Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING I

BLOK CHEM 4
Dokter Puskesmas Baru Kebingungan

BAB I
PENAHULUAN

Community Health Analysis adalah proses untuk menilai adanya permasalahan kesehatan
di masyarakat, menganalisis penyebab, menyusun dan melaksanakan solusi untuk permasalahan
tersebut, mengevaluasi apakah solusi tersebut mampu mencapai tujuan. Community health
analisis bertujuan untuk melakukan diagnosis komunitas dalam rangka untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka dibutuhkan suatu perencanaan
kesehatan, yaitu suatu proses untuk menentukan masalah-masalah kesehatan yang berkembang
di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan
yang telah di tetapkan tersebut.
Karena terdapat berbagai macam masalah, maka harus disusun prioritas masalah dengan
kriteria masalah yang terukur dan jelas. tetapi dalam penyelesaian masalah tidak dapat
diselesaikan secara bersamaan, karena keterbatasan sumber daya.
Banyak metode yang digunakan untuk penyusunan prioritas masalah, seperti Delbeq,
Delphi, Hanlon, Relative worth, Forced Ranking, namun metode yang dianjurkan adalah metode
Hanlon. Pada metode Hanlon didasarkan dari 4 kriteria yaitu komponen A,B,C dan D.Komponen
A adalah besarnya masalah, B adalah keseriusan masalah, C adalah ketersediaan solusi dan
komponen D adalah kriteria PEARL.
Ketika prioritas asalah sudah di tentukan, maka dapat disusun alternatife pemecahan
masalah berdasarkan analisis penyebab masalah. Kemudian dapan dilakukan plan action yang
merupakan detail action dari pemecahan kegiatan, untuk selanjutnya dilakukan monitoring dan
evaluasi.






BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

INFORMASI 1

Dokter A, dokter lulusan baru ditempatkan sebagai Kepala Puskesmas C di
sebuah kecamatan terpencil di Kabupaten B. Data kesehatan di wilayah kerja
PUSKESMAS menunjukkan hasil sebagai berikut:
Indikator Besaran Standar
Prevalensi Malaria 3 % < 1%
Prevalensi TB 5 % 2 %
Insidensi DHF 2,5 % 1 %
Angka cakupan imunisasi campak 76 % 90 %
Angka persalinan di tenaga
kesehatan terlatih
50 % 90 %
Rasio dokter : penduduk 1 : 30.000 1 : 8.000
Jumlah bidan desa 1 bidan / 3 desa 1 bidan / 1 desa

Dokter A berusaha menyelesaikan permasalahan di Puskesmas tempat dia
bertugas, tetapi karena keterbatasan sumber daya yang ada, dokter A bingung masalah
apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu dan bagaimana solusinya.
Klarifikasi istilah
1. Prevalensi : jumlah kasus baru dan kasus lama dalam populasi
2. Malaria : suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan di tularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles, kemudian menyerang sel darah merah.



Batasan masalah
Pada kasus tersebut telah dipaparkan data-data tentang keadaan yang terdapat di
puskesmas, dengan sumber daya yang terbatas yang dimiliki oleh puskesmas, dokter
puskesmas tersebut akan menyusun prioritas masalah dan mencari solusi untuk masalah
yang akan di pecahkan.
Analisis masalah
A. Untuk melalukan community health analysis terdapat beberapa langkah, antara lain :
1. Analisis situasi atau kebutuhan
2. Identifikasi dan penyusunan prioritas masalah
3. Analisis penyabab masalah
4. Penyusunan alternatif pemecahan masalah
5. Penyusunan plan of action
6. Implementasi plan of action
7. Monitoring dan evaluasi

B. Untuk menentukan atau merumuskan masalah sebelumnya harus melakukan analisis
situasi atau kebutuhan. Dalam analisis situasi dapat menggambarkan keadaan atau
status kesehatan dari sebuah wilayah, hal itu bisa didapatkan dari data demografi,
sosial ekonomi, status kesehatan, faktor resiko, dan sumber daya kesehatan yang
relevan. Selain itu, dengan adanya analisis situasi akan dapat memberikan informasi
dasara mengenai isu-isu kesehatan yang spesifik di wilayah tersebut.

C. Setelah di lakukan analisis situasi, selanjutnya melakukan identifikasi masalah.
Masalah itu sendiri adalah kesenjangan antara realitas ( kenyataan ) dengan keinginan
( target, standar ) dan adanya kehendak untuk merubah kesenjangan tersebut.
Masalah mempunyai beberapa kriteria antara lain : berdampak pada banyak orang,
ada konsekuensi serius, adanya kesenjangan yang nyata antara yang ada di kenyataan
dengan standar atau target yang di inginkan, menunjukkan trend yang meningkat, bisa
diselesaikan (ada intervensi yang terbukti efektif).
Bentuk masalah ada tiga yaitu input, proses dan output.Berdasarkan bentuk
masalah tersebut, dapat digolongkan bentuk masalah yang ada di kasus, antara lain :
Input : keterbatasan sumber daya
Proses : Angka persalinan di tenaga kesehatan terlatih, angka kunjungan pasien rawat
jalan perbulan rawat, angka cakupan imunisasi campak.
Output : angka kematian maternal, angka kematian bayi, prevalensi TB, prevalensi
pneumonia pada balita, prevalensi malaria, dan gizi kurang.
Dalam community health analysis, masalah yang titekankan adalah masalah pada
output, sehingga masalah yang akan dibahas dan yang akan dilakukan prioritas adalah
masalah-masalah yang terdapat pada output.

D. Dengan berbagai masalah yang terdapat pada output, maka harus melakukan prioritas.
Prioritas pemecahan masalah dapat di lakukan dengan berbagai macam metode,
antara lain :
1. Relative worth
Pada metode ini, dalam satu kelompok, partisipan diberikan modal point tertentu.
Partisipan diberikan kebebasan untuk mendistribusikan poin yang dipunyai kepada
masalah yang ada. Kemudian, masalah yang dianggap paling penting diberikan poin
tertinggi. Priorotas didasarkan pada masalah dengan jumlah poin tertinggi dari
seluruh partisipan.
2. Forced ranking
Setiap masalah diberikan ranking, masalah yang paling penting diberikan ranking 1
, selanjutnya yang kurang penting diberikan ranking lebih besar. Setiap partisipan
memberikan ranking berdasar pentingnya masalah. Ranking ditabulasi dari seluruh
partisipan, masalah yang mendapat total ranking paling kecil adalah yang
diprioritaskan.
3. Delphi method
Dalam metode ini, diperlukan koordinator kelompok. Kemudian koordinator
meminta partisipan untuk menulis daftar masalah kesehatan yang paling penting,
dengan batas waktu tertentu. Daftar masalah tersebut dikembalikan kepada
koordinator dan dikompilasi menjadi daftar masalah berdasar pada frekuensi yang
paling sering muncul dari partisipan. Kemudian data tersebut dikembalikan lagi ke
partisipan, sampai terpilih prioritas yang paling penting.
4. Delbeq method
Metode ini mempunyai 2 tahap, pada tahap yang pertama partisipan memberikan
masukan terhadap masalah yang di anggap penting, biasanya 2 3 masalah.
Kemudian masalah di kompilasi oleh koordinator, untuk menentukan 2 3 masalah
terbesar dari hasil masukan partisipan. Pada tahap ini partisipan tidak diperbolehkan
berkomentar. Pada tahap yang kedua koordinator membuka diskusi, partisipan
diberikan kesempatan untuk klarifikasi, memberikan masukan terhadap daftar
masalah yang ada. Partisipan secara bersama dan terbuka menentukan masalah yang
dianggap penting.
5. Hanlon method
Metode ini didasarkan pada 4 kriteria A,B,C,D. Komponen A menunjukkan besarnya
masalah, komponen B menunjukkan keseriusan masalah, komponen C menunjukkan
ketersediaan solusi, komponen D adalah kriteria pearl ( propriety, economic,
acceptability, resources, dan legality )

E. Metode yang kami pilih untuk menentukan prioritas masalah adalah metode hanlon.
Metode hanlon kami pilih karena metode tersebut merupakan metode yang paling
sering di gunakan untuk menentukan prioritas masalah. Selain itu, metode hanlon
juga mencakup berbagai komponen dan cukup lengkap karena mempertimbangkan
berbagai hal yaitu besarnya masalah, keseriusan yang meliputi urgensi, keparahan dan
ekonomi. Selain beberapa hal tersebut, juga disesuaikan dengan keadaan yang ada di
puskesmas tersebut. Dengan sumber daya yang sedikit, sehingga dalam menentukan
metode yang mana yang harus digunakan juga disesuaikan dengan jumlah suimber
daya yang ada.



