Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH INDUSTRI PETROKIMIA

SURFAKTAN KATIONIK

Disusun oleh :
Finda Dwi Lestari 117010
Natasha Ninditya S 117021
Resha Ray Fahlevi 117027
Ayu Lisia Widyastuti 117034

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
SEMARANG
2019
1. Pengertian
Bahan aktif permukaan (Surface Active Agent) sering disebut sebagai
surfaktan. Surfaktan merupakan senyawa organik yang molekul dan ionnya
diadsorbsi pada antar muka. Menurut penyusunnya, surfaktan memiliki gugus
hidrofilik dan gugus hidrofobik / lipofilik. Gugus hidrofilik memiliki sifat suka air
sedangkan gugus hidrofobik / lipofilik memiliki sifat suka dengan minyak /
lemak. Pada umumnya bagian non polar (hidrofobik) adalah termasuk rantai alkil
yang panjang (ekor), sedangan bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus
hidroksil (kepala).

Surfaktan merupakan zat yang ditambahkan pada cairan untuk


meningkatkan sifat penyebaran dengan menurunkan tegangan permukaan cairan.
Kemampuan surfaktan dalam menurunkan tegangan dikarenakan surfaktan
memiliki struktur molekul amphiphtalic. Surfaktan memiliki sifat-sifat antara lain;
menurunkan tegangan permukaan, tegangan antar muka, meningkatkan kestabilan
partikel yang terdispersi dan mengontrol jernis formulasi yaitu oil in water (o/w)
atau water in oil (w/o). Selain hal tersebut, surfaktan juga dapat terserap ke dalam
permukaan partikel minyak atau air sebagai penghalang yang akan mengurangi
atau menghambat penggabungan (coalescence) dari partikel yang terdispersi
(Rieger, 1985 dalam Sari, 2015). Berdasarkan muatan yang dimiliki, surfaktan
dibedakan menjadi 4, yaitu surfaktan anionic, surfaktan kationik, surfaktan
nonionic dan surfaktan amfoterik.
Surfaktan kationik merupakan surfaktan yang memiliki muatan positif
karena bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Surfaktan kationik terionisasi
membentuk banyak muatan positif kationik hidrofobik dan sedikit muatan negatif
anionik hidrofobik. Surfaktan ini memecah dalam media air dengan bagian kepala
bertindak sebagai pembawa sifat aktif permukaan.

2. Jenis-jenis Surfaktan Kationik


Surfaktan kationik dikategorikan berdasarkan jenis gugus fungsi
penyusunnya. Gugus fungsi penyusun surfaktan kationik diantaranya adalah;
Amina, Ammonium dan Heterosiklik.
Contoh surfaktan kationik yang diketahui antara lain :
a) Alkyltrimethylammonium salts : cetyl trimethylammonium bromide (CTAB)
b) Cetyl trimethylammonium chloride (CTAC)
c) Cetylpyridinium chloride (CPC)
d) Benzalkonium chloride (BAC)
e) Bnezethonium chloride (BZT)
f) 5-Bromo-5-nitro-1,3-dioxane
g) Dimethyldioctadecylammonium chloride
h) Dioctadecyldimethylammonium bromide (DODAB)

3. Aplikasi
Kationik surfaktan (molekul bermuatan positif) punya kemampuan untuk
secara kuat melekat dan atau menyerap pada permukaan bermuatan negatif dan
ketika mereka sudah melekat (bind) pada permukaan dengan muatan negatif,
kationik surfaktan tidak akan bisa secara efektif dihilangkan melalui proses
pembilasan dan pencucucian. Pada suatu kasus jika kationik surfaktan melekat
pada permukaan rambut, kationik surfaktan akan melekat dan mengikat
permukaan rambut yang bermuatan negatif dan jika sudah demikian akan sulit
untuk menghilangkannya dengan proses pencucian (keramas). Ini akan
mengakibatkan rambut menjadi hydrophobic (tidak dapat basah/menolak air), hal
ini diakibatkan oleh ekor surfaktan yang hydrophobic akan memenuhi permukaan
rambut yang seolah-olah membuat rambut menjadi tidak dapat basah.
Hal ini juga akan mengakibatkan kotoran debu yang berminyak yang
melekat mengenai rambut akan melekat pada “ekor surfaktan” yang memang
memiliki sifat mengikat minyak membuat rambut akan terasa terus berdebu dan
sulit untuk dibersihkan. Dan jikapun berhasil dibersihkan, akan mempunyai
kecenderungan mudah berdebu dan kotor lagi. Interaksi ini juga mengakibatkan
rambut memiliki low surface friction yang meminimalisir gaya gesek sehingga
membuat menyisir rambut dan menata / me-manage rambut menjadi lebih mudah.
Proses “netralisasi muatan” ini juga mengakibatkan rambut terlihat lebih tebal dan
juga berkilau, yang diakibatkan oleh susunan molekul surfaktan pada permukaan
rambut. Garam dialkil amonium digunakan untuk formulasi bilas / pembilas untuk
shampoo yang mengandung alkyl sulfat dan alkyl ether sulfat sebagai bahan
utama mereka. Ada beberapa kationik surfaktan yang jarang kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari tapi masih di produksi sampai sekarang. Garam amonium
kuarterner yang dibuat dari rantai panjang guerbet alcohol form lamallae liquid
crystals yang mampu melekat / diserap oleh rambut meskipun dilarutkan atau
digunakan dengan air dingin. Surfaktan kationik amido guanidine dengan
kelompok methylene sebagai pemberi jarak diantara kelompok amide dan
guanidine dimanfaatkan karena memiliki sifat conditioning / melembutkan dan
juga memiliki sifat melembabkan pada kondisi lingkungan yang kering. Aplikasi
senyawa amonium kuartener telah digunakan dikombinasikan dengan amine
oxides dan alkyl betaines, dan dengan penambahan hidrokarbon dan minyak sayur
untuk menghasilkan rambut yang berkilau (kilap) dan memberikan sifat mudah di
sisir pada rambut. Formulasi shampoo yang mengandung turunan polygylcol
amine yang dikombinasi dengan betaines dilaporkan memberikan efek
conditioning (melembutkan) yang sangat baik. Kationik polyglycerolated juga
dilaporkan memberikan karakteristik surfaktan yang mengindikasikan shampoo
yang baik seperti menghasilkan busa yang banyak, membersihkan rambut dengan
baik, melembutkan rambut, serta mem berikan efek iritasi yang kecil jika terkena
mata.
Berlawanan dengan benefit dari kationik surfaktan yang sudah
didiskusikan diatas pada kenyataannya, kationik surfaktan biasanya tidak cocok
dengan anionic surfaktan, yang merupakan surfaktan utama (yang sering
diugnakan) dalam formulasi shampoo, hal inilah yang kemudian membatasi
aplikasi kationik surfaktan. Kemampuan membersihkan dan menghasilkan busa
dari kationik surfaktan juga seringkali lebih rendah jika dibandingkan dengan
“pesaingnya” dari kelompok anionik surfaktan, dan juga masalah-masalah lain
seperti salah satunya meberikan efek weigh-ing down pada rambut sehingga
rambut terasa lebih berat dan terkesan lemas dan tidak pantas. Batasan-batasan
inilah yang membuat surfaktan kationik tidak banyak digunakan pada shampoo
dan penggunaannya seringkali dimanfaatkan sifatnya sebagai melembutkan
(conditioning), pelumas (lubricating), dan sifat anti statis yang dapat digunakan
dalam pelembut (conditioner).
Salah satu bentuk aplikasi kationik surfaktan yang lain adalah sebagai
anti-bacterial agent dimana dibandingkan dengan segala jenis surfaktan lain
karena secara umum kationik surfaktan lebih efektif sebagai anti-bacterial agent
dibandingkan dengan surfaktan lain, dan umumnya digunakan sebagai desinfectan
dan antiseptic. Karena fungsi-fungsi dan sifat-sifat diatas maka kationik surfaktan
juga seringkali digunakan dan dimanfaatkan dalam bentuk conditioner dan
antistatic agent. Sebagai contoh, seperti yang sudah kita bahas diatas, kationik
surfaktan mengikat dan menempel pada permukaan rambut bermuatan negatif
yang kemudian membuat terjadinya pengurangan electric charge (muatan statis)
pada rambut yang sekaligus membuat rambut lebih mudah disisir dan di tata.
Kationic agent yang sering kali digunakan pada produk hair care adalah surfaktan
kuartener dan polimer kationik.
Akan tetapi sesuai apa yang kita bahas diatas pula bahwa penggunaan
surfaktan kationik di dalam dunia nyata masih jarang karena mengerjakan
formulasi yang mengandung kedua surfaktan yaitu surfaktan anionik yang
meberikan benefit umum dari shampoo yang kita tahu dapat membersihkan
kotoran dan debu dari rambut dan surfaktan kationik yang lebih superior dalam
memberikan sifat conditioning pada rambut sangatlah sulit. Walaupun kationik
surfaktan dapat dikombinasikan dan digunakan dengan nonionic surfaktan dan
atau amphoteric surfaktan untuk menutupi kekurangannya, kedua surfaktan ini
sering kali tidak digunakan untuk surfaktan tambahan / surfaktan sekunder karena
sifat mereka yang iritatif. Beberapa anionic surfaktan ditemukan bisa
dikombinasikan / berkerja bersamaan dengan kationik surfaktan. Salah satu
contohnya adalah carboxylated nonionic. Kombinasi ini mungkin akan memiliki
potensi yang besar di kemudian hari.
Pelembut kain bekerja dengan melapisi permukaan kain dengan lapisan
kimia/bahan kimia yang tipis melapisi seluruh kain; bahan kimia ini memiliki sifat
sebagai pelumas dan konduktif sehingga membuat kain terasa lebih halus dan
mencegah terbentuknya listrik statis. Fungsi lain ialah memberikan efek licin pada
saat disetrika sehingga mudah di setrika, membuat kain lebih tahan terhadap noda,
dan mencegah kerutan pada pakaian. Pelembut kain kationik terikat pada
permukaan kain dengan daya tarik elektrostatis terhadap permukaan kain yang
bermuatan negatif yang kemudian menetralkan muatan kain; rantai aliphatic
panjang yang kemudian tertata di bagian luar (permukaan) kain, memberikan rasa
licin dan lembut (lubricity).
pelembut pakaian modern biasanya ber basis garam amonium kuartener
dengan satu atau dua rantai alkyl panjang, salah satu senyawa yang biasa
digunakan adalah dipalmitoylethyl hydroxyethylmonium methosulfate.

