Anda di halaman 1dari 9

Artikel Penelitian

Hubungan antara Pengobatan terhadap Hipertensi dan Hasil Pengobatannya


serta Faktor Lain yang Berhubungan di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma
Jakarta Barat Bulan September 2013

Nur Nazlina, Nikki Sitar Hutama, Gereyno, Hartman Intiarto Hardjo, William*


Abstrak

Berdasarkan WHO, prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yakni sebesar 31,7%yang berarti 1
dari 3 orang mengalami hipertensi. Yang lebih parah lagi 76,1% diantaranya tidak mengetahui telah
mengalami hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan yang tepat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara pengobatan terhadap hipertensi dan hasil pengobatannya serta
faktor lain yang berhubungan . Dalam penelitian digunakan desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross- sectional yaitu hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, perkerjaan,
status ekonomi, pengetahuan, sikap, perilaku pengobatan, pola hidup dan dukungan keluarga. Subjek
penelitian sebanyak 120 orang. Analisis digunakan adalah uji Chi Square dengan taraf signifikasi
0,05%. Hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan pasien hipertensi yang perilaku pengobatannya
cukup menurut usia adalah usia 30-55 tahun 73,9%, menurut jenis kelamin pria 23,8%, menurut
pendidikan rendah 25%, menurut status bekerja 15%, menurut status ekonomi kurang 28,2%,
pengetahuan cukup 57,6%, sikap mendukung sebanyak 23%, perilaku pengobatan kurang sebanyak
29,7%, pola hidup baik sebanyak 25,7%, dan dukungan keluarga cukup 33,3%. Hasil penelitian yang
dilakukan menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara usia, pengetahuan, sikap, pola hidup, dan
dukungan keluarga dengan perilaku pengobatan hipertensi di Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma,
sehingga masih perlu adanya peningkatan peran serta program promosi kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi agar penderita dapat
berperilaku hidup sehat.
Kata Kunci: perilaku pengobatan hipertensi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
ekonomi, pengetahuan, sikap, pola hidup, dukungan keluarga, penelitian
Abstract

Based on WHO, the prevalence of hypertension in Indonesia is quite high at 31.7%, which means 1
out of 3 people have hypertension. What's worse 76.1% of them did not know already have
hypertension that is not getting proper treatment. This study aims to determine the relationship
between the treatment of hypertension and its treatment outcomes as well as other related factors. In
the present study used an observational study design analytic approach that is cross-sectional
relationship between age, gender, education, jobs, economic status, knowledge, attitude, behavior
treatment, lifestyle and family support. We have 120 research subjects. Analysis used is the Chi
Square test with a significance level of 0.05%. Results of research conducted, it was found that the
behavior of hypertensive patients treatment is sufficient according to the age of 30-55 years of age
73.9%, according to 23.8% male gender, low education by 25%, according to the working status of
15%, according to economic status are less 28.2%, 57.6% sufficient knowledge, attitudes supportive
as much as 23%, much less behavioral treatment 29.7%, good lifestyle as much as 25.7%, and 33.3%
sufficient family support. Results of research conducted shows that there is a significant relationship
between age, knowledge, attitudes, lifestyle, and family support with behavioral treatment of
hypertension in Wijaya Kusuma village health center, so there is still a need to increase the role of the
health promotion program to increase knowledge about hypertension hypertensive patients in order
people can behave in a healthy life.
Keywords: behavioral treatment of hypertension, age, sex, education, occupation, economic status,
knowledge, attitude, lifestyle, family support, research


* E-mail: nanaz_lina89@yahoo.com
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Artikel Penelitian
Latar Belakang Penelitian
Hipertensi merupakan penyakit
peningkatan tekanan darah yang berlanjut
kepada organ lainnya dalam tubuh.
Hipertensi disebut pula sebagai pembunuh
gelap (Silent killer) karena termasuk
penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu
sebagai peringatan kepada pasien.
Hipertensi telah menjadi masalah utama
yang terjadi di Indonesia maupun di
beberapa negara di dunia sebab penyakit
ini telah membunuh 9,4 juta warga dunia
setiap tahunnya. Dalam survey WHO pada
2011 tercatat sebanyak 1 miliar orang di
dunia menderita hipertensi. Dua pertiga
diantaranya berada di negara berkembang
berpenghasilan rendah-sedang.
17

Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk yang membesar.
Survei pada tahun 1995 yang dilakukan
WHO di Indonesia menyatakan jumlah
penderita hipertensi baru sekitar 5% dari
populasi dan di tahun 2008, ditemukan
angkanya sudah melonjak menjadi 32%
dari populasi yang umumnya didominasi
laki-laki.
13
Pada 2025 mendatang
diperkirakan sekitar 29% warga dunia
terkena hipertensi.
14

Hipertensi sesungguhnya dapat
dicegah dan dikontrol dengan obat-obatan
serta pengaturan pola hidup. Yang
mempersulit pengobatan hipertensi ialah
kesadaran dan pengetahuan penderita.
Menurut WHO, prevalensi hipertensi di
Indonesia cukup tinggi yakni sebesar
31,7% yang berarti 1 dari 3 orang
mengalami hipertensi. Keadaan ini
diperparah dengan 76,1% diantaranya
tidak mengetahui telah mengalami
hipertensi sehingga tidak mendapatkan
pengobatan yang tepat.
15
Menurut Riset
Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukan
prevalensi penderita hipertensi di DKI
Jakarta masih cukup tinggi yaitu sebesar
27,5-30,2%.
16
Hal ini pun menyebabkan
hipertensi yang dimiliki berkembang tidak
terkontrol menjadi hipertensi berat dengan
komplikasi.
Dari 15 juta orang yang tercatat hipertensi
hanya 4% yang merupakan hipertensi
terkontrol. Bila seseorang sudah menderita
hipertensi, kepatuhan minum obat
sangatlah bermakna dalam pengendalian
tekanan darah. Pengobatan hipertensi
bertujuan mencegah komplikasi dan
kerusakan organ tubuh seperti jantung,
ginjal, dan otak. Menurut WHO pada
tahun 2003, kepatuhan seorang penderita
penyakit kronis seperti hipertensi di negara
maju hanya mencapai 50% dan lebih
rendah lagi di negara berkembang. Namun
factor seperti usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status pekerjaan, status
ekonomi, pengetahuan, sikap, perilaku
pengobatan, pola hidup, dan dukungan
keluarga yang berhubungan dengan terapi
penderita hipertensi dalam proses
pengobatannya untuk mencapai hasil yang
optimal. Tujuan penelitian ini dilakukan
ialah untuk mengetahui hubungan antara
pengobatan hipertensi dan hasil
pengobatannya serta faktor lain yang
berhubungan di Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma, Jakarta Barat Bulan
September 2013.

Metodologi Penelitian
Desain penelitian yang dipergunakan
adalah penelitian observational analitik
dengan pendekatan cross sectional di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma,
Jakarta Barat pada tanggal 9 September
hingga 27 September 2013. Pengolahan
data menggunakan program Statistical
Package of Social Science (SPSS 16). Data
dianalisa secara univariat dan bivariat
dilakukan sesuai dengan uji Chi-Square
dan nilai a =0,05. Pengambilan data
dilakukan dengan metode wawancara dan
penyebaran kuesioner.

Populasi dan Sampel
Populasi target adalah seluruh pasien
hipertensi yang berusia di atas 30 tahun.
Populasi terjangkau adalah seluruh pasien
hipertensi yang berusia di atas 30 tahun
Artikel Penelitian
yang menjalani pengobatan di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma September
2013. Sampel adalah seluruh pasien
hipertensi yang berusia di atas 30 tahun
yang menjalani pengobatan di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma periode
September 2013.

