Anda di halaman 1dari 7

A.

Hubungan antara Mutasi dan Evolusi



Evolusi dapat karena adanya mutasi genetik dan seleksi alam. Menuurut Darwin keturunan dari
perkawinan adalah bervariasi. Variasi dalam satu keturunan dapat terjadi karena ;
1. adanya mutasi gen
2. adanya rekombinasi gen-gen dalam satu keturunan.
jadi jelaslah bahwa mutasi akan memperbesar variasi. dimana variasi merupakan bahan mentah
evolusi. Variasi akan masuk ke dalam sistem seleksi yang merupakan proses evolusi. Hasil dari
proses evolusi adalah :
1. Spesies baru, yang berarti bahwa evolusi adaptif dengan alam. Evolusi seperti ini disebut
evolusi yang
progresif.
2. Kepunahan, yang berarti bahan evolusi non adaptif dengan alam. Evolusi seperti ini disebut
evolusi yang
retrogresif.

Hubungan Evolusi dan Mutasi
Darwin dan Wallace, dua ahli yang erat hubungannya dengan bidang evolusi, mengatakan
bahwa diantara individu-individu dalam suatu populasi selalu terdapat variasi. Sebagai contoh
dalam populasi ayam pash terdapat variasi di antara anggota populasi tersebut. Variasi itu bisa
terlihat dalam perbedaan bentuk jengger, pola warna bulu, ataupun berat tubuhnya. Demikian
pula dalam populasi lainnya, seperti populasi bakteri dan populasi serangga, juga memiliki
berbagai variasi sifat diantara anggotanya.
Lalu, apa hubunngan variasi dengan evolusi dan apapula hubungannya dengan mutasi? variasi
timbul akibat adanya mutasi, baik mutasi gen, mutasi kromosom, maupun rekombinasi. Dalam
mutasi gen akan terbentuk alel baru yang merupakan sumber terjadinya variasi.
Variasi dalam populasi merupakan bahan mentah (raw materials) terjadinya evolusi, jika racun
nyamuk akan tahan terhadap racun nyamuk tersebut. Nyamuk inilah yang akan terus bertahan
hidup dan menghasilkan keturunan yang kebal atau resisten terhadap racun nyamuk tersebut.
Hal ini pernah terjadi pada salah satu strain bakteri yang malah memakan antibiotik yang
sebelmnya justru dimaksudkan untuk membunuh bakteri tersebut. Inilah yang dimaksud bahwa
variasi merupakan bahan mentah terjadinya evoluasi.










. Proses Terbentuknya Spesies
Proses pembentukan spesies disebut spestasi. Proses ini merupakan akibat adanya populasi
yang terisolasi secara reproduksi. Individu anggota populasi tersebut hanya dapat bersilang
dengan anggota populasi itu bukan dengan populasi lain.
Jika beberapa varietas baru hasil suatu rekombinasi genetik spesies tertentu menghuni tempat
yang berlainan, varietas tersebut dapat mengalami perubahan yang mengarah pada
pembentukan spesies baru. Adanya populasi yang terisolasi akibat terhalang kondisi alam, misal
pegunungan dan sungai, akan menghalangi terciptanya reproduksi diantra individu-individu
tersebut. Hubungan atau barrier seperti ini dinamakan isolasi geografi.
Isolasi merupakan kunci terjadinya spesies baru, karena isolasi sangat bermanfaat untuk
mencegah terciptanya kembali keseragaman antarspesies melalui hibridisasi.


Percobaan Stanley Miller
Dari teori-teori yang berkembang yang menjelaskan asal usul dari kehidupan di bumi, teori
naturalis merupakan teori yang paling masuk akal dan Stanley Miller adalah salah satu tokoh
dari teori naturalis. Dengan kejeniusan Stanley Miller di Universitas Chicago pada tahun 1953
berhasil menciptakan sebuah alat percobaan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh
beberapa tokoh teori naturalis sebelumnya bahwa "terjadinya mahluk hidup berasal dari reaksi
kimia CH
4
, NH
3
, H
2
dan H
2
O". Oleh Miller, alat percobaannya itu dirancang kurang lebih sama
dengan kondisi pada keadaan pada awal terbentuknya bumi.

Berikut di bawah ini saya sajikan model alat percobaan Miller beserta dengan penjelasan cara
kerjanya.

Gambar model alat percobaan Stanley Miller

Penjelasan cara kerja percobaan Miller.
1. Terlebih dahulu alat percobaan dikosongkan menggunakan pompa hampa udara.
2. Gas-gas berupa CH
4
, NH
3
, H
2
dan H
2
O (semua dalam bentuk gas) dimasukkan ke dalam
tabung A pada alat percobaan.
3. Tabung berisi air dipanaskan sampai mendidih sehingga timbul uap air yang akan naik
dan bersama dengan gas-gas tadi mengalir di dalam saluran pipa menuju ke tabung B
(sobat bisa lihat tanda panah pada gambar model alat percobaan Miller).
4. Di dalam tabung B dipasang elektrode yang dialiri listrik dari sumber listrik bertegangan
tinggi, sehingga di dalam tabung B terjadi loncatan api listrik. Di tempat itulah terjadi
reaksi kimia dari campuran gas kimia sebelumnya tadi.
5. Hasil dari reaksi kimia tersebut kemudian turun menuju ke saluran C. Pada saluran
terdapat alat pendingin sehingga hasil reaksi terjadi kondensasi (pendinginan) dan
akhirnya terbentuklah embun, dan hasil senyawa kimia yang terbentuk akan mengalir
melalui kran.
6. Hasil senyawa kimia yang terbentuk tersebut kemudian diamati dan dari hasil
pengamatan menunjukkan bahwa senyawa yang terbentuk adalah senyawa asam amino.
Jadi dengan adanya percobaan yang dilakukan oleh Miller ini membuktikan bahwa hipotesis
yang diajukan oleh Dr. Oparin adalah benar. Reaksi kimia yang terjadi menghasilkan senyawa
asam amino dan asam amino tersebut merupakan dasar dari kehidupan.



Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul kehidupan.
Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang
keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat
laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air.
Alat tersebut juaga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur
didalamnya. Sebagai pengganti energi aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat
tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi
tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru. Kedalam
perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam perangkap embun
dianalisis secar kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung senyawa organic sederhana,
seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba
beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut
dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu
senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Lembaga cpenelitian lain,
dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose Nukleat) dan ARN
(Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas dalam inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan
pewarisan sifat.
Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan- satuan kompleks didalam sistem
kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat
terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori yang terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan
secara luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan
rahasia alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui
terbentuknya senyawa organik secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas
diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnay semua senyawa tersebut bereaksi
membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnay membentuk
senyawa yang merupakan komponen sel.


Uji presipitin
Pada uji presipitin terjadi reaksi antara satu antigen yang dapat larut dengan antibodi
homolognya. Reaksi ini berlangsung dengan poembentukan presipitat (enndapan) kasat mata
pada batas permukaan reaktan-reaktan bersangkutan. Reaksi semacam itub biasanya dilakukan
dengan menggunakan antibodi (antiserum) dengan jumlah konstan dan antigenj dengan
berbagai pengenceran. Dengan mengingat bahwa konsentrasi antibodi itu konstan, maka dapat
kita lihat bahwa hanya terbentuk sejumlah kecil presipitat bila antibodinya berlebihan. Dengan
ditambahnya konsentrasi antigen, maka jumlah presipitat meningkat dan mencapai maksimum
bila perbandingan antara antigen dan antibodinya optimum. Sesudah zone ini, dengan
bertambahnya konsentrasi antigen, maka jumlah presipitat menurun lagi. Jadi ada tiga zone
reaksi antigen-antibodi pada uji presipitin : zone kelebihan antibodi, zone setara, dan zone
kelebihan antigen.
Pada zone kelebihan antibodi, semua antigen telah bereaksi dengan antibodi dan telah
diendapkan (tidak ada antigen bebas di dalam supernatan). Sebaliknya di dalam zone kelebihan
antigen, semua antibodi telah bereaksi dengan antigen (tidak ada antibodi di dalam
supernatan), tetapi kompleks yang terbentuk tetap dapat larut karena banyaknya kelebihan
antigen mengikat antibodi menjadi kompleks yang berukuran kecil yang tidak terikat saling
membentuk agregat besar yang kasat mata.di dalam zone setara terjadi presipitasi antigendan
antibodi secara maksimum (tidak terdapat antigen bebas maupun antibodi bebas di dalam
supernatan) karena keduanya terdapat dalam proporsi optimum sehingga dapat membentuk
kisi-kisi antigen dan antibodi yang menjadi kasat mata dan tidak dapat larut. Karena alasan ini,
maka uji presipitin akan paling bermanfaat bila memungkinkan reaktan berdifusi sampai
konsentrasi optimumnya tercapai.








CIRI-CIRI UMUM JAMUR
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau
regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksinya.
1. Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah
besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh
jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk
jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu
menjadi tubuh buah.

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding
ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung
organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar
yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari
sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti
dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria
yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat.
2. Cara Makan dan Habitat Jamur
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur
tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Lihat
Gambar 5.3.
a. Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia
carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang
sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang
cocok.
c. Saprofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang
mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah
mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur
saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung
menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang
dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat
dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada
liken.
Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak
organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan
berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau
saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.

3. Pertumbuhan dan Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara
aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan
biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur
memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual
dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan
berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi.
Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua
individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi,
inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion.
Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa
bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera
melakukan pembelahan meiosis.
4. Peranan Jamur
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan meliputi berbagai jenis antara
lain sebagai berikut.
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi.
b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu
dalam pembuatan tempe dan oncom.
c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri
keju, roti, dan bir.
d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.
e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga mempunyai peranan yang
merugikan, antara lain sebagai berikut.
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit
rebah semai.
b. Phythophthora inf'estan menyebabkan penyakit pada daun tanaman
kentang.
c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.
d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru
manusia.
f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

Anda mungkin juga menyukai