By : Syarief Fauzie SE, Ak, M.Acc (Strategic & Finance) North Sumatera University
Faktor Faktor Yg Menentukan Suku Bunga. Suku bunga dan prakiraan nilainya merupakan masukan yang penting dalam keputusan investasi.
Jika anda mempunyai tabungan $ 1.000, apa yang anda lakukan? Jika suku bunga turun maka pilih Jika suku bunga naik maka pilih Certificate Deposito Jk Panjang Certificate Deposito Jk Pendek Faktor yang menentukan suku bunga adalah a. Suplai dana dari penabung, terutama sektor rumah tangga. b. Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan, dan persediaan (aset riil atau pembentukan modal). c. Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang terlihat dari tindakan tindakan bank sentral.
Jika penawaran pinjaman dana bertambah, Kurva Sf bergeser ke kanan (penawaran dana meningkat walaupun suku bunga tetap sama).
Sf Suku Bunga Sf Sf
Jumlah Pinjaman Dana Jika permintaan pinjaman dana bertambah, kurva Df bergerser ke kanan (artinya suku bunga sama, permintaan pinjaman dana meningkat).
Suku Bunga
Df
Df Df
Jumlah Pinjaman Dana
Penawaran dana pinjaman menurun dan permintaan dana pinjaman meningkat mengakibatkan suku bunga meningkat.
Suku Bunga Df Df E2 Sf
Sf
E1
Jumlah Pinjaman Dana
Penawaran pinjaman dana turun tetapi permintaan pinjaman dana turun lebih banyak maka suku bunga turun.
Suku Bunga
Sf
Sf E1 E2
Df
Df Jlh Pinjaman Dana
Kenaikan defisit anggaran pemerintah meningkatkan pinjaman pemerintah sehingga menaikan permintaan dana maka suku bunga akan naik Sf Suku Bunga
E1
E
Df
Df Jlh Pinjaman Dana Adakah faktor lain yang mempengaruhi suku bunga? Yes Inflasi yang merupakan faktor keempat yang mempengaruhi suku bunga. Inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa secara umum terjadi karena pertumbuhan uang (money supply) melebihi pertumbuhan produksi barang dan jasa. Yang dikhawtirkan dari inflasi adalah menurunnya daya beli uang (purchasing power of money).
Contoh 1: Saat ini harga 1 kg beras = Rp. 1.000,- Jika anda meminjamkan Rp. 10.000,- berarti sama saja meminjamkan 10 kg beras. Jika anda menginginkan bunga 10%/th, berarti anda menghendaki 10 kg beras tersebut menjadi 11 kg. (harapan pengembalian pinjaman pokok + bunga 10% = Rp. 11.000,-. Misalnya terjadi inflasi 20%/ tahun. Setahun kemudian harga beras menjadi 1.000,- (1+0,2)=Rp. 1.200/kg. Maka anda hanya dapat membeli 11.000/1.200 = 9,16 kg beras. Bukan 11 kg Misal :
Satu tahun yang lalu anda mendepositokan Rp.10.000.000,- ke dalam deposito 1 tahun yang menjamin suku bunga sebesar 10%. Sehingga setahun kemudian anda memperoleh Rp. 10.000.000,- tunai. Setelah setahun ternyata inflasi rata2 selama setahun adalah 6%. Nilai setiap dolar terdepresiasi sebesar 6% setahun diukur dari barang yang bisa dibeli. Karena itu, pendapatan bunga tergerus oleh pengurangan daya beli dari setiap rupiah yang anda terima pada akhir tahun. Lanjutan Dengan suku bunga 10% setelah anda kurangi 6% penurunan daya beli uang. Anda mendapat peningkatan daya beli sekitar 4%. Jadi : 10% adalah suku bunga nominam 4% adalah suku bunga riil 6% adalah inflasi Rumus : r R i r = suku bunga riil R = suku bunga nominal i = inflasi
Pada tahun 1896, Irving Fisher mengajukan suatu formula hubungan antara suku bunga dengan inflasi. Rumus Dasar :
r = suku bunga riil R = suku bunga nominal i = inflasi yang diharapkan
(1 + r) = (1 + R)/ (1 + i) Formula ini dapat dirubah tergantung dari apa yang kita cari.
Mecari suku bunga Nominal(R) ?
(1 + R) = (1 + r) (1 + i) R = r + i + r.i Mencari suku bunga riil (r)?
