Anda di halaman 1dari 2

Nama Lengkap : Popong Otje Djundjunan

Alias : No Alias
Profesi : Pendidik & Politisi
Agama : Islam
Tempat Lahir : Bandung
Tanggal Lahir : Jumat, 30 Desember 1938
Zodiac : Capricorn
Warga Negara : Indonesia
Suami : R. Otje Djundjunan
Putra : Empat Orang Anak
Pendidikan
Lulusan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) sekarang UPI Bandung (Lulus
1982)
Karier
Guru Bahasa Inggris
Politisi fraksi Golkar sejak 1987
Anggota DPR RI Komisi X Fraksi Partai Golkar (2009-2014)
Gagas
MENURUT saya pemerintah sebaiknya tidak memaksakan Ujian Nasional (UN) menjadi s
atu-satunya standar kelulusan bagi siswa. Karena kalau tetap saja melaksanakan U
N ini, disamping sudah melanggar putusan Mahkamah Agung (MA), pemaksaan UN juga
akan berakibat buruk bagi kualitas pendidikan nasional.
Sebenarnya, UN bukanlah sesuatu yang buruk sepanjang dilaksanakan dalam situasi
yang tepat, dimana standar pendidikan sudah baik. Standar yang dimaksud terkait
kualitas guru, sarana-prasarana pendidikan di semua daerah telah setara. Pemikir
an seperti Popong ini agaknya sudah mulai menjadi pertimbangan pemerintah mengin
gat bahwa saat ini kelulusan siswa juga dipengaruhi oleh prestasi sekolah dengan
bobot 40%.
Di samping masalah UN, saya juga selalu menyoroti penggunaan istilah asing oleh
para menteri dan pejabat. Menurut saya ini tidak mendidik dan alangkah baiknya j
ika pejabat eselon satu menggunakan istilah bahasa negeri sendiri ketimbang baha
sa Inggris. Saya banyak menyoroti hal-hal yang mungkin dianggap masalah kecil ol
eh orang lain, namun sebenarnya, karena saya duduk di Komisi X DPR RI. Komisi in
i banyak mengurusi Budaya dan Peradaban sehingga sudah selayaknya orang-orang ya
ng berada di komisi tersebut kritis terhadap hal-hal semacam itu.
Pada tahun 2010 yang lalu, saya termasuk dalam Panja (Panitia Kerja) yang merumu
skan RUU Pramuka. Panja tersebut melakukan lawatan ke beberapa negara seperti Je
pang, Afrika Selatan, dan Korea Selatan. Saya melaksanakan tugas sebagai wakil r
akyat yang bertanggung jawab atas masalah pendidikan dan kebudayaan.***

Anda mungkin juga menyukai