F. Perhitungan hanlon
Dalam metode hanlon dikenal dengan 4 komponen, yaitu:
1) Komponen A : Besarnya Masalah
2) Komponen B : Keseriusan Masalah
Keseriusan masalah dilihat paling tidak dari 3 aspek :
a) Urgensi : Apakah masalah tersebut menuntut penyelesaian segera, menjadi
perhatian publik.
b) Keparahan (severity): Memberikan mortalitas atau fatalitas yang tinggi.
c) Ekonomi (cost) : Besarnya dampak ekonomi kepada masyarakat.
3) Komponen C : Ketersediaan Solusi (bisa dipecahkan atau tidak)
4) Komponen D : Kriteria PEARL
Kriteria PEARL adalah jawaban ya dan tidak, ya diberikan skor 1, jika tidak
maka diberikan skor 0.
Kriteria PEARL meliputi:
P : Propiety : Kesesuaian program dengan masalah
E : Economic : Apakah secara ekonomi bermanfaat
A : Acceptability: Apakah bisa diterima masyarakat
R : Resources: Adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah
L: Legality: Tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada
Semua komponen tersebut, nantinya akan dihitung dengan NPD (Nilai
Prioritas Dasar) dan NPT (Nilai Prioritas Total) dengan rumus sebagai berikut:
NPD = (A+B)C
NPT= (A+B)C)D









INFORMASI 2

Komponen A : Besarnya Masalah

Besarnya Masalah
(Jumlah Populasi Yg Terkena)
Skor
25 % 10
10 -24,9 % 8
1 9,9 % 6
0,1 0,9 % 4
< 0,1 % 2

Komponen B: Keseriusan Masalah

Urgency Skor Severity Skor Cost Skor
Very urgent 10 Very Severe 10 Very costly 10
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some urgent 6 Moderate 6 Moderate
cost
6
Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cast 4
Not urgent 2 None 2 No cost 2

Data dari Dinas Kesehatan setempat menunjukkan bahwa case fatality rate untuk Malaria, TB
dan DHF masing-masing sebesar 7%, 5%, dan 20%. Angka kejadian DHF di Kabupaten B
melonjak sebesar dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Angka kejadian TB tidak berubah dari
tahun lalu, sedangkan kejadian malaria sudah turun 1% dari tahun sebelumnya, sehingga DHF
menjadi focus perhatian pemerintah kabupaten setempat. Data dari Dinas Kesehatan setempat
menunjukkan bahwa anggaran perkapita untuk pengobatan pasien malaria sebesar Rp.
200.000,00; TB Rp. 1.500.000,00; dan DHF Rp. 500.000,00.

Komponen C: Tersedianya solusi yang terbukti efektif untuk mencegah masalah kesehatan

Ketersediaan solusi efektif untuk
pencegahan masalah kesehatan
Skor
Sangat efektif (80 -100 %) 10
Efektif (60 80 %) 8
Cukup efektif (40 -60 %) 6
Kurang efektif (20-40 %) 4
Tidak efektif (0-20%) 2

Hasil pelaksanaan program di kabupaten D (tetangga kabupaten B) menunjukkan bahwa
program pemberantasan sarang nyamuk berhasil menurunkan angka kejadian DHF sebesar 60%
dari tahun sebelumnya. Sedangkan pelaksanaan program DOTS dan PMO berhasil menurunkan
angka kejadian TB sebesar 20% dari tahun sebelumnya.

Komponen D : Kriteria PEARL diasumsikan tidak ada yang memiliki skor 0.

G. Pembahasan Hanlon
Berdasarkan tabel tersebut maka kita dapat membuat skoring sebagai berikut
Kriteria A : Besarnya Masalah
Masalah Kesahatan Besaran Nilai
Prevalensi TB 5% 6
Prevalensi Malaria 3% 6
Insidensi DHF 2,5 % 6

Kriteria B : Keseriusan Masalah
Masalah Kesahatan Urgency Severity Cost Rata-
rata
Prevalensi TB 8 6 10 8
Prevalensi Malaria 6 6 6 5,6
Insidensi DHF 10 10 8 9,3

Kriteria C : Keefektifan Solusi
Masalah Kesahatan Besaran
Prevalensi TB 4
Prevalensi Malaria 8
Insidensi DHF 8

Kriteria D
Masalah P E A R L NILAI
Kesehatan
Prevalensi TB 1 1 1 1 1 1
Prevalensi
Malaria
1 1 1 1 1 1
Insidensi DHF 1 1 1 1 1 1


Nilai Prorotas Dasar = (A+B)C
Nilai Prioritas Total = (A+B)C X D
Masalah Kesehatan NPD NPT
Prevalensi TB (6+8)4 = 56 56
Prevalensi Malaria (6 +5,6)8 = 92.8 92,8
Insidensi DHF (6+9,3)8 = 122,4 122,4

Dari perhitungan skoring tersebut, masalah-masalah diurutkan berdasarkan nilai yang
diperoleh dan diberi ranking. hasil dari pemberian ranking adalah sebagai berikut:
Insidensi DHF I
Prevalensi Malaria II
Prevalensi TB III
Berdasarkan hasil rangking tersebut maka didapatkan insidensi DHF menjadi prioritas masalah
dalam pembahsana ini.

H. Analisis penyebab masalah
Dalam menganalisis masalah tersebut, kita mengelompokkan berdasar risk factor,
direct contributing factor, dan indirect contributing factor. Untuk insidensi DHF, maka
dapat dianalisis penyebab masalahnya adalah sebagai berikut:
No Risk Factor Direct contributing
factor
Indirect contributing
factor
1. Genangan air a. sampah
menumpuk
a.kurangnya
pengetahuan, system
b.daerah rawan
banjir
pembuangan sampah
tidak berfungsi
b.topografi, curah hujan
tinggi, tidak ada
drainase

2.
3.

Berdasarkan hasil diskusi dan kesepaktan kelompok, yang menjadi penyebab
masalah utama pada kasus peningkatan insidensi DHF tersebut adalah rendahnya ilmu
pengetahuan

I. Alternative pemecahan masalah
Alternatif pemecahan masalah disusun berdasar hasil analisis penyebab masalah,
dan dari masalah utama bisa diberikan beberapa alternatif pemecahan masalah.Alternatif
ini tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi harus konsisten dengan pembahasan mengenai
penyebab masalah. Memilih alternatif pemecahan masalah ini dipilih salah satu dengan
metode scoring, dapat juga digunakan metode RINKE, komponen (MIV)/C, Nilai tertinggi
adalah alternatif terpilih
Penyebab masalah yang dipilih untuk dicari alternatifnya yaitu kurangnya tingkat
pengetahuan masyarakat, dari penyebab ini dapat dicari beberapa alternatif pemecahan
masalahnya yaitu:
1. Melakukan penyuluhan secara langsung pada masayarakat disuatu balai terbuka
mengenai DHF, pencegahan, pengendaian, dan lainnya.
2. Melakukan pengajaran mengenai DHF secara door to door langsung ke rumah
warga.
3. Melakukan konseling pada warga dengan memanfaatkan kader-kader desa. Hal ini
diharapkan akan lebih mengefektifkan program penyuluhan.
4. Melakukan penyuluhan tidak langsung dengan cara membagikan leaflet ke
masyarakat. Leaflet tersebut berisi minimal mencakup tentang penyebab, gejala,
penularan serta tindakan kuratif untuk DHF.



Kami menggunakan metode scoring untuk memilih alternatif yang paling efektif dengan
scoring sebagai berikut :

Alternatif M I V C MIV / C
1. Penyuluhan langsung 6 6 6 6 36
2. Door to door 8 8 6 8 48
3. Melalui kader 8 8 8 8 64
4. Penyuluhan tidak langsung 4 4 4 6 10,6

Keterangan:
a. M (Magnitude): keterjangkauan solusi terhadap sasaran (masyarakat). Semakin solusi ini
mampu menjangkau masyarakat secara luas, skor akan semakin tinggi.
b. I (Intensity): semakin intens solusi terhadap masalah, skor akan semakin tinggi.
c. V (Sensitivity): semakin cepat solusi membuahkan hasil, skor akan semakin tinggi.
d. C (Cost): semakin kecil biaya yang dikeluarkan oleh solusi, skor akan semakin tinggi.
M skor I skor V skor C Skor
Very
large
10 Very
sustainable
10 Very
Responsive
10 Very costly 10
Large 8 Sustainable 8 Responsive 8 Costly 8
Medium 6 Intermediat 6 Intermediate 6 Moderate
cost
6
Small 4 Low
sustainable
4 Some
responsive
4 Minimal
cast
4
Very
Small
2 Not
sustainable
2 No responsive 2 No cost 2
Kami pun mendapatkan hasil dari scoring ini berupa alternative solusi terbaik, yaitu
pemberitauan melalui kader.

J. Penyusunan plan of action
Setelah prioritas masalah kesehatan ditetapkan, kemudian menganalisis penyebab
serta alternatif pemecahan masalah. kemudian menetapkan tujuan program. Tujuan
program adalah hasil akhir sebuah kegiatan sehingga dapat dipakai untuk mengukur
keberhasilan kegiatan program. Semakin jelas rumusan masalah kesehatan masyarakat
dengan menggunakan kriteria tertentu akan semakin mudah menyusun tujuan program.
Merumuskan tujuan program harus bersifat SMART. Specific, jelas sasaran dan
mudah dipahami oleh staf pelaksana. Measurable, dapat diukur kemajuannya. Appropriate,
sesuai dengan strategi Nasional, tujuan program, dan visi atau misi institusi dan
sebagainya. Realistic, dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas organisasi
yang tersedia. Time Bound, sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat
direncanakan untuk mencapai tujuan program sesuai dengan target waktu yang telah
ditetapkan.
Kriteria penyusunan masing-masing tujuan sesuai dengan hierarkinya adalah sebagai
berikut :
1. Goal : jangka panjang, masih umum, abstrak, dan tidak terpengaruh perubahan
situasi.
2. Tujuan kebijaksanaan : bagian goal, sasaran populasi belum ada. Bersifat sektoral
dan ditujukan untuk masyarakat desa.
3. Tujuan program : target populasi jelas dan ada identifikasi dampak khusus yang dapat
diukur apabila tujuan program tercapai.
4. Tujuan pelayanan : memiliki kejelasan atau spesialisasi jenis dan tingkat pelayanan
yang perlu dilaksanakan.
5. Tujuan sumber : memerlukan identifikasi masukan spesifik (input atau sumber daya)
untuk mencapai tujuan pelayanan.
6. Tujuan implementasi : menjelaskan produk spesifik yang ingin dicapai serta dapat
diukur keberhasilannya.



K. Implementasi Plan Of Action
L. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari
kegiatan. Manfaat dilakukanya monitoring yaitu :
1. Dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf,
apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber
dayanya(staf,sarana,dana, dan sebagainya) sudah digunakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk
meningkatkan efisiensi kegiatan program.
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan
tugas- tugasnya. Jika hal ini diketahui, pimpinan akan memberikan pelatihan lanjutan
bagi stafnya. Pelatihan staf digunakan untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan dan
keterampilan staf yang terkait dengan tugas- tugasnya.
3. Dapat mengetahui sebab- sebab terjadinya penyimpangan.
4. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan, atau
diberikan pelatihan lanjutan.
5. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumberdaya lainya mencukupi kebutuhan
dan telah dimanfaatkan secara efisien.














BAB III
KESIMPULAN

1. CHA (community Health Analisis) adalah serangkaian proses untuk menilai adanya
permasalahan kesehatan di masyarakat, menganalisis penyebab, menyusun dan
melaksanakan solusi untuk permasalahan tersebut, mengevaluasi apakah solusi tersebut
mampu mencapai tujuan.
2. Tahapan CHA:
a) Analisis Situasi / Kebutuhan
b) Identifikasi dan Penyusunan Prioritas Masalah
c) Analisis Penyebab Masalah
d) Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah
e) Penyusunan POA
f) Implementasi POA
g) Monitoring dan Evaluasi
3. Priroritas masalah pada kasus tersebut adalah peningkatan insidensi DHF
4. Penyebab masalah pada peningkatan angka prevalensi TBC adalah rendahnya tingkat
pengetahuan warga
5. Alternatif pemecahan yang dipilih adalah penyuluhan melalui kader, dengan tujuan
menurunkan insidensi DHF di kecamatan tersebut dan meningkatkan pengetahuan warga
mengenai DHF.

Anda mungkin juga menyukai