Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) MASYARAKAT

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Untuk memenuhi tugas Praktik Intervensi Gizi Masyarakat





Disusun Oleh :
Sekar Kuswidiarani (P07131111093)
Thorifah Zatu Sabila (P07131111095)
Tri Asinta Maharani (P07131111096)
Tri Mardanik (P07131111097)
Tri Yuliatun (P07131111098)
Ulfah Qomariyah (P07131111099)
Warti Anggraini (P07131111100)
Wici Noviyani (P07131111101)
Tito Arianto Nugroho (P07131111102)



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Winarno (2004), makanan jajanan atau street foods adalah
jenis makanan atau minuman yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di
stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis. Baik
makanan maupun minuman jajanan banyak sekali jenisnya dan sangat
bervariasi dalam bentuk, keperluan dan harga, selain itu makanan jajanan
dibagi menjadi empat kelompok yaitu pertama makanan utama atau main
dish contohnya nasi rames, nasi rawon, nasi pecel dan sebagainya,
kelompok kedua panganan atau snacks contohnya kue-kue, onde-onde,
pisang goreng dan lain sebagainya dan kelompok yang ketiga adalah
golongan minuman, es teler, es buah, teh, kopi, dawet, jenang gendul dan
lain sebagainya, dan kelompok ke empat adalah buah-buahan segar dari
mangga, durian dan lain sebagainya.
Sementara itu Winarno (2004) menyebutkan bahwa konsumen
berkecenderungan untuk mendapatkan jumlah makanan sebanyak-
banyaknya dengan harga serendah mungkin (murah meriah). Agar dapat
menjual makanan jajanan yang mereka buat para pengusaha harus dapat
memenuhi kebutuhan para pembeli atau konsumen. Sebaliknya, penjual
harus mendapat keuntungan yang cukup, bila mereka ingin terus berjualan
dan menghidupi keluarganya.Hal itu menjadi lingkaran setan. Ketika harga
bahan makanan lebih tinggi dari harga yang konsumen sanggup atau rela
membayar, maka akibatnya penjual terdesak untuk membuata makanan
jajanan dengan jumlah yang besar dan sama tetapi dengan mutu yang lebih
rendah, terjadilah pemalsuan atau penggantian sebagian bahan mentah
dengan bahan lain yang lebih murah harganya.
Selain hal di atas menurut BPOM, pada tahun 2011 penggunaan BTP di
Indonesia pada makanan jajanan anak adalah 2%, kemudian meningkat
menjadi 9%, sedangkan Zat yang paling sering ditemukan adalah formalin,
borak, rhodamin B, siklamat, sakarin dan pemanis buatan. (Rachmaningtyas,
2013)
Oleh sebab itu, perlu dilakukan penyuluhan tentang Bahan Tambahan
Pangan.
BAB II
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Bahan Tambahan Pangan
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian bahan tambahan pangan
2. Manfaat bahan tambahan pangan
3. Macam-macam bahan tambahan pangan
Sasaran : Kelompok arisan ibu-ibu PKK
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 April 2014
Waktu : 19.00 WIB
Tempat : RT 2, Dusun Ngawen, Desa Trihanggo
Nara Sumber : Ulfah Qomariyah

A. Tujual Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahan tambahan pangan.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui bahan tambahan pangan yang diizinkan dan tidak diizinkan
untuk dikonsumsi.
2. Mengetahui cara memilih makanan atau bahan makanan yang aman.
3. Proses penyuluhan
1. Persiapan
a. Pembuatan leaflet lalu digandakan
b. Pembuatan SAP
2. Pelaksanaan
a. Tahap pembukaan
1) Mengucapkan salam dan sapa
2) Menjelaskan identitas diri (memperkenalkan diri)
b. Tahap penjelasan
1) Memaparkan materi pada masyarakat
2) Penyampaian menggunakan bahasa yang mudah dipahami
masyarakat
c. Tahap pemecahan masalah
1) Memberikan kesempatan pada masyarakat yang ingin bertanya
2) Mendengarkan pertanyaan dari masyarakat kemudian menjawab
pertanyaan dari masyarakat
3) Tahap kesimpulan
a) Memberikan penjelasan akhir (kesimpulan) dari penyuluhan
b) Memberikan salam penutup
4. Materi
1. Pengertian Bahan Tambahan Pangan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, Bahan Tambahan
Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah, bahan yang ditambahkan
ke dalam pangan untuk rnempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
2. Fungsi Bahan Tambahan Pangan
Fungsi Bahan tambahan makanan antara lain :
a. Mengawetkan dan melindungi makanan
Yaitu mencegah kerusakan bahan pangan karena bakteri dan jamur.
Kualitas semua makanan yang dibiarkan akan cepat menurun dan
mengalami perubahan seperti pembusukan. untuk mencegahnya
maka digunakan bahan tambahan makanan.
b. Mempertajam rasa dan aroma
Mempertegas atau memperkuat rasa atau aroma yang sudah ada
misalnya pada permen, sirup, biskuit, kue, berbagai produk daging
dan lain-lain.
c. Memperbaiki penampilan
Misalnya pemutih pada tepung, pewarna pada warna bahan makanan
dan lain-lain, sehingga tampak lebih menarik.
d. Memperbaiki tekstur
e. Dll.
3. Macam-macam Bahan Tambahan Pangan
a. Bahan Tambahan Pangan Alami
Bahan Tamabahan Pangan alami adalah Bahan Tambahan Pangan
alami adalah BTP yang Bahan yang berasal dari alam. Kelebihan dari
BTP alami adalah :
1) Umumnyalebih aman dikonsumsi
2) Tidak stabil selama proses pengolahan, penyimpanan
3) Sukar diekstraksi dari sumber asalnya
b. Bahan Tambahan Pangan Buatan
Bahan tambahan pangan buatan adalah bahan tambahan pangan
yang dibuat secara sintetis. BTP buatan dibagi menjadi bahan
tambahan pangan yang dilarang dan diizinkan. Bahan tambahan
pangan yang diizinkan ditambahkan (yang disebut Bahan Tambahan
Kimia) oleh Kementerian Kesehatan diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 tahun 2012 tentang bahan
Tambahan Pangan, terdiri dari golongan BTP yang diizinkan di
antaranya sebagai berikut:
1) Pemanis (sweetener)
2) Pengawet (Preservative)
3) Penguat rasa (Flavour enhancher)
4) Perisa (Flavouring)
5) Pewarna (Colour)
6) Dll
Adapun Bahan tambahan pangan yang dilarang, adalah
sebagai berikut:
1) Natrium tetraboat (Boraks)
2) Formalin ( Formalindehid)
3) Dan lain-lain.
c. Formalin
Formalin adalah berupa cairan, tidak berwarna, bau sangat
menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol. Penggunaan formalin
sebagai desinfektan, cairan pembalsem, pengawet jaringan,
pembasmi serangga dan digunakan di indutri tekstil dan kayu lapis.
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk
pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh
manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah
tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya.
Adapun pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan, adalah
sebagai berukut :
1) Jika terhirup rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar
bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
2) Jika terkena kulit kemerahan, gatal, kulit terbakar
3) Jika terkena mata kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata,
pandangan kabur, kebutaan
4) Jika tertelan mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing,
gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru,
hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.
Berikut adalah beberapa makanan yang biasanya
mengandung formalin berserta ciri-cirinya:
1) Ayam potong
Ayam potong yang mengandung formalin berwarna putih bersih,
awet dan tidak mudah busuk, aroma menyengat khas formalin,
dan memiliki tekstur daging yang cenderung keras.
2) Mie basah
Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat
Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10
derajat Celsius). Bau agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket
dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal.
3) Tahu
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius)
dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat
Celsius). Tahu lebih keras, namun tidak padat. Bau agak
menyengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0.5-1ppm).
4) Bakso
Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat
Celsius) dan teksturnya sangat kenyal.
5) Ikan segar
Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat
Celsius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan
merah segar dan warna daging ikan putih bersih. Bau menyengat,
bau formalin.
6) Ikan asin
Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25 derajat
Celsius). Tampak lebih bersih dan cerah. Tidak berbau khas ikan
asin.
Adapun cara untuk mengurangi kadar formalin pada makanan,
adalah sebagai berikut:
1) Untuk Proses Deformalinisasi Ikan Asin
a) Dapat dilakukan dengan cara merendam ikan asin tersebut dalam
tiga macam larutan, yakni: air, air garam dan air leri.
b) Perendaman dalam air selama 60 menit mampu menurunkan
kadar formalin sampai 61,25% dan dengan air leri mencapai
66,03% sedang pada air garam hingga 89,53%.
c) Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik
sebelum dikonsumsi maka kadar formalin akan berkurang.
Memang tidak dapat menghilangkan hingga 100% kadar formalin
yang ada. Tapi paling tidak dengan makin berkurangnya kadar
formalin dalam bahan makanan itu, maka untuk
mengkonsumsinya akan relatif lebih aman, tetapi tetap tidak aman
sebagai bahan pengawet.
2) Untuk Proses Deformalinisasi Tahu
Ada tiga cara penanganan untuk mengurangi kadar formalin,
direndam dalam air biasa, dalam air panas, direbus dalam air
mendidih, dikukus kemudian direbus dalam air mendidih dan diikuti
dengan proses penggorengan.
3) Untuk Proses Deformalinisasi Mie
Sedangkan untuk mie proses deformalinisasi terbaik adalah dengan
cara merendam dalam air panas selama 30 menit, dimana hasilnya
dapat menghilangkan kadar formalin hingga mencapai 100%. Adapun
pada ikan segar, dapat dilakukan dengan merendam dalam larutan
cuka 5% selama 15 menit.
d. Boraks
Boraks adalah serbuk kristal lunak berwarna putih berupa
garam Natrium Na2.B4O7.10H2O yang berwarna dan mudah larut
dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH: 9,5, sedangkan menurut Dra.
Euis Megawati,Apt., boraks adalah bahan solder, bahan pembersih,
pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Sinonimnya
natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.
Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur
makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya kerupuk
dan bakso. Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan
khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan
banyak daging. Bakso yang mengandung boraks sangat renyah dan
disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks
kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan
renyah.
Mengkonsumsi boraks tidak akan secara langsung
menimbulkan efek buruk secara cepat, namun akan terakumulasi
dalam hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui
pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan menganggu
enzim-enzim metabolisme. Jika penggunaan boraks terus dilakukan,
dapat menyebabkan berbagai penyakit, terutama kanker, dan bahkan
kematian. Karena borak bersifat toksik dan sifat toksiknya akan terasa
bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya
berulang-ulang dan berpengaruh terhadap kesehatan.
Makanan yang mangandung Boraks sama seperti formalin,
cukup sulit menentukan apakah suatu makanan mengandung boraks.
Hanya lewat uji laboratorium, semua bisa jelas. Namun, penampakan
luar tetap memang bisa dicermati karena ada perbedaan yang bisa
dijadikan pegangan untuk menentukan suatu makanan aman dari
boraks atau tidak.
Adapun bahan makanan yang biasanya mengandung borak
dan ciri-cirinya, adalah sebagai berikut :
a) Mie
- Lebih kenyal
- Lebih mengkilap
- Tidak berlendir
b) Bakso
- Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.
- Tahan lama atau awet beberapa hari.
- Warnanya tampak lebih putih.
- Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata di
semua bagian, baik di pinggir maupun tengah
- Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.
- Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola
bekel.
c) Gula Merah
- Sangat keras dan susah dibelah.
- Terlihat butiran-butiran mengkilap di bagian dalam.
e. Rhodamin b
Rhodamin B adalah sejenis pewarna tekstil dan kertas dan
dilarang karena jika bahan pewarna tersebut dikonsumsi maka dalam
jangka panjang akan menyebabkan terjadinya iritasi gangguan fungsi
hati, alergi dan kanker terutama kanker kandung kemih.
Adapun ciri-ciri makanan yang mengandung Rhodamin B,
adalah sebagai berikut:
a) Warna cerah lebih mencolok dan terlihat rata
b) Rasa sedikit pahit
c) Rasa gatal di tenggorokan setelah dikonsumsi
d) Bau tidak alami sesuai makanannya
e) Harga murah

Daftar Pustaka

Rachmaningtyas, Ayu. 2013. Jajanan Berbahaya Sudah Masuk Ke Sekolah.
Diunduh pada 17 desember 2013 di
http://nasional.sindonews.com/read/2013/07/28/15/766348/jajanan-
berbahaya-sudah-masuk-ke-sekolah

Undang-undang. 2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta.

Winarno F.G. 2004. Keamanan Pangan Jilid 1. Bogor: Mbrio press.























LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai