
yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal
sebanyak 1,5-2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu
proses metabolisme (Slamet, 2007).
Dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk transportasi zat zat makanan
dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh.
Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah
yang ada disekitar alveoli (Mulia, 2005).
Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri
merupakan suatu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang
dilaluinya (Chandra, 2006). Menurut Sutrisno (2004) dalam buku Teknologi
Penyediaan Air Bersih, jumlah air di alam ini tetap ada dan mengikuti suatu aliran
yang dinamakan siklus hidrologi. Dalam siklus ini dengan adanya penyinaran
matahari, maka semua air yang ada di permukaan bumi akan menguap. Penguapan
terjadi pada air permukaan, air yang berada pada lapisan tanah bagian atas, air yang
ada di dalam tumbuhan, hewan, dan manusia. Karena adanya angin, maka uap air ini
Universitas Sumatera Utara

akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama
awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana
temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi
sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air
permukaan (run-off), ada yang meresap ke dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air
tanah yang dangkal maupun yang dalam, dan ada yang diserap oleh tumbuhan. Air
tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagi mata air dan menjadi air permukaan.
Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk
sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan
berkumpul, membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang
mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini.
Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/
Menkes/ Per/ VI/ 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum bahwa
yang dimaksud air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.
2.2.1 Sumber Air Bersih
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut
antara lain:
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c. Tidak berasa dan tidak berbau
Universitas Sumatera Utara

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan
kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2002). Air yang
berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak
sumbernya air dapat dibagi menjadi:
a. Air angkasa (Hujan)
Air angkasa terjadi dari proses evaporasi dari air permukaan dan
evotranspirasi dari tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari dan melalui proses
kondensasi kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju ataupun embun. Air
angkasa mempunyai sifat tanah (soft water) karena kurang mengandung garam-garam
dan zat-zat mineral sehingga terasa kurang segar juga boros terhadap pemakaian
sabun. Air angkasa juga bersifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur
maupun bak-bak reservoir sehingga mempercepat terjadinya korosi. Air angksa atau
air hujan merupakan sumber utama air dibumi. Walau pada saat presipitasi
merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran
ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat
disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida,
nitrogen dan amoniak (Chandra, 2002).
b. Air permukaan
Universitas Sumatera Utara

Air permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa,terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran
baik oleh tanah, sampah, maupun yang lainnya.
c. Air laut
Air laut mempunyai sifat asin karena kandungan garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat
untuk air minum. Namun demikian, air laut ini juga dapat dipergunakan sebagai
sumber air minum di beberapa negara yang sudah tidak memiliki sumber air yang
lebih baik setelah melalui proses desalinasi yang masih sangat mahal biayanya.
d. Air tanah
Menurut definisi Undang-undang sumber Daya Air, air tanah merupakan air
yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah (Sujana,
2006). Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi
yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami
proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih
murni dibandingkan air permukaan.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber lain. Pertama, air
tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses
purifikasi. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim
kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau
Universitas Sumatera Utara

kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral
dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam
magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air.
Selain itu, untuk menghisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan
pompa (Chandra, 2007).
Air tanah terdiri atas:
1) Air tanah dangkal yaitu air yang terjadi karena proses peresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan juga bakteri sehingga air tanah akan
mengandung zat kimia karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur
kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Pengotoran juga masih terus
berlangsung terutama pada muka air ynag dekat dengan muka tanah. Air tanah ini
digunakan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Sebagai
sumber air minum, ditinjau dari segi kualitas agak baik. Tetapi dari segi kuantitas
kurang cukup dan tergantung pada musim.
2) Air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat setelah lapisan rapat air yang
pertama. Pengambilan air tanah dalam ini tidak semudah pengambilan air tanah
dangkal. Biasanya air tanah dalam ini berada pada kedalaman antara 200 300
meter. Kualitas air tanah dalam lebih baik dari air tanah dangkal karena
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur
kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur
maka air menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO
3
)
2
dan Mg(HCO
3
)
2.

Universitas Sumatera Utara

3) Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata
air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruhi oleh musim dan
kualitasnya sama dengan air tanah dalam (Sutrisno, 1996).
2.3 Sarana Air Bersih
Air dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan/ terperangkap di
dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus
oleh alam. Menurut Sanropie (1984), keuntungan penggunaan air tanah adalah (1)
pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut, (2) paling praktis dan
ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya, (3) lapisan tanah yang
menampung air dari mana air itu di ambil biasanya merupakan pengumpulan air
alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung
banyak mineral Fe (besi), Mn (mangan), Ca (calsium), dan sebagainya, dan biasanya
membutuhkan pemompaan.
2.3.1 Sumur
a. Sumur Gali
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas
dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah
perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari
permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui
rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia
Universitas Sumatera Utara

kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya
maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.
Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan
sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air
dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik,
bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur.
Pada segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila
cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan
ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang
didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya
lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur
sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air,
saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir
sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki
tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat
konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai
sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000):
1) Jarak
Universitas Sumatera Utara

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak
sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan
sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta
kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur
minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus,
kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya (Chandra, 2007). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Gotaas, dkk dalam Soeparman (2002), sumber kontaminasi
yang berupa tinja manusia yang ditempatkan dalam lubang yang menembus
permukaan air tanah. Sampel positif organisme coliform didapatkan pada jarak 4
sampai 6 m dari sumber kontaminasi. Daerah kontaminasi melebar ke luar sampai
kira-kira 2 m pada titik yang berjarak sekitar 5 m dari jamban dan menyempit
pada kira-kira 11 m. Kontaminasi tidak bergerak melawan arah aliran air tanah.
Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban akan mengalami penyumbatan
(clogging), dan sampel yang positif dapat diperoleh hanya pada jarak 2-3 m dari
lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah menyempit. Pola
pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan pencemaran bakteriologis,
hanya jarak jangkaunya lebih jauh.
Berdasarkan sudut pandang sanitasi, yang penting diperhatikan adalah jarak
perpindahan maksimum dari bahan pencemar dan kenyataan bahwa arah
perpindahan selalu searah dengan arah aliran air tanah. Dalam penempatan sumur,
harus diingat bahwa air yang berada dalam lingkaran pengaruh sumur mengalir
menuju sumur tersebut. Tidak boleh ada bagian daerah kontaminasi kimiawi
Universitas Sumatera Utara

ataupun bakteriologis yang berada dalam jarak jangkau lingkaran pengaruh sumur
(Soeparman, 2002).
Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang
Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur
ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki
septic tank) lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap
perumahan adalah lebih dari 50 meter.
Menurut Kusnoputranto (1985) dalam soeparman (2002), pola pencemaran oleh
zat kimia mengikuti bentuk yang hampir sama dengan pencemaran bakteri. Pada
jarak 25 meter dari sumber pencemar area kontaminasi melebar sampai + 9 meter
untuk kemudian menyempit hingga jarak + 95 meter. Dengan demikian, sumber
air yang ada di masyarakat sebaiknya harus berjarak lebih dari 95 meter dari
tempat pembuangan bahan kimia.
Jarak aman antara Lubang Kakus dengan Sumber Air Minum dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain :
a) Topografi tanah: Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah
dan sudut kemiringan tanah.
b) Faktor hidrologi: yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman
air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan
berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan
dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk
dari tanah liat.
Universitas Sumatera Utara

c) Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus
lebih jauh dari kakus.
d) Jenis mikroorganisme: Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain
dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan
lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5
bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.
e) Faktor Kebudayaan: Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur
tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.
f) Frekuensi Pemompaan: Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil
untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk
mengisi kekosongan (Chandra, 2007).
2) Konstruksi sumur gali
Dalam hal konstruksi sumur gali, hal yang harus diutamakan adalah dinding
sumur gali. Kriteria yang harus diperhatikan dalam membuat dinding sumur gali
adalah:
a) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus
terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar
tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik
habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter
dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai
bidang perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000).
Universitas Sumatera Utara

b) Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat
dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah
tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada
umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter
berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen,
tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).
c) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan
tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali
bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air
sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa
beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam
keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar
dari pipa beton. (Machfoedz, 2004).
d) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang
mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang,
2000).
Selanjutnya adalah bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat
beberapa pendapat antara lain :
a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk
mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan
(Entjang, 2000).
Universitas Sumatera Utara

b) Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari
permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir
(Machfoedz, 2004).
c) Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus
dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu
kesatuan dengan dinding sumur (Chandra, 2007).
Dalam konstruksi sumur gali, salah satu juga yang harus diperhatikan adalah
lantai sumur gali. Ada beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air 1,5 m lebarnya dari dinding
sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah,
bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).
b) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring
dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5
meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).
c) Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah (Machfoedz, 2004).
3) Saluran Pembuangan Air Limbah
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai
berikut:
1) Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam tanah 3
meter/hari.
2) Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3 meter.
3) Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1 meter.
Universitas Sumatera Utara

4) Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun sedang
tidak digunakan.
5) Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
Menurut Entjang (2000), saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur
dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10m.
Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya
sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan
mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk
terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.
b. Sumur Bor
Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan
tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi
kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara
langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan
pompa tangan maupun pompa mesin.
2.3.2 Air Pipa (ledeng)
Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat selain air sumur gali
adalah air pipa atau air kran. Air bersih yang bersumber dari air kran di salurkan
melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun, setiap PDAM di setiap
daerah belum tentu memiliki kualitas dan kuantitasnya sama dengan daerah lainnya.
Secara teknis pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan harus memenuhi
unsur-unsur sebagai:
Universitas Sumatera Utara

1) Air tersedia secara kontinyu 24 jam sehari
2) Tekanan air di ujung pipa minimal sebesar 1,5 2 atm
3) Kualitas air harus memenuhi standar yang ditetapkan.
Sarana perpipaan adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya
yang menghasilkan, menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat
melalui jaringan perpipaan/distribusi. Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau air
permukaan dengan atau tanpa diolah. Ada beberapa cara pendistribusian air perpipaan
meliputi:
1) Sambungan rumah, air disalurkan sampai rumah melalui jaringan perpipaan
sehingga masyarakat tidak perlu lagi pergi dari rumah untuk mengambil air.
2) Kran umum, air hanya disalurkan sampai target tertentu dan masyarakat dapat
mengambil air dari tempat tersebut melalui kran.
3) Hidran umum adalah kran umum yang dilengkapi dengan tangki air karena
penyaluran air kurang dari 24 jam dalam sehari atau karena tekanannya rendah.
4) Terminal air, pada dasarnya sama dengan hidran umum, tetapi ditujukan untuk
daerah yang belum terjangkau jaringan distribusi air minum (jaraknya relatif
jauh), sehingga air bersih secara berkala dikirim dengan tangki dan ditampung
dalam terminal-terminal air.
2.4 Jarak Industri dengan Pemukiman
Berkembangnya suatu Kawasan Industri tidak terlepas dari pemilihan lokasi
kawasan industri yang dikembangkan, karena sangat dipengaruhi oleh beberapa
Universitas Sumatera Utara

factor/variabel di wilayah lokasi kawasan. Selain itu dikembangkannya suatu
Kawasan Industri juga akan memberikan dampak terhadap beberapa fungsi di sekitar
lokasi kawasan. Oleh sebab itu, beberapa kriteria menjadi pertimbangan di dalam
pemilihan lokasi Kawasan Industri, salah satu diantaranya adalah Jarak terhadap
Pemukiman.
Pertimbangan jarak terhadap pemukiman bagi pemilihan lokasi kegiatan
industri, pada prinsipnya memilikki dua tujuan pokok, yaitu:
1) Berdampak positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan aspek
pamasaran produk. Dalam hal ini juga perlu dipertimbangkannya adanya
kebutuhan tambahan akan perumahan sebagai akibat dari pembangunan kawasan
industri. Dalam kaitannya dengan jarak terhadap pemukiman disini harus
mempertimbangkan masalah pertumbuhan perumahan, dimana sering terjadi areal
tanah disekitar lokasi industri menjadi kumuh dan tidak ada lagi jarak antara
perumahan dengan kegiatan industri.
2) Berdampak negative karena kegiatan industri menghasilkan polutan dan limbah
yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
3) Jarak terhadap pemukiman yang ideal minimal 2 (dua) Km dari lokasi kegiatan
industri (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No: 35/M-
IND/PER/3/2010).
Pasar hewan merupakan suatu tempat penjualan hewan yang keberadaannya
dapat menimbulkan masalah pencemaran, karena Limbah hewan yang berupa feces
dan urine dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba
Universitas Sumatera Utara

sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. Dalam proses
pembusukannya di dalam air, mengakibatkan kandungan NH3 dan H2S di atas
maksimum kriteria kualitas air, dan kedua gas tersebut menimbulkan bau yang tidak
sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan yang disertai
dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual dan kehilangan selera makan. Selain
menimbulkan gas berbau busuk juga adanya pemanfaatan oksigen terlarut yang
berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota air (Roihatin, 2006).
Oleh karena itu, sebaiknya pasar hewan berada jauh dari pemukiman penduduk.
2.5 Tindakan Pengguna Air
Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. Tindakan tersebut
didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian
disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tindakan dalam
penelitian ini adalah segala sesuatu bentuk nyata yang dilakukan oleh pengguna
sumur gali yang dapat mencemari air sumur gali. Menurut Bloom dalam
Notoatmodjo (2005), praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan,
yaitu:
1. Praktik terpimpin (Guided respons), yaitu apabila subjek atau seseorang telah
melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan
panduan.
Universitas Sumatera Utara

2. Praktik secara mekanisme (Mecanism), yaitu Apabila seseorang telah melakukan
atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau
tindakan mekanis.
3. Adopsi (Adoption), adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.
Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi
sudah dilakukan modifikasi, atau disebut juga tindakan atau perilaku yang
berkualitas.
Menurut Azwar (2003), tindakan manusia ada tiga jenis yaitu: 1) tindakan
ideal, artinya tindakan yang dapat diamati dan dilakukan oleh individu atau
masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah; 2) tindakan
sekarang, artinya perilaku yang dilaksanakan saat ini, dan 3) tindakan yang
diharapkan, yakni tindakan yang diharapkan dilaksanakan oleh sasaran.
2.6 Kualitas Air
Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah
sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air
yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003).
Analisis kualitas air dapat dilakukan di laboratorium maupun secara sederhana.
Pemerikasaan di laboratorium akan menghasilkan data yang lengkap dan bersifat
kuantitatif, sedangkan pemeriksaan sederhana hanya bersifat kualitatif. Pemeriksaan
sederhana mempunyai keuntungan karena murah dan mudah sehingga setiap orang
dapat melakukannya tanpa memerlukan bahan-bahan yang mahal (Kusnaedi, 2006).
Universitas Sumatera Utara

Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air
bersih yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsinya (Amsyari, 1996). Kualitas air bersih sangat erat
kaitannya dengan kualitas air bakunya. Umumnya air baku dari air sumber (air tanah)
kualitasnya sudah cukup baik sehingga tidak sulit menjadikannya air bersih yang
memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi lain air bersih dalam jumlah banyak harus
mengambil dari sumber air yang besar pula. Ini sering terjadi di kota besar dan
akhirnya memilih air sungai yang ada di dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas
air sungai sebagai air permukaan jelas berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam
sehingga perlu proses yang lebih banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu
berat karena air sungai hanya terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya
pun terbatas sehingga proses penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari, 1996).
Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena
pencemaran dari limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat
dengan macam bahan kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak
banyak dikeluarkan oleh limbah rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari
industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti industri kertas, cat dan lainnya.
Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan lebih kompleks
(Amsyari, 1996).
2.6.1 Kualitas Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai
dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan
Universitas Sumatera Utara

melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa.
Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari
bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri
patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri
patogen (Soemirat, 2000). Menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990,
bakteri coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50
MPN.
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004). Berdasarkan
Kempenkes RI Nomor 907/ MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air
minum adalah dilihat dari Coliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum
yang diperbolehkan adalah 0 (nol). Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah,
sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk
golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya
menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK
Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori
sebagai berikut.
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang dari 50
Universitas Sumatera Utara

2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001-2400
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform lebih 2400.
2.6.2 Kualitas Fisik
Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990,
menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan
seharihari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum
maupun air baku (air bersih), antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik,
tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat
fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut :
1) Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan
dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila
temperature sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah 30C suhu udara
disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis
dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu,
temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan
kimia pencemar pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperature atau suhu
air diukur dengan menggunakan termometer air.
2) Bau dan Rasa
Universitas Sumatera Utara

Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh
adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan
bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber.
Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena
pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang
dilaporkan tidak mutlak. Untuk standard air bersih sesuai dengan Permenkes RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990 menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan
tidak berasa .
3) Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel
bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan
kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur,
bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi.
Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam
penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan
mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan
mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 1991). Tingkat kekeruhan air
dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter.
Untuk standar air bersih ditetapkan oleh Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25
NTU (Depkes RI, 1995).
Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Kualitas Kimia
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-
zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa (Hg), Aluminium (Al),
Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Calsium (Ca), Mangan ( Mn ),
Derajat keasaman (pH), Cadmium (Cd), dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI
416/MENKES/PER/IX/1990.
Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia
yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi
kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya
netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam
berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,59. Air
merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral
dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Soemirat, 2000).
2.7 Upaya Memperoleh Air Bersih
Upaya memperoleh air bersih dapat dilakukan dalam skala besar maupu skala
kecil sesuai dengan kebutuhannya
2.7.1 Penyimpanan
Air yang disimpan dalam wadah penampungan akan melalui proses purifikasi
secara alami sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara

a. Proses fisik
Setelah melalui proses fisik, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai sekitar
90%. Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam waktu 24 jam
dan air akan bertambah jernih
b. Proses kimiawi
Selama proses penampungan juga berlangsung proses kimiawi. Dalam proses ini ,
bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air
dengan bantuan oksigen bebas. Akibatnya, konsentrasi amonia akan berkurang
sementara konsentrasi nitrat justru meningkat.
c. Proses biologis
Organisme patogen berangsur-angsur akan mati. Keadaan ini dapat terlihat jika air
disimpan selama 5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan
berkurang sampai 90%.
Batas waktu yang optimum untuk penampungan berkisar antara 10-14 hari, bila lebih
lama akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat menimbulkan
rasa dan bau tidak enak dan perubahan warna pada air.
2.7.2 Penyaringan
Proses penyaringan atau filtrasi merupakan tahap kedua dari proses purifikasi
air. Proses ini sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri sampai sekitar
98-99% dalam air yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow sand
filter (filter biologis) dan rapid sand filter (filter mekanis). Metode-metode tersebut
Universitas Sumatera Utara

memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini, kedua
metode tersebut masih digunakan sebagai metode standar dalam proses purifikasi air.
Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil
sedangkan rapid sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala besar
terutama untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar.
2.7.3 Klorinasi
Klorinasi adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah menjalani
proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin
ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air
minum di negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya
relatif lebih murah, mudah dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan
dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida,
bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin (Chandra, 2007).
2.8 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia
Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar
bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung
terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat
mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari
air, yang jumlahnya sekitar 73 % dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak (Azwar,
1995).
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,
metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan. Air yang dibutuhkan oleh
manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula
dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah
tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari.
Angka tersebut misalnya untuk :
a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari
b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari
c. Masak, minum : 5L/orang/hari
d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari
e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari (Entjang, 2000).
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama
untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang sudah
maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari pada negara
berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air sangatlah bervariasi
sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu negara dengan
negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu desa dengan desa lainnya.
2.9 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit
Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh manusia
juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap pemakainya karena
Universitas Sumatera Utara

mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai untuk dikonsumsi sehingga air
dapat menjadi media penular penyakit. Didalam menularkan penyakit air berperan
dalam empat cara:


a. Water Borne
Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia dan hewan. Bila air
yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat menjadi penyakit
pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara
langsung ini sering kali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau Water
Borne Disease. Penyakit-penyakit tersebut diantaranya : kholera, penyakit
typhoid, penyakit hepatitis infeksiosa, penyakit disentri basiler. Penyakit
penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke
dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
b. Water Washed
Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan umum
alatalat terutama alat-alat dapur, makan, dan kebersihan perorangan. Dengan
terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit
tertentu dapat dikurangi pada manusia. Kelompok-kelompok penyakit ini banyak
terdapat di daerah tropis. Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara water
washed terutama berada di bidang hygiene sanitasi. Mutu air yang diperlukan
Universitas Sumatera Utara

tidak seketat mutu air bersih untuk diminum, yang lebih menentukan dalam hal
ini adalah banyaknya air yang tersedia.
c. Water Bashed
Penyakit pada siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara. Pejamu/perantara
ini hidup didalam air, contoh penyakit ini adalah penyakit schistosomiasis dan
dracunculus medinensis (guinea warm). Larva schistosomiasis hidup dalam
keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan berubah bentuk menjadi
cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada dalam air tersebut.
Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah
badan-badan air yang terdapat di alam yang sering berhubungan erat dengan
kehidupan manusia sehari-hari seperti menangkap ikan, mandi, cuci, dan
sebagainya.
d. Water Rellated Vektor Disease (vektor-vektor insekta yang berhubungan dengan
air). Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta yang
merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan salah satu
unsur alam yang harus ada di lingkungan manusia merupakan media yang baik
bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan
oleh insekta ini adalah malaria, yellow fever, dengue, onchocersiasis (river
blindness). Nyamuk aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit dengue dapat
berkembang biak dengan mudah bila pada lingkungan terdapat tempat-tempat
sementara untuk air bersih seperti gentong air, pot, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara

2.10 Landasan Teori
Landasan teoritis dalam penelitian ini menggunakan teori Simpul Kejadian
Penyakit. Teori simpul kejadian penyakit terdiri dari simpul satu yaitu tentang sumber
penyakit, simpul dua tentang media transmisi penyakit, simpul tiga tentang perilaku
pemajanan, dan simpul empat kejadian penyakit.
Simpul satu menarangkan bahwa sumber penyakit adalah titik mengeluarkan
atau mengemisi agent penyakit. Simpul dua tentang media transmisi penyakit adalah
komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit yaitu:
a. Udara
b. Air
c. Tanah/pangan
d. Binatang/serangga
e. Manusia/langsung.
Simpul tiga tentang perilaku pemajanan yaitu agent penyakit dengan atau
tanpa menumpang dengan komponen lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh melalui
satu proses yang kita kenal sebagai proses hubungan interaktif.
Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara yang
khas, ada tiga route of entry yakni:
1. Sistem pernafasan
2. Sistem pencernaan
3. Masuk melalui permukaan kulit.

Simpul 1 Simpul 3 Simpul 2
Universitas Sumatera Utara




Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Achmadi, 2008
Menurut Notodarmojo (2005), secara alamiah, tanah dan air tanah
mengandung mikroorganisme. Variasi jumlah dan jenisnya sangat beragam,
tergantung kondisi, lokasi, dan faktor alam lainnya. Tanah sendiri merupakan
lingkungan hidup bagi jutaan mikroorganisme, seperti misalnya bakteri, virus, jamur,
protozoa, dan nematoda, sedangkan air tanah, selain dibutuhkan untuk kehidupan
mikroorganisme, juga merupakan medium untuk pergerakan mikroorganisme
tersebut. Banyak diantara mikroorganisme tersebut bersifat patogen baik terhadap
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Konsentrasi berlebihan dari
mikroorganisme biasanya merupakan akibat dari kontaminasi.
Yang perlu mendapat perhatian adalah mikroorganisme patogen, yang dapat
membahayakan kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Sumber
kontaminan mikroorganisme untuk tanah dan air tanah adalah air buangan domestik,
baik dalam bentuk resapan atau bocoran dari tangki septik, pipa riol (sewer) maupun
efluent pengolahan limbah yang tidak sempurna. Sedangkan mikroorganisme patogen
berasal dari ekskreta manusia atau makhluk hidup lainnya yang menderita atau
membawa penyakit (carrier) tersebut. Sumber lain adalah buangan dari tempat
Limbah
Pasar
hewan
Air sumur
gali
(coliform)
Tindakan
Pengguna
Air
Universitas Sumatera Utara

pemotongan hewan dan tumbuhan yang tumbuh di daerah atau tanah yang telah
tercemar mikroorganisme tersebut.
2.11 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori tersebut di atas, maka pada penelitian ini
dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:













Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen
Jarak Sumur Gali
Dengan Pasar hewan
Jumlah coliform
dalam air sumur
Gali
Tindakan Pengguna
Air
Sumur Gali
Konstruksi Sumur Gali
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai