Anda di halaman 1dari 11

Nama : Annisa Nabilah

Kelas : XI MIPA 1

JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA 1

A. Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat!


1. Unsur – unsur drama meliputi apa saja?
Jawab : unsur – unsur drama meliputi latar, penokohan,amanat,dialog dan tema

2. Adakah unsur yang berbeda pada drama dengan karya sastra yang lain, seperti novel?
Jawab : ada. Unsur drama yaitu latar, penokohan, dialog, tema, dan amanat, sedangkan
unsur novel yaitu tema, penokohan, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan
amanat. Yang menjadi pembeda secara unsur adalah sudut pandang.

B. Tulislah analisis berdasarkan keterkaitan antar unsurnya dari teks drama


“Mengapa Kau Culik Anakku”

1. Jenis drama ini termasuk Drama Tragedi


Alasannya dari keseluruhan drama kita dapat menyimpulkan bahwa drama ini
menyajikan kekerasan politik yang menimpa sebuah keluarga, dan disaksikan ibu pada saat
kecil, yang kemudia mereka rasakan terhadap sang anak yang mengalami penculikan.
Bukti
Ibu : Sebetulnya tidak. Semuanya jelas. Siapa yang bisa melupakannya? Aku masih kecil
waktu itu. Malam-malam semua orang berkumpul. Mereka membawa golok, clurit,
pentungan dan entah apa lagi. Mereka mengepung rumah itu selepas tengah malam.
Mereka berteriak-teriak, karena yang dicarinya naik ke atas genteng. Orang itu lari
dari atap satu keatap lainnya seperti musang. Kadang-kadang dia jatuh, merosot.
Orang-orang mengejarnya juga seperti nengejar musang. Aku masih inget suara
gedebugan di atas genteng itu. Orang-orang mengejar dari gang ke gang, suaranya
juga gedebukan. Mereka berteriak-teriak sambil mengacungkan parang. Orang itu
lari. Terpeleset, hamper jatuh ke bawah, merayap lagi. Sampai semua tempat
terkepung. Orang itu terkurung….
2. Tokoh drama ini terdiri atas :
Tokoh dalam drama ini yaitu, Bapak, Ibu, dan Satria.

3. Ciri dan gambaran watak tokoh


Bapak, memerankan tokoh seorang lelaki paruh baya umurnya sekitar 50-an ia bisa
dibilang trauma atas kejadian yang menimpanya 30 tahun yang lalu, sehingga membuat ia
lupa akan kejadian tersebut.

Alasan dan Bukti


Bapak           : Aku belum ingat apa yang ada hubungannya dengan kita. Tapi kalau
mendengar kata itu, aku jadi ingat apa yang terjadi pada zaman geger-gegeran dulu itu.
Ibu                 : Itu juga belum lama.
Bapak           : Tapi semua orang sudah lupa.
Ibu                : Pura-pura lupa.
Bapak           : Buku sejarah saja tidak mencatatnya.
Ibu                : Itu dia. Dosa orang lain dicatat besar-besaran. Dosa sendiri menguap entah
kemana.
Bapak           : Hmmm. Rumit ya Bu?

Ibu, memerankan tokoh seorang perempuan paruh baya yang berumur 50-an yang
selalu mengingat kejadian yang pernah dia alami sewaktu ia kecil, terutama yang menimpa
keluarganya.

Alasan dan Bukti


Ibu                  : Aku tidak bisa lupa. Bukan hanya karena kejadian yang dialami orang itu,
tapi apa yang dialami keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Semua melihat
dia dikejar seperti musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu merosot dari
atas genteng ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa dipegang. Orang-orang di
bawah menunggunya dengan parang.
Bapak           : Bu!
Ibu                  : Orang-orang itu menghabisinya seperti menghabisi seekor musang. Orang itu
digorok seperti binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi aku tidak bisa melupakan
sinar matanya yang ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang
mengayunkan linggisnya dengan hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu.
Bagaimana perasaan anaknya mendengar jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri
mendengar jeritan suaminya? Bagaimana perasaan ibu mendengar jeritan anaknya?
Apa bapak yakin setelah tiga puluh tahun lebih mereka bisa melupakannya? Mereka
mungkin ingin lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih, kok pakai menyembelih orang
segala?
Bapak           : Untuk apa kamu mengingat-ingat ini semua?
Ibu                  : Itulah pertanyaanku juga. Untuk apa? Tapi aku tidak sengaja mengingat-
ingat. Aku ingat begitu saja. Kenangan itu menempel seperti lintah. Dia lewat seperti
kenangan.

Satria, ia tidak memerankan apapun namun ia memiliki peran penting didalam drama
tersebut karena ia pembawa konflik cerita itu.

Alasan dan Bukti


Bapak           : Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-
apa. Selamat malam.
Ibu                : Terror lagi?
Bapak           : Bukan. Memang salah sambung.
Ibu                : Dulu Satria sering diteror lewat telepon
Bapak           : Ya, aku tahu. Aku juga sering diteror, dikira Satria.
Ibu                :(setelah jeda) Ah, Satria. Satria….

4. Latar cerita drama tersebut


Latar Tempat, dirumah ( Cikini ), di Ruang Keluarga

Alasan dan Bukti


Bapak           : Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak
apa-apa. Selamat malam.
BAPAK BERSANDAL KULIT SILANG, IBU BERSELOP TUTUP. BAPAK
MENONTON
TV. IBU MEMBACA BUKU. BAPAK MEMENCET REMOTE KONTROL. BERDECAK-
DECAK SEBAL, LANTAS MEMATIKANNYA. SUASANA SEPI.

Latar Waktu, malam hari


Alasan dan Bukti
Jam Westminter berdentang 10 kali
Dari jendela tampak bulan separuh

Bapak           : Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-
apa. Selamat malam.

Latar Suasana, amarah dan kesedihan


Alasan dan Bukti
Ibu            : Aku tidak bisa lupa. Bukan hanya karena kejadian yang dialami orang itu, tapi
apa yang dialami keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Semua melihat dia
dikejar seperti musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu merosot dari
atas genteng ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa dipegang. Orang-orang di
bawah menunggunya dengan parang.

5. Tahapan alur teks drama


Tahapan Mula, dimana tahapan ini memperkenalkan tokoh dan gambaran cerita
yang akan terjadi. Yang dimulai dengan bapak melamun dan ibu yang masih membaca
sampai obrolan mengenai negara yang akan hancur sebagai pembuka suasana sedih dan pilu.

Alasan dan Bukti


BAPAK MENGENAKAN KAOS OBLONG PUTIH DAN SARUNG. IBU
MENGENAKAN KAIN DAN KEBAYA SUMATERA.
BAPAK BERSANDAL KULIT SILANG, IBU BERSELOP TUTUP. BAPAK
MENONTON
TV. IBU MEMBACA BUKU. BAPAK MEMENCET REMOTE KONTROL. BERDECAK-
DECAK SEBAL, LANTAS MEMATIKANNYA. SUASANA SEPI.

MUSIK BLUES FADE IN. LAMPU MEREDUP. BAPAK MELAMUN. IBU MASIH
MEMBACA. MUSIK BLUES FADE OUT. LAMPU TERANG.

Tahapan Konflik, tahapan dimana permasalahan dimulai. Dimana bapak yang lupa
akan kejadian 30 tahun lalu dan ibu mengingatkan akan kejadian pahit dan mengerikan itu.

Alasan dan Bukti


Bapak           : Aku belum ingat apa yang ada hubungannya dengan kita. Tapi kalau
mendengar kata itu, aku jadi ingat apa yang terjadi pada zaman geger-gegeran dulu itu.

Ibu                  : Itu juga belum lama.


Bapak           : Tapi semua orang sudah lupa.
Ibu                  : Pura-pura lupa.
Bapak           : Buku sejarah saja tidak mencatatnya.
Ibu                  : Itu dia. Dosa orang lain dicatat besar-besaran. Dosa sendiri menguap
entah kemana.
Bapak           : Hmmm. Rumit ya Bu?

Tahapan Resolusi, tahapan dimana merupakan batas dari penyelesaian konflik yang
dialami oleh tokoh dalam drama. Pada drama tersebut, bagian resolusi pada saat bapak
mencoba meyakinkan ibu untuk tidak lagi mengingat peristiwa itu.

Alasan dan Bukti


Bapak           : Untuk apa kamu mengingat-ingat ini semua?
Ibu                : Itulah pertanyaanku juga. Untuk apa? Tapi aku tidak sengaja mengingat-ingat.
Aku ingat begitu saja. Kenangan itu menempel seperti lintah. Dia lewat seperti kenangan.
Bapak           : Kenangan buruk.
Ibu                : Mimpi buruk
Bapak           : Sejarah
Ibu                : Itulah dia pak. Sejarah. Sejarah itu ada. Hidup terus sampai hari ini.
Bapak           : Waktu
Ibu                : Waktu itu aku tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah.
Ketika
sampai di kelas, aku Cuma mencium bau amis darah. Darah orang-orang yang
disiksa menyiprat di tembok, papan tulis dan bangku-bangku. Di mana-mana orang
bergerombol, berteriak-teriak, mencari orang-orang yang diburu.
Bapak           : Waktu
Ibu                : Begitu buruk. Begitu mengerikan. Tapi mengapa kita sekarang
mengulanginya?
Bapak       :Satria!
Ibu                :Itulah. Bapak ini belum begitu tua kok sudah berusaha pikun. Tidak baik begitu
pak. Kalau kita melupakan kekejaman, kita akan mengulanginya.
JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA 2

A. Setelah membaca teks drama kamu dapat menjelaskan :

1. Tema
Tema drama ini adalah hubungan antara kerja keras dan kejujuran
Alasan dan Bukti
 Singkat cerita, kemudian mereka bertaruh. Siapa yang nilai ujiannya paling besar, maka
akan dianggap menang dan bisa memerintah orang yang kalah. Ririn berusaha keras
untuk belajar, sedangkan Roy berjuang keras untuk membuat contekan di kertas kecil.