4. Proses Pembuatan Surfaktan Kationik


Surfaktan kationik biasanya diproduksi dari minyak bumi dan jenis
surfaktan yang paling banyak dipakai adalah jenis CTAB dan CTAC. Dalam
jurnal penelitian yang diacu, CTAC dapat diproduksi dari palmithyl alcohol.
Sintesis terdiri dari dua tahap proses reaksi dan menghasilkan alkil halide dan
kuaternerisasi amina. Alkil halide di sintesis dengan cetyl alcohol bereaksi dengan
thionyl chloride dan pyridine dengan perbandingan molar 1 : 3 pada suhu 80oC
selama 2 jam yang kemudian akan menghasilkan cetyl chloride. Langkah kedua
adalah mensintesis CTAC dengan mereaksikan cetyl chloride dengan
trimetilamin. Rasio molar bahan ini adalah 1 : 3. Proses ini berlangsung selama 6
jam pada suhu 50oC. Alkohol
DAFTAR PUSTAKA

E N Yunira, A Suryani, Dadang, dan S Tursiloadi. 2018. Synthesis And


Aplication CTAC Surfactant From Palmityl,Alcohol In Insecticide
Emulsifiable Concentrate Formulation. IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science 209 (2018) 012039 doi:10.1088/1755-
1315/209/1/012039.
S N Sari. 2015. Bab II Tinjauan Pustaka. http://eprint.polsri.ac.id. Diakses pada
tanggal 23 Oktober 2019.
K S Sujit, P N Tulasi, B Ajaya, K C Sujeet. 2012. Cationic Surfactant and Their
Uses in Different Fields. TUTA Journal : Departement of Chemistry
Tribhuvan University.

Anda mungkin juga menyukai