Melanjutkan contoh 1 diatas, berapakah bunga yang harus jika pengembalian pinjaman + bunga dapat membeli 11 kg beras jika suku bunga riil 10%? Dik : suku bunga riil (r) =10% inflasi yang diperkirakan (i) = 20% r = R i/1 +i Lanjutan..... Jawab : R = r + i + r.i = 10% + 20% + 10%(20%) = 32% Karena uang Rp. 10.000,- tadi menjadi 10.000(1 + 0,32) = Rp. 13.200,-. Beras saat ini adalah menjadi Rp. 1.000 (1 + 0,2) = 1.200 atau Rp. 13.200/ Rp. 1.200 = 11 kg beras. Namun demikian biasanya premi (r x i) diabaikan karena (terutama jika expected inflation kecil) jumlahnya kecil. Sehingga formula Fisher menjadi :
Dapat disimpulkan bahwa : - The real rate of interest is the rate of exchange between present and futures GOODS. - The nominal rate of interest is the rate of exchange between present and futures DOLLARS. R = r + i Teori mengenai suku bunga yaitu : Fisher berpendapat bahwa real interest rate adalah konstan. Nominal interest rate berubah ubah menyesuaikan diri dengan perubahan pada expected inflation. Hubungan ini adalah satu banding satu. Artinya jika expected inflation naik 1%, nominal interest rate juga naik 1%. Robert Mundell dan James Tobin tidak sependapat dengan fisher. Menurut mereka Jika expected inflation naik, real interest rate akan turun. Demikian sebaliknya. Akibatnya jika expected inflation naik 1%, nominal interest naik tapi kurang dari 1%. Alasan mereka : jika investor memprediksi bahwa inflasi akan naik, mereka harus menabung lebih banyak untuk mempertahankan kemakmuran (wealth) mereka. Tapi tabungan yang bertambah cenderung menurunkan real interest rate (kompensasi untuk menunda konsumsi). Michael Darby dan Martin Feldstein berpendapat bahwa yang penting bagi penabung/ investor adalah after-tax real interest rate atau ra dimana ra = r (1 t). Bagaimana kalau ada pengaruh pajak terhadap suku bunga nominal? Rumus mencari suku bunga nominal:
Rumus mencari suku bunga riil setelah pajak :
Rumus mencari premium bunga nominal setelah pajak :
R = r + (i/ (1 t)} Ra = R(1-t) - i R = ra/(1 t) + {1/(1-t)} i Bagaimana dengan suku bunga sekuritas hutang seperti obligasi? Pada umumnya suku bunga nominal pada suatu sekuritas hutang (k) terdiri dari suku bunga riil bebas risiko ditambah bebarapa premi yang timbul karena inflasi, risiko sekuritas dan likuiditas sekuritas tersebut.
Dimana : K = K* + IP + DRP + LP + MRP Lanjutan ..... K = Suku bunga nominal K* = Suku bunga riil bebas risiko IP = Inflation premium (premi untuk inflasi) DRP = Default Risk Premium (premi untuk risiko hutang tidak terbayar) LP = Liqudity premium (premi untuk risiko suatu sekuritas tidak dapat segera diuangkan) MRP = Maturity Risk Premium (premi untuk risiko yang timbul dari sekuritas yg memiliki usia jatuh tempo yg relatif panjang Keterangan : - Jika suku bunga riil bebas risiko tetap, inflasi yang diperkirakan naik, sekuritas memiliki default (gagal dibayar kembali) yang tinggi, sulit dijual serta memiliki usia jatuh tempo yg panjang, investor cenderung menghendaki suatu suku bunga nominal yg tinggi. - Obligasi dengan usia jatuh tempo yg lebih panjang memiliki risiko yang lebih besar (interest rate risk). Jika suku bunga yang berlaku di pasar naik, harga obligasi di pasar sekunder akan jatuh. Semakin panjang usia obligasi, semakin besar penurunan harga obligasi. Semakin besar risiko suku bunga suatu obligasi, semakin besar maturity risk premium. - Obligasi yang diterbitkan sebuah BUMN tentunya lebih kecil risiko defaultnya daripada obligasi perusahaan swasta yang kecil. Lanjutan... Dikatakan rating obligasi BUMN relatif lebih tinggi. Semakin tinggi rating dari suatu obligasi, semakin rendah premi untuk default risk. - Sekuritas suatu perusahaan kecil pada umumnya kurang liquid jika dibandingkan dengan sekuritas perusahaan besar. Kurang likuid disini berarti sekuritas sulit untuk segera dijual pada harga yang wajar. Semakin tidak likuid sekuritas suatu perusahaan, semakin tinggi premi untuk risiko likuiditas sekuritas tersebut. THE END