Anda di halaman 1dari 40

1

RESTORASI RESIN KOMPOSIT


DENGAN TEKNIK LAMINASI

Hendra Dian Adhita Dharsono
Bagian Konservasi Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Jl.Sekeloa Selatan 1, Bandung.


Abstrak
Penggunaan bahan restorasi resin komposit saat ini sudah makin meluas.
Kerusakan jaringan keras gigi, baik pada gigi-gigi anterior maupun posterior, dapat
direstorasi menggunakan bahan resin komposit. Walaupun banyak mempunyai
kelebihan dalam hal estetika dan kekuatan, tidak semua kasus kerusakan jaringan
keras gigi dapat diatasi dengan menggunakan bahan resin komposit.
Resin komposit dapat berikatan dengan email dan dentin secara
mikromekanis. Email dan dentin yang telah dietsa memungkinkan resin komposit
untuk berikatan melalui porositas yang terbentuk pada permukaan jaringan keras gigi
tersebut. Kekuatan ikatan email jauh lebih baik dan lebih kuat dibandingkan dengan
kekuatan ikatan dentin dengan resin komposit.
Permasalahan akan timbul bila dinding kavitas yang hanya terdiri dari dentin
atau mempunyai sedikit email. Kebocoran lebih sering terjadi pada ikatan dentin
dengan resin komposit. Berbeda dengan resin komposit, glass-ionomer memiliki
kemampuan adhesi yang lebih baik terhadap dentin.
Suatu teknik kemudian dikembangkan untuk mengatasi keadaan klinis yang
sulit diatasi dengan hanya menggunakan resin komposit. Teknik laminasi
menggunakan glass-ionomer, yang digunakan sebagai basis yang berikatan dengan
dentin, digabung dengan resin komposit, yang lebih kuat menahan daya kunyah,
tahan terhadap abrasi, dan memiliki nilai estetika yang jauh lebih baik .


Kata kunci : restorasi laminasi, sandwich restoration, glass-ionomer, resin komposit


2
PENDAHULUAN
Bahan restorasi resin komposit saat ini sudah berkembang sangat pesat.
Restorasi gigi menggunakan resin komposit dapat memberikan hasil akhir restorasi
yang baik, yaitu memiliki kriteria estetis yang memadai dan kekuatan serta ketahan-
nya juga meningkat. Saat ini bahan resin komposit dapat digunakan baik untuk gigi-
gigi anterior maupun posterior dan menjadi pilihan dalam prosedur restorasi rutin.
Salah satu kekurangan dari bahan restorasi ini, yaitu, tidak selalu dapat diaplikasikan
pada semua kondisi klinis kerusakan jaringan keras gigi. Ada beberapa keadaan
yang tidak dapat ditoleransi oleh bahan restorasi adhesif ini. Salah satunya adalah
daerah operasi yang sulit dikontrol kelembabannya, seperti pada kavitas dengan
dinding gingiva terletak di bawah cemento-enamel junction (CEJ). Dalam suasana
yang lembab bahan restorasi komposit resin dapat mengalami degradasi hidrolisis
yang akhirnya dapat menimbulkan kebocoran restorasi dan memicu terbentuknya
karies sekunder. Selain itu, kebocoran juga lebih tinggi pada dinding yang hanya
terdiri dari dentin atau hanya terdapat sedikit email.
1,2,3


RESTORASI LAMINASI GLASS-IONOMER - RESIN KOMPOSIT
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, Wilson dan McLean (1988)
memperkenalkan suatu teknik restorasi dengan menggabungkan dua macam bahan,
yaitu glass-ionomer cement (GIC) dengan resin komposit. Teknik ini dikenal dengan
istilah restorasi laminasi, dan sebagian penulis menyebutnya dengan istilah
sandwich-restoration.
1-4
Penggabungan kedua bahan dalam satu restorasi ini bertujuan untuk
mendapatkan suatu restorasi yang monolitik antara resin komposit, glass-ionomer
3
dan jaringan keras gigi. Kelebihan sifat fisis glass-ionomer digunakan untuk
mengatasi kekurangan sifat fisis resin komposit, demikian pula sebaliknya.
2,3,5
Dikenal dua macam restorasi laminasi, yaitu restorasi laminasi terbuka dan
restorasi laminasi tertutup, atau sering disebut sebagai restorasi open-sandwich dan
close-sandwich.



Gambar 1

A. Restorasi laminasi terbuka B. Restorasi laminasi tertutup

(Modern Concepts in Operative Dentistry,1988)
6

Ket: Gambar 1B dibuat dengan modifikasi visual oleh penulis

Restorasi laminasi terbuka merupakan indikasi pada kavitas kelas II dan kelas
V dengan batas dinding gingiva melewati cemento-enamel junction (CEJ). Glass-
ionomer diaplikasikan pada dasar restorasi bagian proksimal dan resin komposit
dilapiskan di atasnya, membentuk restorasi kelas II. Pada restorasi ini, glass-ionomer
pada bagian proksimal tidak terlindungi oleh resin komposit dan berhubungan
langsung dengan lingkungan rongga mulut (Gambar 1A).
Sedangkan pada restorasi laminasi tertutup, glass-ionomer dibuat sebagai
basis pengganti dentin pada kavitas yang cukup dalam. Glass-ionomer terlindung
oleh resin komposit diatasnya dan oleh dinding-dinding kavitas (Gambar 1B).



4
Resin Komposit
Resin komposit merupakan bahan restorasi adhesif yang dapat berikatan
dengan jaringan keras gigi melalui dua sistem bonding (ikatan), yaitu ikatan email
dan ikatan dentin. Kekuatan ikatan resin komposit terhadap email dengan sistem
etsa asam seperti yang diperkenalkan oleh Buonocore sejak tahun 1955 sudah
terbukti dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama. Etsa asam pada email akan
membentuk mikroporositas pada permukaan email yang dapat diisi dengan bonding-
agent, sehingga terbentuk ikatan mikromekanis antara resin komposit dengan email
(resin tag).
2,5,7

Dalam perkembangannya, pradigma ikatan resin komposit dengan jaringan
keras gigi berubah, tidak hanya mengandalkan ikatan email saja tetapi juga
dikembangkan suatu sistem ikatan dengan dentin. Sistem ini juga menggunakan
etsa asam untuk membuka tubuli dentin dan dipopulerkan pertama kalinya oleh
Fusayama pada tahun 1979 dengan istilah total-etch. Pada saat itu, Fusayama
berkeyakinan bahwa ikatan dentin dengan resin komposit terjadi secara kimiawi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Misu (1981), terbukti bahwa ikatan dentin
dengan resin komposit lebih merupakan ikatan mikromekanis. Ikatan dentin
merupakan retensi tambahan bagi bahan restorasi adhesif, karena kekuatannya di
bawah ikatan email, yang merupakan retensi utama. Sampai saat ini, kekuatan
retensi resin komposit dengan jaringan keras gigi masih mengandalkan kedua sistem
tersebut.
5,6,7

Ikatan resin komposit dengan dentin merupakan suatu hal yang selalu
menjadi tantangan bagi praktisi dan bagi produsen bahan kedokteran gigi, karena
merupakan fenomena yang kompleks. Perkembangan teknologi bahan dan teknik
restorasi adhesif sangat pesat. Salah satu yang terus diupayakan adalah untuk
5
mendapatkan suatu ikatan yang kuat rapat, dan kedap antara resin komposit dengan
dentin.
4,5