 Akhirnya ulangan selesai, dan Pak Asep membagikan kertas hasil ujian kepada semua
siswanya.
Ririn : Hahahaha, kamu kalah Roy! Dengan ini saya perintahkan kamu gak
nyontek lagi waktu ujian! (sambil menunjuk-nunjuk Roy dengan tertawa
lepas).

 Akhirnya, Roy menyadari kesalahannya dan berjuang keras untuk belajar. Dia tidak pernah
menyontek saat ujian lagi.

2. Alur
Alur drama ini adalah alur maju.
Alasan dan Bukti
Karena dalam cerita ini Ririn dan Roy berjuang untuk mendapatkan nilai ujian yang paling
besar karena akan dianggap menang. Ririn berjuang keras untuk belajar sementara Roy
berjuang keras untuk membuat contekan di kertas kecil. Kemudian pengarang langsung
menaruh adegan pada saat mereka ujian yang pada akhirnya Roy mendapatkan nilai 50 dan
Ririn mendapat nilai 85. Roy pun ketahun mencontek pada saat ujian. Akhirnya Ririn yang
menang.
Siapa yang nilai ujiannya paling besar, maka akan dianggap menang dan bisa memerintah
orang yang kalah. Ririn berusaha keras untuk belajar, sedangkan Roy berjuang keras
untuk membuat contekan di kertas kecil.

Ririn : Bismillah.
Roy : Soal ini kan gampang sekali. Kalau gini kan gak akan ketahuan. (Sambil
menempelkan kertas contekan di pungguh Pak Asep).

Pak Asep : Ini hasil ujian kalian (sambil membagikan kertas).


Ririn : Hore! Nilaiku 85 (tersenyum puas.
Zainal : Hahahaha, aku dapat 65. Lumayan ujian kemarin cuma 60.
Roy : Lhah Pak, kok nilai ujian saya cuma 50?
Pak Asep : Sebab soal nomor 11-20 di balik kertas gak kamu isi.
Roy : Apa? Masih ada soal lagi?
Ririn. : Hahahaha, kamu kalah Roy! Dengan ini saya perintahkan kamu gak
nyontek lagi waktu ujian! (sambil menunjuk-nunjuk Roy dengan tertawa
lepas).

Akhirnya, Roy menyadari kesalahannya dan berjuang keras untuk belajar. Dia tidak pernah
menyontek saat ujian lagi.

3. Tokoh
Tokoh dalam drama ini yaitu Pak Asep, Ririn, Roy, Zainal

4. Watak

Pak Asep, ia memerankan tokoh yang memiliki karakter dengan sifat yang tegas.
Alasan dan Bukti
Karena ia dengan tegas mengurangi poin Roy karena ia ketahuan mencontek pada saat ujian
Pak Asep : Apa? Jadi kamu kemarin mencontek? Oke, kalau begitu nilai kamu saya kurangi 5
poin lagi!
Ririn, ia memerankan tokoh yang memiliki karakter dengan sifat jujur, dan kerja
keras.
Alasan dan Bukti
Karena Ririn sangat berusaha dalam ujiannya untuk mendapatkan nilai yang bagus ia tidak
mau mencontek.

Ririn berusaha keras untuk belajar


Ririn : Bismillah.
Ririn : Hore! Nilaiku 85 (tersenyum puas )

Roy, ia memerankan tokoh yang memiliki karakter dengan sifat yang cerdik, ceroboh,
dan belajar dari kesalahannya.
Alasan dan Bukti
Karena ia membuat contekan di kertas kecil. Ia lupa mengisi jawaban dari soal yang ada
dibelakang kertas. Dan setelah itu ia tidak akan mencontek lagi pada saat ujian.

Roy berjuang keras untuk membuat contekan di kertas kecil.


Roy : Lhah Pak, kok nilai ujian saya cuma 50?
Pak Asep : Sebab soal nomor 11-20 di balik kertas gak kamu isi.
Akhirnya, Roy menyadari kesalahannya dan berjuang keras untuk belajar. Dia tidak
pernah menyontek saat ujian lagi.

Zainal, tokoh tambahan yang ditambahkan oleh pengarang.


Alasan dan Bukti
Karena disini Zainal hanya memiliki satu dialog dan tidak dapat dilihat watak apa yang ia
miliki.
Zainal : Hahahaha, aku dapat 65. Lumayan ujian kemarin cuma 60.
5. Latar
Latar Tempat, di sekolah.
Alasan dan Bukti
Karena mereka ujian yang dimana biasanya kita laksanakan di sekolah.

Pak Asep : Bapak keluar dulu, ingat jangan nyontek atau bertanya pada temannya ya. Dan
satu lagi, jangan ribut. (keluar kelas).

6. Amanat / pesannya
Janganlah kita menyontek saat ujian karena itu bisa saja merugikan diri kita sendiri
dan bisa saja malah menguntungkan teman kita. Jujurlah pada saat ujian agar kita
dimudahkan dalam mengerjakannya. Janganlah tergoda dan ingin mendapatkan nilai yang
bagus namun menghalalkan segala cara yaitu dengan cara menyontek. Kejujuran itu sangat
penting teman. Yakinlah usaha tidak akan menghianati hasil.

Anda mungkin juga menyukai