Anda di halaman 1dari 28

Majalah Mahasiswa Universitas Lampung

Teknologi, Inovasi, Kreativitas, dan Aktivitas


Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Lakon

ISSN 0215-8116
N0.129 Edisi Juni 2013

Pewayangan
Birokrat

SALAM REDAKSI

MENGGAPAI
ASA

walnya kami tak


p
unya bekal apapun
untuk menempuh
jalan ini. Kami hanya
tahu bahwa kami harus terus berjalan. Lagi dan lagi. Kami hanya yakin suatu saat akan melihat awan
dan berdiri di puncak. Puncak
yang bernama ideologi.
Ya, disini kami mencari ideologi. Tak sekadar ilmu. Ideologi
yang mengajarkan kami untuk
terus berjalan di atas altar perubahan. Perubahan ke arah yang
lebih baik. Kami tak ingin menjadi aktivis yang pernah begitu
menggebu-gebu dimasanya, namun semangatnya patah seiring
berjalannya waktu. Atau aktivis
yang mengaku memperjuangkan
keadilan dan kebenaran. Namun

Dok.

lambat laun memilih jadi bagian


ketidakadilan. Kami tak ingin berselingkuh dengan ideologi dan
akhirnya memilih jalan tengah.
Kami sadar tak mudah untuk
terus menapaki jalan ini. Banyak
kerikil yang menyadarkan kami
bahwa jalan ini memang tak mudah.Namun, kerikil-kerikil itu pula
yang menuntun kami menuju
ideologi yang kami cari. Menjaga
konsistensi dan fungsi sebagai
lembaga pers mahasiswa.
Majalah Trimingguan edisi 129
ini menjadi bukti konsistensi kami.
Kami menyajikan berita untuk
seluruh civitas akademika Unila.
T
idak ada maksud untuk menjelekjelekkan nama baik kampus. Kami
hanya berusaha menjadi lembaga
kontrol sosial. Lembaga yang me-

nyadarkan Unila bahwa anyak


b
pekerjaan rumah yang mesti
dibenahi. Unila merupakan rumah
bagi ribuan mahasiswa untuk me
nuntut ilmu. Rumah yang harus
terus dibenahi agar setiap orang
yang keluar menjadi orang-orang
yang lebih baik dan memegang
teguh ideologi.
Kami berharap dari setiap
langkah kecil ini, ada perubahan
yang lebih baik. Tak sekadar jadi
opini, tapi juga menjawab aspirasi
mahasiswa yang suaranya ingin
didengar.
Terima Kasih kepada pem aca
b
yang telah memberikan ritik dan
k
saran. Inilah persembahan dari
kami. Selamat membaca.
Tetap Berpikir Merdeka!

MAJALAH TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA
Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung
35145 Telp .(0727) 788717 E-Mail ukpmteknokraunila@yahoo.co.id WEBSITE www.teknokra.com
Pelindung: Prof.Dr.Ir.H.Sugeng P.Harianto,M.S Penasihat: Prof.Dr.Sunarto,SH,MH Dewan Pembina: Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP.
A
nggota Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo,M.Sc., Asep unik SE.ME., Drs.M.Toha B Sampurna Jaya.MS., Ir.Anshori Djausal,MT.,
M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA.,
Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nananng Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA
Pemimpin Umum: Rudiyansyah Pemimpin Redaksi: Rikawati Pemimpin Usaha: Rukuan Sujuda Kepala Pusat Penelitian dan

Pengembangan: Aprohan Saputra Kepala Kesekretarian: Inayati Sofiah Redaktur Pelaksana: Vina Oktavia Redaktur Pelakasana Online:
Lutfi Yulisa Redaktur Berita: Novalinda S,Yurike P Reporter : Hanna F Redaktur Foto: Alvindra Fotografer: Kurnia M Redaktur Artistik:
M.Burhan Staf Artistik: Fitri Wahyuningsih Kameramen: Yovi L Redaktur Webdesign: Hermawan S (Non Aktif) Webdesigner: Faris Yursanto Manajer Keuangan: Puji Lestari Staf Keuangan: Desfi Dian M (Non Aktif) Koordinator Periklanan: Desfi Dian M (Non Aktif) Koordinator
Pemasaran: M Faza P Staf Pemasaran: Imam G Staf Iklan: Veny P.S (Non Aktif) Staf Kesekretariatan: Hayatun Nisa Staf Litbang: Jenni
Ayuningtyas Magang: Tara Mela A, Adi N, Andi, Puspita S, Adji Setyawan, Ayu Yuni A, Cherli Medika,Dhevi Maryanti,Fitria W, Iin Maryana,
Khorik I, Lia Vivi F, Ramon M S, Rio A, Sindy N M, Suci Tri K, Winal P, Wina S, Zahidah S.

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

COMMENT

KEBOHONGAN BIROKRAT

pril lalu sebuah media online memberitakan dugaan


penerbitan ijazah tidak
sesuai prosedur terjadi di Unila,
dari pemberitaan tersebut tak
banyak reaksi yang dilakukan birokrat kampus. Awalnya hanya
satu media, namun kian lama
kian banyak media yang memberitakan. Bahkan menjadi headline diberbagai media cetak lokal
maupun nasional.
Sejak itu, wajah birokrasi semakin sering nongol di media
dengan berbagai bantahan juga
alasan yang berbeda-beda. Saling
menutupi kebohongan, itulah
yang sedang dilakukan. Sehingga
sudah menjadi konsumsi ublik
p
pernyataan yang dilontarkan
hari ini akan berbeda keesokan
harinya.
Ternyata pernyataan yang
dilontarkan birokrat itu menjadi
b
omerang karena semakin mereka membantah namun fakta
yang ada tak bisa terbantahkan,
akhirnya memilih menghindar lalu
bungkam. Itulah cara yang paling aman menutupi kebohongan.

COVER

Bau busuk sulit untuk disembunyikan, serapih apapun menyembunyikan kebohongan itu pasti
ada celah untuk mengungkap kebenaran. Jalan kebenaran itu mulai ditemukan. Birokrat sulit untuk
mengelak, kebohongan hirarki
yang sudah direncanakan tak lagi
bisa ditutup tutupi.
Birokrat lupa masyarakat tidak
bodoh untuk mengartikan setiap pernyataan bantahan yang
sudah menjadi konsumsi publik,
perlahan fakta mulai terkuak.
Pernyataan bantahan tak lagi
berarti. Birokrat mulai kelimpung
an lalu membuat kesepakatan
untuk bungkam dan menutupi
kebohongan. Cara ampuh membuat orang lain bungkam engan
d
mengatasnamakan
birokrasi
k
esewenangan.
Tak hanya kebohongan yang
paatut dikoreksi tetapi juga pihak-pihak yang hanya menjalankan perintah atasan juga ikut andil
menutupi kebohongan itu. Atas
dasar ketaatan kepada atasan
dan kesewenangan atasan menjadi kunci kebohongan atas kasus

ini. Dan pada akhirnya ada pihak


tertentu yang hanya menjalankan
perintah ikut terjerat dalam pusar
kebohongan.
Ironis memang kampus ijau
h
menjadi ajang kebohongan, jika
pucuk pimpinan saja sudah mengajarkan lalu bagaimana engan
d
bawahanya. Jangan sampai ke
bohongan yang dilakukan irokrat
b
nama baik lembaga dan kepercayaan masyarakat ter adap Unila
h
menjadi taruhanya.
Tak mudah mengakui kebohongan yang sudah terstruktur, namun akan lebih bijak mengakui
dan memperbaiki sehingga pihak
lain tak ikut menjadi korban. Sebelum bertambah lagi kebohong
an-kebohongan yang lain ada
baiknya birokrat menyelamatkan
nama baik kampus Unila dengan
mengatakan kebenaran dan tak
lagi berbogong.
Oknum yang terlibat harus
mendapatkan sanksi, jika tidak
maka akan banyak lagi kasus-
kasus lain yang hilang ditutup
dengan kebohongan. nama baik
lembaga harus diselamatkan=

Kyay Jamo Adien

Judul:
Lakon Pewayangan
Birokrat
Ide & Desain:
Hayatun Nisa &
Fitri Wahyuningsih

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

KAMPUS IKAM

Kebijakan Baru
Kepengurusan Lembaga Kemahasiswaan
Oleh Cherli Medika

Adanya kebijakan baru dalam


periode kepengurusan Lembaga
Kemahasiswaan (LK) disambut
baik berbagai pihak. Pembantu
Rektor III Prof.Sunarto menjelaskan kepengurusan yang akan diubah masa periode ini untuk mengatur jalannya sistem keuangan
serta tertatanya administrasi pada
kepengurusan LK. Kebijakan ini
baru sebatas wacana yang intinya
ingin menyamakan periode kepengurusan lembaga kemahasiswaan
dari bulan Januari ke Desember.
Ia menambahkan untuk sementara baru sekedar melakukan
komunikasi dengan Pembantu
Dekan III dan lembaga kemaha-

siswaan yang ada di Unila tetapi


belum mendapatkan rumusan
yang pas untuk mengganti periodenya.
Ketua Majelis ermusywaratan
P
Mahasiswa (MPM), Nofra Hardiko
mengaku endukung rencana
m
ini. Bagus karena untuk lebih
mempercepat proses kaderisasi
di Unila, ujar mahasiswa teknik
kimia 08 ini. Namun, menurutnya kebijakan tersebut belum ada
konsep dan surat keputusannya.
Ia menambahkan bahwa penerapan kebijakan tersebut masih
simpang siur. Belum jelas ada ditahun ini atau ditahun berikutnya,
dan masih belum pasti juga untuk

wacana yang kabarnya dibuat 1,5


tahun, tambahnya. Menurutnya,
kebijakan baru ini agak berat diterima jika diterapakan tahun ini. Hal
ini karena kondisi kepengurusan
yang sudah ada hampir berakhir.
Gubernur FKIP, Arief Ageng
Sanjaya juga sependapat dengan
Nofra. Menurutnya, erubahan
p
periode kepengurusan LK ersebut
t
adalah kebijakan yang tepat. Selama itu tidak mengganggu kelancaran kegiatan organisasi kita dan
sifatnya positif ya gak masalah,
kita juga ngejalaninnya juga gak
masalah, mau dia 1 tahun atau 1,5
tahun, ujar mahasiswa pendidikan
matematika 09 ini.=

Kantin FT Tak Terawat


Oleh Fitri Wulandari

Kurangnya fasilitas dan kebersihan membuat mahasiswa


enggan mengunjungi kantin yang
terletak di belakang gedung laboratorium Fakultas Teknik (FT). Tak
pernah ada perbaikan sejak kantin
tersebut berdiri. Awalnya ada 13
kantin tapi sampai sekarang tinggal 4 kantin, menurut keterangan salah satu pedagang kantin
bernama Raden, kantin memang
sengaja ditinggalkan para pedagagangnya karena sepi pelanggan sehingga mereka mengalami
kerugian. Lokasi yang tidak strategis menjadi keluhan utama para
pedagang. Dulunya mereka pernah dijanjikan akan dipindahkan di
dekat mushola FT namun hingga
kini tidak kunjung terealisasi.
Hal senada juga disampaikan
Siti Aisyah yang juga pedagang di
kantin FT. Ya kalo ingin diperbaiki ya perbaiki sendiri, misalkan dicat ya dicat sendiri oleh pedagang
dan kalau pun mau direnovasi
sendiri percuma karena hasilnya
tidak sebanding. Jadi terima saja
apa adanya, tambahnya.

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Aisyah dan para pedagang


yang lain berharap agar kantin
bisa diperbaiki agar kantin bisa
berkembang dan mahasiswa betah untuk makan di kantin FT.
Azlia Metta Y, mahasiswa
Teknik Kimia 2008 mengatakan
enggan untuk ke kantin karena
Kebersihan kantin yang tidak terawat dan jarak yang jauh menjadi
alasannya jarang makan di kantin
FT. Saya pernah beli dikantin
tersebut, tapi jarang kalo kepepet
saja, ujarnya.
Menanggapi keluhan dari
para pedagang dan mahasiswa,
Pembantu Dekan II Fakultas
Teknik Dra. Sumiharni menjelaskan, yang mengelolah kantin FT
bukan bagian dekanat tapi dikelolah Dharma Wanita FT. Dirinya
tidak bisa berbuat banyak karena
memang ditempatkan di sana sebelum dia menjabat PD II. Melihat
kelayakan kantin FT yang sudah
ada tersebut, ia menginginkan
kantin yang higienis, murah, dan
harga terjangkau bagi mahasiswa,
ia akhrinya mendirikan kantin baru.

Dia menambahkan, kantin


baru yang berdiri didekat mushola
FT tersebut merupakan kerjasama
FT dengan investor sesuai dengan peraturan yang dicanangkan
Unila, karena untuk membuat
kantin tidak boleh menggunakan uang pemerintah termasuk
mushola. Nantinya bangunan itu
menjadi milik Unila. Ada batasnya
serta ada perjanjian yang dibuat.
Selain itu dirinya mengklarifikasi tidak pernah mengeluarkan
wacana menjanjikan kantin lama
dipindah dekat mushola. Fakultas
hanya memfasilitasi tempat dan
letak, sedangkan iuran Rp.10000
per minggu sebagai biaya kebersihan dan sebagainya, namun yang
mengelola tetap Dharma Wanita. Dirinya mengaku hanya bisa
menghimbau para pedagang lama
agar tetap manjaga kebersihan
dan ketertiban, ia juga membebaskan para pedagang memperbaiki fasilitas dan mengembangkan usaha mereka sesuai dengan
aturan Uuiversitas.=

KAMPUS IKAM

Foto Kurnia Mahardika


Lampu Surya. Dua petugas instalasi listrik sedang memasang lampu tenaga surya didepan Gedung Serba
Guna yang berjumlah sebelas buah.

Teknik Kimia Juara Kompetisi Asia Tenggara


Oleh Ayu Yuni Antika

Nofra Hardiko Sahputra dan


Dedi Irawan merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung angkatan tahun
2008 yang mendapatkan juara
pertama kategori Problem Solving pada lomba Regional Future
Energy Challange 2013 yang diadakan di Institut Teknologi Bandung
(ITB) pada 25-27 april 2013. Lomba
rutin diadakan setiap tahunnya
di bidang teknik kimia dan tahun
ini merupakan yang ke-13 kalinya
diadakan. diikuti oleh mahasiswa
teknik kimia se-Asia Tenggara.
Empat negara yang mengikuti
lomba ini Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Sementara itu, juara II diraih
oleh University Technologi Petronas Malaysia, sedangkan tuan
rumah Institut Teknologi Bandung
mendapat Juara III.
Ada tiga kategori yang
dilombakan yaitu, Desain Pabrik,
Problem Solving, dan Poster
Competition. Teknik Kimia Unila

mengirimkan 4 tim, 2 tim mengikuti kategori Desain Pabrik dan


2 tim yang lain mengikuti lomba
kategori problem solving.
Menurut Dedi, syarat untuk
mengikuti lomba problem solving
yaitu mengirimkan abstrak atau
gambaran solusi yang kepada panitia atau pihak yang memiliki permasalahan pabrik.
Saat itu, ia dan timnya menyelesaikan permasalahan dari PT.
Pertamina yang ada di Dumai,
Riau yang ingin meningkatkan
kuantitas bahan bakar Avtur dan
Diesel. Kedua bahan bakar tersebut memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dibanding bahan bakar lainnya. Untuk meningkatkan kuantitas dua bahan bakar tersebut,
kami menawarkan solusi dengan
Mengevaluasi dari unit reaktor,
ujar Dedi.
Untuk kriteria Penilaiannya
itu 50% dari Laporan, 30% Debat,
20% Presentasi dan tanya jawab,
dan 20% dari tes tertulis ujar No-

fra.

Pembimbing sekaligus Sekertaris Jurusan Teknik Kimia Heri


Rustamaji mengatakan, persiapan
untuk mengikuti lomba hingga
sampai ke grand final adalah 6
bulan. Menurutnya, kendala yang
dirasakan adalah penulisan karya
tulis yang harus menggunakan
bahasa inggris. Ia menambahkan,
peserta juga wajib mempresentasikan abstraknya dalam bahasa
inggris saat memasuki grand final.
Namun, kerja keras Nofra dan
Dedi akhirnya membawa mereka
menjadi juara pertama. Harapan
saya mahasiswa Teknik Kimia dan
seluruh mahasiswa Unila ada semangat untuk lebih berprestasi
lagi dan semangat dalam membangun nuansa akademik di Unila
ini, ujarnya.
Dari 4 tim yang dikirimkan
Unila, memang hanya 1 tim dari
kategori problem solving yang
berkesempatan masuk ke grand
final.=
No.129 Tahun XIII Trimingguan
Edisi Juni 2013

KAMPUS IKAM

Foto Kurnia Mahardika


Renovasi. Seorang tukang bangunan sedang melewati balokan kayu yang akan digunakan untuk
merenovasi gedung G jurusan pendidikan matematika dan lmu pengetahuan alam.

Ruang Sempit, Perkuliahan Tidak Kondusif


Oleh Sindy Nurul Mugniati

Pukul 07.30 gedung G Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FKIP PMIPA) mulai ramai oleh mahasiswa.
Gedung ini memiliki 10 ruangan yang digunakan oleh empat
program studi, yaitu pendidikan
matematika, fisika, kimia, dan biologi. Kapasitas setiap ruangan
tak lebih dari 70 orang sehingga
ruang belajar terasa sempit. Padahal, dari data Siakad Unila, jumlah
mahasiswa yang belajar digedung
G sebanyak 1666 mahasiswa. Akibatnya, terkadang mahasiswa
harus mencari kelas hingga diluar
gedung.
Kondisi tersebut menuai keluh dari mahasiswa. Deshi Ambarwati (FKIP MIPA 12) merasa
kurang nyaman dengan ruang
kelas yang sempit. Kurang nyaman, kurang lebar jadinya kita gak
konsen. Harapannya sih dibagusin
aja ruangannya biar mahasiswa
nyaman belajar, terangnya.
Hal senada juga disampaikan
Rizky Nanda. Mahasiswa FKIP Fisika ini mengeluhkan ruangan yang
sempit sehingga perkuliahan menjadi tidak kondusif. Terlebih lagi

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

jika mati lampu mahasiswa mulai


kipas-kipas karena ruangan yang
kecil menyebabkan sirkulasi udara
menjadi sangat minim.
Rizky menambahkan, selain masalah ruangan yang kecil, kursi untuk
belajar juga minim dan banyak yang
rusak. Jika kuliah umum berlangsung, mahasiswa yang tidak kebagian kursi akan mengambil kursi
dari gedung lain.
Ia berharap ruang belajar bisa
diperbanyak karena setiap angkatan terdiri dari dua kelas. Sementara, ruang kelas tidak cukup
untuk menampung seluruh mahasiswa. Rizky menambahkan, kelas
yang tidak mendapat ruang belajar digedung G terpaksa mencari
ruangan diluar gedung.
Sempet gak masuk 2 hari,
gara-gara kelas direnovasi dadakan tanpa sepengetahuan
mahasiswa, ketika melihat kelas
yang berantakan, mahasiswa pun
kaget dan bingung mau belajar
dimana. Akibatnya, selama 2 hari
mereka sempat tidak masuk kuliah, tutur Rizky.
Kini, renovasi yang sudah
dilakukan membuat gedung G
menjadi lebih rapih. Tata ruang

menjadi lebih teratur dan tembok


gedung kembali dicat ulang. Namun, renovasi ini belum menambah jumlah ruangan yang ada di
gedung G.
Menanggapi hal tersebut
Ketua Jurusan Dr. Chaswita mengatakan setiap tahunnya pihak
jurusan melakukan penambahan
kursi. Terkadang ketika mereka
yang kuliah diluar gedung G FKIP
MIPA tidak mengembalikan kursi
ke tempat semula, terangnya.
Sebenarnya sudah ada usulan
dana ke APBN tiap tahun, namun
sampai sekarang dana tersebut
belum cair. Chaswita juga tak
menampik jika hal itu menimbulkan suasana belajar menjadi
tidak efektif. Suasana belajar
seperti itu tidak efisien. Namun
tak ada pilihan lain, jika berharap
dari dana APBN susah diprediksi,
ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan
akan memperluas ruang kelas
bagian depan dan menambah ruangan di gedung pasca sarjana.
Untuk rencana kedepannya juga
akan menambah gedung menjadi
tingkat tiga, ujarnya mengakhiri
percakapan.=

KAMPUS IKAM

Menanti Pembangunan Gedung


Oleh Lia Vivi Farida

Tahun 2007 Jurusan Fisika


Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA) membuka Program Studi Geofisika.
Kemudian, ditahun 2008 PS Geofisika ini dialihkan ke Fakultas
Teknik dengan alasan lebih mengutamakan teknik dibanding teori.
Surat Keputusan (SK) pengalihan tersebut turun pada 2009 dari
Fakultas MIPA . Sejak itu, Teknik
Geofisika resmi menjadi jurusan
Fakultas Teknik tetapi belum memiliki gedung. Dosen disediakan
satu ruangan kecil untuk rapat,
ruang dosen, sedangkan mahasiswa disediakan ruang kelas
yang mengikuti jadwal Teknik Sipil
dan Tata Usaha (TU) di Gedung
E. Sampai saat ini, perkuliahan
masih menggunakan Laboratorium jurusan Teknik Kimia yang
belum digunakan karena alat-alat
belum lengkap. Ketika pimpinan mempersilahkan kita untuk
pindah seharusnya segala fasilitas terpenuhi termasuk bangunan gedung perkuliahan namun
hingga saat ini belum terpenuhi,

ujar Zainudin, Sekretaris Jurusan


Teknik Geofisika, Kamis (16/5).
Menurut Zainudin ditahun
2010 proposal pembangunan
gedung sudah diajukan pihak jurusan, namun belum bisa terealisasi karena ditahun yang sama
Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) digunakan untuk
pembangunan gedung di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Sedangkan ditahun 2011 dan
di 2012 Unila belum mendapatkan
anggaran APBD untuk pembangunan gedung.
Maret lalu pihak Jurusan kembali mengajukan anggaran pembangunan gedung kepada pihak
fakultas tetapi hingga kini belum
mendapatkan jawaban.
Zainudin juga menunjukkan
desain bangunan gedung yang
telah dirancang, mulai dari kelengkapan gedung hingga laboratorium yang akan digunakan.
Dalam pembangunan gedung ini
membutuhkan anggaran dana
sebesar 25 milyar.
Untuk menyiasati ketiadaan

alat perkuliahan, mahasiswa


mengikuti penelitian dosen dan
mengadakan kerjasama dengan
perusahan-perusahan
pertambangan. Usaha tersebut membuat
mahasiswa tetap dapat mengikuti
perkuliahan sebagaimana semestinya.
Ditemui di ruang kerjanya, Jumat (17/5) Pembantu Dekan (PD)
II Fakultas Teknik Sumiharni mengatakan saat ini sedang mengusahakan pembangunan gedung.
Gedung perkuliahan Teknik Geofisika masih diusahakan, karena
untuk membangun gedung tidak
membutuhkan sedikit biaya tetapi banyak. Oleh karena itu, kami
pihak fakultas terus mengajukan
usulan pembangunan gedung,
ujarnya.
Menanggapi hal tersebut
Dekan Fakultas Teknik Lusiana
mengatakan pembangunan gedung Teknik Geofisika sudah diajukan ke pihak rektorat dan telah
diajukan ke pihak Dirjen Pendidikan Tinggi untuk pembangunan
gedung. =
Antre.
Tidak
imbangnya jumlah
pendaftar
ulang Seleksi
Nasional
Masuk Perguruan Tinggi
(SNMPTN)
dengan panitia pelaksana
verifikasi
berkas
mengakibatkan antrean
panjang di
belakang rektorat, Selasa
(18/6).

Foto Kurnia Mahardika


No.129 Tahun XIII Trimingguan
Edisi Juni 2013

KAMPUS IKAM

Kinerja BEM U

Tak Dirasakan Mahasiswa


Oleh Hayatun Nisa F, Lia Vivi Farida, Fitria Wulandari
Foto-foto: Kurnia Mahardika

ua puluh sembilan Mei


lalu Unila mengadakan
pesta demokrasi Pemilihan Raya (Pemira) presiden dan wakil presiden mahasiswa. Nanda Satriana Ikhsanudin
Pratama (FKIP Geografi 09) dan
Ari Wibowo (FT Mesin 10) terpilih
sebagai Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa
periode 2013-2014.
Di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) mahasiswa tampak antri untuk melakukan pemilihan yang bersamaan
dengan pemilihan gubernur. Hal
senada juga terjadi di Fakultas
Teknik, tempat pemungutan su-

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

ara (TPS) terlihat ramai didatangi


mahasiswa yang akan memilih.
Panitian sengaja menyiapkan kursi untuk menunggu antrian.
Nani Depahini (FKIP Fisika 10)
mengaku paham akan pentingnya
Pemira. Menurutnya, hal tersebut menyangkut kemajuan Unila
walaupun adanya BEM U selaku
organisasi yang memilki fungsi
advokasi, eksekutif, dan layanan
belum terlalu ia rasakan. Ia menambahkan, kegiatan yang dilaksanakan BEM U tidak merangkul
kebutuhan mahasiswa. Tentu
saja harapannya untuk yang terpilih nantinya bisa menjalankan
fungsinya sesuai goal setting

awal, ujar Nani.


Namun, antrian panjang hanya terlihat di dua fakultas tersebut. di enam fakultas lain, partisipasi mahasiswa sangat minim.
Fakultas Hukum (FH) misalnya, tak tampak adanya pesta demokrasi. Tempat pemungutan suara terlihat sepi sejak pagi hingga
perhitungan suara. Bahkan ketika
Panitia Khusus (Pansus) menghimbau mahasiswa menggunakan
toak tetap saja tidak menarik mahasiswa untuk mendatangi TPS.
Padahal banyak mahasiswa terlihat duduk dan mengobrol di sekitaran TPS. Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), dan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Kinerja BEM U yang tidak
dirasakan oleh mahasiswa menjadi alasanya. Mahasiswa Hukum
Perdata 2010, Ershe Wida ML
mengaku sama sekali tidak tahu
mengenai profil tiap kandidat.
Ia cenderung ikut-ikutan karena

Sepi. Meski sudah disosialisasikan namun Pemilihan Raya (Pemira) yang dilaksanakan pada Rabu (29/5) kurang mendapatkan
antusias dari mahasiswa universitas lampung.

rekanya menjadi tim sukses salah


satu kandidat. Ya karena dari
tahun ke tahun tidak merasakan
efek dari BEM itu sendiri jadi ya
milih-milih saja, jelas Ershe.
Ia menambahkan kurangnya
sosialisasi dari Pansus mengenai
Pemira menyebabkan banyak
mahasiswa yang tidak mengetahui adanya pemilihan Capres dan
Cawapres mahasiswa.
Kondisi lebih memprihatinkan terjadi di Program Studi
(Prodi) Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dan Prodi Seni yang terletak di Ratulangi, Tanjung Karang.
Demokrasi dirasa belum terjadi,
Devrizal (PAUD 12) mengatakan
bahwa Capres dan Cawapres tidak pernah berkunjung ke cabang
Unila di Ratulangi.
Selain itu, pihak Pansus
kurang memberikan informasi
menyeluruh mengenai pemilihan
Capres dan Cawapres khususnya
di Prodi PAUD dan Seni. Saya aja
gak tau kalau hari ini pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden, baru
tau tadi malam itu pun dari jarkoman, Saya aja gak milih, karena

memang saya gak tau, ujar Patra


Yuvison (PAUD12).
Keluhan yang disampaikan
mahasiswa juga diakui Andhika
Prayoga (Hukum 09), Ketua
Dewan Perwakilan Mahasiswa
Universitas (DPM U), menurutnya angka partisipasi mahasiswa
dalam Pemira kali ini menurun
dibanding Pemira dua tahun lalu.
Selain kurangnya sosialisasi dari
Pansus, koordinasi yang lemah ke
fakultas serta kurangnya partisipasi politik menjadi penyebabnya.
Menanggapi hal itu Ketua
Pansus Anggi Arif Wibowo (Ekonomi
Pembangunan11)
memaparkan Pansus sudah maksimal melakukan publikasi Pemira
melalui banner, pamflet, liftlet,
jarkoman, media online, dan sosialisasi keliling fakultas.
Presiden mahasiswa terpilih,
Nanda Satriana merasa senang
Pemira kembali terlaksana setelah
tahun lalu aklamasi. Menurutnya,
Pemira kali ini cukup representatif
meskipun tak seluruh mahasiswa
menggunakan hak pilih. Partisipasi mahasiswa yang mengalami

penurunan ia beranggapan tidak


serempaknya pelaksananan Pemira fakultas dan universitas menjadi penyebabnya.
Terkait keluhan mahasiswa
terhadap kinerja BEM U selama
ini, Nanda menjelaskan kurangnya kepedulian pemimpin untuk
turun ke bawah, sehingga ia dan
pasangannya Bowo akan benarbenar mendengarkan langsung
dari bawah apa yang mahasiswa
inginkan. Doakan dalam 100 hari
pertama saya dan Bowo mampu ke
bawah untuk mendengar keinginan
mahasiswa, terang Nanda.
Sedangkan untuk meminimalisir mahasiswa yang tidak peduli
terhadap Unila menurutnya harus sering dilakukan interaksi dan
diskusi agar terbangun kepedulian bersama. BEM fakultas juga
tak lepas berperan dalam pencerdasan terhadap kondisi fakultasnya kepada mahasiswa. Harapan
saya ke depan Pemira universitas
dan fakultas dapat dilaksanakan
secara serentak, ujarnya.=

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

REGIONAL

Saat Metropolitan dalam


Kawasan Pendidikan
Oleh M. Faza Pandunegoro

ejak 2012, pemandangan


di sepanjang Jalan Zainal
Abidin Pagar Alam, Bandarlampung banyak mengalami perubahan. Tak hanya universitas,
perguruan tinggi, dan sekolah
yang didirikan di daerah ini. Kini,
beberapa mall dan tempat nongkrong berdiri kokoh di beberapa
titik. Giant, Mall Bandarlampung,
Pizza hut, dan KFC telah beroperasi sampai sekarang. Mall Kedaton yang berada antara jalan
Zainal Abidin Pagar Alam dan
Teuku Umar juga hampir selesai
dibangun.
Pembangunan mall dan tempat nongkrong yang berkembang
setahun
belakangan
mempunyai dampak yang cukup besar, khususnya bagi mahasiswa. Sejak adanya mall ter
sebut, mahasiswa lebih memilih
menghabiskan aktu untuk berjaw
lan-jalan daripada membaca buku
di perpustakaan. Juwita Liasari
misalnya, mahasiswi Unila Jurusan
Manajemen 12 ini memilih pergi
ke tempat karaoke usai kuliah.
Saat ditemui di Mall Lampung, ia
mengaku pergi berkaraoke untuk
mencari hiburan. Karaokean gak
papa, yang penting gak belanja di
mall. Tuturnya.
Drs. Holiulloh M.Si selaku Kepala Jurusan Prodi Pendidikan
kewarganegaraan mengungkapkan bahwa pusat perbelanjaan
memberikan dampak positif dan
n
egatif bagi siswa dan mahasiswa.
Menurutnya, pembangunan mall
dapat memudahkan mahasiswa
dalam mencari kebutuhan seharihari. Namun, tak dipungkiri kehadiran mall akan mengundang
minat
siswa dan mahasiswa

10

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

u
ntuk sekedar nongkrong. Dampaknya, kebiasaan jalan-jalan di
mall ini juga dapat menyebabkan
penurunan prestasi akademik.
Kalau merasa terganggu, kampus atau sekolah bisa mengadukan hal ini ke pemerintah daerah.
Ujar Holiulloh memberikan solusi.

Holiulloh juga mengungkapkan bahwa peran pengajar untuk


memberikan pengajaran nilai
menuju pendidikan karakter harus lebih ditingkatkan. Ketika
sudah terlanjur maka pengajar
harus memberikan transfer of
knowledge and value, tidak hanya
pengetahuan, tapi ditambah dengan nilai. tambahnya.
Pendapat Holiulloh juga diamini oleh Virgi Caksono yang jug
mahasiswa Universitas Lampung.
Mall yang sekarang ada lebih
banyak ke hiburan, dan yang sifatnya hura-hura, ujar mahasiswa
fakultas Hukum 11 ini. Menurutnya, mall tersebut seharusnya
lebih banyak diisi dengan toko
buku dan alat tulis karena berada
di zona pendidikan.
Tak sependapat dengan
Virgi, Tina Susanti S.Pd, mahasiswa S2 Universitas Lampung
mengungkapkan bahwa kehadiran mall di dekat kampus sangat
membantu. Ia merasa lebih mudah untuk mendapatkan barangbarang kebutuhan pribadinya.
Saya dan para mahasiswa jadi
tidak kesusahan untuk mencari
sesuatu yang dibutuhkan.ujar
mahasiswa Teknologi Pendidikan 11 ini. Mahasiswa Perguruan
Tinggi Teknokra, Firda Maulidya
juga sependapat dengan Tina.
Ya strategis mall-nya, untuk membeli kebutuhan tidak jauh, pas pu-

lang bisa lihat-lihat kesana gitu,


ujar wanita yang baru saja menjadi duta kampus ini.
Melihat tata ruang kota yang
demikian, seorang ahli kebijakan
publik, Budi Kurniawan mengkritik kebijakan ini. Tata kota itu seharusnya ada daerah pendidikan
dan pasar di tempat yang lain,
ujar laki-laki yang juga dosen Ilmu
Pemerintahan Unila ini. Ia menambahkan, tata kota di luar negeri
memisahkan lokasi pembangunan
sekolah dan pusat perbelanjaan.
Pengalaman itu ia ketahui saat
menuntut ilmu dinegeri kangguru. Menurut Budi, untuk mengurangi pembangunan mall di dekat
sekolah atau kampus, pemerintah
harus mengenakan pajak yang
tinggi.
Menanggapi hal tersebut,
Asisten III walikota Bandar
lampung, Deddy Amarullah mengatakan bahwa tidak ada yang
salah dari tata ruang di kota
B
andarlampung.
Menurutnya,
tidak ada peraturan yang bertentangan dengan pembangunan beberapa mall tersebut. Ia menambahkan, pemerintah memberikan
izin mendirikan mall di pinggir
jalan agar konsumen lebih mudah
untuk berbelanja. Jangan semua
terpacu di ibukota, macet kota
ini, tanggapnya.
Mengenai kawasan pendidikan, Deddy membenarkan bahwa
banyak terdapat lembaga pendidikan di jalan Zainal Abidin Pagar
Alam. Itu bener zona pendidikan,
tetap tidak serta-merta dimonopoli pendidikan, yang pentingkan
tidak bersebelahan, ungkapnya.=

ZONA AKTIVIS

Bela Diri Lewat Tapak Suci


Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Tapak Suci Unila berdiri
pada 9 September 2000) di lapangan rektorat Unila yang diresmikan oleh Dr. Sultan Djasmi, M.Pd
selaku Pembantu Rektor (PR)
III. UKM yang berdiri pada tahun
1985 ini pernah vakum dan aktif
kembali ditahun 2000 yang diprakarsai oleh; Muhammad Fuad,
Andi Gustiawan, Bagus Dwitomo
(FH), Imam Darmawan (FISIP),
Widiyatmoko (FT), Taufiq Ibnugroho (FH), Eko Prasondita (FP),
Okta Devi (FMIPA), dan Khairunisa (FMIPA).
Kepengurusan
2013/2014
UKM Tapak Suci diketuai oleh
Wawan Santoso (Bahasa Indonesia 11) Sekertaris Umum Hanifah
(FKIP Fisika 12) Wakil Sekretaris
Hana Yakfi Aningsih (FKIP Bahasa Indonesia 10), Bendum Nur Mila (FKIP
Bahasa Indonesia 12), Wabendum
Asri Dahlia (FKIP Sejarah 12).
Selain itu, Tapak Suci terbagi
atas tiga departemen Kepala Departemen Kaderisasi Ali Usman
(FH 12), Kepala Departeman Organisasi Yuliani (FKIP Penjas 11),
dan Kepala Departemen Prestasi
Amin Waliyudin ( FH 11).
UKM Tapas Suci merupakan
suatu wadah untuk mengembangkan bakat dan prestasi dibidang seni bela diri Indonesia
untuk meningkatkan fisik dan

mental seorang atlit. latihan wajib dilaksanakan setiap hari Selasa


dan Kamis pukul 16.00 WIB di lapangan belakang rektorat. Selain
latihan rutin, Tapak Suci mempunyai tradisi yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya, seperti;
Milad Tapak Suci Unila, pendadaran, musyawarah cabang, rapat
kerja, training pengurus, latihan
kepemimpinan pelatih, pelantikan
atlit, dan silaturahmi akbar lima
tahunan (diselenggarakan 5 tahun sekali).
Selain memiliki agenda rutin,
UKM ini juga memiliki agenda besar setiap tahunya. Agenda besar
yang dimiliki oleh Tapak Suci Unila
antara lain latihan gabungan, ujian kenaikan tingkat, kejuaran regional pencak silat championship
Jawa-Sumatera.
Dan ditahun ini akan mengadakan kejuaraan regional pencak
silat Championship
termasuk
agenda terbesar dalam kepengurusan ini yang selenggarakan di
Gedung Serba Guna (GSG) Unila
pada tanggal 28-30 Juni 2013, kejuaraan ini bertujuan untuk menyaring bibit-bibit unggul siswa
SD, SMP, dan SMA, dan juga sebagai ajang reuni antar alumni
karena acara ini diperuntukkan
untuk alumni-alumni yang membuka cabang latihan di daerahnya
masing-masing.=

KEJUARAAN YANG PERNAH DI RAIH


1. Kejurnas Pencak Silat Antar Perti SeIndonesia, Unhas, Makassar 9-14 April 2012
Juara I Kategori Ganda Putri (Marita Dwi
Yesida & Hana Yakfi Aningsih)
2. Kejuaraan Invitasi Pencak Silat Tapak
Suci Martial Art Competition Of Java Airlangga Cup, Surabaya 6-12 Mei 2012
Juara 3 Kelas A Puteri Putri Arienal
Juara 3 Kelas C Puteri Marita Dwi Yesida
Juara 3 Kelas D Putera Amin Waliyudin
3. Kejuaraan Unila Open 14-16 September 12
Juara 1 Kelas A Putera Asep Kurniawan
Juara 1Kelas B Putera Yuber Abadi
Juara 2 Kelas C Putera Ahmad Qosasih(poll A)
Juara 3 Kelas C Putera Pungki Wawana
Putra (poll B)
Juara 2 Kelas D Putera Sadam
Juara 1 Kelas E Putera Amin Waliyudin (poll A)
Juara 3 Kelas E Putera Billi Martin (Poll B)
Juara 2 Kelas F Putera Ardiyansah
Juara 2 Kelas H Putera Irfan
Juara 1 Kelas A Puteri Yuli Suprihatin
Juara 2 Kelas B Puteri Marita Dwi Yesida
Juara 3 Kelas C Puteri Nur Mila
Juara 2 Kelas D Puteri Inayatus Sholehah
Juara 1 Tunggal Putera Yuber Abadi
Juara 1 Tunggal Puteri Desi Ariyani
Juara 1 Ganda Puteri Marita Dwi Yesida &
Hana Yakfi Aningsih
4.Tapak Suci Brawijaya University Internasional Open, 6-12 Desember 2012
Juara 2 Kelas A Putera Imam Syafei
Juara 3 Kelas B Putera Yuber Abadi
Juara 3 Kelas D Putera Amin Walliyuddin

11

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Apresiasi

Pagi..
Harmoni..
Dan embun pagi yang sejuk
Bersama lewati medan licin dan curam karna
ulah si hujan
Tetap ia trabas kubangan air bekas hujan itu
walau sengaja
Bersama-sama mengemban satu misi
Dan benar kau pemenangnya
Tanpa perisai dan pedang samurai
Kau pahlawan idaman bagi mereka
Oh Harmoni..
Alam..
Dan aku yang diam diam....
Aku pun punya cinta di sepanjang hari-hari kita
Seperti cintaku pada pagi hari dengan sinar
mentari yang mencuat jauh di atas sana.
Menyengat panas. Namun kaya akan manfaat
Dengan keharuman dari aroma segar biji kopi
dari pohonnya
Dengan ketenangan melihat awan biru
Dengan kebahagiaan dari angin sejuk di siang
hari tepat di bawah pohon rindang
Dengan kemerduan suara hujan bagai nada
minor
Dengan kerinduan akan gunung yang kita daki
bersama
Bersama cinta-cintaku itulah aku mulai tergoda
untuk merasakan kembali perjalanan sakral akan
pemaknaan solidaritas yang beradu akur dengan
segala perbedaan.
*Yessi Saraswati
Kepala Divisi Pengabdian Masyarakat
UKM KSR PMI Unit Unila 2012-2013

12

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Aku Vampir Abnormal


Aku adalah vampir pecinta kopi
Vampir abnormal yang siang pun
bermandi matahari
Aku tak sepayah vampir penghisap
darah,
Aku tak bertaring tapi aku ganas
dan pedas
Aku hidup untuk dunia yang lain
Ketika orang normal menjadi tak
normal
Menjadi nocturnal bukanlah pilihan, tapi tuntutan
Mengejar angin malam sebagai
vampir
Dan hidup tak normal sebagai
manusia.
Jadi aku manusia atau vampir?
Ah, aku sulit membedakannya.
Dan matahari rupanya sudah
mengutuk cakrawala.
Selamat pagi, dan selamat tidur...
*Fitri Wahyuningsih
Staff Artistik UKPM Teknokra

Oleh Fitri Wahyuningsih

13

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

EKSPRESI

Komitmen
dengan
Waktu
Oleh Kurnia Mahardika

engikuti organisasi
serta sukses menjadi
pebisnis adalah pilihan mahasiswa yang
satu ini. Tak ingin mengikuti trend
mahasiswa masa kini yang menghabiskan waktu luang dengan
bermain, tidur atau nongkrong ke
mall usai kuliah.
Chofi Qolbi namanya, mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2010 yang memiliki banyak
kesibukan dalam perkuliahan.
Terlebih lagi Fakultas Kedokteran
yang dianggap sulit dalam proses
perkuliahan. Namun, hal itu ia
tampik dengan aktif di berbagai
organisasi dalam maupun luar
kampus. Dan kini ia menjabat sebagai gubernur Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran. Banyak yang bilang
kuliah di kedokteran itu berat
tapi menurut saya sama dengan
fakultas lain, tetap ada waktu
longgar kok, dan Allhamdulillah
kuliah lancar IPK saya masih 3,54,
ujarnya.
Organisasi itu ilmu lapangan
kalo dibangku kuliah kan teori
aja. Selain itu, banyak mahasiswa
yang setelah wisuda jadi nganggur. Kalo ikut organisasi kan ada
link, tambahnya.
Tak hanya kuliah dan organisasi yang menjadi kesibukannya,
menjalani bisnis dan menjadi
seorang trainer motivasi bahkan
penulis buku ia lakoni. Bisnis yang
ia jalankan hanya bermodalkan

14

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

nol rupiah. Ia pun sudah menerbitkan satu buku dipertengahan


tahun 2012 silam. Menjadi trainer
baik di Lampung maupun luar
Lampung sudah menjadi rutinitasnya.
Berasal dari keluarga sederhana tidak membuatnya patah
semangat dalam meraih cita-cita.
Ayahnya hanya seorang guru
matematika di SMA sedangkan
ibunya berprofesi sebagai penjual
baju di pasar.
Sejak Sekolah Dasar Chofi
memang sudah aktif dalam organisasi. Ikut organisassi udah
sejak Sekolah Dasar (SD), ya ikut
Pramuka gitu lah, terangnya.
Beranjak ke bangku SMP dan
SMA, pria yang punya hobby futsal ini semakin menggilai organisasi, ini terbukti dengan organisasi yang diikutinya. SMP Chofi aktif
di Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) sebagai kepala bidang akademik. Selain itu dia juga menjadi
ketua umum Kelompok Ilmiah
Remaja (KIR) Bhinneka Cwara serta menjabat sebagai kaderisasi di
rohani islam (ROHIS) Ar-Rabbani.
Meski aktif diberbagai organisasi tak membuat nilai akademiknya turun. Saat pembagian buku raport. Chofi selalu
mendapat peringkat di kelasnya.
Bahkan meraih juara 1 berturutturut dari SD, SMP dan SMA. Ia
pun semakin berprestasi ketika ditahun 2003, 2006 dan
2009 menjuarai lomba olimpiade matematika tingkat
kabupaten. Tidak hanya
itu saja Chofi juga sering
menjuarai lomba nasyid
tingkat provinsi.
Meski berprestasi
dibidang akademik
dan non akademik
orang tuanya tak
pernah
memaksa
dirinya untuk berprestasi. Orang tuanya
hanya memberi arahan saja.
Memasuki bangku kuliah
pria asal Tulang Bawang Barat
ini sempat minder. Dulu logat
jawanya lebih parah dari ini,
sekarang udah agak mendingan.
Sempet down juga, apalagi kan

mayoritas mahasiswa kedokteran


berasal dari luar Lampung. Tapi
karena inget semangat orang tua
jadi semangat lagi, tuturnya.
Terbiasa dengan banyak kegiatan akademik dan non akademik
membuat Chofi ingin melakukan hal yang berbeda tak hanya
sekedar kuliah saja. Terlebih lagi,
menurut pria berusia 20 tahun ini
kuliah tidak 24 jam sehingga banyak hal lain yang bisa dilakukan.
Akhirnya disemester satu ia memutuskan untuk memulai bisnis
dengan biaya nol rupiah.
Awalnya ia berjualan jam tangan namun lambat laun ia tertarik
dengan dunia trainer. Ia memulai mencari kegiatan lain dengan
mengikuti sebuah sekolah trainer
di Lampung. Ini berawal ketika
waktu propti jurusan ada training
motivasi dengan pengisi trainer
yang sama waktu trainer SMA.
Kemudian Chofi
menghubungi
kont a k
yang

ada untuk bergabung dengan


sekolah trainer tersebut. Selama
dua hari dan tiga kali mengikuti
magang ia menggali ilmu tentang
trainer motivasi hingga akhirnya
kini sudah bisa menjadi trainer.
Namun
untuk menjadi trainer
yang handal menurutnya butuh
waktu dan pengalaman yang banyak. serta sudah mendapat lima
sertifikasi, satu diantara adalah
sertifikasi dibidang trining bisnis
dan empat diantaranya adalah
sertifikasi dibidang training motivasi dan dapat mengikuti trainer
di luar kota.
Sukses didunia trainer Chofi
mencoba peruntungan didunia
kuliner, kali ini dia bekerjasama
dengan dua rekannya Winda
Yunika (Hukum 9) dan Meta
Yunika (Kedokteran, 2010) dengan mendirikan pempek rainbow.
Selain itu Chofi juga mempunyai
CV. Aorta yang bergerak dibidang
trining and consulting serta pemilik Rhoudah celuler.
Sukses dengan tiga bisnisnya
itu bukan berarti Chofi tak pernah
rugi. Ia sempat mengalami rugi
ketika mengawali usaha dibidang
konveksi ditahun 2009. Yang namanya usaha pasti pernah rugi.
Dulu waktu awal-awal jual kaos
sama jaket gak dapet untung
yang ada malah rugi. Banyak nomboknya ketimbang untungnya,
kayak nombokin biaya ongkos
kirim. Misal dari 100 jaket saya
cuman dapet 1 buah jaket kenangnya. Bahkan tak jarang ada
nada miring yang mampir ke telinganya. Contohnya waktu berjualan jam monol ia sempat dibilang
tukang broadcast jualan karena
seringnya blackberry massanger
(BBM) yang ia kirim isinya hanya
menawarkan dagangannya itu.
Namun Chofi tak putus asa karena
dia mempunyai prinsip There is
not failure, thats only feedback.
Tidak ada yang namanya kegagalan yang ada hanya feedback dari
setiap yang kita lakukan.
Kini dari hasil bisnisnya itu
Chofi sudah mampu membiayai
kuliah dan kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, ia bisa membiayai dirinya untuk mengikuti training-

training diluar kota.


Untuk urusan sepele beli
buku, beli Hp Blueberry sampai
Blackberry atau baju ya masih bisa
lah, ungkapnya. Selain menjadi
pebisnis pria yang hobi berjualan
ini juga aktif sebaagai trainer. Untuk urusan trainer Chofi tak pernah mengharap bayaran jika yang
mengadakan adalah lembaga kemahasiswaan.
Disela-sela kesibukanya sebagai Gubernur BEM, menjadi
trainer dan aktif berbisnis Chofi
menyempatkan dirinya menulis
buku yang merupakan salah satu
dari impiannya. Buku yang ia tulis
pertengahan tahun 2012 itu kini
sudah diterbitkan diseluruh toko
buku gramedia di Indonesia. Buku
yang pertama adalah Yes-Set.
Sebuah keajaiban sekali, karena
banyak orang menerbitkan bukunya dipublikasikan sendiri. Tapi
saya baru ngasih draft besoknya
sudah ditelepon oleh penerbit. Ini
semua karena kuasa Allah, cerita
Chofi.
Salain itu, Chofi juga pernahmengadakan workshop menulis
untuk mencari bibit penulis dimana peserta akan dibimbing untuk
menulis buku dan tulisan yang
layak akan di rekomendasikan ke
penerbit nasional.
Menjalankan berbagai peran
dan kesibukan tidak mebuat
perkuliahanya terganggu. ia memiliki cara tersendiri untuk mengatur waktu setiap minggunya
sehingga terencana. Dalam satu
minggu itu saya fokuskan dengan
kegiatan-kegiatan yang saya miliki. Dua hari fokus di kuliah, satu
hari spiritual, satu hari ngurusin
bisnis, dan satu hari ngurusin
organisasi. Jadi kalau waktunya
buat kuliah ya kuliah aja, tapi kalo
ada waktu senggangnya ya bisa
digunain buat mengerjakan yang
lain, ujarnya.
Menurut pria berusia 20 tahun ini, membagi waktu adalah
hal yang mudah. Karena Membagi waktu itu hal yang mudah,
kita punya waktu 24 jam. Tinggal
kita alokasikan aja kemana waktu
itu mau dipakai, yang sulit adalah
komitmen dengan waktu, terang

Chofi.
Rekan bisnis Chofy Winda
Yunika (Hukum, 09) mengatakan
walaupun Chofi sibuk tetapi selalu
menyempatkan waktu untuk rapat
membahas usaha yang kini mereke
geluti. Masih ada waktu kok buat
kumpul, kalau ada kepentingan
rapat dia selalu datang. Tapi pasti
bisa kok, kalo gak bisa paling kita
Bbm-an, ujarnya.
Hal senada juga disampaikan
rekan sekelasnya Meta Yunika (kedokteran, 10), menurutnya Chofi tak
pernah kesulitan dalam perkuliahan
terutama dalam hal membagi waktu. Dikelas gak pernah keteteran
kok, dia kan juga mahasiswa berprestasi di fakultas, Ujarnya.=
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Chofi Qolbi NA
Tempat, Tgl Lahir : Dayamurni, 18
November 1992
Riwayat Pendidikan : SDN 1 Dayamurni
SMPN 1 Tumijajar
SMAN 1 Tumijajar
Fakultas Kedokteran UNILA
Riwayat Prestasi
Juara 1 Olimpiade Matematika
SD,SMP,SMA tingka kabupaten
Juara 3 Olimpiade Matematika SD
tingkat provinsi
Finalis Honda Best Student Regional
Lampung
Juara 3 LCT GIS Lampung
Juara 1 Presentasi ILMIAH se-Sumatera
Juara 3 Mahasiswa Berprestasi FK
UNILA
Juara 2 Nasyid Tingkat SMA se-Lampung FPPI 2009
Juara 2 Nasyid Tingkat SMA
SIAR(silaturahmi anak rohis) seLampung
Juara 1 Nasyid Tingkat SMA seTulangbawang
Juara 2 Nasyid tingkat SMA PENTAS
PAI Dinas Pendidikan provinsi Lampung
Siswa Terfavorit SMAN 1 Tumijajar
Juara 1 Nasyid Tingkat SMA SeSUMBAGSEL(Sumatera Bagian
Selatan)
Duta Favorit Mahasiswa BKKBN
Lampung

15

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Laporan Utama

Lakon Pewayangan Birokrat


Oleh Hayatun Nisa

ktober
2011,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP ) Agus
Hadiawan diperintahkan mencari
data mahasiswa bernama Fajrian
oleh Rektor Unila Prof.Sugeng P
Harianto. Titah itu ia terima via
telepon dari Jakarta. Agus lalu
mencari berkas milik Fajrian yang
tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan
2000 ke bagian akademik. Berkas
Fajrian ia terima dari Sariyanah,
mantan Kepala Sub Bagian Akademik FISIP.
Satu jam kemudian, Agus diminta menjemput Sugeng di Bandara
Raden Intan, Branti Raya. Dua
orang pejabat ikut serta bersama
Sugeng. Seorang diantaranya
Prof. Sylvia Murni yang saat itu
menjabat Walikota Jakarta Pusat.
Pertemuan lalu dilanjutkan di ruang rektor yang saat itu masih
ditemani dua koleganya, ia meminta Agus memberikan berkas
Fajrian dan memerintahkan Agus
untuk menerbitkan ijazah Fajrian.
Tak hanya Agus yang dipanggil,
Kepala Bagian Akademik saat itu
Damanhuri ikut serta dalam pertemuan itu.
Agus menolak meluluskan Fajrian sebagai mahasiswa Unila karena tidak sesuai prosedur. Reaksi
yang sama juga ditunjukkan Damanhuri. Namun, saat itu Sugeng
mengatakan Fajrian adalah mahasiswa yang pintar, Fajrian juga
dikabarkan akan melanjutkan
studi ke Belanda. Ia juga bekerja
di salah satu program acara di
Metro Tv bernama Eagle Award.
Akhirnya Agus dan Damanhuri tak
bisa menolak perintah atasannya
itu.
Pengakuan itu disampaikan
Agus Hadiawan dalam pertemuan

16

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

di Kampung Bambu pada 6 April


lalu, pertemuan yang digawangi Prof. Sutopo Ghani Nugroho
dan Prof. Muhajir Utomo atas
inisiatif dosen Pembimbing Akademik Fajrian Cahyono Eko S.
Pertemuan juga dihadiri beberapa
dosen FISIP diantaranya, Susetyo
Ketua Jurusan Sosiologi , Ibrahim
Besar sekretaris saat Idha Nurhaida menjabat Kajur Ilmu Komunikasi, Ikram dosen pembimbing
skripsi. Turut diundang Sarwoko
dan Idha Nurhaida yang saat itu
tak dapat hadir karena urusan
keluarga masing-masing, Teguh
Raharjo, Kajur Ilmu Komunikasi
saat ini pun diundang. Namun tak
dapat hadir karena menjadi ketua
panitia di resepsi pernikahan tetangganya. Muhajir dan Sutopo
sempat heran dengan kehadiran
Agus Hadiawan di pertemuan
tersebut, menurut Muhajir Agus
tak ikut diundang kala itu.
Keheranannya cukup beralasan,
Maret 2013 saat acara wisuda di
Gedung Serba Guna Unila, Muhajir sempat menanyakan masalah ijazah kepada Agus, namun
saat itu Agus menjawab kalau
penerbitan ijazah tersebut sesuai
prosedur dan mengatakan bahwa
mahasiswa yang bersangkutan
telah lulus. Ia pun segera memasuki GSG karena acara akan dimulai. Saya tanya tentang masalah
penerbitan ijazah Fajrian pak
Agus hanya menjawab, oh itu sudah lulus, lalu saya tanya lagi apa
benar sudah lulus tetapi acara
akan segera dimulai pak Agus buru-buru masuk ke GSG dan tidak
menjawab pertanyaan saya lagi,
jelas Muhajir.
Pertemuan di awal April itu
dibenarkan oleh Susetyo yang

saat itu hadir, dia


juga membenarkan bahwa saat
itu Agus Hadiawan hadir padahal tak turut
diundang dan
menceritakan
kronologi yang
sebenarnya,
namun dirinya
enggan mengatakan isi dari
kronologi yang
disampaikan
Agus dengan
alasan
tidak
ada kaitannya
dengan
masalah
penerbitan
ijazah
tersebut, saat
itu dirinya hanya salah diundang.
Hal ini juga
dibenarkan
T
eguh
Raharjo

yang mengetahui kedatangan


Agus di pertemuan dan juga

pengakuan Agus saat itu. Teguh


yang tak hadir mengetahui hal itu
melalui Ibrahim.
Hal berbeda disampaikan Ikram,
ia membantah adanya pertemuan. Menurutnya masalah
tersebut tidak perlu diperpanjang
karena Inspektorat Jenderal pendidikan Tinggi sudah memeriksa
semua pihak yang terkait akan
masalah tersebut.
Sariyanah Kasubag Akademik
yang pensiun sejak Juni 2012
membenarkan Agus pernah meminta berkas Fajrian. Ia pun memberikan berkas yang berisi berita
acara ujian kompre Fajrian, dalam

berkas tersebut Fajrian telah lulus


ujian komprehensif namun ada
catatan untuk revisi, Sariyanah
menambahkan Fajrian tidak pernah terdaftar sebagai wisudawan.
Ketika dikonfirmasi perihal pertemuan tersebut, Rabu (12/7 )
Agus Hadiawan mengatakan pertemuan itu sudah lama sekali,
namun kemudian

dirinya membantah adanya pertemuan di Kampung Bambu malam itu. Tidak


pernah ada pertemuan
seperti itu semua urusan ini
sudah diserahkan ke pihak inspektorat, kami hanya menunggu

hasil dari pemeriksaan tersebut.


Saya tidak bisa memberikan tanggapan lagi karena hal ini sudah dirapatkan dengan rektor, terang
Agus.
Hal senada juga disampaikan Rektor Unila, Prof. Sugeng
P. Harianto, Sembari berjalan
terburu-buru, dikawal sopir
dan satpam rek
t
or

t
i d a k
banyak bicara
ketika dimintai
konfirmasi
atas
pengakuan Agus. Ya
tanya Pak Agus Hadiwan, jawabnya singkat.
***
Penerbitaan ijazah Fajrian
yang tak sesuai prosedur
ternyata tanpa sepengetahuan
Pembantu Rektor I bidang akademik yang waktu itu dijabat
Prof. Hasriadi Mat Akin.
Tahun 2012 lalu pegawai Biro
Akademik, Siti Juriyah yang mengurusi pendaftaran wisuda ketakutan menyimpan rahasia tersebut, sehingga dirinya datang pada
Hasriadi mengadukan semua hal
yang ia ketahui sembari membawa salah satu bukti yang menunjukkan adanya pelanggaran. Juju
sapaan akrabnya menunjukkan

bukti dua buku wisuda yang sama,


dua buku tersebut dicetak di waktu yang berbeda dengan isi yang
berbeda pula. Cetakan pertama
Desember 2011 sedangkan cetakan kedua pada Februari 2012.
Menurut pengaduan Juju pada
Hasriadi, cetakan pertama ada 62
nama wisudawan dari FISIP yang
tercatat, cetakan pertama tersebut dicetak ribuan yang dibagikan
ke para wisudawan. Namun Februari 2012 buku yang sama dicetak
ulang dengan jumlah wisudawan
FISIP menjadi 63 wisudawan.
Nama wisudawan ke 63 itu
ternyata Fajrian. Tercatat Fajrian
lulus pada 17 November 2008,
dengan NPM dan English Placement Test (EPT) yang dikosongkan. Buku cetakan kedua itu pun
hanya dicetak 200 buah yang
dibagikan ke fakulas-fakultas saja.
Kronologis cerita tersebut disampaikan Prof. Sutopo Ghani berdasarkan cerita Ir.Sulastri Ramli
kapada dirinya. Menurut Sutopo
Juju memang dekat dengan Sulastri yang saat itu menjabat PR
II, sebelum Juju mengungkapkan
hal tersebut ke Hasriadi ia terlebih
dahulu menceritakannya kepada
Sulastri.
Sejak itu, Hasriadi Mat Akin mulai andil menutupi kasus ini, Oktober 2012 sedang berlangsung
pemilihan Pembantu Rektor,
Hasriadi kembali sebagai kandidat
calon PR I dengan pesaing Prof.
John Hendri yang sedang menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian Unila.
Ketika pemilihan nama Hasriadi
keluar sebagai pemenangnya.
Namun, usai rapat senat itu rektor manghampiri Hasriadi. Rektor
mengatakan pada Hasriadi dirinya
akan menggunakan hak prerogatif sebagai rektor untuk tidak melantik Hasriadi dan tetap melantik
John Hendri yang hanya selisih
enam suara.
Sulastri Ramli dan kedua rekannya Ida Farida dan Sutopo makan
siang di ruanganya usai rapat
senat pemilihan pembantu rektor
sembari membicarakan kejadian

17

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Laporan Utama

18

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

usai rapat tadi. Lalu ketiganya


medatangai Hasriadi di ruangannya.
Menurut Farida, di ruangan itu
Hasriadi menunjukkan fotokopi
buku wisuda kepada ketiganya.
Hasriadi tampak geram sambil
menceritakan rencana awalanya
untuk membagikan fotokopi
buku wisuda kepada seluruh anggota rapat senat jika namanya
tidak menang. Farida, Sutopo,
dan Sulastri pun mengambil beberapa lembar fotokopian tersebut, setelah mendengar cerita
Hasriadi tentang kejadian usai
rapat, Sutopo pun memberi saran kepada Hasriadi agar segera
memberitahukan rektor bahwa ia
m
engetahui adanya kejanggalan
pada buku wisuda yang menunjukan bukti dugaan pelanggaran
terkait penerbitan Ijazah Fajrian.
Hasriadi pun menuruti saran
tersebut, dirinya langsung menemui rektor di ruang rektor dengan membawa bukti. Sedangkan ketiga anggota senat tetap
menunggu di ruangannya. Selang
beberapa lama Hasriadi kembali
ke ruangannya, kesepakat sudah
ia dapat dengan rektor. Ia memberitahukan kepada ketiga senat
yang menunggunya itu bahwa
rektor akhirnya akan melantik dirinya.
Hal
tersebut
dibenarkan
S
utopo, bahwa usai rapat senat
terjadi pertemuan yang tak direncanakan di ruang PR I. Saya hanya memberi saran, saat itu saya bilang kamu punya kartu truf pakai
saja itu, agar rektor mau melantik
kamu, jelas Sutopo.
Sementara jas untuk pelantikannya sedang dibuat, Hasriadi
menghubungi Sutopo via telepon,
meminta Sutopo untuk memusnahkan fotokopi buku wisuda
yang terdapat tulisan tangannya
tentang pelanggaran ijazah Fajrian dan meminta Sutopo untuk tidak membahas masalah tersebut.
Sutopo heran mendengar permintaan Hasriadi karena ketika
perbincangan Hasriadi bersama
tiga senat senior di ruanganya

Saya hanya
memberi saran saat
itu saya bilang kamu
punya kartu truf pakai
saja itu, agar rektor
mau melantik kamu
Prof. Sutopo Ghani
usai rapat senat pemilihan Pembantu Rektor kala itu, Hasriadi
berjanji akan mengusut tuntas
permasalahan tersebut setelah
dirinya dilantik.
Hasriadi pun akhirnya dilantik
untuk kedua kalinya menjabat sebagai PR I. Dua bulan menjabat
Hasriadi tak kunjung membahas
masalah ijazah tersebut, melihat
hal itu para senat pun sepakat
meminta rektor untuk mengadakan rapat senat yang hampir dua
tahun tak diadakan membahas
masalah akademik.
Namun permintaan tersebut
tak dipenuhi rektor tanpa alasan
yang jelas. Hingga tahun 2013 masalah itu masih belum dibahas dan
diselesaikan, sampai pada awal
tahun 2013 situs berita online Buanasumbagsel.com memberitakan
penerbitan ijazah yang tak sesuai
prosedur di Unila. Berdasarkan
keterangan Sutopo tak diketahui
siapa yang melaporkan masalah
tersebut. April lalu` laporan terkait dugaan pelanggaran peraturan akademik di Unila sampai
pada Inspektorat Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Saat dikonfirmasi Juju enggan
menanggapi terkait pengaduannya tersebut kepada Hasriadi Mat
Akin, dirinya tidak mau angkat bicara mengenai masalah tersebut
dengan alasan semuanya sudah
diperiksa Itjen sehingga harus ada
perintah dari atasan jika ingin berbicara terkait masalah itu. Saya

tidak mau bicara mengenai hal itu,


saya takut salah bicara dan saya
tidak punya wewenang untuk
mengkonfirmasi apapun. Saya sudah diperiksa Inspektorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Itjen jadi saya
tidak mau bicara, jelas Juju.
Senada dengan Juju, Damanhuri juga tidak mau mengkonfirmasi kaitan dirinya dengan
masalah penerbitan Ijazah tersebut. Ia mengatakan tak punya
wewenang untuk angkat bicara.
Terkait masalah ini saya tidak
bisa bicara, saya tidak unya
p
w
ewenang. Silahkan saja tanyakan hal ini ke bagian Humas,
saya sudah diperiksa oleh Itjen,
terang Damanhuri.
Setali tiga uang saat ditemui di
ruangannya Rabu (12/6), Hasriadi
enggan memberikan tanggapannya No comment no comment,
semuanya sudah selesai. Saya
sudah diperiksa Itjen, tanggap
Hasriadi. Ketika ditanya terkait
masalah buku wisuda dirinya
juga tidak mau banyak bicara, ia
m
eminta supaya mengikuti saja
pemberitaan yang sudah ada.

PERATURAN PUN
DILANGGAR
Bukti pelanggaran tidak hanya
pada buku edaran wisuda tetapi
juga pada temuan pihak jurusan
Ilmu Komunikasi. Teguh Raharjo
, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
mengatakan setelah pemberitaan di
buanasumbagsel.com
dirinya beserta Sarwoko dan
Ibrahim Besar mengadakan diskusi membahas masalah yang
membawa nama Jurusan Ilmu Komunikasi, selanjutnya teguh melaporkan hal tersebut ke Dekan.
Sampai khirnya Itjen turun untuk
a
melakukan pemeriksaan terkait
masalah tersebut. Pihak jurusan
telah mempelajari semua materi
yang berkaitan dengan masalah
penerbitan ijazah tersebut.
Menurut Teguh pihak jurusan
juga menggali informasi tentang

ujian skripsi Fajrian melalui dosen


pengujinya Ikram, Nurhaida, dan
Firman Asyaf. 17 November 2008
Fajrian memang dinyatakan lulus ujian skripsi namun lulus bersyarat yaitu skripsinya perlu revisi.
Fajrian diberi waktu selama dua
bulan untuk melakukan revisi namun Fajrian tidak melakukan revisi. Hal ini terbukti tidak ada skripsi
Fajrian di perpustakaan fakultas
dan perpustakaan pusat. Menurut
Teguh, Hasil penelusuran penerbitan ijazah, Fajrian melanggar
peraturan akademik tahun 2008
pasal 38 ayat 1 sampai 5.
Peraturan akademik yang dipakai disesuaikan dengan waktu
Fajrian lulus ujian. Pelanggaran
yang dilakukan diantaranya tidak melakukan perbaikan skripsi, tidak pernah
mengumpulkan
skripsi, dan tidak
pernah mendaftar
wisuda. Selain itu,
ditemukan kejanggalan pada buku
wisuda.
Kalau
Fajrian tidak pernah mengumpul
skripsi dan tidak
pernah mendaftar
wisuda seharusnya namanya tidak
terdaftar dalam
buku wisuda 14 desember 2011, dan
nilai EPT kosong,
terang
Teguh.
Ia juga menerangkan tidak mengetahui
adanya
dua edaran buku
wisuda Karena pi-

hak jurusan hanya memperoleh


buku wisuda yang berjumlah 63
mahasiswa.
Pada sistem informasi akademik
(Siakad) juga terdapat Kejanggalan, siakad Fajrian menunjukan Fajrian mengisi kartu rencana studi (KRS) di tahun ajaran
2000/2001, 2001/2002, 2002/2003,
2003/2004, dan 2004/2005, namun pada TA 2005/2006 dan
2006/2007 tidak mengisi KRS. Namun tahun 2008 Fajrian mengisi
=KRS kembali. Jika dianalisis di TA
2005/2006 dan 2006/2007 tidak
mengambil cuti dan tidak membayar SPP seharusnya berdasakan peraturan akademik pasal
26 ayat 2 tentang putus studi, mahasiswa dinyatakan putus studi
administratif bila yang bersangkutan tidak membayar SPP selama
dua tahun. Tidak melaksanakan
daftar ulang selama 2 semester
atau lebih berturut-turut dan/atau
meninggalkan kegiatan akademik
selama 2 semester atau lebih berturut-turut tanpa memiliki izin cuti
akademik. Karena itu jurusan meminta agar gelar sarjana Fajrian
dicabut.
Kajur Ilmu Komunikasi ini juga
mengatakan sebelumnya rapat
pimpinan FISIP pernah diadakan
membahas usulan jurusan untuk mencabut gelar Fajrian pada
pertengahan bulan Mei, namun
belum ada tanggapan dari rektor. Hingga pada selasa 4 Juni
lalu diadakan yang kedua salah
satunya membahas kelanjutan
informasi usulan, karena usulan
pertama tidak kunjung ada jawaban. Jawaban rektor pada rapat
pimpinan kedua mengatakan saat
itu menunggu evalusi dari Itjen,
tapi yang diherankan kenapa lama
sekali, terang Teguh saat ditemui
di rumah rekannya pada 15 Juni
lalu.=
Bersambung ke hal 24

19

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Artikel Tema

Menuntut Proporsionalitas
Hak Jawab

Ilustrator Fitri Wahyuningsih

ers adalah satu organ


dari institusi media massa dimana posisinya ada
didalam satu sistem yang
berkaitan dengan masalah kultur
tertentu saat menghadapi suatu
konflik yang terjadi dimasyarakat.
Pada posisi tersebut pers bertugas mekomunikasikan sedikit banyak hal yang terjadi pada masalah
tersebut kepada khalayak luas
dan komunikasi itu dapat berimplikasi pada dua hal yaitu apakah
pemberitaan akan mengakibatkan konflik menjadi intensif atau
sebaliknya.
Menurut Andrew Arno (1984)

20

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

posisi pers dalam menjembatani konflik ke proses komunikasi akan sangat berbahaya jika
tidak ada mekanisme kontrol untuk mencegah konflik yang telah
berevolusi menjadi berita tidak
mengalami distorsi fakta atau
lebih parah media yang awalnya
melemparkan wacana yang tidak berimbang, lalu larut dalam
konflik yang ada kemudian berlindung dalam ruangan bernama
kebebasan pers. Kebebasan pers
bukanlah tanpa batas, dalam The
Cannon of Jurnalism, pers bertanggungjawab atas kesejahteraan
masyarakat, ketulusan, kejujuran,
tidak memihak, berimbang, sopan
dan menghormati kehidupan seseorang. Salah satu poin yang
diangkat adalah mengenai
asas praduga tidak bersalah
yang seharusnya juga diadopsi oleh pers dalam mewartakan satu berita sangat
menarik untuk diperdebatkan
jika dikaitkan dengan kebebasan pers.
Praduga tidak bersalah
(presumsion of innocent)secara umum adalah asas universal dalam dunia hukum,
asas tersebut menghendaki
bahwa setiap orang sebelum adanya putusan hakim
yang menyebutkan bahwa dia
adalah pelaku kejahatan maka
ia dianggap tidak bersalah,
asas ini berlaku universal dan
menyangkut perlindungan hak
asasi manusia walaupun ada
beberapa negara yang justru
memberlakukan kebalikannya
yaitu asas praduga bersalah
(presumsion of guilt) contohnya

Mesir. Ruang kosong antara


dugaan dan putusan tersebut terisi makna yang harus ditafsirkan
sendiri dan disini adalah manuver
subjektivitas yang terjadi, dalam
ruang ini semua dapat terjadi, dan
yang mengisi ruang ini adalah:
media.
Asas tersebut selayaknya
menjadi bintang pemandu pers
dalam memberikan informasi.
Pemberitaan pers sudah semestinya menjamin kebebasan untuk
menikmati asas-asas sebagaimana diatas. Asas tersebut menghendaki setiap insan pers untuk
juga menghormati martabat objek pemberitaannya. Karena jika
hal tersebut tidak terakomodasi
niscaya akan terjadi satu pelanggaran hak asasi manusia atau
yang acapkali kita sebut dengan
peradilan pers (trial by the press)
berupa rusaknya martabat orang
tersebut dimata umum padahal
belum ada kekuatan hukum yang
menyatakan ia benar-benar bersalah.
Karena hal tersebut menyangkut hal substantif dalam pemberitaan maka proses tersebut tidak
sepenuhnya dapat diperkaran
dalam jalur hukum. Media memiliki satu kanal khusus untuk
menampung sekaligus menjadi
sarana klarifikasi atas satu pemberitaan yang ingin disangkal oleh
pihak yang bersangkutan melalui
mekanisme hak jawab. Hak jawab
adalah sarana untuk klarifikasi
yang ditentukan oleh undangundang pers, dimana pihak yang
merasa dirugikan diberikan saran
complaint atas pemberitaan yang
naik cetak, media wajib untuk

menerbitkan apa yang dikeluhkan


oleh pembaca. Namun yang menjadi permasalahan adalah proporsionalitas penayangan hak jawab
dimedia massa yang sangat tidak
sebanding dengan porsi pemberitaan dimana hak jawab yang terbit tidak sebanding dengan pemberitaan yang muncul berkali-kali.
Salah satu contoh pemberitaan tidak berimbang yang pernah
dilakukan oleh pers adalah dalam
kasus Asian Agri yang berujung
gugatan di pengadilan. Hakim memutuskan untuk memenangkan
Asian Agri akibat melanggar asas
praduga tidak bersalah lantaran
kasus yang didakwa kepada Asian
Agri belum memenuhi keputusan hukum tetap diberitakan
olehTempo secara besar-besaran
dan dianggap tidak proporsional
dalam menampilkan hak jawab
yang dilayangkan Asian Agri.
Kolom hak jawab yang sangat
minim tampaknya tidak menjadi
satu solusi untuk klarifikasi atas
pemberitaan yang tidak berimbang belum lagi jika kita berbicara
mengenai hak jawab di televisi.
Sebagai contoh beberapa kasus

korupsi kakap yang diberitakan


dibeberapa media besar secara
bombastis ternyata tidak terbukti
dipengadilan apakah dapat dihapus dengan satu kolom terbatas
sebagai sarana rehabilitasi nama
baik padahal dalam hukum acara
diperadilan bahwa jika satu anak
manusia tidak terbukti sah dan
meyakinkan maka hakim memerintahkan untuk merehabilitasi
nama baiknya dan mendapatkan
ganti rugi.
Hak jawab saat ini bagi media
massa bukanlah menjadi sesuatu
yang penting karena selain dianggap merugikan media massa
kerap memangkas dan menayangkan hak jawab secara tidak
utuh sehingga pesan yang ingin
disampaikan oleh mereka yang
merasa dirugikan tidak tersampaikan dengan baik. Tindakan yang
harus dilakukan saat menghadapi
masalah demikian harus dimulai
dengan langkah legowo media
massa untuk lebih pro-aktif menyelesaikan masalah tersebut,
karena langkah tersebut mustahil
ditempuh oleh korban pemberitaan yang lemah jika dihadapkan

dengan dominasi media massa.


Media massa yang mengendalikan pekerja pers dewasa ini
bukanlah satu institusi bebas nilai
dan imun dari pengaruh ekonomi
dan politik sehingga tidak dapat
disangkal jika pers kadangkala
bergerak dalam ranah kepentingan pragmatis pemilik modal sehingga benarlah apa yang diutarakan oleh David T. Hill (1992)
bahwa industri media massa tidak
terlalu menguntungkan tetapi
ia mempunyai nilai yang sangat
strategis dalam berbagai bidang.
Selanjutnya semua polemik harus diposisikan dalam sarana
yang pas. Dewan pers yang dalam
melakukan tugasnya bersifat
menunggu pengaduan tidaklah
serta merta membuatnya menjadi pasif, satu tindakan yang aktif
yang harus dilakukan oleh dewan
pers adalah mengusulkan kepada
media untuk merehabilitasi mereka yang telah dirugikan melalui
pemberitaan secara imbang.=
Andhika Prayoga
Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Lampung

Ngekhibas
Dapat gelar tanpa skripsi,
Kira-kira ijazahnya berlaku gak ya?
Pemira sepi,
Kinerja BEM U gak dirasakan mahasiswa sih!
Ruang kuliah sempit,
Jadi kipas-kipasan aja di ruangan
Mall dikawasan pendidikan,
Wah, perpustakaan Unila bisa makin sepi

21

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Inovasi

Minimalisir Resiko Banjir


oleh Faris Yursanto

Pemasangan pipa untuk menghitung debit air

erawal dari pengalamannya terjebak banjir yang menyebabkan


kerugian bagi masyarakat membuat Dyah Indriyana Kusumastuti terinspirasi membuat suatu metode yang bisa
meminimalisir kerugian akibat bencana
banjir. Dosen jurusan Teknik Sipil Unila ini
membuat metode prakiraan banjir dan
sistem peringatan dini melalui Distributed
Hydrology Model berbasis Sistem Informasi Geografis. Metode ini bisa memperkirakan apa yang akan terjadi apabila
hujan terjadi, apakah akan terjadi banjir
atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh
Dyah dan kawan-kawan ini didanai melalui program Penelitian Strategi Nasional
yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Perguruan Tinggi. Dyah dan
kawan-kawan melakukan penelitian ini
selama 3 tahun.
Tahun pertama fokus pada pengukuran dan Hidrologi Satuan Terukur (HST).
Pengukuran dan pendataan dilakukan
untuk mengetahui berapa banyak volume
air ketika hujan terjadi, apakah hujan berpotensi menyebabkan banjir atau tidak.
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini

22

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Alat Automatic Water Level Recorder


(AWLR)
adalah Automatic Water Level Recorder
(AWLR) dan Automatic Rain Gauge (ARG).
Automatic Water Level Recorder
(AWLR), alat ini berfungsi untuk mengetahui berapa debit air yang ada saat
hujan turun di waktu tertentu. Alat ini
berbentuk tali yang panjangnya 2 meter
pada ujung satu dipasang Logger dan
yang ujung satu lagi diberi Chip. Logger
berfungsi untuk mendeteksi volume saat
terjadi hujan sedangkan Chip berfungsi
untuk mencatat data yang dideteksi oleh
Logger.
AWLR dimasukkan ke dalam pipa berdiameter 2 inch dengan beberapa lubang
untuk keluar masuknya air ketika aliran
air sungai meninggi maka akan direspon
oleh Logger dan memberi informasi kepada Chip.
Automatic Rain Gauge (ARG), alat
ini berfungsi untuk menghitung jumlah
curah hujan dalam satuan waktu tertentu
secara otomatis dengan bantuan baterai
sebagai sumber tenaganya. Data yang
ada pada AWLR dan ARG akan diambil
dengan skala waktu tertentu. Dengan
AWLR dan ARG kita dapat mengetahui

apakah akan terjadi hujan atau


tidak pada saat hujan terjadi. Dari
situlah kita bisa meminimalisir resiko untuk antisipasi banjir.
Di tahun kedua yang saat ini
sedang dikerjakan adalah Pengukuran Hidrologi Satuan Terukur
(HST) dan Hidrologi Satuan Sintetis (HSS) yang menggunakan
Sistem Informasi Geografis serta
melanjutkan pengukuran yang
dilakukan pada tahun pertama.
Sistem ini merupakan sistem
informasi untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan

menghasilkan data yang mempunyai referensi geografis atau lazim disebut data geospatial. Dari
sistem ini kita juga dapat mengetahui karakteristik Sub-DAS-subDAS yang ada untuk mengetahui
Hidrologi Satuan Sintetis (HSS).
Sedang data geospatial mendukung pengambilan keputusan
dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber
daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota dan pelayanan
umum lainnya. Dan dilanjutkan
pengukuran aliran sungai di tempat-tempat lain yang belum diu-

kur.

Dengan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis


kita dapat mengetahui karakteristik Sub-DAS-sub-DAS yang
ada untuk mengetahui Hidrologi
Satuan Sintetis (HSS). Pada tahun
ketiga yang merupakan tahap
terakhir yaitu fokus pada proses
menghubungkan data yang ada
di lapangan dengan teknologi informasi yang ada sehingga bisa
menjadi sistem peringatan dini.
Ketika tahap ini selesai barulah
penelitian ini bisa diujicobakan
dan bermanfaat.=

Suara Mahasiswa
Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa, dengan format Nama_NPM_Jurusan/Fakultas_
Komentar. Kirim ke 08992268489/ 085789666911 atau Teknokra Unila @TeknokraUnila
Redaksi hanya akan memuat SMS/komentar yang disertai identitas lengkap dan bisa di
pertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami akan me cocokkannya dengan
n
data siakad Unila.

Emtizal Saprodi (Pend. Geografi 11)

birokrat. Terima kasih.

Saya sebagai mahasiwa di Unila


khususnya di FKIP sarana prasarana
seperti toilet menurut saya sangat
kurang memadai, tolong untuk rektor
jilid II mana perubahan yang dijanjikan.
Jangan hanya janji-janji belaka.

Johanes T.H Tarigan (Budidaya


Perairan 05)

Muhrodin (Penjaskes 11)


Untuk prodi penjaskes diberikan fasilitas yang cukup? Ketika kuliah di lapangan sering kecewa. Kolam renang bayar bahkan parkirnya
bayar, tempat lompat jauh tidak dirawat, bola dan net mahasiswa beli
sendiri. 14 tahun hanya jadi program
studi tidak ada peningkatan. Mohon
disampaikan ke publik, khususnya

Tolong dilaporkan pegawai gedung A Fakultas Pertanian. Ada empat lorong pelayanan mahasiswa di
gedung A FP. Namun sering kali saya
bingung pukul berapa sebenarnya layanan dibuka tiap harinya. Sama sekali
tidak masuk akal saya kinerja pegawai
yang semerawut seperti itu. Ironisnya, hal tersebut terjadi tiap pekan.

Febriana Ulfa (Penjaskes 11)


Bidik misi kenapa orang-orang
mampu. Saya dari keluarga yang
kurang mampu tidak mendapatkannya.

Agung Rhafdho W. (Teknologi


Hasil Pertanian 12)
Saya sebagai mahasiswa merasa tidak nyaman saat makan di kantin fakultas, tempat yang kumuh,
sampah banyak berserakan, tempat
parkir tidak ada, bangunan tidak
permanen yang menyebabkan kantin terlihat kurang terawat.

Nurhadi (Pend. MIPA 10)


Alhamdulillah calon gedung
Pasca Sarjana FKIP yang tak kunjung
tampak berdirinya, sudah menampakkan kebermanfaatannya. Selain
menjadi tempat tumbuhnya tumbuhan liar juga menjadi tempat untuk
pembuangan sampah.

23

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Laporan Utama
Saat dikonfirmasi melalui telepon mengenai pemberitaan terkait dirinya Fajrian tak pernah ada
jawaban, 10 Juni 2013 reporter
Teknokra menyambangi Studio
Samuan tempat Fajrian bekerja
di sebuah Production House (PH)
film yang terletak di rumah kantor
Permata Senayan Blok D 33 jalan
Tentara Pelajar Kebayoran Lama
Jakarta.
Seorang pegawai bernama

Linda yang bekerja sebagai Office


Girl di studio samuan menjelaskan
bahwa Fajrian bekerja freelance
disana jadi ketika ada proyek besar saja Fajrian datang ke Samuan.
Fajrian juga merupakan teman pemilik Studio samuan yaitu Chandra, Fajrian juga bekerja di PH
tersebut sejak tahun 2008.
Reporter teknokra mencoba
menghubungi Fajrian melalui
sambungan telepon tempat ia

Bekerja. Studio tempat Fajrian bekerja freelance


sejak tahun 2008 yang terletak di kebayoran lama
Jakarta, foto di bidik Senin (10/6).

Foto: Hayatun Nisa

bekerja, Linda pun menghubungi


Fajrian namun tak ada jawaban,
beberapa menit kemudian Fajrian
balik menelepon dan ternyata ia
sedang berada di luar kota dan
tidak mau ditemui.
Selama kuliah Fajrian memang
tertarik pada Film, dirinya merupakan pendiri Komunitas Layar,
komunitas film di lampung. Pada
tahun 2006 dirinya memulai karir
sebagai asisten Koordinator program acara Eagle Award di Metro
Tv. Pada tahun 2007 dan 2008
dirinya menjadi finalis nasional
IYCE (International Young Creative
Entrepreneur) untuk bidang Film
yang diselenggarakan oleh The
British Council. Di tahun 2007 hingga 2009 dirinya menjadi koordinator dan produser program Eagle
Award Metro Tv, pada tahun 2009
dan 2010 dirinya menjadi juri film
documenter dalam Festival Film
Indonesia. Baru sejak pertengahan 2011 dirinya bekerja di sebuah
PH membuat feature pendek tentang Indonesia yang ditanyangkan di APTN (Associate Press Television Network) sekaligus bekerja
sebagai Freelance documentary
atau produser audio visual. =

WAWANCARA KHUSUS
Prof. Haryono Umar:

Oknum Bersalah Harus


Dikenakan Sanksi
Oleh Hayatun Nisa F
Kasus penerbitan ijazah yang tidak sesuai prosedur ramai diperbicangkan di berbagai media cetak
maupun elektronik. Menanggapi
hal itu Inspektorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang dikepalai oleh
Haryono Umar menurunkan tim
inspeksi ke Unila untuk memverifikasi banyaknya pengaduan terkait masalah tersebut.Reporter
Tenokra Hayatun Nisa F melaku-

24

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

kan wawancara khusus terkait


hasil pemeriksaan tersebut. Saat
ditemui di kediamannya daerah
Ciputat Baru Tanggerang Selatan,
Haryono Umar mejelaskan perihal
inspeksi tersebut, berikut petikan
wawancaranya.
Bagaimana awal dari pemeriksaan Itjen di Unila ?
Awalnya ada laporan dari

masyarakat kalau ada kasus


penerbitan ijazah yang tak
sesuai prosedur di Unila, tidak membuat skripsi namun
mendapatkan ijazah. Dengan
pengaduan tersebut kami
telusuri siapa saja yang terlibat dalam kasus. Memang
sudah diketahui pejabat-pejabat yang terkait dan semua
sudah kami periksa. Pemerik-

Prof. Haryono Umar


saan dilakukan sesuai dengan
peraturan akademik. Pemeriksaan selama satu minggu
dan selama dua minggu kami
memproses materi dari inspeksi tersebut.
Sesuai atau tidak penemuan Itjen
dengan pengaduan?
Ini kan hasil audit yang akan
kami serahkan ke kementerian
dengan tembusan kepada Dirjen Pendidikan Tinggi untuk
ditindak lanjuti, sedangkan
mengenai materi pemeriksaan saya tidak akan bicarakan
karena memang tidak boleh
terkait masalah etika, tapi
yang jelas kami sudah melakukan pemeriksaan itu dan kami
juga sudah usulkan rekomendasi ke Kementerian
Apa saja yang menjadi rekomendasi?
Kami sudah mengusulkan
rekomendasi untuk mengenakan sanksi kepada para
pejabat Unila yang terbukti
melakukan pelanggaran dan
karena ada dugaan pelanggaran pidana maka kami juga
merekomendasikan
untuk

segera diserahkan ke kepoli

Foto: Rikawati

sian.
Lalu kelanjutan setelah pemeriksaan?
Fajrian tidak termasuk pihak yang kami periksa karena
bukan mahasiswa lagi, ranah
kami pada
Bagaimana
manajemen
pendidikan di Unila berjalan.
Sedangkan yang berkaitan
dengan apa yang ramai diberitakan media mengenai unsurunsur lain biarkan kepolisian
yang menindak lanjuti karena
kepolisian memiliki ranah
yang lebih luas terkait masalah
tersebut.
Terkait ada kemungkinan jurusan
yang akan dibekukan?
Sanksi yang diberikan itu kan
terhadap orang bukan lembaga, masa yang tidak bersalah
ikut dikenai sanksi dan tidak
boleh itu. Makanya kami disitu
kan independent, objektif,
profesional, dan proporsional.
Ya sesuai dengan proporsinya
saja, siapa yang bersalah ya dia
yang dikenai hukuman. Yang
tidak bersalah jangan diikutikutkan, ini kan oknum dimana-mana ya seperti itu yang
harus kita bela itu lembaga.

Bagaimana jika keputusan kementerian tidak sesuai dengan


rekomendari Itjen ?
Saya juga heran kenapa satu
orang (Fajrian) bisa jadi ramai
seperti ini. Dan yang menjadi
ke khawatiran saya kelemahan
dari Dirjen, yaitu eksekusi tidak
sesuai dengan apa yang kami
rekomendasikan. Dirjen akan
mepelajari dulu apa yang kami
rekomendasikan.
Sekarang
tinggal bagaimana mahasiswa
mengawali itu agar segera
beres jangan sampai menjadi
konsumsi politik.
Kementerian juga harus tanggap menindak lanjuti masalah
itu, apalagi rekomendasi yang
harus segera diserahkan ke kepolisian agar cepat clear. Jangan sampai sama seperti kasus
sebelumnya seperti di Kementerian Kebudayaan kalau saat
itu tidak didorong-dorong tidak diserahkan ke KPK, karena
ada dorongan dari publik dan
media akhirnya langsung diserahkan ke KPK. Selanjutnya
kami akan terus memantau
sampai keputusan dari Kementrian keluar.=

25

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

POJOK PKM

BATAS NYATA !

asih belum hilang dari


ingatan kita gema pe
ringatan sebuah mementum besar bagi bangsa ini.
Tepat 20 Mei lalu peringatan hari
kebangkitan nasional masih disuarakan. Tak melulu menandainya
dengan rangkaian upacara dan
aksi, ucapan selamatpun bertebaran dijejaring sosial menandai
peristiwa yang kini menjadi tolak
sejarah pergerakan pemuda Indonesia.
Tak bisa langsung berkesimpulan, pemuda negeri ini paham
akan makna hari kebangkitan
nasional,atau hanya sekadar
melakukan perayaan meski pengguna jejaring sosial di indonesia
67,4 % adalah pemuda usia 13-24
tahun (data checkfacebook.com).
***
Kembali kepada sejarah bangsa,
Kebangkitan Nasional ditandai
munculnya sebuah organisasi
pemuda Boedi Oetomo. Didirikan
20 Mei 1908 oleh Sutomo dan
para aktivis mahasiswa STOVIA
pada waktu itu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji. Organisasi pemuda pertama yang
ada di nusantara.
Berdirinya Budi Utomo adalah
momentum kebangkitan nasional
yang mengbangkitkan semangat
persatuan, kesatuan dan nasionalisme Indonesia. Semangat
untuk mencapai sebuah pengakuan bangsa yang merdeka dan
berdaulat dari kaum penjajah.
Bukan tak ada halangan pergerakan pemuda pada masa itu.
Batas batas nyata dan sekat kedaerahan memang masih sangat
terasa. Hingga muncul pemuda
pemuda yang menyatakan semua
itu adalah sekat yang harus disatukan dan batas yang harus ditanggalkan. Tak sampai disitu keterbatasan teknologi adalah
hal nyata. Jangankan jaringan

26

No.129 Tahun XIII Trimingguan


Edisi Juni 2013

Rudiyansyah
Pemimpin Umum
internet, berkirim pesanpun harus dibatasi jarak. Namun semua
itu bukanlah hambatan karena
jaringan kesamaan tekat dan pandangan sebuah amunisi ampuh,
meski jarak terbentang dari ujung
Sabang sampai Marauke.
Berbeda dengan kondisi saat ini.
Survey yang dilakukan Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat jumlah
pengguna internet di Indonesia
akhir 2012 mencapai 63 juta orang
atau 24,23 persen dari total populasi negara ini. Angka tersebut
selalu meningkat dari tahun ketahun. Perkembangan inilah yang
membuat akses informasi semakin mudah diakses oleh siapapun,
dimanapun. Kini tak lagi berarti
batas nyata dalam dunia yang
serba maya.
Alhasil generasi saat ini adalah
generasi yang seharusnya dapat
berbuat lebih banyak, untuk bangsanya melampaui pemuda yang
105 tahun lalu menyerukan kebangkitan meski dalam keterbatasan. Namun faktanya generasi
saat ini cendrung lebih apatis dan
berpikir pragmatis. Keterbukaan
akses informasi menjadikan mereka berada dalam batas batas yang

mereka ciptakan sendiri. Menguasai teknologi hingga menghamba


pada hasil dari sebuah moderenisasi.
Interaksi langsung yang dahulu
dijunjung, kini tak hayal sebuah
hal yang mahal. Antar individu
yang dahulu merasa senasib
sepenangungan kini tak bertegur
meski dalam satu ruangan. Keasikan dengan perangkat perangkat
gedzged keluaran terbaru yang
tak pernah lepas dari genggam.
Tak sadar bahwa mereka telah
melapaskan sebuah nilai nilai awal
kebangkitan yang dahulu dieluh
eluhkan.
Sehingga jelas sudah generasi
muda saat ini yang memaknai kebangkitan nasional hanya sebatas
perayaan. Namun tidak paham sajarah apalagi esensi. Sekat nyata
yang dahulu dibiaskan kini semakin diperjelas. Belum lagi sekat
sekat yang mengatasnamakan
golongan pergerakan,dalam lingkaran kaum intelektual.
Tidak berlebihan jika tokoh
tokoh pemuda Indonesia pada
masa kebangkitan belum tergantikan. Mahakaryanya akan tetap
mendapatkan pengakuan dunia.
Atas pemikiran dan perjuangan
memperoleh kemerdekaan.
Namun tak bisa dipungkiri tokoh tokoh masa lampau sudah
seharusnya berganti, pemuda
masa kini adalah mahasiswa yang
harus menjadi tumpuan bangsa
ini tetap tegak berdiri. Tak ada lagi
sekat apalagi keberagaman menjadi suatu penghalang. Kita berdiri
dalam satu tanah yang tak lagi memegang kearifan. Birokrat tempat
kita berdiripun sudah menyalahi
aturan. Memihak pada segelintir
orang yang berkepentingan.
Inilah batas nyata yang sudah
seharusnya kita bongkar bersama-sama!
Tetap Berpikir Merdeka !

Anda mungkin juga menyukai