Kehilangan jaringan email dapat terjadi akibat karies, trauma, atau intervensi
operatif yang menyebabkan tubuli dentin terbuka. Aplikasi etsa asam akan
menyebabkan diameter tubuli dentin membesar, resistensi cairan didalam tubuli
dentin menjadi kecil. Hal ini berakibat cairan dentin dapat bergerak lebih mudah di
dalam tubuli dentin, baik ke arah pulpa maupun keluar ke permukaan dentin.
Permukaan dentin yang lembab tidak dapat dihindarkan. Keadaan ini dapat
memberikan keuntungan maupun kerugian bagi ikatan dentin. Cairan dentin yang
membasahi permukaan dentin dapat memudahkan bonding-agent berpenetrasi ke
dalam tubuli dan serat-serat kolagen. Namun di lain pihak, kelembaban dentin justru
dapat melemahkan resin komposit di atasnya karena resin kopmposit adalah suatu
bahan yang bersifat anhidrous.
6,7
Sifat fisiologis dentin dan sifat fisis resin komposit
menyebabkan ikatan dentin ini sulit untuk bertahan untuk jangka waktu yang
panjang.
8
Peneliti lain membuktikan bahwa ikatan dentin dapat bertahan bila pada
dindingnya masih terdapat email,
9
Diameter, orientasi dan jumlah tubuli dentin per satuan luas permukaan
bervariasi, tergantung dari lokasi dentin. Makin mendekati pulpa, diameter tubuli
dentin makin membesar, sedangkan jumlah tubuli dentin per satuan luas permukaan
pun semakin banyak. Orientasi tubuli dentin pada daerah oklusal adalah vertikal
terhadap dasar kavitas, sedangkan pada daerah gingival orientasi tubuli dentin
adalah horisontal. Variasi dentin ini menyebabkan di setiap lokasi berbeda dentin
mempunyai karakter permeabilitas yang berbeda juga. Perbedaan permeabilitas
dentin ini tentunya juga akan mempengaruhi kekuatan ikatan resin komposit dengan
dentin.
2,5,6,10
6


Gambar 2

Pola distribusi dan orientasi tubuli dentin
(Journal of American Dental Association. 2003;134)

Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas yang
hanya terdapat sedikit, atau sama sekali tidak ada email. Pada penggunaan bahan
restorasi resin komposit, daerah operasi harus sama sekali terbebas dari
kontaminasi cairan seperti saliva atau darah.
11
Restorasi indirek, seperti inlay atau onlay merupakan restorasi pilihan terbaik
untuk kondisi klinis demikian. Kadangkala pembuatan restorasi indirek ini tidak dapat
dipenuhi karena adanya keterbatasan ekonomi pasien. Restorasi direk alternatif pun
menjadi pilihan, tentunya dengan berbagai pertimbangan terutama dalam hal
pemihan bahan dan teknik pengerjaannya. Resin komposit dapat juga digunakan
unutk membuat restorasi indirek dan memerlukan waktu pengerjaan yang lebih lama
dan pemakaian bahan yang banyak.
11


Glass-ionomer cement (GIC)
Glass-ionomer cement sudah dikenal sejak tahun 1971, dan bahan ini
merupakan pilihan utama untuk merestorasi gigi-gigi anterior, bahkan untuk gigi-gigi
posterior sekali pun. Setelah resin komposit diperkenalkan, glass-ionomer masih
tetap eksis dan kemampuannya terus berkembang seperti halnya resin komposit.
7
Pemilihan bahan GIC sebagai pengikat resin komposit dengan dentin pada
restorasi laminasi didasari atas keunggulan sifat-sifat bahannya.
5
Glass-ionomer
merupakan bahan yang tidak mengiritasi jaringan lunak dan memiliki kandungan
Fluor yang dapat dilepaskan ke lingkungan rongga mulut, serta menyerap Fluor dari
lingkungan disekitarnya sehingga berfungsi sebagai reservoir, sehingga dapat
mencegah terbentuknya karies sekunder. Bahan ini berikatan dengan jaringan
termineralisasi gigi secara fisikokemis, yaitu terjadi pertukaran ion-ion GIC dengan
ion-ion dalam struktur gigi membentuk suatu lapisan ion-ion yang mengikat GIC
dengan jaringan keras gigi. Ikatan glass-ionomer dengan dentin lebih baik dibanding
dengan ikatan dentin dengan resin komposit. Koefisien termal ekspansinya
mendekati koefisien termal ekspansi struktur gigi, mampu menerima tekanan oklusal
ringan, dan tahan terhadap daya abrasif.
2,4,
Selain itu GIC merupakan bahan
berbasis air, yang untuk mempertahankan kestabilannya memerlukan suasana yang
sedikit lembab dengan menyerap cairan dari sekitarnya. Meskipun demikian,
kelembaban yang ekstrim dan pengeringan dapat mengganggu pengerasan bahan
dan melemahkan bahan glass-ionomer.
2,3,11

Glass-ionomer yang sudah mengeras dapat dietsa untuk memperoleh
kekasaran dan porositas permukaannya, sehingga resin komposit dapat berikatan
dengan secara mekanis. Hubungan dengan resin komposit diperoleh secara kemis
dan fisik. Etsa dilakukan tidak lebih dari 20 detik untuk mencegah kerusakan lebih
lanjut dari matriks glass-ionomer.
4,14

Saat ini telah banyak beredar Resin Modified Glass-Ionomer Cement
(RMGIC). Penambahan resin pada GIC bertujuan untuk mengatasi masalah
sensitifitas bahan pada saat pengerasan dan mempercepat waktu pengerasan..Saat
ini RMGIC mulai menggantikan glass-ionomer konvensional dan dapat digunakan
8
untuk semua indikasi glas-ionomer konvensional ditambah dengan kegunaan
lainnya. Bahan ini dianjurkan untuk digunakan pada restorasi laminasi karena
pengerasannya lebih cepat dan adaptasi interfasial dengan dentin yang lebih baik
dari resin komposit. Ikatan RMGIC dengan resin komposit terbentuk karena terjadi
reaksi kimia diantara kedua bahan ini.
2,3,11-13

Telah banyak penelitian dilakukan untuk melihat ketahanan dan kebocoran
restorasi laminasi. Salah satu penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa
evaluasi selama 3, 5, dan 9 tahun tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna
dalam hal ketahanan restorasi antara restorasi resin komposit dengan restorasi
laminasi dengan bahan basis RMGIC.
14
Bahkan pada penelitian kebocoran dinding
gingival, ternyata restorasi laminasi menghasilkan kebocoran dinding gingival yang
lebih sedikit dibandingkan dengan restorasi resin komposit maupun dengan restorasi
kombinasi resin komposit flowable dan packable.
15


INDIKASI RESTORASI LAMINASI
Keadaan klinis yang kompromis untuk dibuatkan restorasi direk dengan bahan
resin komposit merupakan indikasi pembuatan restorasi laminasi. Contohnya pada
kavitas kelas II dan kelas V yang dinding gingivanya terletak di bawah dentino-
enamel junction (DEJ)
1-3
Pertimbangan ekonomis juga menjadi alasan pemilihan teknik restorasi
laminasi. Kendala ekonomis untuk pembutan restorasi indirek menjadi pertimbangan
untuk pembuatan restorasi laminasi. Teknik ini juga memungkinkan pengurangan
pemakaian resin komposit, sehingga biaya dapat ditekan.
1,11

9
Pada saat ini, dengan pendekatan preparasi minimal, teknik laminasi juga
dipakai untuk teknik restorasi kelas II tunnel (terowongan).
1,3


PEMILIHAN BAHAN RESTORASI
Salah satu kunci keberhasilan suatu restorasi laminasi antara lain bergantung
pada pemilihan bahan yang sesuai dengan indikasinya, manipulasi serta teknik
aplikasi bahan-bahan tersebut.
1,2,10

Terdapat beberapa tipe GIC yang ada di pasaran, khusus untuk restorasi
laminasi, bahan yang dipakai adalah GIC Tipe III atau RMGIC untuk restorasi gigi
posterior, dan Tipe II.2 untuk gigi anterior.
1,2

GIC Tipe III dan RMGIC tipe auto-cure mengeras dengan cepat. Sedangkan
tipe light-activated RMGIC akan langsung mengeras setelah diaktivasi dengan sinar.
GIC Tipe III sebagai basis dan untuk membentuk inti dicampur dengan rasio bubuk-
cairan 3:1. Sedangkan untuk tipe RMGIC diaduk sesuai dengan petunjuk pabrik.
RMGIC kini lebih dianjurkan, karena mempunyai kekuatan tekan yang lebih baik,
lebih tahan terhadap pelarutan dan erosi, serta memiliki modulus elastisitas yang
mendekati dentin.
2
Untuk restorasi laminasi pada gigi anterior, umumnya pada restorasi kelas V,
bahan-bahan tersebut di atas dapat juga digunakan. Tetapi karena pertimbangan
estetika dan kecilnya daya oklusal yang diterima oleh restorasi, maka dapat
digunakan GIC Tipe II.2 yang indikasinya untuk restorasi gigi. GIC tipe ini dibuat
dalam beberapa gradasi warna yang dapat disesuaikan dengan warna asli gigi yang
memerlukan restorasi.
2

10
PROSEDUR PEMBUATAN RESTORASI LAMINASI
.
A. Tissue Management untuk mengkontrol cairan gusi dan/atau menghentikan
perdarahan.
B. Aplikasi GIC sebagai basis
1,2

- Kavitas dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Aplikasikan asam
polialkenoat 10% pada dentin sebagai kondisioner selama 10-15 detik,
kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan.
- GIC disiapkan dan diaplikasikan ke dalam kavitas menggunakan spuit
aplikator agar kavitas benar-benar terisi dengan padat.
Cara pengadukan bubuk dan cairan GIC yang dilakukan dengan benar
merupakan prosedur yang sangat penting, karena akan mempengaruhi
kualitas GIC yang dihasilkan. Caranya adalah sebagai berikut:
i. Bubuk dibagi menjadi dua porsi dengan jumlah yang sama
banyak.
ii. Porsi pertama disatukan dengan cairan, kemudian dicampur
dengan menggunakan spatel dengan gerakan rolling (melipat)
dengan tujuan hanya untuk membasahi permukaan partikel
bubuk dan menghasilkan campuran encer. Langkah ini
dilakukan selama 10 detik.
iii. Kemudian porsi kedua disatukan dengan adukan pertama.
Pengadukan terus dilanjutkan dengan gerakan yang sama
dengan daya yang ringan sampai seluruh partikel terbasahi.
Luas daerah pengadukan diusahakan untuk tidak meluas dan
adukan selalu dikumpulkan menjadi satu. Dianjurkan untuk tidak
11
melakukan gerakan memotong adukan, karena tujuan
pengadukan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk.
iv. Pengadukan selesai setelah 25 30 detik sejak awal
pengadukan. Sebaiknya adukan tidak perlu diangkat-angkat
untuk memeriksa konsistensinya, karena bila hal ini dilakukan
maka proses pengadukan akan terus berlanjut dan makin
banyak partikel bubuk yang larut.
v. Adukan langsung di kumpulkan di spuit aplikator untuk di
aplikasikan ke dalam kavitas. Pada saat ini reaksi pengerasan
sudah berlangsung.

Ada dua cara aplikasi GIC. Cara pertama GIC diaplikasikan
secukupnya dan langsung dibentuk basis. Sedangkan cara kedua
adalah dengan mengisi penuh kavitas dengan GIC, setelah GIC
mengeras kavitas dipreparasi kembali untuk membentuk basis.
Dinding-dinding yang tertutup dengan GIC harus dipreparasi kembali
untuk mendapatkan permukaan dentin dan email segar, sehingga
dapat diperoleh retensi resin komposit yang baik.

C. Aplikasi Resin komposit
- Teknik aplikasi resin komposit dilakukan dengan cara yang biasa
dilakukan, yaitu diawali dengan aplikasi etsa.
- Seluruh permukaan GIC yang akan berkontak dengan resin komposit
dan dinding-dinding kavitas (dentin dan email) dietsa selama 15-20
detik atau sesuai dengan petunjuk pabrik.
12
- Kavitas dibilas dengan air, tanpa tekanan, selama 1-2 menit.
- Keringkan kavitas dengan sponge-pellet, atau disemprot perlahan
dengan chip-blower.
- Aplikasikan bonding agent pada seluruh permukaan yang dietsa,
diamkan sekitar 10 detik agar zat pelarutnya menguap, semprot
perlahan dengan chip-blower, kemudian dipolimerisasi dengan
penyinaran. Lakukan langkah ini sebanyak dua kali.
- Resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis (incremental) dengan
ketebalan maksimum 2 mm, atau sesuai dengan petunjuk pabrik. Untuk
setiap lapisnya dilakukan polimerisasi dengan penyinaran.
- Penyinaran sebaiknya dilakukan dari tiga arah, yaitu dari arah bukal,
lingual/palatal, dan terakhir dari arah oklusal.

