Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

Kegunaan supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam
meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan
profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga
meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru akan memperlancar
pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud, 1986).
Secara umum supervisi memiliki kegunaan untuk memberikan bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Wiles, 1987), melalui usaha
peningkatan profesional mengajar (Depdikbud, 1975); menilai kemampuan guru sebagai
pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan
perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk
diperbaiki sendiri (Nawawi, 1983).
Supervisi juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperlengkapi
kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang
kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar
mengajar, memberikan pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan
pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru (Briggs, 1938). Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan fungsi supervisi adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses
dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam wujud layanan
profesional.
Guru membutuhkan bantuan dari sesama rekan guru yang memiliki kelebihan dan saling
bertukar ilmu pengetahuan. Guru membutuhkan bantuan kepala sekolah dan pengawas yang
secara struktural dianggap memiliki kelebihan dari guru. Supervisor yang berkualitas adalah
supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru ke arah usaha pemecahan masalah dan
perbaikan kualitas proses pembelajaran secara sistematis, kontinyu, dan komprehensif.
2

Dalam supervisi perkembangan dasar yang dipakai untuk memeriksa perkembangan guru
adalah abstraksi guru dan komitmen guru. Abstraksi adalah kemampuan seseorang dalam
membayangkan sesuatu yang pernah ia amati, ia dapat menceritakan sesuatu sesuai dengan
obyek yang sebenarnya walaupun hal itu telah terjadi dalam waktu yang lama. Kemampuan
mengabstraksi seseorang dipandang mewakili tingkat kemampuan umum orang tersebut Tingkat
kemampuan mengabstraksi pada guru dipandang tingkat kemampuan umum guru tersebut.
Komitmen adalah suatu sikap yang disertai dengan realisasi sikap itu dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk dalam melaksanakan tugas pekerjaan. Gurur yang mempunyai komitmen tinggi
dalam disiplin waktu selalu hadir dan selesai mengajar tepat pada waktunya.
Perkembangan guru pada supervise perkembangan ini dijabarkan dari kondisi tiap guru
pada tingkat abstraksi dan komitmennya masing-masing. Berdasarkan dua kemampuan tadi
maka guru dapat dikelompok-kelompokkan dan dengan pola pendekatan yang berbeda pula.
Dalam makalah ini kami akan membahas pola pendekatan kolaboratif berdasarkan sikap
dan peranan supervisor dalam proses supervisi.










3

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pendekatan Supervisi Pendidikan
Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian supervisi, sangat
bergantung kepada prototipe guru. Ada satu paradigma yang dikemukakan Glickman untuk
memilah-milah guru dalam empat prototipe guru. Ia mengemukakan setiap guru memiliki
dua kemampuan dasar, yaitu berpikir abstrak dan komitmen serta kepedulian. Kalau kedua
kemampuan itu digambarkan secara bersilang seperti gambar di bawah ini :









Akan terdapat empat kuadran (sisi). Ada 4 sisi : Sisi I, II, III, IV. Tiap sisi
terdapat dua kemampuan yang disingkat A (daya abstrak), K (Komitmen). Uraian kuncinya
sebagai berikut :
(1). Tiap sisi yang terdapat di sebelah kanan garis abstrak (sebelah kanan garis tegak lurus).
Komitmennya K tinggi (+).







