CANTIK
Seberkas catatan tentang Cinta, Persahabatan, dan Perjalanan
Sebuah janji 20 tahun
GITA CINTA
Petir itu ?
Hilang
Nafas dan aroma malam yang berdamping
Lelah dan amarah yang bersenyawa
Menyanyikan kehancuran untuk yang keberapa kalinya
Mendatangkan penyesalan yang terus disesalkan
Hilang ….
Datang ….
Dan katakan rambu mana yang dipatuhi
Yang dijalani
Yang dipilih
Untuk berjalan
Mencusuar itu redup
Mungkin tak lama akan mati
Tapi jangan ?
Masih ada yang butuhkan
Aku ….
Beri arti perjalananku
Jangan serukan terlanjur
Kaki belum lumpuh
Belum rapuh
Aku punya tekat, hasrat, niat dan nekat.
28 FEBRUARI
Asap merong-rong
Hentak kaki, musik dan lampu warna-warni
Maskara, sedo, bedak dan alis mata
Tubuh bengkak
Dada sesak
Kepala berjasa menopang raga
Air mata, patah asa dan bibir ternganga
Jerit histeri dan selapan sosok biri-biri
Mimik buram, temaram
Meniti hayalan sebuah impian
Kesombongan membekukan persingan
Demonstran festifal pembawa sial ….. gagal …. Total
Sebal, mual, kesal, semakin tebal, semakin kental
Disebuah gedung putih mengadu kreasi
Mendongak pada delapan batas terali penyesalan
Ketika lutut lemas dimimbar pentas
Ketika gemetar punggung diatas panggung
Melarikan diri dari jerat jelinya mata juri
Oh gusti nu maha suci
Burak ….
Elak dan teriak semakin membengkak
Kuyu, layu, sayu dan malu
Entah kekhilafan atau kealpaan
Pengorbanan
Pelajaran
Pengalaman
Dari sebuah pagelaran
Yang memuakan dan mengesankan
KISAH SEPASANG INDUK SEMANG
KECAM II
Tutuplah
Angin malam tak begitu ramah
Kuncilah …
Manusia sirik dimana-mana
rapat
rapih
hingga rata seluruh rasa
hingga terselubung seluruh permukaan
nyaman
aman
jangan ada yang masuk dengan kunci ta’ asli
Banyak harta karun yang ta’ patut dijamah
Lari … atau cukup beri senyum pura-pura simpati
Sambil ambil langkah
Kesamping atau mundur
teratur
Kemudian tutup muka dengan cadar
Tutup mata dengan kaca
Tutup hati dengan kepalan tangan
Lalu tunjukan
Inilah kepribadian
Dalam kemunafikan
Dan inilah yang benar-benar pribadi
Pada manusia-manusia tersayang
PICIK
Waktu dulu
Masa lalu
Pernah ada seribu bungan mengembang ditaman gersang
Selama dua musim
Hujan dan kemarau
Entah apa yang di rasa
Ternyata bunga itu tetap bercahaya
Warna itu tetap ceria
Dalam hari ke hari
Dalam minggu ke minggu
Dan bulan ke bulan
Datang
Kemudian hilang
Dari rotasi mata yang tengah mencari
Dibelakang pintu atau dibalik hati
Disebuah memori dalam diari terkunci
Terisolasi
Rapih
Di musim ini
Di musim kemarin
Atau dimusim nanti
Kala tak hanya seribu bunga yang kan bersemi
Kala mata pena menari dilembar pertama diari
Ach …
Ternyata hujan tak datang lagi dimusim ini
Entah itu nanti
GALAU II
Genderang mencekik telinga
Putus asa terajut menjadi jumpuyan kehancuran
Angin
Menghembus helai ceria
Menyayat rentetan kisah cinta
Angin
Tlah teriup
Tlah … membawa irisan hati
Tlah membawa satu janji
Untuk selamanya
Angin …
Bertiuplah
Pergilah menuju cita dan tujuanmu
Pergilah menggondol sekeranjang harapan
Jangan lupakan
Mahkota bunga kering
Menunggu saat selamanya berbaring
Entah kapan
Menyandang irisan
Terkurung dipeti ukiran
AKSI DINI
Rebah …
Tengadah rentangkan jemari pafa ilahi
Tenggelam membisu mengekang nafsu
Dua …. Jera …. Tapi …. !
Ach, belenggu mencekik rajutan nyali
Rentetan kendala ditelapak kaki
Dipermukaan kulit ari
Nyeri ….
Sesaat kuingat wajah malaikat
Membengkak jantung membendung suara
serak
Gemetar …
Menarik rairsleting pintu mereka
Menabung dosa
Bangga menggenggam le,baran kemasiatan
Pada manusia jelmaan setan
CELOTEHAN MANUSIA
Manusia
Masih adakah darah murni yang mengalir dari sebuah jantung
Dan berikan sedekah bagi manusia
Tuhan …
Denganceloteh manusia
Mana yang kau pilih tuk kabulkan
Mana ?
Sempurna ?
Memang
Tidak ada
Dunia dan kiamat yang ditunggu
Katakan kuasa-Mu adalah satu
DALAM PENCARIAN
DIBALIK KATA
TELAGA BENING
KESADARAN
Keringat mengalir ditepi semangat
air mata bersimbah dipucuk harapan
Helai daun kering terayun terlentang dimuka dunia
Mengecoh kenyataan walau sia-sia
tercampak dari kelemah lembutan
Oh dewi
Lupakan …
tinggalkan
Tapakkan langkahmu yang tengah terayun
titipkan cintamu diujung khayalmu
titipkan khayalmu diujung mimpimu
Runcingan kuku jarimu
tancapkan pada sebongkah keputus asaan
Pergilah …
pinjamlah sayap burung garuda
Bahagialah
Pancangkan spanduk kemenangan
coret momentum itu dengan tintamu
petiklah bunga nirwana
pasang dipojok Figura
Entah milik siapa
Rentangkan lagi harapan
Senyumlah ….
Terimalah keelokan anugrah
BETAWI
Ibu kota ….
Disana pertama kali aku mencium bau dunia
Disana aku pernah bahagia
Disana pula aku kehilangan asa
Terus … kataku
Jajaki sela-sela rel kereta
Untuk sementara atau selamanya
Jalan … pekiku
Ada air mata dikantung selanaku
Kubawa dan kubawa sampai kesana
DURHAKA
KEMBALI
Serabut tua
Tapi dihati kita kau tak lebih dari tikus sawah yang memuakan
Kejenuhan
Kebosanan
yang berutak
Singa malang
Aman pendukungmu
Mana pengabjungmu
Kau tutup kekurangan dengan kesombonganmu
Kecewa ?
Mungkin kata itu yang paling pantas untuk kau sandang
Cinta ? itu ta’ ada
Kau tak tau apa itu cinta
Apa guna cinta
Pada kami
Singa malang
Suksesmu sudah tertutup kain kafan
Kini tinggal kehgancuran
Harus … harus kau hadapi
Jangan kau hindari apalagi menutupi
Singa malang
Bahuku masih kuat untuk menopang tubuhku
Tak perlu kau pikirkan itu
Atau bahkan aku tak butuh kau pikirkan itu
Langit itu terlalu cerah untuk hujan
Ia terlalu egois untuk ikut serta dalam kesedihan
Mari rentangkan tangan
Mari rengganggkan genggaman
Kita punya jalan walau setapak
Kita punya tujuan walau hanya sepetak
Kita perlu pedoman
Mari kita berjalan pada masing-masing pedoman
juga aku
Walau aku tau aku punya kau dan semua
Tapi aku tidak dituntut untuk mengingat semua
Dari aku yang mungkin kau anggap jelmaan setan
Atau dari aku yang tidak pernah minta untuk dilahirkan
PERTEMUAN
Buron cantik
Semua polisi dan detektif akan akui kalau kau cantik
Tapi hanya itu yang kau sandang sebagai senjata
Kau tak punya harta
Buron cilik
Berapa banyak biaya tuk keluarkan kau dari penjara
Namun kau anggap itu istana
Sebab disana kau dapat bertahta bak raja
Kau gila
Buron tengik
Kau curi kedua cinta
Kau rampok hak saudara
Kau rampas hari bahagia
Kau bawa keistana
Kau gila
Buron cantik
Kau cantik
Keluarlah dari istana
Kuberikan kunci borgolmu
Kubuka pintu kerangkengmu
Genggam tanganku
Diluar banyak musush-musuhmu
Gantungkan tubuhmu dibahuku
Aku saudaramu
SRIGALA MALANG
Srigala malang
Tanganmu patah setahun yang lalu
Bersama rontoknya bulu tubuhmu
Jangan kira lidahmu mampu bersihi keringatku
Ludahmu yang melumuri lukaku
Hingga tak sembuh
Tak bosan kusesali itu
Srigala malang
Belangku jelas mengkaitiku bertambahnya siaku
Sangarmu mempertebal cela diwajahmu
Lihat pundakku
Lihat mataku
Lihat dengkul dan sikuku
Tak ada yang sujud didepanmu
Srigala malang
Matahari hampir tenggelam
Apakah tlah mampu kau sinari bumi
Atau kau terhalang awan yang tidak main kompromi
Untuk itu salahmu atau takdir tuhanmu
Tulang itu ? aku tak punya ilmu
Srigala malang
Dulu kau punya banyak bangkai untuk makan anakmu
Dulu kau punya banyak tulang yang kau kubur di tempatmu
Aku tak perlu itu, aku tak butuh itu
Berikan pada anakmu yang besar namun masih menyusu
Aku punya taring sendiri, aku punya otak sendiri, aku punya tenaga sendiri
Dan di sekitarku banyak sekali mangsa-mangsa
Tek sulit untuk ubah menjadi bangkai
Untuk sarapanku hari ini atau esok pagi
DENGAR SOBAT
IBU CANTIK
Tuhan
Suara itu datang lagi
Kau tau aliran darahku bagai listrik tegangan tinggi
Rasa takutku menjalar
Melingkar tubuhku
Mengikat tubuhku
Yang tak pernah terikat
Yang liar di dalam sangkar
Saat mulai kerja sangat telinga
Meniti jawaban
Dari pertanyaan atau pernyataan
Dari saran
Seorang ibu cantik yang baik
Teramat baik
Untuk anaknya tercinta
Dan saat itu aku berada di pojok
Posisi yang selalu ku umpat dan ku maki
Menentang kepala tanpa kuasa
maafkan
Mungkin wajahku ta’ cantik
tapi sungguh
Gelap tak kan memakanmu
Kalau dihatimu telah terpancar cahaya
ta' apa
Karna wajah adalah acsesoris hidup
ta’ perlu cantik
Hanya untuk pengenal bagi mereka yang tidak kenal
Mediomart’2001 Aroundmart’2001
Rasa ini masih ada disini Ingin sekali kuisampaikan
Kujaga dalam-dalam Dan sunggu ingin aku dengan
Suatu hari pasti Yang jujur, yang tulus
Aku lebih dewasa menghadapi Dari kamu
Do’aku Sulit sekali rasanya yakin itu hadir
Masih saja seperti dulu Dan sungguh semua itu menggangguku
Dan kucoba selesaikan sendiri
Semua ini Saat ini aku sangat-sangat mengerti
Karna saat ini aku rasakan sekali
Tuhanku Begitu dalam …
Anugrahmu kan kupuja selalu
Walau aku masih belum tau Pernah aku coba untuk pergi sesaat
Bagaimana mensyukurinya Untuk pastikan
Tuhanku – Maafkan aku Semua berjalan sesuai layaknya
Tak perlu dikhawatirkan
Banyak hal yang ingin kutanya Tolong, beri aku tanda
Sampai saat ini Kalau aku tidak salah …
Aku belum menemukan kata-kata
Aroundmart’2001 Aroundmart/2001
ALONE
Sendiri kadang jadi surga
jadi prahara
kala muka menghadap kaca
dan mata tak dapat berdusta
ketika mulai bibir mencibir
banyak yang bisa bawa kita ke penjara
hidup dan dunia
dungu yang dipelajri
dihayati
untuk mengunci sampai mati
JAKARTA TUA
Satu-satu ku sapu
saat itu
Aku hanya terpaku
Inilah sajian sebuah kedatangan
kepulanganmu
Inikah ?
Bibirku tak sudi bicara
Mereka terlalu rendah dimataku
Telinga mereka terlalu kotor untuk jalan masuk suaraku
biadab
Aku bejad
Dari sudtnya …. bukan dari sudtku
Aku agung pada posisiku
Gema takbiran tak ubah bagai syair yang tak merdu
Seru lebaran tak ubah bagai saat yang akhirnya berlalu
Masih haruskah mereka kuberi penghormatan
Aku tak punya waktu
Aku sibuk membersihkan sisa makanan di gigiku
itu lebih berarti
Daripada berdesak diantara manusia-manusia gila
Dan terhimpit diantara kebodohanku suatu kesombong
jariku lima
Dijariku teruang seribu akal
Mereka tak perlu tau
Mereka tak pantas tau
Aku ratu bagi diriku
Satu yang kubawa sebagai identitasku
Mamaku masih ada diurutan terbawah kartu keluarga
BENARKAH ?
TEMBANG MALAM
MEMO
DUA SAUDARA
RUMAH DAMAI
UNTUK KAMU
MUSIM SEMI
Setahun yang lalu
Pernah ku coba melangkah
Dititian tempatku membawa ilmu
Diantara buku dan bangku
Aku terpaku
Cari lagi !!! seru temanku
Hach …aku tak punya rasa
Aku tak punya
BAJINGAN !!!!
KODRAT
AREAL BENGAL
II
PRINSIP
Langit terang
Menghembus gelombang pembawa rakit
Menyerah dermaga sepi
Menyerah pasrah
Pada cuaca tambatan nasibnya
Secercah mercusuar disudut bukit
Dari ilusi sebuah mata hati
buta
Bagai bilar mata sang singa lapar
Hingga berdentang lonceng gereja
Bersyarat saat ujung nyawa
Beri tanda saat lapar dan ngantuk !!!
YANG HILANG
ISYARAT
Temaram menghias wajah
Mencetak dendam
Dan satu janji
Tak ditepati
Jangan beri aku harapan seonggok mutiara
Jangan bawa aku ke puncak nirwana
Sungguh
Sungguh banyak kendala
Sungguh maha bahaya
Menjagal
Mendikte dosa
Menjanjikan terkuaknya pintu neraka
Dan berkata “selamat tiba:
SATU PERMAINAN
KOREKSI
Kembali koreksi
Adakah yang berarti
Yang jelas bukan dari pribadi
Tapi kau masih yakin
Percaya adalah pertama
Waspada kedua
Apa yang ketiga ?
JALAN AKHIR
Banyak cabang yang berjuntai
Banyak jalan yang memaksa kita untuk memilih
mamastikan
Dan tempatku bersama mereka semua memang takan pernah sempurna
Tempat yang tak jauh dari kuburan
Hanya saja, jalan untuk kesana gelap gulita
Hanya Allah SWT yang mengetahuinya
Tetapi liang-liang lahat sudah gelap gulita
Dan kita semua tengah berjalan disana dan kesana
Setiap saat ada kemungkinan
Setiap saat habis harapan
Saat telapak telah sampai disalah satu lubang
Tuk tutuo dan ditaburi bermacam-macam bunga
Agar busuknya jasad tak ada yang merasa
LHO !!!
Pagi buta
Aksara
Kasihan …
Mengapa buta ?
Ach .. itu urusan mereka
Yang punya
Kita hanya merasa
Meraba
Bodoh
Tidak usah di pikirkan
HAMBA
Magrib
Ada adzan ditelinga
Ada panggilan di batin seekor manusia
Tidak berguna
Menjadi berharga
Tuhan
Si kuku beri peluang cekal-Mu
Mohon sorot matamu
Dan raka’at yang berlalu tanop khusyu
Dan syahadat yang tidak terdengar mata hati sekalipun
Dan do’a disela telapak tanganku
Tengasah mohon anugrah
Tuhan …
Masihkan telinga-Mu dengan teriakku
Masihkan Kau kenal aku hamba-Mu
Dikala otak dan hati yang melarikan diri
Dari takdir yang berdiri
Yang tegak disuratan ilahi
Jalani
Atau maka kau jilat tubuh busukmu
Rongga mulutmu yang penuh sampah
Isi batin yang bersarang binatang
Bersihi
Dengan kerja bakti
Atau dengan kesadaran
Akan kebodohan
Dan ekalpaan
Yang tak menjamin kelegaan
Melainkan kesesatan
Setan !!
PENYESALAN
Benar katamu
73 cabang terlalu banyak
Kita masuk yang mana
Yang mendapat rahmat atau yang sesat
Tapi bukankah sama aliran itu bermula dari satu muara
Dan berakhir di masing-masing pusara
Menunggu apa yang selama ini diburu
Surga atau neraka
DARI SOBAT TENTANG SOBAT
NILAI
Moleknya dunia beserta variasinya
Banyak yang lupa dan buta
Banyak yang tidak tau apa-apa
Banyak yang hanya mengekor saja
Kesombongan yang menjadi hiasan di pemrukaan badan
Atau kesadaran yang kurang ditancapkan
Sedih memang ….
Bagi mereka yang mati kata hatinya
Bagi mereka yang tak punya kendali
Bagu mereka yang bodoh
COBA LAGI