Anda di halaman 1dari 3

SPIRITED AWAY 2001

Walaupun termasuk penggemar animasi Jepang, aku belum pernah menonton animasi produksi
Studio Ghibli. Padahal animasi produksi studio tersebut sangat terkenal dan banyak memengaruhi
pencipta animasi-animasi lain. Contohnya adalah creator dari The Legend of Aang, mereka mengaku
kalau mengagumi Studio Ghibli dan pengaruhnya tampak antara lain pada desain Appa, si bison
terbang berkaki enam, yang terpengaruh pada desain bus kucing di My Neighbour Totoro (Tonari no
Totoro).
Kemarin, aku menonton salah satu animasi mereka: Spirited Away atau judul aslinya Sen to Chihiro
no Kamikakushi. Chihiro adalah seorang gadis cilik yang sedang dalam perjalanan bersama kedua
orangtuanya pindah ke rumah baru di sebuah desa/kota kecil. Di tengah jalan, mereka melalui
sebuah terowongan yang ternyata membawa mereka ke dunia roh. Di sana, kedua orang tua Chihiro
berubah menjadi babi karena tanpa izin makan makanan untuk roh. Sekarang semua tergantung
pada Chihiro untuk mengembalikan kedua orang tuanya seperti semula dan menemukan jalan
pulang. Di sana, Chihiro bekerja di sebuah pemandian air panas dan dipanggil dengan nama Sen.
Selama di sana, ia banyak dibantu oleh seorang anak laki-laki bernama Haku, murid dari nenek
penyihir pemilik tempat pemandian air panas.
Ada dua bagian yang paling kusukai dan paling menyentuh, yaitu bagian- bagian yang berhubungan
dengan roh-roh sungai :(.
Bagian pertama, dengan roh sungai:
Chihiro, atau Sen, yang dipekerjakan di pemandian air panas ditugaskan melayani seorang customer,
berbentuk seperti gumpalan lumpur berlendir yang menjijikkan. Pelayan dan petugas-petugas lain
tidak ada yang mau melayani pelanggan tersebut karena ia sangat-sangat bau. Jalan yang ia lewati
tertutup lendir coklat dan begitu membuka mulut, bau busuk segera menguar. Sen segera mengisi
air tempat pemandian untuk mandi si roh lumpur itu. Ketika Sen mengisi ulang bak tempat mandi si
roh lumpur itu, ia menyadari kalau si lumpur itu butuh dibantu: terdapat suatu benda yang menusuk
tubuh si gumpalan lumpur. Dengan bantuan seluruh pekerja di tempat mandi, Sen menarik benda
yang menusuk itu. Hasilnya, berbagai macam barang rongsokan keluar! Mulai dari sepeda bekas
sampai tali pancing usang.
Saat semua barang rongsokan berhasil ditarik keluar, lumpur dan bau busuk yang menyelimuti si roh
tersebut hilang. Air pemandian menjadi bersih. Emas seukuran kerikil-kerikil pun tersebar di antara
tumpukan barang bekas tersebut.
Karena semua sampah sudah berhasil ditarik, tampaklah wujud asli roh yang bau tersebut: roh
sungai yang sangat bersih, jernih, dan sudah sangat tua. Roh sungai yang sudah bersih tersebut
mengucap terima kasih pada Sen, memberinya sebuah bongkahan yang ternyata obat, dan terbang
pergi keluar lewat jendela.
Bagian kedua, dengan haku:
Si anak laki-laku bernama Haku ini dapat berubah wujud menjadi sebuah naga putih. Ia pernah
bercerita pada Chihiro, kalau betapa kerasnya ia berusaha mengingat nama aslinya, ia tidak bisa
ingat. Di tempat itu, si pemilik pemandian mengontrol orang dengan mengubah nama dan membuat
mereka melupakan nama aslinya. Haku juga bercerita, ia tidak pernah bisa menemukan jalan pulang.
Meskipun lupa pada nama aslinya, Haku selalu ingat pada nama Chihiro, karena Haku pernah
bertemu Chihiro sebelumnya.
Di akhir cerita, saat Chihiro menunggang wujud naga Haku untuk kembali ke tempat pemandian, ia
teringat bahwa ia pernah mengalami hal yang sama: dibawa oleh Haku. Chihiro pun ingat, bertahun-
tahun lalu ia pernah akan mengambil sepatunya yang masuk ke sungai. Alih-alih sepatu terambil, ia
malah nyaris tenggelam. Untunglah, arus sungai membawanya ke perairan yang dangkal. Nama
sungai tersebut adalah Sungai Kohaku, dan itulah nama asli Haku. Sungai Kohaku itu sekarang sudah
tidak ada, digantikan oleh apartemen. Tidak heran Haku tidak bisa lagi pulang..
Karena perbuatan manusia yang seenaknya membuang sampah di sungai, sungai berumur ratusan
tahun yang semula jernih dan indah menjadi kotor dan bau, seperti si roh sungai yang sempat
membuat jijik semua orang. Menilik kasus Haku, tidak cuma membuang rongsokan di sungai, sungai
yang ada pun disulap menjadi perumahan. Makhluk hidup yang tadinya menghuni perairan tersebut
pun terusir.
Film yang disutradai Hayao Miyazaki ini punya cerita yang bagus dengan animasi yang rapi dan
indah. =) Aku jadi tertarik untuk mencari dan menonton film-film produksi Studio Ghibli lain. :D

12 ANGRY MEN (1957)
Tidak semua tertarik menonton film-film klasik keluaran zaman dahulu di mana filmnya seringkali
tidak menyertakan efek-efek canggih atau bahkan tidak berwarna. Tapi buatku film bagus, entah
dibuat tahun berapa akan tetap terlihat bagus.
Banyak film yang jauh lebih uptodate untuk ditonton, tapi kemarin aku menonton 12 Angry Men,
salah satu film klasik yang terdapat dalam ranking 10 besar film terbaik sepanjang masa di imdb.
Seperti yang sudah aku tulis di judul, film ini diproduksi tahun 1957, zaman ga enak, zaman
Indonesia baru 12 tahun merdeka, dan gambarnya pun hitam putih.
Di awal film, dikisahkan sebuah sidang pengadilan tengah berlangsung. Seperti yang mungkin sering
kita lihat di film-film (atau baca di novel-novel macam karangan John Grisham), terdapat sistem
persidangan yang menyertakan juri, di mana para juri tersebut bertugas memberi keputusan apakah
terdakwa di persidangan bersalah atau tidak.
Awalnya penonton tidak tahu apa kasus yang diperkarakan, kita hanya tahu kalau kasus merupakan
pembunuhan tingkat pertama (pembunuhan terencana) dan juri diminta untuk mulai rapat,
menentukan apakah menurut mereka si terdakwa salah atau tidak.
Terdapat empat belas juri dengah dua di antara mereka adalah alternate juries yang diminta
meninggalkan ruangan. Sementara itu, kedua belas juri inti masuk ke ruangan juri untuk mulai rapat.
Keputusan yang dibuat harus unanimous, yang artinya kedua belas juri semua harus setuju pada
keputusan yang dibuat, tidak boleh ada satu pun yang tidak setuju. Jika ada sedikit keraguan dalam
benak juri, maka ia hendaknya memutuskan kalau si terdakwa tidak bersalah. Keputusan juri dalam
hal ini sangat menentukan hidup-mati terdakwa. Jika juri memutuskan bahwa terdakwa bersalah, ia
akan dihukum mati dengan kursi listrik.
Pada awalnya 11 dari 12 juri tersebut langsung memutuskan kalau bukti-bukti yang ada sangat jelas
menunjukkan bahwa si terdakwa, seorang pria muda yang bahasa Inggrispun tidak lancar, bersalah
membunuh ayahnya.
Satu dari kedua belas juri tersebut ragu, ia tidak yakin si anak bersalah. Dan begitulah apa yang
terjadi sepanjang film berdurasi kira-kira 1,5 jam : satu orang yang ragu akan kesalahan si anak
muda, meyakinkan kesebelas orang lainnya kalau kasus dan bukti-bukti yang ada tidak segamblang
kelihatannya. Sepanjang rapat, mereka saling berargumen, marah-marah, dan nyaris berkelahi. Dari
sinilah diambil judul 12 angry men.
Salah satu hal yang terlintas saat menonton film ini adalah: hemat biaya. Bagaimana tidak?
Pemainnya mungkin tidak ada 25 orang (sudah termasuk figuran). Kostum yang mereka kenakan
cukup jas-jas rapai saja. Dan, sekitar 90% film bersetting di sebuah ruangan bermeja yang biasa-
biasa saja. Benar-benar hemat tempat. Film ini juga tidak menyertakan efek-efek yang rumit, karena
sebagian besar isinya dialog.
Terlepas dari kesederhanaan cerita dan settingnya, film ini menurutku sangat recommended untuk
penggemar film-film klasik, atau minimal penggemar film yang murni mau menonton film dengan
cerita yang bagus, tidak mengharapkan efek macam-macam atau bumbu-bumbu percintaan.

Anda mungkin juga menyukai