Kriteria Inklusi
Pasien yang sudah menjalani
pengobatan hipertensi minimal selama
1 tahun, yang terdapat di Puskesmas
Wijaya Kusuma
Bersedia untuk menjadi responden
penelitian
Mempunyai tempat tinggal(alamat) di
Puskesmas Wijaya Kusuma
Pasien hipertensi yang berkomunikasi
dengan baik, jelas dan mudah
dimengerti peneliti.
Penderita hipertensi primer

Kriteria Eksklusi
Pasien dengan gangguan sakit jiwa
Penderita hipertensi sekunder.
Pasien yang mengalami kondisi gawat
darurat yang diketahui dari diagnosa
medis

Jumlah dan Besaran Sampel
Sampel yang dikehendaki dipilih dengan
tehnik pengambilan sampel secara
consecutive sampling. Seluruh pasien
hipertensi yang berusia di atas 30 tahun
yang menjalani pengobatan di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma periode
September 2013 serta memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi dimasukkan ke dalam
penelitian, sehingga besar sampel yang
diperlukan yaitu sebanyak 120 orang
terpenuhi.
Langkah-langkah pengambilan sampel:
Menghubungi kepala Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma untuk
meminta izin untuk mengambil
sampel/responden.
Setiap individu yang berada di
Puskesmas Kelurahan Wjiaya Kusuma,
yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dimasukkan ke dalam sampel
sehingga memenuhi jumlah responden
yang diinginkan yaitu 120 responden.

Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma,
kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat, sejak tanggal 9 September 2013
sampai 27 September 2013, dengan jumlah
sampel adalah 120 responden.

Tabel 1. Hubungan antara Perilaku
Pengobatan Hipertensi dengan Hasil
Pengobatan Hipertensi di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma, September
2013


Tabel 2. Hubungan antara Usia, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Status
Ekonomi, Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Pengobatan, Pola Hidup, dan Dukungan
Keluarga terhadap Hasil Pengobatan
Hipertensi di Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma, September 2013


Artikel Penelitian
Tabel 3. Distribusi Responden
Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Status Ekonomi,
Pengetahuan, Sikap, Pola Hidup,
Dukungan Keluarga terhadap Pengobatan
dan Hasil Pengobatan di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma, Periode
September 2013


Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Status Ekonomi,
Pengetahuan, Sikap, Perilaku Pengobatan,
Pola Hidup dan Perilaku di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma Jakarta Barat
September 2013
1. Hubungan antara Usia dengan
Perilaku Pengobatan Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
berusia dari 30-55 tahun adalah 23
orang. Dari semua responden yang
berusia 30-55 tahun, perilaku
pengobatan cukup, 17 orang (73,9%)
sedangkan 6 orang (26,1%) orang
mempunyai perilaku pengobatan
kurang . Jumlah responden yang
berusia di atas 55 tahun sebanyak 97
orang, dari semua responden yang
berusia di atas 55 tahun, 14 orang(
14,4%) mempunyai perilaku
pengobatan cukup, sedangkan 83
orang ( 85,6%) mempunyai perilaku
pengobatan kurang. Hubungan antara
variable usia dengan perilaku
pengobatan hipertensi di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma periode
sepetmeber 2013, berdasarkan uji chi
square didapatkan chi- square=34.330
(p< 0,05) yang berarti usia memiliki
hubungan dengan perilaku pengobatan
hipertensi.
2. Hubungan antara Jenis Kelamin
dengan Perilaku Pengobatan
Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
laki-laki sebanyak 67 orang. Dari
semua responden laki-laki, perilaku
pengobatan cukup sebanyak 16
orang(23,8%) sedangkan 51 orang
(76,2%) mempunyai perilaku
pengobatan kurang. Jumlah responden
wanita sebanyak 53 orang. Dari semua
responden wanita 15 orang (28,3%)
mempunyai perilaku pengobatan baik
sedangkan 38 orang (71,7%) perilaku
pengobatan kurang. Hubungan antara
variable jenis kelamin dengan perilaku
pengobatan hipertensi di puskesmas
kelurahan wijaya kususma periode
september 2013, berdasarkan uji chi
square didapatkan chi square= 0,302
(p>0,05) yang berarti jenis kelamin
tidak berhubungan dengan perilaku
pengobatan hipertensi.
3. Hubungan antara Pendidikan dengan
Perilaku Pengobatan Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
yang berpendidikan sedang sebanyak
32 responden, dari semua responden
yang berpendidikan sedang, perilaku
pengobatan cukup sebanyak 9
orang(28,1%) sedangkan 23 orang
(71,8 %) perilaku pengobatannya
kurang. Jumlah responden yang
berpendidikan rendah sebanyak 88
orang. Dari semua responden
berpendidikan rendah, 22 orang(25%)
yang perilaku pengobatannya
baik,sedangkan 66 orang (75,0%)
yang perilaku pengobatannya buruk.
Artikel Penelitian
Hubungan antara variable jenis
pendidikan dengan hasi pengobatan
hipertensi di Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kususma periode september
2013, berdasarkan uji chi square
didapatkan chi square= 0,120 (p=0,05)
yang berarti pendidikan tidak
berhubungan dengan perilaku
pengobatan hipertensi.
4. Hubungan antara Pekerjaan dengan
Perilaku Pengobatan Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
yang berkerja sebanyak 70 orang. Dari
semua responden yang berkerja 17
orang (24,2%) mempunyai perilaku
pengobatan baik, sedangkan 53 orang
(75,8%) dengan perilaku pengobatan
buruk. Jumlah responden yang tidak
berkerja sebanyak 50 orang. Dari
semua responden yang tidak berkerja
14 orang(28,0%) perilaku pengobatan
baik, sedangkan 36 orang(72,0%)
perilaku pengobatan buruk. Hubungan
antara variable perkerjaan dengan
perilaku pengobatan hipertensi di
puskesmas kelurahan wijaya kususma
periode september 2013, berdasarkan
uji chi square didapatkan chi square=
0,210 (p<0,05) yang berarti pekerjaan
tidak berhubungan dengan perilaku
pengobatan hipertensi.
5. Hubungan antara Status Ekonomi
dengan Perilaku Pengobatan
Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
yang status ekonomi baik sebanyak 42
orang. Dari semua responden status
ekonomi baik 9 orang(21,4%)
mempunyai perilaku pengobatan baik
sedangkan 33 orang (78,6%) dengan
perilaku pengobatan buruk. Jumlah
responden yang status ekonomi
rendah sebanyak 78 orang. Dari
semua responden yang status ekonomi
rendah, 22 orang (28,2%) perilaku
pengobatan baik, 56 orang ( 71,8%)
yang perilaku pengobatanya buruk.
Hubungan antara variable status
ekonomi dengan perilaku pengobatan
hipertensi di Puskesmas Kelurahan
Wijaya Kusuma periode september
2013, berdasarkan uji chi square
didapatkan chi square= 0,654 (p>0,05)
yang berarti status ekonomi tidak
berhubungan dengan perilaku
pengobatan hipertensi.
6. Hubungan antara Pengetahuan dengan
Perilaku Pengobatan Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
yang berpengetahuan cukup sebanyak
26 orang. Dari semua responden yang
pengetahuan cukup sebanyak 15
orang(57,6%) perilaku pengobatan
baik , sedangkan 11 orang (42,4%)
mempunyai perilaku pengobatan
buruk. Jumlah responden yang
berpengetahuan kurang sebanyak 94
orang. Dari semua responden yang
berpengetahuan kurang, 16
orang(17,0%) yang perilaku
pengobatannya baik, sedangkan 78
orang(62,7%) perilaku pengobatannya
buruk. Hubungan antara variable
pengetahuan dengan perilaku
pengobatan hipertensi di puskesmas
kelurahan wijaya kususma periode
september 2013, berdasarkan uji chi
square didapatkan chi square= 0,000
(p<0,05) yang berarti pengetahuan
berhubungan dengan hasil pengobatan
hipertensi.
7. Hubungan antara Sikap dengan Hasil
Pengobatan Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
yang sikap mendukung sebanyak 69
orang. Dari semua responden yang
sikapnya mendukung 31
orang(23,0%) mempunyai perilaku
pengobatan baik sedangkan 38 orang
(46,0%) dengan perilaku pengobatan
buruk. Jumlah responden yang
sikapnya tidak mendukung sebanyak
51 orang. Dari semua responden yang
sikapnya tidak mendukung, 9 orang
(17,0%) perilaku pengobatan baik, 42
orang ( 34,0%) yang perilaku
pengobatanya buruk. Hubungan antara
variable sikap dengan perilaku
pengobatan hipertensi di puskesmas
kelurahan wijaya kususma periode
Artikel Penelitian
september 2013, berdasarkan uji chi
square didapatkan chi square= 0,002
(p<0,05) yang berarti sikap
berhubungan dengan perilaku
pengobatan hipertensi.
8. Hubungan antara Perilaku Pengobatan
dengan Hasil Pengobatan Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
yang perilaku pengobatan cukup
sebanyak 31 orang. Dari semua
responden yang perilaku pengobatan
cukup sebanyak 19 orang(10,3%)
mempunyai perilaku pengobatan baik
sedangkan 12 orang (20,7%) dengan
perilaku pengobatan buruk. Jumlah
responden perilaku pengobatan kurang
sebanyak 89 orang. Dari semua
responden yang perilaku
pengobatannya kurang, 21 orang
(29,7%) perilaku pengobatan baik, 68
orang (59,3,0%) yang perilaku
pengobatanya buruk. Hubungan antara
variable perilaku pengobatan dengan
perilaku pengobatan hipertensi di
puskesmas kelurahan wijaya kususma
periode september 2013, berdasarkan
uji chi square didapatkan chi square=
0,000 (p<0,05) yang berarti perilaku
pengobatan berhubungan dengan
hasil pengobatan hipertensi.
9. Hubungan antara Pola Hidup dengan
Perilaku Pengobatan Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
yang pola hidup baik sebanyak 77
orang. Dari semua responden yang
pola hidup baik sebanyak 31
orang(25,7%) mempunyai perilaku
pengobatan baik sedangkan 78 orang
(83,0%) dengan perilaku pengobatan
buruk.. Hubungan antara variable pola
hidup dengan perilaku pengobatan
hipertensi di puskesmas kelurahan
wijaya kususma periode september
2013, berdasarkan uji chi square
didapatkan chi square= 17,583
(p<0,05) yang berarti pengethauan
berhubungan dengan perilaku
pengobatan hipertensi.
10. Hubungan antara Dukungan Keluarga
dengan Perilaku Pengobatan
Hipertensi
Dari penelitian ini, jumlah responden
yang dukungan keluarga cukup
sebanyak 69orang. Dari semua
responden yang dukungan keluarga
cukup sebanyak 23 orang(33,3 %)
mempunyai perilaku pengobatan baik
sedangkan 46orang (66,7%) dengan
perilaku pengobatan buruk. Jumlah
responden yang tidak mendukungan
keluarga sebanyak 51 orang. Dari
semua responden yang dukungan
keluarga kurang, 8 orang ( 15,6 %)
perilaku pengobatan baik, 43 orang (
84,4%) yang perilaku pengobatanya
buruk. Hubungan antara variable
dukungan keluarga dengan perilaku
pengobatan hipertensi di puskesmas
kelurahan wijaya kususma periode
september 2013, berdasarkan uji chi
square didapatkan chi square= 4,766
(p<0,05) yang berarti dukungan
keluarga berhubungan dengan
perilaku pengobatan hipertensi.

Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Kelurahan Wijaya Kusuma,
Jakarta Barat September 2013 dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
A. Sebaran Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan dan Status
Ekonomi di Puskesmas Wijaya
Kusuma periode September 2013
Sebaran usia pasien hipertensi yang
paling banyak adalah pasien
berusia di atas 55 tahun yaitu
sebanyak 97 orang (80,83%).
Sebaran jenis kelamin pasien
hipertensi yang paling banyak
adalah pasien laki-laki sebanyak 67
orang (55,8%).
Sebaran perkerjaan pasien
hipertensi yang paling banyak
adalah yang bekerja sebanyak 70
orang(58,3%)
Sebaran pendidikan pasien
hipertensi yang paling banyak
Artikel Penelitian
adalah yang berpendidikan rendah
sebanyak 88 orang (73,3%).
Sebaran status ekonomi pasien
hipertensi yang paling banyak
adalah dengan pendapatan kurang
dari 2,200,000 sebanyak 78
orang(65%)
B. Sebaran Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Pengobatan, Pola Hidup dan
Dukungan Keluarga di Puskesmas
Wijaya Kusuma periode September
2013
Pasien hipertensi di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat masih
berpengetahuan kurang mengenai
Perilaku pengobatan hipertensi
(78,3%)
Pasien hipertensi di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat masih memiliki sikap
mendukung(57,5%).
Pasien hipertensi di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat memiliki perilaku
pengobatan kurang (74,2%).
Pasien hipertensi di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat memiliki pola hidup
baik(64,2%)
Pasien hipertensi di Puskesmas
Kelurahan Wijaya Kusuma
Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat memiliki dukungan
keluarga kurang(73,3%).
C. Hubungan bermakna antara Usia,
Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan,
Sikap, Perilaku Pengobatan, Pola
Hidup dan Dukungan Keluarga
mengenai Perilaku Pengobatan
Hipertensi.
Terdapat hubungan bermakna
antara usia dengan Perilaku
pengobatan hipertensi.
Terdapat hubungan bermakna
antara pengetahuan dengan
Perilaku pengobatan hipertensi.
Terdapat hubungan bermakna
antara sikap dengan Perilaku
pengobatan hipertensi
Terdapat hubungan bermakna
antara perilaku pengobatan dengan
Perilaku pengobatan hipertensi.
Terdapat hubungan bermakna
antara pola hidup dengan Perilaku
pengobatan hipertensi.
Terdapat hubungan bermakna
antara dukungan keluarga dengan
Perilaku pengobatan hipertensi.
D. Hubungan Tidak Bermakna antara
Jenis Kelamin dan Status Ekonomi
terhadap Perilaku Pengobatan
Hipertensi.
Tidak ada hubungan bermakna
antara jenis kelamin dengan
Perilaku pengobatan hipertensi.
Tidak terdapat hubungan bermakna
antara pendidikan dengan Perilaku
pengobatan hipertensi.
Tidak terdapat hubungan bermakna
antara perkerjaan dengan Perilaku
pengobatan hipertensi.
Tidak ada hubungan bermakna
antara status ekonomi dengan
Perilaku pengobatan hipertensi.

Saran
Dari hasil yang diperoleh, peneliti
menyarankan beberapa hal:
1) Bagi profesi agar dapat mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai faktor
faktor seperti usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status
ekonomi, pengetahuan, sikap, perilaku
pengobatan, pola hidup dan dukungan
keluarga terhadap hasil pengobatan.
2) Bagi Puskesmas Kelurahan Wijaya
Kusuma agar lebih mensosialisasikan
mengenai pengobatan hipertensi dan
hasil pengobatan serta faktor yang
berhubungan agar lebih diketahui
oleh masyarakat. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan mengadakan
penyuluhan kepada masyarakat
Artikel Penelitian
mengenai pentingnya pengetahuan,
sikap, perilaku pengobatan, pola hidup
dan dukungan keluarga supaya hasil
pengobatan bisa menjadi lebih baik
dan dapat mencegah komplikasi yang
akan terjadi di masa depan jika
hipertensi tidak ditangani dengan baik.

Daftar Pustaka
1. Anggraini, Dian, Ade. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Pasien yang Berobat
di Poliklinik Dewasa Puskemas
Bangkinang Periode Januari sampai
Juni 2008. Riau: Fakultas Kedokteran
Universitas Riau, 2009: 1-29. Diambil
dari:
http://yayanakhyar.files.wordpress.co
m/2009/02/files-of-drsmed-faktor-
yang-berhubungan-dengan-kejadian-
hipertensi.pdf. Diunduh tanggal 15
September 2013.
2. Kotchen, TA. Hypertension Vascular
Disease. Editor: Braunwald E, et all.
Harrisons Principles of Internal
Medicine 17
th
Edition. Volume II.
New York, McGraw Hill Companies,
2008; pg 1549-62.
3. Sumarni, Y.S. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Penderita hipertensi
dengan Perilaku Menjalani Diet
Hipertensi di Puskesmas Kasihan II
Bantul Yogyakarta. Program Studi
ilmu Keperawatan. 2005. Diunduh
dari:
http://www.muliacom.blogspot.com.
Diunduh tanggal 15 September 2013.
4. Kuswardhani T. Penatalaksanaan
Hipertensi pada Lanjut Usia.
Denpasar: bagian penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. 2005: 1-8. Diunduh dari
http://eprints.ums.ac.id/791/1/penatala
ksanaan_hipertensi_pada_usia_lanjut_
2_1.pdf. Diunduh tanggal 15
September 2013.
5. Soesanto I. Reaktivitas
Kardiovaskuler Individu Normotensi
dari orang Tua Hipertensi Primer.
Jurnal Kardiologi Indonesia. Edisi
XXV. Pg: 166-7.
6. Sigarlaki HJ. Karakteristik dan factor
yang Berhubungan dengan Hipertensi
di Desa Bocor, Kecamatan Bulus
Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa
tengah. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. 2006. Pg 1-20. Diambil
dari
http://journal.ui.ac.id/?hal=download
&q=72. Diunduh tanggal 15
September 2013.
7. Suparto. Epidemiology of
Hypertension and Associated
Cardiovascular Risk factors in a
Country in Transition. Albania:
Journal Epidemiology Community
Health. 2003. Pg. 734-9.
8. Armilawaty. Hipertensi dan Factor
Risikonya dalam kajian Epidemiologi.
Makassar: bagian Epidemiologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin. 2007. Pg. 1-8. Diunduh
dari:
http://ridwanamiruddin.wordpress.co
m/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-
risikonya-dalam kajian-
epidemiologi/?referer=sphere_related
_content/. Diunduh tanggal 15
September 2013.
9. Astutik, Eko.Perbedaan Pengetahuan,
Sikap, dan Tindakan terhadap
pencegahan pada Penderita Hipertensi
dan Bukan Hipertensi. Surabaya:
Universitas Airlangga. 2008.
10. Oktora R. Gambaran Penderita
Hipertensi yang Rawat Inap di Bagian
Penyakit Dalam RSUDArifin Achmad
pecanbaru Periode Januari sampai
Desember 2005. Pg. 41-2.
11. Sriyono J. hubungan Tingkat
Pengetahuan tentang Hipertensi
dengan Ketaatan Berobat Penderita
Hipertensi di Rumah Sakit PKU
Muhammaddiyah Sragen. 2008.
Diunduh dari
http:/skripsistikes.wordpress.com/200
Artikel Penelitian
9/05/03/ikpiii80/. Diunduh tanggal 15
Spetember 2013.
12. Rebecca, Murti. Hubungan antara
Tingkat Pendidikan dan Hipertensi
pada Wanita di Kabupaten Sukoharjo.
2008. Diunduh dari:
http://khabibsiwi.blogspot.com/2008/1
2/hipertensi.html. Diunduh tanggal 15
September 2013.
13. Widiyani R. 32 Persen Orang
Indonesia Sakit Hipertensi. Kompas
[Online] 4 April 2013. Diunduh dari
http://health.kompas.com/read/2013/0
4/04/15544899/.32.Persen. Orang.
Indonesia.Sakit.Hipertensi. Diunduh
tanggal 15 September 2013.
14. Widiyani R. Penderita Hipertensi
Terus Meningkat. Kompas [Online] 5
April 2013. Diunduh dari
http://health.kompas.com/read/2013/0
4/05/1404008/Penderita.
Hipertensi.Terus.Meningkat. Diunduh
tanggal 15 September 2013.
15. Wahyu N. Jangan Tunggu Tengkuk
Sakit, Hipertensi Tak Bergejala Tapi
Mematikan. DetikHealth [Online] 4
April 2013. Diunduh dari
http://health.detik.com/read/2013
/04/04/153510/2211641/763/jangan-
tunggu-tengkuk-sakit-hipertensi-tak-
bergejala-tapi-mematikan?l771108bcj.
Diunduh tanggal 15 September 2013.
16. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi
Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. In: Majalah Kedokteran
Indonesia. Volume 59
th
No. 12. Edisi
Desember 2009.
17. Dimyati V. Hipertensi Didominasi
Negara Berkembang. Jurnas [Online]
6 April 2013. Diunduh dari
http://www.jurnas.com/news/87807/
Hipertensi_Didominasi_
Negara_Berkembang/1/Sosial_Buday
a/Kesehatan. Diunduh tanggal 15
September 2013.
18. Ahsan, Hany Alfrina, Sadhu Permana
PA. Hubungan Dukungan keluarga
dengan Kepatuhan Minum Obat Pada
Pasien Hipertensi Di Poli Jantung
RSSA Malang. 2011.
19. Kuswardhani T. Penatalaksanaan
Hipertensi Pada Lanjut Usia. Bagian
Penyakit Dalam FK Unud RSUP
Sanglah Denpasar. 2006;7:135-140
20. SihombingM. Hubungan Perilaku
Merokok, Konsumsi
Makanan/Minuman, dan Aktivitas
Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada
Responden Obes Usia Dewasa di
Indonesia.Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
2010;6:406-412
21. Santoso SS, Prasodjo R, Zalbawi S.
Faktor-Faktor yang Mendorong
Penderita Hipertensi Ke
PengobatanTradisional di DKI
Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.
2001;11:35-44
22. Ekarini D. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat
Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam
Menjalani Pengobatan Di Puskesmas
Gondangrejo Karanganyar. Prodi D-
III Keperawatan, STIKES Kusuma
Husada. Surakarta.2011
23. Trianni L. Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan dan Dukungan Keluarga
Terhadap Kepatuhan Berobat Pada
Penderita Hipertensi diPuskesmas
Ngaliyan Semarang. Prodi D-III
Keperawatan STIKES Telogorejo.
Semarang. 2011
24. Zamfitri R, Karim D , Lestari W.
Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Pasien Hipertensi Primer Dalam Pola
Diet. Pekanbaru. 2012.
25. Santoso EJ, Targunawan. Hubungan
Antara Tingkat Pendidikan dan
Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Berobat Pada Penderita
Hipertensi di Puskesmas Ngaliyan
Semarang. 2011.
26. Pratiwi D. Pengaruh Konseling Obat
Terhadap Kepatuhan Pasien
Hipertensi di Poliklinik Khusus RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Pekanbaru
Riau. 2011.

Anda mungkin juga menyukai