TEKNIK RESTORASI LAMINASI PADA KAVITAS KELAS II
1,2,3,5
Pada pembuatan restorasi kelas II, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
- Lakukan tissue magement sebelum pemasangan matriks.
- Gunakan matriks mylar dan baji (wedge) untuk aplikasi GIC
- Pada bagian proksimal, restorasi GIC hanya sampai batas sedikit di
bawah titik kontak. Tujuannya adalah agar bahan yang berkontak
dengan gigi tetangga adalah resin komposit. Resin komposit lebih kuat
membentuk kontak dengan gigi disebelahnya serta tahan terhadap
friksi pada daerah kontak yang terjadi pada saat fungsi. Sedangkan
pada bagian oklusal GIC hanya mengisi kavitas sampai batas di bawah
dentino-enamel junction (DEJ).
13
-

Gambar 3
Teknik restorasi laminasi kelas II
1.Aplikasi glass-ionomer,2.Aplikasi resin komposit secara incremental
(Tooth Colored Restoratives,1996)
16


- Lakukan pemilihan warna resin komposit sesuai dengan warna gigi
yang akan direstorasi.
- Setelah GIC mengeras dan dibentuk sesuai dengan desain di atas dan
lakukan pemasangan matriks seksional atau automatriks dan baji
(wedge) sebelum aplikasi bahan restorasi resin komposit.

TEKNIK RESTORASI LAMINASI PADA KAVITAS KELAS V
3

Pada pembuatan restorasi laminasi kelas V ini diperlukan ketelitian yang lebih
karena kecilnya daerah operasi. Penatalaksanaannya adalah, sebagai berikut:
- Lakukan pemilihan warna GIC dan resin komposit yang sesuai dengan
warna gigi yang direstorasi.
- Lakukan tissue magement sebelum dilakukan aplikasi GIC
- GIC ditempatkan ke dalam kavitas dengan bentuk permukaan yang
oblique (miring) ke arah insisal terhadap permukaan kavitas. Bagian
kavitas yang terletak di bawah gusi terisi penuh dengan GIC dan
ketebalannya makin menipis ke arah dinding insisal. Tujuannya adalah
14
agar bagian supragingiva dapat direstorasi dengan resin komposit
dengan ketebalan yang cukup.

Gambar 4
Teknik restorasi laminasi kelas V
Aplikasi glass-ionomer dan resin komposit
(Fundamentals of Operative Dentistry, A Contemporary Approach, 2001)
3



KESIMPULAN
Restorasi laminasi merupakan teknik alternatif yang dapat dipertimbangkan
untuk digunakan pada kasus-kasus restorasi yang dinding gingivanya melewati
cemento-enamel junction (CEJ). Restorasi ini juga dapat dijadikan pilihan bila pasien
mempunyai kendala dalam segi ekonomi dan waktu untuk dibuatkan restorasi indirek
yang biayanya lebih mahal, serta prosedur pembuatannya lebih memakan waktu.
Restorasi laminasi memberikan prognosis yang cukup baik, selama teknik
yang dilakukannya tepat, dan yang juga sama pentingnya yaitu pemilihan bahan
yang tepat sesuai dengan indikasi. Bahan basis restorasi glass-ionomer harus dipilih
yang cukup kuat menahan daya kunyah dan mengeras dengan cepat. Dianjurkan
untuk menggunakan glass-ionomer yang diperuntukkan untuk pembuatan basis atau
RMGIC. Khusus untuk gigi anterior, terutama untuk kelas V, dapat dipilih glass-
ionomer yang biasa digunakan untuk restorasi karena tidak menerima daya kunyah
secara langsung.
15
Bahan-bahan yang digunakan untuk restorasi laminasi merupakan bahan
yang technique-sensitive. Untuk memperoleh hasil restorasi yang baik diperlukan
keterampilan dan ketelitian operator dalam memanipuilasi maupun aplikasi bahan
serta dalam mempersiapkan daerah operasi.


DAFTAR PUSTAKA


1. Mount, GJ., Hume, WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure,
Edisi 2. Brighton: Knowledge Books and Software. 2005. hal. 164-197.
2. Mount GJ. An Atlas of Glass-Ionomer Cements,A Clinicians Guide. Edisi 3.
London: Martin Dunitz. 2002.
3. Summitt JB, Robbins JW, Schwartz RS. Fundamentals of Operative Dentistry,
A Contemporary Approach. Edisi 2. Illinois: Quintessence Publishing Co,Inc.
2001.
4. Hunt PR. Glass Ionomer Cements. Dalam: Dale BG., Aschheim KW. Esthetic
Dentistry, A Clinical Approach to Techniques and Materials. Pennsylvania:
Lea & Febiger. 1993. hal 69-79.
5. Powers JM, Sakaguchi RL(Editor).Craigs Restorative Dental Materials. Edisi
12. New York: Mosby Elsevier. 2006.
6. Hrsted-Bindlev P., Amussen E. Esthetic Restoration. Dalam :Hrsted-Bindlev
P., Mjr IA (Editor). Modern Concepts in Operative Dentistry, Copenhagen:
Munksgaard. 1988.
7. Liebenberg, W. Return to the Resin Modified Glass-Ionomer Cement
Sandwich Technique. Journal of Canadian Dental Association. 2005; 71(10):
743-747. Dalam www.cda-adc.ca/jcda/vol-71/issue-10. Diakses 9 Mei 2007
8. Heymann, HO., Bayne, SC. Current Concepts in Dentin Bonding: Focusing on
Dentinal Adhesion Factors. Journal of American Dental Association. 1993;
124: 27-35.
9. Nakabayashi, N., Pashley, H. Hybridization of Dental Hard Tissues. Tokyo:
Quintessence Publishing Co. 1998.
10. Hashimoto, M., dkk. In vivo degradation of resin-dentin bonds in humans over
1 to 3 years. Journal of Dental Research. 2000; 79(6) : 1385-1391
11. De Munck, J., dkk. Four-year water degradation of total-etch adhesives
bonded to enamel. Journal of Dental Research. 2003; 82(2) : 136-140
12. Swift Jr. EJ., Perdigo J., Heymann HO. Bonding to enamel and dentin: A brief
history and state of the art,1995. Special Report. Quintessence International.
1995; 26(2): 95-106
13. ADA Council on Scientific Affair. Direct and indirect restorative material.
Journal of American Dental Association. 2003; 134(April); 463-472
14. Zanata, RL., dkk. Bond Strength Between Resin Composite and Etched and
Non-etched Glass Ionomer. Brazil Dental Journal. 1997; 8(2) : 73-78. Dalam
www.forp.usp.br/bdj/t6282.html . Diakses 9 Mei 2007
16
15. Andersson-Wendert IE., van Dijken, JWV, Hrsted, P. Modified Class II open
sandwich restoration: Evaluation of interfacial adaptation and influences of
different restoration techniques. European Journal of Oral Sciences. 2002;
110(3); 270-275. Dalam www.blacwell-synergy.com. Diakses 11 Mei 2007.
(abstrak).
16. Albers HF. Tooth Colored Restoratives, Santa Rosa: Alto Books.1996
RESTORASI RESIN KOMPOSIT
DENGAN
TEKNIK LAMINASI
H.D Adhita Dharsono
Bandung Dentistry 4
19 Agustus 2007
Resin Komposit
Kavitas dengan
dinding gingiva
di bawah CEJ
Kavitas yang
dalam
?
Moisture
Anatomi dentin
Proteksi pulpa
Konsumsi bahan>>
Ikatan Resin Komposit
DENTIN
EMAIL
ETSA
(Buonocore,1955)
TOTAL ETCH
(Fusayama,1979)
GLASS IONOMER CEMENT
TIDAK
MENGIRITASI
JARINGAN
FLUOR
RELEASE &
RESRVOIR
IKATAN DENGAN
DENTIN
(fisikokemis)
Kekuatan <<
Estetika <<
WATER BASE
KOEFISIEN
EKSPANSI TERMAL
~ JAR GIGI
Restorasi Laminasi
Wilson & Mc Lean (1988)
RESTORASI MONOLITIK
GLASS IONOMER
+
RESIN KOMPOSIT
Resin Komposit
Glass Ionomer
Jaringan keras gigi
Restorasi laminasi
(restorasi sandwich)
A. Restorasi laminasi terbuka B. Restorasi laminasi tertutup
(Open Sandwich) (Close Sandwich)
RESTORASI LAMINASI KL.II
RESTORASI LAMINASI KL.V
Tissue Management
MATRIX PLACEMENT
Posterior:
RMGIC
GIC tipe III
Anterior:
GIC tipe II.2
FINISHING
and special thanks to:
Dani, Hendra, Rudi, Grace V. Gumuruh,drg.MM,
Alma Adang,drg.Sp.KG, Hadi & Edi,
Sunyoto,drg.(3M ESPE)

Anda mungkin juga menyukai