I
IV
II
III
Daya abstrak
Komitmen
I
IV
II
III

A K
+ +
A K
+ -
A K
- +
A K
- -
4

Setiap sisi yang terdapat di atas garis komitmen (garis horizontal) daya abstraknya
(A)positif. Sisa semuanya rendah (-), sehingga sisi II K -, sisi III A-, sisi IV A-, dan K-. dengan
demikian kita menemukan :
I. Pada sisi I daya A+ K+. Guru semacam ini disebut guru yang profesional.
II. Pada sisi II daya abstrak tinggi A+, tetapi komitmen (K-) disebut guru yang tukang
kritik/konseptor.
III. Pada sisi III daya abstrak rendah (A-), tetapi komitmen tinggi (K+) disebut guru yang
terlalu sibuk/energik.
IV. Pada sisi IV daya abstrak rendah (A-) dan juga komitemen rendah (K-) disebut guru
yang tidak bermutu/lemah.
Pendekatan dan perilaku serta teknik yang diterapkan dalam memberi supervisi kepada
guru-guru berdasarkan prototipe guru seperti yang disebut di atas. Bila guru profesional
maka pendekatan yang digunakan adalah non-direktif.
Perilaku supervisor (1) mendengarkan, (2) memberanikan, (3) menjelaskan, (4)
mmnyajikan, (5) memecahkan masalah. Teknik yang diterapkan dialog dan mendengarkan
aktif.
Bila gurunya tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang diterapkan adalah
kolaboratif. Perilaku supervisi (1) menyajikan, (2) menjelaskan, (3) mendengarkan, (4)
memecahkan masalah, (5) negosiasi. Teknik yang digunakan percakapan pribadi , dialog
menjelaskan.
Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah derektif. Perilaku
supervisor (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4) memberi contoh, (5)
menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan.
Berdasarkan uraian singkat tentang paradigma kategori di atas, maka dapat diterapkan
berbagai pendekatan teknik dan perilaku supervisi berdasarkan data mengenai guru yang
sebenarnya yang memerlukan pelayanan supervisi. Yaitu pendekatan langsung (Direktif),
pendekatan tidak langsung (Non Direktif), pendekatan Kolaboratif.

B. Pendekatan Kolaboratif
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan
cara pendekatan direktif dan nondirektif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini
5

baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses
dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru.
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa
belajar adalah hasil panduan antara kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya
nanti berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan
dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Perilaku supervisor adalah sebagai berikut:
(1). Menyajikan
(2). Menjelaskan
(3). Mendengarkan
(4). Memecahkan masalah
(5). Negosiasi
Ketiga macam pendekatan sudah dikemukakan, yaitu pendekatan langsung (direktif),
pendekatan tidak langsung (non-direktif), dan pendekatan kolaboratif. Sudah tentu
pendekatan itu diterapkan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai berikut:
a. Percakapan awal (pre conference)
b. Observasi
c. Analisis / interpretasi
d. Percakapan akhir (past conference)
e. Analisis akhir
f. Diskusi
a. Percakapan Awal :

Supervisor bertemu dengan guru atau sebaliknya.
Mereka membicarakan masalah yang dihadapi guru
b. Observasi :
Dalam observasi digunakan alat pencatatan data.
Dalam percakapan awal supervisor berjanji akan
mengobservasi kelas atau sebaliknya guru
mengundang supervisi untuk mengadakan observasi
di kelas.
c. Analisis/Interpretasi :
Dalam observasi digunakan alat pencatatan data.
Data dianalisis dan ditafsir.
6

d. Percakapan akhir (past conference) :
Setelah data dianalisis lalu dibahas bersama dalam
suatu percakapan.
e. Analisis data :
Hasil percakapan yang dibahas bersama untuk
ditindaklanjuti.
f. Diskusi : Tahap akhir diadakan diskusi.

Dalam proses pemberian supervisi, ingatlah pendekatan, perilaku supervisor dan teknik
pemberian supervisi yang dikemukakan dapat diterapkan.

C. Analisis Supervisi dengan Pendekatan Kolaboratif berdasarkan Sikap dan Peranan
Supervisor dalam Proses Supervisi.
Pendekatan kolaboratif ini diaplikasikan pada guru yang termasuk kategori guru energik
dan guru konseptor dalam proses supervisi.
- Guru yang terlalu sibuk/energik , guru ini mempunyai tanggung jawab dan komitmen
yang tinggi , tetapi tingkat abstraksinya rendah . Guru ini energik punya kemauan keras,
dan antusias dalam bekerja. Cita-citanya tinggi, ingin berprestasi melalui kerja keras
dalam membina para siswa belajar, bermaksud melakukan inovasi dalam pembelajaran
agar lulusannya meningkat. Para siswa sering diberi tugas rumah yang banyak dengan
harapan prestasi mereka meningkat. Tetapi kemauan besar dan niat baik itu terganjal oleh
kemampuan umum guru ini yang kurang bagus, yang mengakibatkan jarang sekali ia
dapat mewujudkan niat baiknya. Terlalu banyak yang ingin digapai tidak sesuai dengan
kemampuannya yang rendah , membuat banyak pekerjaannya terbengkelai.
- Guru tukang kritik/konseptor, guru ini pandai membuat konsep-konsep baru tentang
pembelajaran maupun sekolah, tetapi tidak mampu mewujudkan konsep itu. Hal ini
disebabkan rasa tanggung jawab dan komitmennya rendah, walaupun ia memiliki
tingkat abstraksi yang tinggi. Dalam tugas sehari-hari ia sering mengemukakan ide-ide
yang bagus yang sifatnya inovatif. Ia dapat menjelaskan ide-ide itu dengan rasionalitas
yang relative tepat beserta langkah-langkah mewujudkan program itu. Namun bila ia
disuruh untuk mewujudkan cita-cita itu, memelopori hal-hal yang ia pandang inovatif, ia
selalu menolak. Ia tidak mau berkorban waktu, tenaga maupun pikiran untuk merealisasi
cita-cita itu. Ia tidak punya komitmen untuk melakukan sesuatu.
7

Kolaborasi adalah kerja sama antara guru dan supervisor . pendekatan ini berasal dari
psikologi kognitif. Kerja sama dilakukan dalam banyak hal untuk memajukan kedua guru
ini.
- Bagi guru yang terlalu sibuk/energik kerja sama ini dilakukan untuk membantu guru
dalam melaksanakan ide dan cita-citanya yang besar. Supervisor mengajak guru ini agar
tidak berhenti di tengah jalan melainkan memberi dorongan dan bantuan agar proyek-
proyeknya dapat ia selesaikan.
- Sementara itu bagi guru tukang kritik/konseptor kerja supervisor memberi dorongan dan
fasilitas agar guru ini bersedia menjadi ketua pelaksana ide yang ia ciptakan agar buah
ide itu dapat dinikmati oleh warga sekolah , terutama para siswa.
Dalam pendekatan kolaboratif ini dapat dilakukan metode berdasarkan kontrak, yaitu
suatu strategi yang dibuat oleh supervisor untuk memberi semacam paksaan kepada kedua
guru ini sebagai suatu ikatan . Kontrak yang ditandatangani atau hanya kesepakatan lisan ini
secara psikologis akan memberi pengaruh kepada itikad guru untuk mengisi dan
menyelesaikan kontrak itu . Bagi guru energik diharapkan akan dapat memenuhi kemauan
keras dan cita-cita yang tinggi bisa diwujudkan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati .
Demikian pula dengan guru konseptor, diharapkan tidak hanya mampu membuat konsep saja
melainkan juga mampu mewujudkan konsep itu dalam praktek sehari-hari.



















8

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan
direktif dan nondirektif menjadi pendekatan baru. Pendekatan kolaboratif ini
diaplikasikan pada guru yang termasuk kategori guru energik dan guru konseptor dalam
proses supervisi. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua
arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai
berikut:
(1). Menyajikan
(2). Menjelaskan
(3). Mendengarkan
(4). Memecahkan masalah
(5). Negosiasi
Bagi guru energik kerja sama ini dilakukan untuk membantu guru dalam
melaksanakan ide dan cita-citanya yang besar. Supervisor mengajak guru ini agar tidak
berhenti di tengah jalan melainkan memberi dorongan dan bantuan agar proyek-
proyeknya dapat ia selesaikan. bagi guru konseptor kerja supervisor memberi dorongan
dan fasilitas agar guru ini bersedia menjadi ketua pelaksana ide yang ia ciptakan agar
buah ide itu dapat dinikmati oleh warga sekolah , terutama para siswa.

B. Saran
Kepala sekolah dan pengawas memiliki kewajiban membina kemampuan para
guru. Dengan kata lain pengawas dan kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan
supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di sekolah seringkali masih
bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian kurang jelas, sehingga pemberian
umpan balik terlalu umum dan kurang mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru.
Sementara guru sendiripun kadang kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini
disebabkan tidak dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal
proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan
9

memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan
pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan. Supervisi merupakan
jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangtepatan permasalahan yang berhubungan
dengan guru pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai