com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
http://facebook.com/indonesiapustaka
RAJAWALI PERS
Divisi Buku Perguruan Tinggi
PT RajaGrafindo Persada
DEPOK
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)
Marhaeni, A.A.I.N, dkk.
Asesmen Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris/A.A.I.N. Marhaeni, dkk.
—Ed. 1.—Cet. 1.—Depok: Rajawali Pers, 2017.
x, 192 hlm., 23 cm
Bibliografi: hlm. 167
ISBN 978-602-425-186-4
PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Tel/Fax : (021) 84311162-(021) 84311163
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id Http: //www.rajagrafindo.co.id
Perwakilan:
Jakarta-16956 Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Depok, Telp. (021)
84311162. Bandung-40243, Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi, Telp. 022-5206202. Yogyakarta-
Perum. Pondok Soragan Indah Blok A1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Telp. 0274-625093.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok A No. 09, Telp. 031-8700819. Palembang-30137, Jl. Macan
Kumbang III No. 10/4459 RT 78 Kel. Demang Lebar Daun, Telp. 0711-445062. Pekanbaru-28294, Perum
De' Diandra Land Blok C 1 No. 1, Jl. Kartama Marpoyan Damai, Telp. 0761-65807. Medan-20144, Jl. Eka
Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan Johor, Telp. 061-7871546.
Makassar-90221, Jl. Sultan Alauddin Komp. Bumi Permata Hijau Bumi 14 Blok A14 No. 3, Telp. 0411-
861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt 05, Telp. 0511-3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol Gg 100/V No.
2, Denpasar Telp. (0361) 8607995. Bandar Lampung-35115, Jl. P. Kemerdekaan No. 94 LK I RT 005 Kel.
Tanjung Raya Kec. Tanjung Karang Timur, Hp. 082181950029.
KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan salah satu hasil dari sebuah penelitian berjudul
Pengembangan Asesmen Autentik untuk Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP
yang dikerjakan melalui Hibah Tim Pascasarjana, Program Desentralisasi
Penelitian Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional (2011-
2013). Mengambil setting dan contoh-contoh dari pelaksanaan asesmen
pembelajaran bahasa Inggris, buku ini sangat kental dengan paradigma
asesmen autentik, yang pada awalnya disebut sebagai asesmen alternatif,
namun kini seiring dengan perkembangan kurikulum yang berbasis
kompetensi di mana ciri utamanya adalah unjuk kerja dalam unjukan ‘able
to do’, maka asesmen autentik menduduki posisi yang sangat sentral dan
strategis dalam proses pendidikan. Buku ini meliputi kajian mengenai
bentuk-bentuk utama dari asesmen autentik yaitu asesmen portofolio,
asesmen kinerja, asesmen projek, dan asesmen diri. Menggunakan setting
dan contoh-contoh asesmen dalam pembelajaran bahasa Inggris, buku ini
menawarkan pengembangan dan pendalaman wawasan asesmen autentik
http://facebook.com/indonesiapustaka
v
autentik, instrumen-instrumen dalam buku ini sangat memerhatikan
domain kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang dalam kemasan
aspek linguistik dan non-linguistik, yang membedakannya dengan kajian-
kajian lain sejenis.
Buku ini diharapkan dapat menambah rujukan teoretik sekaligus
praktik dalam pelaksanaan asesmen autentik di tingkat sekolah menengah.
Adanya banyak contoh dan instrumen akan sangat membantu guru dalam
meningkatkan praktik asesmennya, yang hingga sekarang ini masih
banyak terlalu quantitatively-oriented hingga kurang memerhatikan aspek
deskripsinya.
Penghargaan dan ucapan terima kasih harus kami sampaikan kepada
pihak-pihak yang telah berperan dalam penyelesaian buku ini, yaitu
Lembaga Penelitian Undiksha yang telah mendanai penelitian ini dan
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Undiksha
yang telah membiayai penerbitan buku ini.
Sebagai edisi pertama, sudah barang tentu masih banyak hal dalam
buku ini yang perlu mendapat masukan, terutama dari para ahli asesmen,
ahli pendidikan bahasa, dan para guru. Untuk segala kritik dan saran yang
diberikan, kami ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya.
Penulis
http://facebook.com/indonesiapustaka
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
vii
C. Implementasi Asesmen Kinerja dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbahasa Inggris 69
1. Pembelajaran Menyimak 74
2. Pembelajaran Berbicara 78
3. Pembelajaran Membaca 81
4. Pembelajaran Menulis 86
D Instrumen Asesmen Kinerja 90
Daftar Isi ix
http://facebook.com/indonesiapustaka
A. Rasional
Upaya perbaikan mutu pendidikan nasional kita secara yuridis
formal telah diamanatkan melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di mana pendidikan berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
http://facebook.com/indonesiapustaka
1
Tujuan tersebut secara lebih operasional telah dideskripsikan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tercapainya standar pendidikan tergantung bagaimana delapan
standar tersebut mengorkestra dalam proses pembelajaran; dan bukti dari
tercapai tidaknya tujuan tersebut dipantau dengan proses asesmen yang
sahih; mengingat bahwa asesmen dilakukan selama proses pembelajaran,
maka asesmen memiliki inkludisitas yang sangat dalam pada proses
pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran dan asesmen bukanlah
semata-mata suatu upaya formal dalam bingkai sekolah, namun orkestra
yang terjadi tersebut harus bermakna bagi siswa, yaitu bahwa apa yang
dialaminya di sekolah dapat menolong dia berperan dengan baik dalam
lingkungan masyarakatnya.
Tujuan asesmen yang utama adalah untuk mendapat data yang
dijadikan dasar untuk pemberian feedback dan menentukan standar. Selain
itu, asesmen bertujuan untuk menilai kemajuan siswa dan bagaimana
kemajuan yang dialami seorang siswa jika dibandingkan dengan siswa
lainnya. Asesmen juga membantu guru untuk memperbaiki pembelajaran
yang dirancang dan sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas proses.
Itulah sebabnya guru harus memiliki pemahaman yang jelas tentang
keterkaitan antara rencana, proses, dan asesmen. Menurut NYC
Department of Education (2009) guru harus bisa memilih asesmen yang
sesuai untuk menggali informasi tentang tingkat keberhasilan proses
pembelajaran yang dipandunya. Asesmen harus bisa mengumpulkan
informasi tentang proses dan produk belajar.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Selama ini, masih terjadi praktik asesmen yang kurang bermakna pada
pembelajaran bahasa Inggris, contohnya pada pembelajaran bahasa Inggris
di SD. Semata-mata karena kesepakatan sekolah untuk menggunakan tes
tertulis (terutama pada tes sumatif), soal pilihan ganda bahasa Inggris
diberi terjemahan. Jelas ini bukan tes bahasa Inggris. Harus diakui bahwa
A. Prosedur PjBL
Dalam pembelajaran bahasa Inggris implementasi PjBL memiliki nilai
tambah karena siswa bisa mendapat kesempatan yang luas untuk berlatih
menggunakan bahasa dalam berkomunikasi tanpa mereka menyadarinya.
11
Pada setiap langkah kegiatan, siswa perlu berbicara secara spontan
sehingga siswa tidak merasa bahwa mereka sedang berlatih.
Dalam PjBL, peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan
tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan projek
yang realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis projek
ini mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab,
kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik.
Secara umum, langkah-langkah PjBL dapat digambarkan sebagai
berikut.
2. Perancangan
1. Penentuan langkah-langkah 3. Penyusunan Jadwal
Projek penyelesaian projek Pelaksanaan Projek
2 | Asesmen Projek 13
Dari dokumen NYC Department of Education (2009) prosedur
implemenasi PBL dijabarkan dalam lima langkah penting, yaitu:
Langkah 1: Penentuan tujuan pencapaian konten dan keterampilan
Pada langkah ini harus dipastikan dulu ide esensial atau tema dalam
kurikulum yang cukup menantang dan perlu diangkat. Ini biasa disebut
dengan ‘big ideas atau big themes’ yaitu isu atau tema yang bisa mencakup
semua tujuan pembelajaran dan kemungkinan bersinggungan dengan
konsep atau mata pelajaran lain. Selanjutnya diformulasikan pertanyaan
yang akan diajukan kepada siswa. Pertanyaan tersebut memberikan
bayangan kepada siswa tentang kompleksitas isu yang diangkat serta
konsep, strategi dan alokasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan.
Adapun kriteria formulasi pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Relevan untuk konteks yang berbeda.
b. Menggambarkan dunia nyata yang bisa terjadi dalam beberapa situasi.
c. Menantang siswa atau profoktif yang membuat siswa berpikir keras,
berdiskusi dengan serius, melakukan investigasi.
d. Pertanyaan terbuka yang menuntun siswa untuk bekerja keras, bukan
pertanyaan yang mudah dijawab.
e. Langsung ke pokok/inti permasalahan.
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami dilema di dunia
nyata tetapi menarik untuk diteliti oleh siswa.
g. Bisa diinterpretasikan dari berbagai sudut pandang/perspektif.
h. Mendorong siswa untuk menghasilkan lebih banyak pertanyaan.
Langkah 2: Penyiapan format untuk produk akhir
Pada langkah ini guru harus menyiapkan dua macam format yaitu
http://facebook.com/indonesiapustaka
2 | Asesmen Projek 15
a. Kesesuaian desain projek dengan harapan kurikulum
Ini sangat penting dilakukan untuk memastikan bahwa siswa berada
pada jalur yang benar dan belajar pada cakupan kurikulum.
b. Kejelasan (clarity) dan kepatutan (feasibility) dari desain
Penilaian atas kejelasan dan kepatutan perlu dilakukan untuk
memastikan bahwa siswa sudah benar-benar yakin apa yang akan
mereka kerjakan. Selain itu, kepatutan desain menunjukkan apakah
siswa akan bisa melaksanakan projek dengan lancar tanpa hambatan
yang berarti.
c. Ketersediaan sumber
Hal ini perlu dikaji karena walaupun desain bagus tetapi tidak
didukung ketersediaan sumber, sudah tentu projek akan gagal atau
tidak maksimal
d. Kebutuhan belajar
Pengerjaan projek harus merupakan konteks yang jelas untuk
mencapai target pembelajaran. Oleh sebab itu, siswa perlu dituntun
untuk melakukan refleksi tentang hal apa saja yang akan mereka
pelajari dalam pengerjaan projek.
Kedua, refleksi dilakukan pada saat draf projek sudah selesai. Pada
saat itu, refleksi dilakukan sendiri oleh siswa dengan arahan guru. Ada
beberapa format yang bisa digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi
pada tahap ini (penjelasan tentang refleksi pada tahap ini akan dijelaskan
pada bagian asesmen di bawah).
Dari paparan tentang pengertian PjBL di atas, bisa dibayangkan
bahwa target yang dicapai oleh siswa tidak hanya pengetahuan dan
keterampilan, tetapi juga kemampuan manajemen (managerial skills)
http://facebook.com/indonesiapustaka
1. Persiapan
Persiapan diawali dengan penjelasan guru tentang materi yang
dipelajari yang diikuti dengan instruksi tugas projek yang dilengkapi
dengan persyaratan tertentu, termasuk ketentuan waktu. Selanjutnya
langkah-langkah PBL sebagai berikut:
2 | Asesmen Projek 17
a. Menentukan projek, yaitu memilih tema/topik untuk menghasilkan
produk (laporan observasi/penyelidikan, karya seni, atau karya
keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dengan
menekankan keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan
dengan kriteria tugas, dengan mempertimbangkan kemampuan
peserta didik dan sumber/bahan/alat yang tersedia.
b. Merancang langkah-langkah penyelesaian projek dari awal sampai
akhir. Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian
produk yang akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk
menyelesaikan bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.
c. Menyusun jadwal pelaksanaan projek, yaitu menyusun tahap-tahap
pelaksanaan projek dengan mempertimbangkan kompleksitas
langkah-langkah dan teknik penyelesaian produk serta waktu yang
ditentukan guru.
2. Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan/penyelesaian projek guru berperan untuk
memonitor progress dan sekaligus memberi masukan demi kesempurnaan
produk dan keluasan belajar siswa. Adapun unsur pelaksanaan PBL terdiri
dari:
a. Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
yaitu mencari atau mengumpulkan data/material dan kemudian
mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi bagian
sampai dihasilkan produk akhir.
b. Mempresentasikan/mempublikasikan hasil projek, yaitu menyajikan
produk dalam bentuk diskusi, pameran, atau publikasi (dalam majalah
http://facebook.com/indonesiapustaka
2 | Asesmen Projek 19
Penyusunan instrumen penilaian projek disusun berdasarkan indikator
yang akan dicapai dalam pembelajaran, sedangkan rubrik penilaian disusun
berdasarkan aspek-aspek penilaian yang disusun dalam instrumen penilaian.
Penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam
pembelajaran projek dapat dilakukan melalui penugasan individu/
kelompok. Penilaian yang dapat dilakukan di antaranya dengan penilaian
kinerja yang dilengkapi dengan laporan tertulis yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu.
Instrumen yang digunakan berupa tugas-tugas belajar (learning tasks)
yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara
tertulis, lisan maupun praktik. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan
daftar cek atau skala penilaian. Adapun contoh instrumen penilaian kinerja
berbasis projek sebagai berikut:
Nama : ........................................
NIS : ........................................
Kelas : ........................................
Skor
No. Aspek Penilaian
1 2 3 4 5
1. Kerajinan
2. Ketekunan
3. Tanggung Jawab
4. Kedisiplinan
5. Kerja Sama
6. Tenggang Rasa
7. Kejujuran
TOTAL SKOR
http://facebook.com/indonesiapustaka
Nama : ........................................
NIS : ........................................
Kelas : ........................................
Skor
No. Aspek Penilaian
1 2 3 4 5
1. Kerajinan
2. Ketekunan
3. Tanggung Jawab
4. Kedisiplinan
5. Kerja sama
6. Tenggang Rasa
7. Kejujuran
TOTAL SKOR
2 | Asesmen Projek 21
Penilaian sikap juga dapat dilakukan dengan penilaian diri dengan
menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale). Contoh
instrumen penilaian sikap dengan penilaian diri sebagai berikut:
Nama : ........................................
NIS : ........................................
Kelas : ........................................
Petunjuk
Berilah tanda silang (X) sesuai dengan kondisi diri Anda.
Keterangan
SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, dan STS: Sangat Tidak
Setuju
Penilaian
No. Pernyataan
SS S TS STS
1. Saya sudah dapat mengembangkan
tema pada tugas projek yang diberikan
guru
2. Saya dapat merancang jadwal
pelaksanaan kegiatan projek dengan
baik
3. Saya dapat menyusun jadwal
pelaksanaan projek dengan sistematis
4. Saya dapat menyelesaikan projek sesuai
dengan langkah-langkah yang telah
ditentukan
5. Saya dapat menyusun laporan dengan
sistematis dan baik
6. Saya dapat mempresentasikan hasil
kegiatan projek dengan baik
7. Saya telah menguasai materi
http://facebook.com/indonesiapustaka
2 | Asesmen Projek 23
Langkah-langkah Pembelajaran
Persiapan
Observasi dan menanya
Menonton video tentang deskripsi orang.
Mencatat kata-kata sifat yang dipakai dalam video.
Melakukan prompted question - answer activity (siswa berpasangan, satu
siswa menyebutkan kata sifat dari catatannya dan siswa lain menanyakan
pertanyaan yang menggunakan kata sifat yang dikatakan temannya).
Contoh:
A: fat
B: Is the man in the video fat?
A: Yes, the man in the video is fat.
Eksplorasi/menalar/mengumpulkan informasi
Memberi contoh berbagai teks deskriptif tentang orang dan melaksanakan
pembelajaran dengan strategi:
· Modeling: pemberian contoh.
· Survei: mengumpulkan data tentang deskripsi dan karakter orang-
orang terkenal.
· Games: mencari orang hilang.
Mengasosiasi
Brainstorming:
“What kind of robot do you know?”
“Why do experts create robot?”
http://facebook.com/indonesiapustaka
Provocating Questions:
“What works that can a robot do to help human being?”
“What does it look like”
“What are the advantages of having a robot in our house/school?”
Fungsi sosial
Dalam kehidupan nyata, kita sering berada pada suatu kondisi di
mana kita perlu menggunakan kemampuan mendeskripsikan orang, benda,
tempat, pikiran, dan sebagainya. Kemampuan mendeskripsikan sangat
http://facebook.com/indonesiapustaka
2 | Asesmen Projek 25
Perhatikan teks berikut ini:
I lost my dog. It is a 2 year old golden retriever. The dog is very healthy and
fat. The fur is golden brown and it wears polka dot collar with a small silver
bell and a name tag. The dog’s name is Bruno. If you find the dog please call
me at 086743562123. Some money reward is available for you after the dog
is safely home. (ANDY)
Kemampuan mendeskripsikan seperti di atas sangat diperlukan untuk
memecahkan masalah. Dalam kehidupan nyata, bisa pula seseorang
kehilangan adik/anaknya saat berjalan-jalan di mall. Dalam kondisi
seperti ini dia harus bisa mendeskripsikan adik/anaknya dengan
baik supaya bisa mendapat bantuan dari orang banyak. Deskripsi
diserahkan pada staf humas di mall sehingga bisa diumumkan.
Misalnya:
A six year old girl named Natasha is going missing in this mall. She is 1.2m
tall, has long curly hair with a pony tail. She is wearing jeans, white t-shirt and
pink jacket. She is wearing white sport shoes and pink shocks. If you meet this
girl please report to te reception desk. Her mother is waiting here.
Struktur Teks
Karena kedua teks tersebut sama-sama memerankan fungsi sosial
‘mendeskripsikan’, maka terdapat kesamaan di antara keduanya, yaitu
dalam penyusunan struktur teksnya. Analisis terhadap kedua teks di atas
menunjukkan struktur berikut ini:
(1) Penyebutan kata-kata deskriptif untuk mendeskripsikan binatang
misalnya: menyatakan usia (two year old), menyatakan kondisi (healthy
and fat), ciri fisik (the fur is goldren brown, wearing polka dor collar with a
small silver bell).
(2) Penyebutan kata-kata deskriptif untuk mendeskripsikan orang,
misalnya six year old (menyatakan usia), 1.2m tall, has long curly hair
witha pony tail (ciri fisik). She is wearing jeans, white t-shirt and pink jacket.
http://facebook.com/indonesiapustaka
She is wearing white sport shoes and pink shocks (penanda tambahan untuk
fisik).
(3) Penyebutan ciri yang tidak kasat mata seperti misalnya pintar, cerdik,
baik hati, suka menolong, ramah dan sebagainya yang juga merupakan
bagian dari deskripsi orang dan mungkin juga binatang kesayangan.
your, this, those, dan seterusnya sehingga sering digunakan secara salah
oleh siswa. Unsur lain yang sering salah adalah penggunaan morfem –s
untuk kata benda jamak.
2 | Asesmen Projek 27
Penggunaan lebih dari satu kata sifat dalam frasa nominal juga sangat
lazim dalam teks deskriptif, seperti golden brown, long curly hair, polka dot
collar. Struktur gramatikal ini juga menjadi bagian penting materi pokok
bab ini. Selain itu juga kata quite dan very, juga sangat lazim digunakan
dalam penyebutan sifat untuk menguatkan makna.
Topik
Topik utama dalam pembelajaran ini adalah deskripsi orang dan
binatang, yang bermakna dalam kehidupan siswa sehari-hari. Relevansi
dengan pengalaman dan kehidupan siswa sebagai remaja terpelajar adalah
prinsip dalam menentukan topik dari setiap teks yang akan digunakan
siswa selama proses pembelajaran. Pertimbangan lain untuk pemilihan
teks yang akan dibaca, diucapkan, ditulis, dan didengarkan siswa untuk
pembelajaran dalam bab ini adalah pesan moral yang terkandung di
dalamnya. Guru perlu memastikan bahwa setiap teks dan penggunaannya
akan berdampak pada pembentukan perilaku jujur, disiplin, percaya diri,
kerja sama, dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan
· Mengumpulkan informasi
Fokus Tahapan Kegiatan: Pembukaan
http://facebook.com/indonesiapustaka
2 | Asesmen Projek 29
- What do we describe our pet for? What do we describe our house for? Who
has a cat? What do we describe our pet for? Yes, we describe them because
we want to... (siswa diminta untuk membaca bersama guru tujuan
yang tertera di halaman tersebut).
· Mengasosiasikan
Mengerjakan projek.
· Mengomunikasikan
· Mempresentasikan produk akhir projek (didahului dengan menulis
artikel dalam sebuah majalah dinding secara bersama-sama tentang
deskripsi robot).
Penilaian
Penilaian dikenakan terhadap ketiga tahapan projek yaitu perencanaan,
proses pelaksanaan, dan penilaian terhadap laporan atau produk,
sebagaimana ditampilkan berikut ini:
Project Assessment
Skor
No Kriteria
(1 – 5)
Planning Phase
1 Kreativitas siswa dalam menentukan topik
Upaya siswa melakukan investigasi/penelitian untuk mempersiapkan
2
materi yang sesuai dengan topik
Rata-rata Skor
Developing Phase
3 Keaktifan siswa dalam berdiskusi
4 Komunikasi siswa sesama anggota kelompok
Kemampuan siswa dalam memerhatikan petunjuk atau masukan dari
5
guru
6 Kemampuan siswa dalam menerima masukan dari teman saat berdiskusi
http://facebook.com/indonesiapustaka
Deskripsi:
Planning Phase
1. Kemampuan siswa dalam memilih topik
Skor 5 Topik yang dikembangkan sangat sesuai dengan materi
pelajaran yang diperoleh.
Skor 4 Topik yang dikembangkan sesuai dengan materi pelajaran
yang akan diperoleh.
Skor 3 Topik yang dikembangkan cukup sesuai dengan materi
pelajaran yang diperoleh.
Skor 2 Topik yang dikembangkan tidak sesuai dengan materi
pelajaran yang diperoleh.
2 | Asesmen Projek 31
berbagai sumber (reading activity). Mereka banyak berdiskusi dan dalam
hal ini mereka diwajibkan berbahasa Inggris (speaking dan listening activity).
Selanjutnya dalam merancang design project, mereka banyak menulis
(writing activity). Pada tahap akhir mereka harus mempresentasikan projek
mereka (speaking dan listening activity).
Walaupun PjBL sudah melibatkan keempat keterampilan berbahasa,
namun dalam merencanakan pembelajaran, terkadang guru ingin
menekankan pada kompetensi salah satu keterampilan berbahasa,
terutama keterampilan berbahasa produktif (speaking dan writing). Untuk
itu perlu diberi contoh bagaimana rancangan PjBL yang menekankan pada
kesempatan mengembangkan keterampilan berbahasa produktif.
2 | Asesmen Projek 33
Berdasarkan kriteria dari asesmen projek yang di dalamnya mencakup
aspek linguistik dan non-linguistik, maka dikembangkan seperangkat
instrumen asesmen projek dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris
untuk kelas VIII. Perangkat asesmen berbasis projek ini mencakup empat
kompetensi dasar untuk kemampuan berbicara yang telah dikembangkan
menjadi 12 produk instrumen asesmen projek.
2 | Asesmen Projek 35
Penilaian Kemampuan Berbicara dalam Pembelajaran Berbasis Projek
Project Assessment untuk Kegiatan Berbicara
KD : 3.1 Mengungkapkan makna dalam percakapan
transaksional (to get things done) dan interpersonal
(bersosialisasi) pendek sederhana dengan
menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat,
lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan
lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur:
meminta, memberi, menolak jasa, mengakui dan
mengingkari fakta, dan memberi, dan menolak
pendapat.
Indikator : 3.1.1 Siswa mampu menawarkan barang dan jasa.
3.1.2 Siswa mampu merespons ekspresi penawaran
barang dan jasa.
2 | Asesmen Projek 37
3. Penentuan skor akhir siswa dilakukan berdasarkan jumlah nilai rata-
rata yang telah dikalikan dengan bobot masing-masing komponen
penilaian kemudian dibagi 3.
Deskripsi:
Planning Phase
1. Kemampuan siswa dalam memilih topik
Skor 5 Topik yang dikembangkan sangat sesuai dengan materi
pelajaran yang diperoleh
Skor 4 Topik yang dikembangkan sesuai dengan materi
pelajaran yang akan diperoleh
Skor 3 Topik yang dikembangkan cukup sesuai dengan materi
pelajaran yang diperoleh
Skor 2 Topik yang dikembangkan tidak sesuai dengan materi
pelajaran yang diperoleh
Skor 1 Topik yang dikembangkan sangat tidak sesuai dengan
materi pelajaran yang diperoleh
2 | Asesmen Projek 39
Developing Phase
2 | Asesmen Projek 41
Skor 2 Sangat lemah dalam tata bahasa dan sering terjadi
pengulangan
Skor 1 Tidak dapat mengerti apa yang dimaksud
2 | Asesmen Projek 43
http://facebook.com/indonesiapustaka
dari itu diperlukan adanya rancangan yang jelas sebagai langkah pencapaian
luaran yang dimaksud. Selain itu, mempertimbangkan karakteristik
asesmen kinerja juga sangat penting dilakukan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain: tuntutan peserta didik untuk mendemonstrasikan
pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban
45
(produk), menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking skill), penilaian belajar yang berdasarkan atas situasi atau konteks
dunia nyata (real life context), serta asesmen kinerja bersifat holistik yang
mencakup semua aspek pembelajaran, meliputi aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Pada praktiknya, implementasi asesmen kinerja harus memiliki
langkah atau prosedur yang jelas serta memenuhi persyaratan, baik dari
segi substansi, konstruksi, maupun penggunaan bahasa yang baik dan
benar. Adapun kekuatan dari asesmen kinerja adalah kemampuannya
dalam melakukan asesmen bukan hanya terkait dengan kemampuan
pemahaman peserta didik, tetapi juga kemampuan dalam mengaplikasikan
pemahaman dalam bentuk pendemonstrasian secara aktif dalam mengukur
keempat keterampilan bahasa peserta didik yang meliputi keterampilan
mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. Selain itu, asesmen ini dapat dikatakan asesmen
yang paling relevan dalam mengukur kompetensi berbahasa, oleh karena
kemampuan seseorang dalam berbahasa hanya dapat terobservasi melalui
penampilan dalam mengaktualisasikan bahasa tersebut secara nyata baik
lisan ataupun tertulis. Oleh karenanya, tidak mengherankan bila asesmen
kinerja memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis asesmen lainnya.
Selanjutnya, pada bab ini akan diuraikan secara lebih terperinci terkait
dengan asesmen kinerja yang sering digunakan dalam mengevaluasi
peserta didik dalam pembelajaran bahasa Inggris. Adapun sub bab yang
dielaborasi meliputi hakikat asesmen kinerja dalam bahasa Inggris,
kekuatan dan kelemahan asesmen kinerja, serta implementasi asesmen
kinerja dalam pembelajaran keterampilan berbahasa Inggris (listening,
speaking, reading, dan writing).
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 47
Penilaian kinerja atau dikenal dalam bahasa Inggris dengan istilah
performance assessment merupakan suatu cara untuk mengevaluasi
kompetensi Bahasa Inggris peserta didik melalui pemberian tugas (tasks)
atau kegiatan (activities) yang harus ditampilkan oleh mereka secara lisan
ataupun tertulis. Pada hakikatnya asesmen kinerja muncul sebagai reaksi
dari kekurangmampuan peserta didik untuk merealisasikan pengetahuan
yang didapatkan di bangku sekolah atau kuliah ke dalam kehidupan
sehari-hari, disebabkan oleh asesmen selama ini yang hanya terbatas
pada hafalan teori dan fakta-fakta. Slater (1993) menyatakan bahwa fakta,
konsep dan teori merupakan komponen pembelajaran yang penting pada
setiap mata pelajaran, namun pengetahuan tentang metode, prosedur
dan keterampilan analisis yang sesuai konteks juga sama pentingnya,
sehingga peserta didik harus dipersiapkan untuk dapat mengintegrasikan
semua pengetahuan tentang fakta, konsep, teori serta metode, prosedur
dan keterampilan analisis dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata.
Dengan demikian, asesmen yang hanya mengetes ingatan pengetahuan
seperti pilihan ganda (multiple choice) tidak cukup untuk mengevaluasi
kompetensi peserta didik secara holistik. Hal ini dikarenakan tes yang
digunakan sebagai alat penilaian mempunyai beberapa kekurangan, yaitu:
(1) setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai
jawaban tunggal; (2) tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak berfokus
pada bagaimana peserta didik memperoleh jawaban; (3) tes kurang mampu
mengungkapkan bagaimana peserta didik berpikir; dan (4) umumnya tes
pilihan ganda tidak mampu mengukur semua aspek belajar yang diperoleh
peserta didik. Maka dari itu, asesmen kinerja diperlukan untuk dapat
mengukur kompetensi peserta didik secara lebih objektif, riil, intensif,
valid, dan reliabel.
Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 49
lebih dari satu jawaban dengan cara mengekspresikan jawaban
yang berbeda, sehingga dalam mengerjakan tugas mereka bisa
mengerjakannya dalam beberapa hari, minggu atau bulan.
3 | Asesmen Kinerja 51
2. Setiap asesmen kinerja mengandung beberapa jenis materi atau
informasi yang menyediakan dasar atas suatu respons. Dalam hal ini,
asesmen kinerja dapat dikatakan sangat serupa dengan item pilihan
ganda. Tidak seperti asesmen tradisional, respons peserta didik tidak
dibatasi dalam empat sampai lima pilihan ganda. Asesmen kinerja
memberikan kebebasan atau mengarahkan peserta didik untuk
memberikan respons atau jawaban yang lebih kompleks, mendalam,
dan bervariasi.
3. Tugas harus memberikan arahan yang mengindikasikan hakikat
respons yang diharapkan. Arah pertanyaan harus jelas dan eksplisit,
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman atau interpretasi yang
berbeda di antaranya peserta didik yang mengerjakan tugas. Jenis
pertanyaan biasanya pertanyaan terbuka, sehingga jawaban yang
dikehendaki dapat lebih luas dari respons atau jawaban pertanyaan
pilihan ganda. Pertanyaan tidak jelas (kabur) yang dapat memicu
interpretasi yang berbeda dari peserta didik harus sedapat mungkin
dihindari.
4. Tugas harus membuat peserta didik memberikan jawaban atau respons
yang dapat dinilai (diberikan skor) berdasarkan sejumlah standar
yang jelas. Standar tersebut harus sudah dibuat dengan jelas, sebelum
asesmen dilakukan. Apabila guru tidak mampu mengembangkan atau
menentukan tugas yang mengarahkan peserta didik untuk merespons
dengan baik, maka tugas yang diberikan sudah pasti tidak dapat
mengukur sesuatu dengan jelas. Oleh karena itu, standar penskoran
dalam bentuk rubrik harus dikembangkan dan disusun sesuai dengan
jawaban atau respons yang diharapkan dari sebuah tugas.
3 | Asesmen Kinerja 53
menerapkan pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis; (2) asesmen
kinerja menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan,
keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban (produk);
(3) asesmen kinerja mengharuskan peserta didik untuk menggunakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan; (4) asesmen kinerja merujuk pada suatu penilaian
belajar yang berdasarkan atas situasi atau konteks dunia nyata (real life
context), di mana memungkinkan satu masalah untuk memiliki lebih dari
satu macam solusi; (5) proses asesmen kinerja harus merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran; dan (6) proses penilaian
menggunakan asesmen kinerja bersifat holistik yang mencakup semua
aspek pembelajaran, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam pelaksanaannya, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian, dikatakan bahwa instrumen penilaian yang digunakan
dalam asesmen kinerja harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
1. substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2. konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
3. penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
di antaranya:
1. Prinsip validitas
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa, dalam
melakukan penilaian harus menilai apa yang seharusnya dinilai dan
3 | Asesmen Kinerja 55
5. Prinsip objektivitas
Objektif dalam konteks penilaian di kelas adalah proses penilaian
yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau
pertimbangan subjektif dari penilai. Dalam implementasinya,
penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Dalam hal tersebut,
penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan
bahasa yang dapat dipahami peserta didik, dan menerapkan kriteria
yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor).
6. Prinsip mendidik
Penilaian dilakukan bukan untuk mendiskriminasi atau menghukum
peserta didik (lulus atau tidak lulus), tetapi untuk mendiferensiasi
peserta didik (sejauh mana seorang peserta didik membuat kemajuan
atau posisi masing-masing peserta didik dalam rentang cakupan
pencapaian suatu kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus
memberikan gambaran kemampuan peserta didik, bukan gambaran
ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang mendidik artinya proses
penilaian hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif
pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik, di mana hasil
penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada
peserta didik untuk lebih giat belajar. Pada akhirnya proses dan hasil
penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki
proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan
membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal
(Sudarwan & Retnawati, 2014:4).
dapat dianggap berkualitas atau tidak. Menurut Stiggin (1994), salah satu
karakteristik asesmen kinerja yang berkualitas adalah penilaian tersebut
dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik selama proses
pembelajaran tanpa harus menunggu hingga proses tersebut berakhir.
Norman (dalam Mahmudah, 2000:18) menyatakan bahwa karakteristik
3 | Asesmen Kinerja 57
kata lain, asesmen kinerja yang dilakukan harus mencerminkan
konteks kehidupan nyata (real life context).
3. Lebih dari Satu Fokus (Multiple Focus)
Tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mengukur lebih dari
satu kemampuan yang diinginkan (more than one instructional outcomes).
Dengan kata lain, asesmen kinerja tersebut dapat dikatakan sebagai
alat ukur penilaian berbagai hasil belajar.
4. Dapat Diterapkan (Applicability)
Asesmen kinerja dapat dikatakan sebagai alat penilaian yang tepat
dan berkualitas, apabila asesmen tersebut dapat diterapkan kepada
semua peserta didik untuk mengukur hasil proses belajar.
5. Adil (Fairness)
Tugas yang diberikan haruslah adil (fair) untuk semua peserta didik.
Jadi, tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan serta tidak bisa
untuk semua kelompok peserta didik, terlepas dari jenis kelamin,
suku bangsa, agama, maupun status sosial ekonomi yang dimiliki.
Jadi, asesmen kinerja harus memberikan penilaian yang merata sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik.
6. Praktis (Feasibility)
Tugas-tugas yang diberikan dalam asesmen kinerja (performance
assessment) haruslah relevan dan dapat dilaksanakan, mengingat
faktor-faktor seperti biaya, ruangan, waktu, maupun peralatan
yang digunakan. Dengan kata lain, asesmen kinerja tersebut dapat
digunakan karena ekonomis, praktis, dan efisien.
7. Berbasis skor (Score-based)
Salah satu hal yang sensitif dari asesmen kinerja (performance
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 59
1. Tugas Kinerja (Performance Task)
Marhaeni, dkk. (2012) menyatakan bahwa tugas kinerja adalah
seperangkat tugas yang mengandung topik, standar tugas, deskripsi
tugas dan persyaratan yang dibutuhkan oleh tugas tersebut.
Tugas-tugas kinerja tersebut dapat berupa suatu projek, pameran,
portofolio, ataupun tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik
untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam menangani hal-hal
kompleks, melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam
bentuk yang nyata. Widiani, dkk. (2014:3) menegaskan tugas-tugas
tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk seperti (1) computer adaptive
testing, yakni tes yang menuntut peserta didik untuk mengekspresikan
diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuannya yang nyata;
(2) tes pilihan ganda yang diperluas (extended multiple choice), di mana
tes objektif ini mengharapkan peserta didik untuk berpikir tentang
alasan mengapa memilih jawaban objektif tersebut sebagai jawaban
yang benar; (3) extended-response atau open ended question, tes ini dapat
dikatakan serupa dengan extended multiple choice, di mana peserta didik
diharapkan untuk memberi alasan atas jawaban yang diberikan; (4)
group performance assessment, di mana tugas ini menuntut peserta didik
untuk mengerjakan projek atau tugas tersebut secara berkelompok;
(5) individual performance assessment, yakni tugas-tugas individual
yang harus diselesaikan secara mandiri oleh peserta didik, misalnya
kegiatan membaca buku-buku, jurnal, majalah, koran atau internet;
(6) interview, yaitu suatu tes di mana peserta didik dituntut untuk
memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan lisan dari guru;
(7) observasi, yaitu proses di mana guru akan mengamati peserta didik
selama melaksanakan suatu tugas tertentu; (8) portofolio, yakni satu
kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 61
direncanakan dengan baik. Meskipun tugas kinerja yang baik tidak
akan menjamin bahwa peserta didik akan berhasil mencapai semua
tujuan pembelajaran yang disusun oleh guru, namun tugas kinerja
yang kurang baik sudah pasti akan menciptakan suatu kegagalan baik
bagi guru maupun peserta didik.
Kesimpulannya, tugas kinerja merupakan seperangkat tugas yang
diberikan kepada peserta didik, yang mana tugas tersebut mengandung
topik, standar, deskripsi, dan persyaratan tugas. Tugas kinerja harus
direncanakan secara matang dan cermat untuk mencapai hasil dan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Rubrik Kinerja (Performance Rubric)
Untuk melaksanakan penilaian berbasis kinerja hasil belajar
diperlukan rubrik. Marhaeni, dkk. (2012) menyatakan bahwa rubrik
kinerja mengandung beberapa komponen yang dibutuhkan untuk
mencapai kinerja yang ideal. Manfaat rubrik sebagai pedoman
penskoran adalah sebagai alat untuk memberikan nilai yang berisi
daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas peserta didik.
Lund & Tannehill (2005) memaparkan bahwa rubrik merupakan
skala penskoran yang digunakan untuk mengamati dan menilai hasil
kinerja peserta didik. Setiap komponen rubrik memuat deskripsi
yang membantu guru dalam menilai komponen-komponen tersebut.
Tujuan disusunnya rubrik kinerja ini adalah untuk menilai kinerja
dari peserta didik. Rubrik kinerja juga membantu guru dalam
menjelaskan kualitas komponen (kompetensi) yang harus dimiliki
peserta didik. Poin ini sering diungkapkan dalam bentuk pemahaman
peserta didik dalam memahami tujuan pembelajaran serta kriteria
kesuksesan pembelajaran. Rubrik membantu guru dalam mengajar,
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 63
atau tingkat kinerja yang lain juga harus ditulis. Untuk itu, guru harus
memutuskan berapa banyak panduan penilaian tingkat kinerja yang
dibutuhkan untuk menentukan tingkat kompetensi peserta didik.
Ketika menulis deskripsi untuk level kinerja, guru juga harus menulis
informasi yang cukup di setiap deskripsi, sehingga nantinya pemberi
nilai (scorer) dapat mengobservasi perbedaan dalam kualitas kinerja
peserta didik.
Jadi dapat dikatakan bahwa panduan penilaian digunakan oleh guru
sebagai dasar penilaian dalam tes kinerja. Mengembangkan sebuah
panduan penilaian bukan suatu hal yang mudah, namun panduan
tersebut wajib disusun sebagai salah satu bagian penting dalam
asesmen kinerja.
bagaimana hasil belajar peserta didik, dapat diketahui pula apakah kondisi
belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau
belum. Dengan kata lain, hasil belajar peserta didik dapat mencerminkan
kualitas suatu sekolah (Arikunto, 2008).
pembelajaran berikutnya.
Selain itu, Lund & Kirl (2010:23) juga menekankan bahwa terdapat
beberapa keuntungan dalam melaksanakan asesmen kinerja dalam proses
3 | Asesmen Kinerja 65
pembelajaran. Keuntungan-keuntungan tersebut dipaparkan dalam poin-
poin sebagai berikut:
1. Asesmen kinerja dapat digunakan sebagai alat observasi langsung
terhadap pembelajaran peserta didik. Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, asesmen kinerja menilai peserta didik melebihi apa yang
asesmen tradisional dapat lakukan, contohnya dalam kelas EFL, tujuan
guru adalah untuk membantu peserta didik dalam menyapa orang lain
(greet people). Dalam asesmen tradisional, proses penilaian dibatasi
pada seberapa jauh peserta didik memahami teori pelajaran tersebut.
Namun, dalam asesmen kinerja, peserta didik diajak untuk membuat
keputusan atas keterampilan apa yang sebaiknya digunakan dan
bagaimana menggunakan keterampilan tersebut secara efektif dalam
menghadapi permasalahan yang muncul. Jadi, dapat dikatakan bahwa
asesmen kinerja merupakan suatu cara yang ampuh untuk mengukur
pengetahuan serta kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan
ilmu yang mereka peroleh dalam menghadapi masalah.
2. Asesmen yang menarik (interesting assessment). Karena tugas-tugas
yang diberikan dalam asesmen kinerja sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan zaman, peserta didik menganggap tugas-tugas tersebut
lebih menantang dan menyenangkan. Fokus peserta didik tidak hanya
belajar untuk memperoleh nilai yang bagus, namun juga dalam
aktivitas pembelajaran yang mengajak mereka untuk mengeksplorasi
lebih, maupun menggunakan sumber-sumber pembelajaran selain
yang diperoleh dari guru dan buku teks. Selain itu, dalam asesmen
kinerja, peserta didik juga dapat mencoba untuk melakukan sesuatu
yang mereka gemari. Maka dari itu, asesmen kinerja dapat dikatakan
sebagai asesmen yang menarik bagi peserta didik.
http://facebook.com/indonesiapustaka
guru-guru, yaitu mereka dapat mengetahui jenis materi apa yang harus
diberikan dalam mengajar dan mengembangkan kemampuan peserta didik;
(3) asesmen kinerja terdiri atas kinerja yang luas dan kompleks, yang
mengizinkan evaluasi proses serta produk. Selain itu, tugas-tugas berbasis
kinerja juga memiliki pengukuran langsung terhadap kemampuan peserta
3 | Asesmen Kinerja 67
didik, dibandingkan dengan item pilihan ganda pada tes. Item pengukuran
tersebut dapat menilai kemampuan kognitif dan psikomotor peserta didik
pada level atau tingkatan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan pendekatan
asesmen tradisional, serta lebih cocok digunakan untuk mengukur jenis-
jenis keterampilan tertentu, seperti keterampilan menulis (writing) dan
kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Jadi, asesmen kinerja cocok
diimplementasikan di dalam kelas berdasarkan atas beberapa alasan yang
telah dipaparkan sebelumnya.
Terlepas dari keuntungan asesmen kinerja yang telah dijabarkan,
terdapat pula beberapa batasan atau kelemahan dari asesmen kinerja
yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan asesmen ini.
Sweet (dalam Aggarwal, 2003) menyatakan bahwa asesmen kinerja
membutuhkan alokasi waktu, perencanaan, serta pemikiran yang lebih
kompleks dari guru dan peserta didik. Kadangkala, guru mengalokasikan
waktu yang lebih banyak dalam membuat dan merencanakan proses
asesmen dibandingkan proses pengajaran itu sendiri. Guru juga harus
lebih cermat dalam masalah teknis dan keadilan untuk memastikan
bahwa proses penilaian tersebut adil dan merata bagi semua peserta didik.
Penilaian menggunakan asesmen kinerja kadangkala juga dapat menjadi
sangat subjektif. Proses penilaian bergantung pada apa yang guru gemari.
Maka dari itu, masalah keadilan menjadi sebuah permasalahan utama
dalam asesmen kinerja.
Suhelayanti (2011:7) juga menegaskan bahwa terdapat pula beberapa
kekurangan dalam proses penilaian menggunakan asesmen kinerja, di
antaranya (1) penilaian ini sangat menuntut waktu dan usaha lebih dari
penilai dan peserta didik; (2) asesmen kinerja memiliki pertimbangan
(judgement) dan penskoran yang sifatnya lebih subjektif. Penilaian kinerja
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 69
3. Mengusahakan kemampuan yang akan diukur agar tidak terlalu
banyak, sehingga dapat diamati dengan mudah.
4. Mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang
akan diamati.
5. Bila menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk
setiap pilihan.
3 | Asesmen Kinerja 71
1. Guru memberikan penjelasan terkait dengan topik. Dalam tahapan
ini, guru akan memberikan penjelasan dan contoh untuk membuat
peserta didik memahami materi yang akan disampaikan.
2. Guru meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan hasil
pengetahuan mereka berdasarkan topik yang dipilih sebelumnya. Dalam
tahapan ini, peserta didik diminta untuk mempersiapkan unjuk kerja
mereka, dan kemudian menunjukkan atau mendemonstrasikannya
setelah persiapan mereka selesai dilakukan.
3. Dalam menyiapkan kinerja siswa, guru membimbing dan mengarahkan
peserta didik yang membutuhkan bantuan. Beberapa peserta didik
mungkin akan sedikit bingung, terkait dengan materi pelajaran. Maka
dari itu, guru diharapkan untuk membantu mereka dalam mengatasi
permasalahan yang muncul.
4. Setelah kinerja siswa berakhir, guru menilai peserta didik dengan
menggunakan rubrik penilaian. Selain itu, peserta didik juga akan
menilai diri mereka sendiri dengan menggunakan self-assessment.
5. Guru akan memberikan evaluasi verbal pada kinerja peserta didik.
Dalam tahapan ini, guru akan memberikan evaluasi umum terkait
dengan hal-hal yang harus ditingkatkan dan beberapa hal yang telah
dilakukan dengan baik oleh peserta didik.
3 | Asesmen Kinerja 73
1. Pembelajaran Menyimak
Menurut Tyagi (2013), menyimak merupakan sebuah modalitas bahasa
yang mencakup keterlibatan aktif seorang individual (pembelajar bahasa)
dalam menyusun maksud dari, maupun merespons pesan-pesan lisan atau
tulis yang disampaikan oleh pembicara (speaker). Menurut Tyagi, proses
menyimak berlangsung dalam lima tahapan, yaitu mendengarkan (hearing),
memahami (understanding), mengingat (remembering), mengevaluasi
(evaluating), dan merespons (responsding). Tahapan-tahapan ini mencakup
kemampuan pembelajar untuk mendengar dan memahami pesan yang
disampaikan oleh pembicara, serta mengevaluasi dan merespons pesan
tersebut menggunakan pandangan maupun persepsi mereka, untuk
mengindikasikan bahwa pesan tersebut telah berhasil dikirim dan diterima.
Ratminingsih (2012) menyatakan bahwa keterampilan menyimak
merupakan fondasi dari keterampilan berbahasa lainnya. Sharma (2011)
menegaskan bahwa kemampuan menyimak sangatlah penting dalam
mempelajari kecakapan bahasa asing (bahasa Inggris), karena menyimak
memungkinkan pembelajar tidak hanya memperoleh informasi, namun
juga membantu mereka melakukan komunikasi dengan lebih optimal.
Dari pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan
aktivitas untuk mengonstruksi arti dan merespons pesan-pesan yang
diungkapkan oleh pembicara, yang menjadi dasar dari keterampilan
berkomunikasi oral.
Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap
dan memahami bahasa lisan. Dalam menilai kemampuan menyimak atau
pemahaman lisan peserta didik, guru mempergunakan bahan tes yang
disampaikan secara lisan dan diterima oleh peserta didik melalui media
rekaman maupun sarana pendengaran. Oleh karena itu, wacana merupakan
http://facebook.com/indonesiapustaka
bahan yang sesuai untuk menilai pemahaman lisan peserta didik. Menurut
Djuanda (2010:7), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan wacana yang digunakan untuk bahan tes menyimak, di
antaranya (1) tingkat kesulitan wacana. Tingkat kesulitan wacana dapat
dilihat dari faktor kosakata dan struktur kalimat yang dipergunakan.
kemukakan secara jelas tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, dan (8)
ajaklah siswa untuk bersama-sama menilai unjuk kerja teman-temannya.
Menurut Sukyadi (2011), pembelajaran menyimak dapat digolongkan
menjadi beberapa bagian, antara lain:
3 | Asesmen Kinerja 75
(1) Menyimak intensif, di mana kegiatan menyimak ini dapat dites
dengan pengenalan elemen fonologis dan morfologis, dan pengenalan
parafrase. Contoh tes menyimak intensif untuk pengenalan parafrase
dapat dicermati sebagai berikut:
Peserta tes mendengar : Hello, my name’s Keiko. I come from Japan.
Peserta tes membaca : (a) Keiko is comfortable in Japan.
(b) Keiko wants to come to Japan.
(c) Keiko is Japanese.
(d) Keiko likes Japan
Jawaban yang tepat : (c) Keiko is Japanese.
(2) Menyimak responsif, di mana kegiatan menyimak ini dapat dites
dengan memberikan respons yang cocok atas pertanyaan yang
diberikan atau respons yang menghendaki jawaban terbuka. Contoh
tes menyimak responsif yang menghendaki respons jawaban terbuka
dapat dicermati sebagai berikut:
Peserta tes mendengar : How much time did you take to finish the test?
Peserta tes menjawab : ____________________________________
(3) Menyimak selektif, di mana kegiatan ini dapat dites menggunakan
listening cloze (peserta tes menyimak sebuah teks dan mengisi bagian
teks yang rumpang), dan information transfer (peserta tes menyimak
sebuah teks, lalu memilih gambar yang cocok dengan deskripsi atau
teks yang diberikan).
(4) Menyimak ekstensif, di mana kegiatan ini dapat dites menggunakan
tugas dikte, dan tugas menyimak autentik. Tugas menyimak autentik
adalah suatu tugas di mana peserta didik diminta tidak hanya untuk
menyimak teks tertentu dari suatu topik (materi), namun juga untuk
http://facebook.com/indonesiapustaka
5. Nilai minimal 0
3 | Asesmen Kinerja 77
2. Pembelajaran Berbicara
Aspek berbicara adalah aspek berbahasa yang menghubungkan
kemampuan sosial dan kognitif peserta didik. Razmjoo & Ardekani
(2011) menyatakan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek
komunikasi, komunikasi merupakan modalitas luaran (output modality)
dan pembelajaran merupakan modalitas masukan (input modality) dari
proses pemerolehan bahasa itu sendiri. Dengan kata lain, seorang
pembicara (speaker) dituntut untuk memahami tidak hanya apa yang perlu
disampaikan, namun juga bagaimana untuk menyampaikannya. Ulviana
(2011) juga menegaskan bahwa aspek berbicara merupakan kemampuan
untuk memproduksi artikulasi suara dan untuk menyampaikan, serta
menyatakan pikiran, ide, opini, dan perasaan ke dalam kata-kata secara
verbal. Jadi, berbicara merupakan modalitas luaran ataupun suatu hasil
produksi dari suatu proses pembelajaran bahasa. Dalam berbicara,
kemampuan untuk memproduksi kalimat itu sendiri tidaklah cukup.
Pembelajar bahasa juga dituntut untuk menguasai aspek kebahasaan dalam
mengekspresikan ide dan perasaan mereka menggunakan cara yang tepat
(appropriate way).
Keterampilan berbicara mempunyai banyak kemiripan dengan
keterampilan menulis. Hal ini dikarenakan kedua keterampilan tersebut
merupakan keterampilan yang bersifat produktif. Produktif memiliki
arti bahwa pada waktu berbicara, pembelajar menggunakan bahasa
untuk menghasilkan suatu luaran (output) dalam bentuk komunikasi.
Menurut Djuanda (2010:7), terdapat beberapa komponen keterampilan
berbicara, yakni (1) penggunaan bahasa lisan yang berfungsi sebagai
media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi,
ragam bahasa, kesantunan bahasa, keruntutan bahasa, dan sebagainya; (2)
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 79
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Kemampuan Berbicara Menggunakan Asesmen Kinerja
Rating 5 4 3 2 1
Comprehension Mengerti Mengerti Mengerti Mengerti Mengerti
bahasa Inggris sedikit sedikit sedikit sedikit bahasa
dengan baik bahasa bahasa bahasa Inggris
dan dapat Inggris, Inggris, Inggris, dan belum
berkomunikasi namun tetap sehingga sehingga bisa ber-
dengan bahasa bisa ber- mungkin mungkin komunikasi.
Inggris. komunikasi mengganggu belum
dengan komunikasi. bisa ber-
bahasa komunikasi.
Inggris.
Fluency Mampu Sedikit Berbicara Berbicara Berbicara
menyapa orang ragu dalam lambat dan terputus- sedikit dalam
lain/teman berbicara, banyak jeda. putus bahasa
dalam bahasa namun dengan jeda Inggris.
Inggris dengan mampu panjang
lancar. menyapa yang tidak
orang lain/ merata.
teman dalam
bahasa
Inggris.
Vocabulary Mampu Tata bahasa Tata bahasa Tata bahasa Menggunakan
menggunakan yang yang yang sedikit tata
tata bahasa digunakan digunakan digunakan bahasa
yang cukup, dan terlalu dasar, kurang namun tidak
bervariasi. tepat. dan kadang- tepat
kadang tidak
tepat.
Pronunciation Tidak ada/ Kadang- Sering salah Salah dalam Jarang
hampir tidak kadang salah meng- meng- berbicara
ada kesalahan meng- ucapkan kata ucapkan dalam bahasa
dalam ucapkan kata, dan mungkin kata dan Inggris.
pengucapan. tapi tidak mengganggu menghalangi
mengurangi makna. makna.
makna.
3. Pembelajaran Membaca
Woolley (2011) memaparkan bahwa membaca adalah proses untuk
membuat arti dari teks dan memperoleh sebuah pemahaman yang utuh
dari apa yang dideskripsikan di dalam teks. Dalam aspek kebahasaan
ini, peserta didik belajar untuk memecahkan dan memahami maksud
dari kata-kata, kalimat dan seluruh isi teks. Dengan membaca, peserta
didik dapat meningkatkan tidak hanya pemahaman mereka terhadap
teks, namun juga penguasaan kosakata mereka (vocabulary mastery).
Brassell (2008) mengemukakan bahwa pemahaman bacaan merupakan
kemampuan menarik informasi dari teks tertulis dan melakukan sesuatu
untuk menunjukkan pengetahuan atau pemahaman dari informasi yang
didapatkan. Pemahaman terjadi bila pembaca dapat melakukan sesuatu,
merespons, atau mentransformasikan informasi yang dipresentasikan
secara tertulis untuk mendemonstrasikan pemahaman. Duke, dkk.
(2011) mengemukakan bahwa kegiatan membaca dapat menjadi sebuah
pendekatan produktif untuk meningkatkan kosakata dan performa kata
peserta didik. Selain itu, peserta didik yang mulai belajar membaca
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 81
Membaca merupakan proses untuk menginterpretasi apa yang
dimaksud dalam teks bacaan. Sebagai seorang fasilitator utama dalam
proses pembelajaran, para guru diharapkan untuk menggalakkan
pentingnya membaca, karena membaca membantu pembentukan ilmu
pengetahuan dasar peserta didik, meningkatkan penguasaan kosakata
mereka, membuat mereka untuk tetap terhubung dengan informasi, serta
menjadi kritis dalam menanggapi isu-isu global.
Oakhill dan Cain (2006) memaparkan tiga aspek dalam mengevaluasi
pemahaman membaca, yaitu:
a. Literal Reading Comprehension, yang merujuk pada mengingat fakta
dalam teks yang memberikan informasi secara eksplisit dengan tingkat
berpikir dasar.
b. Inferential Reading Comprehension yaitu kemampuan peserta didik untuk
menginterpretasikan makna yang memerlukan pemanfaatan informasi
eksplisit yang dilengkapi dengan intuisi, alasan, dan pengalaman.
c. Critical/Creative Reading Comprehension, yaitu kemampuan peserta didik
dalam mengevaluasi secara kritis informasi atau ide tertentu dari
bacaan untuk mengetahui ketepatan dan kesesuaian informasi baru
yang didapatkan.
lingkungan sekitar.
Kelas / Semester : VIII/2
3 | Asesmen Kinerja 83
Comprehension Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan
sedikit pemahaman pemahaman pemahaman
pemahaman beberapa secara umum yang
teks dengan bagian teks dengan menyeluruh
tanpa dengan sesekali penggunaan secara
menunjukkan menunjukkan intonasi, pola, konsisten
intonasi, pola, intonasi, pola, jeda, serta dengan
jeda, serta jeda, serta indikator penggunaan
indikator indikator pemahaman intonasi, pola,
pemahaman pemahaman lainnya. jeda, serta
lainnya. lainnya. indikator
pemahaman
lainnya.
3 | Asesmen Kinerja 85
Tabel 3.7 Rekapan Nilai Kemampuan Membaca
Penggunaan Total
No Nama Pemahaman Ketepatan Isi
Bahasa Skor
1.
2.
3.
4.
5.
4. Pembelajaran Menulis
Terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris, menulis merupakan
salah satu dari empat kompetensi bahasa yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Menulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang mampu
menjembatani persepsi yang muncul di antara penulis dan pembaca.
Parilasanti, dkk. (2014) menyatakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan
untuk mengekspresikan serta mengomunikasikan ide, pesan, maupun
pikiran seseorang ke dalam bentuk tulisan. Proses ini menuntut adanya
kemampuan serta konsentrasi peserta didik untuk memahaminya.
Ramadani & Saun (2013) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
kriteria yang dapat memengaruhi kesuksesan menulis seseorang, yaitu
pilihan kata-kata (choice of vocabulary), organisasi ide (the organization of
idea), struktur kalimat (sentence structure), dan isi (content) dari tulisan itu
sendiri. Jadi, menulis merupakan suatu proses untuk mentransfer suatu
ide ke dalam bentuk tertulis. Untuk menghasilkan suatu tulisan yang
baik, guru diharapkan mampu membimbing dan mengajak peserta didik
dengan memberikan pajanan bahasa mengenai struktur kebahasaan dan
kosakata yang mereka perlukan.
O’Malley dan Valdez (dalam Marhaeni, 2005) menyebutkan bahwa
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 87
Tabel 3.8 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis Menggunakan Asesmen Kinerja
No Komponen Bobot Skor (1-5) Indikator
1. Isi Karangan 3 Relevansi topik dengan
(Content) substansi tugas,
pengembangan thesis
statement, wawasan
tentang topik.
2. Organisasi Ide 2 Susunan ide-ide,
(Organization) pengungkapan ide-ide.
3. Penggunaan 2 Kompleksitas dan
Kosakata efektivitas kalimat, akurasi
(Vocabulary) penggunaan tata bahasa.
4. Penggunaan Tata 2 Keluasan kosakata,
Bahasa (Grammar) ketepatan penggunaan
kata dan idiom, ketepatan
bentuk-bentuk kata.
5. Penggunaan 1 Kepatuhan pada konvensi/
Mekanika ejaan aturan-aturan penulisan,
dan tanda baca ketepatan penggunaan
(Mechanism) tanda-tanda baca dan
huruf besar, kebenaran
ejaan.
· Isi teks logis, padat, · Isi teks cukup logis, · Isi teks tidak logis,
menarik, dan sesuai kurang berbobot, tidak berbobot,
Isi dengan topik. kurang menarik dan tidak menarik, dan
kurang sesuai dengan tidak sesuai dengan
topik. topik.
3 | Asesmen Kinerja 89
· Penggunaan · Penggunaan · Penggunaan
tata bahasa dan tata bahasa dan tata bahasa dan
Tata pengorganisasian pengorganisasian pengorganisasian
Bahasa kalimat sesuai dan kalimat cukup sesuai kalimat tidak sesuai
konsisten dengan isi dan konsisten dengan dan tidak konsisten
teks yang ditulis. teks yang ditulis. dengan isi teks.
· Menggunakan · Menggunakan pilihan · Menggunakan
pilihan kosakata kosakata yang kurang pilihan kosakata
Kosakata yang bervariasi dan bervariasi dan kurang yang monoton dan
sesuai dengan topik. sesuai dengan topik. tidak sesuai dengan
topik.
· Sebagian besar · Beberapa kata (> · Sebagian besar
kata (> 75%) dapat 50%) dapat ditulis kata (> 25%) tidak
ditulis dengan jelas menggunakan ejaan dapat ditulis
Ejaan
menggunakan ejaan yang baik dan benar. dengan jelas, dan
yang baik dan benar. tidak menggunakan
ejaan yang benar.
· Sebagian besar · Beberapa kata · Sebagian besar
kata (> 75%) ditulis (> 50%) ditulis kata (> 25%)
menggunakan tanda menggunakan tanda ditulis tanpa
Mekanika baca, jeda serta baca, jeda serta menggunakan
Penulisan kapitalisasi yang baik kapitalisasi yang baik tanda baca, jeda
dan benar. dan benar. serta kapitalisasi
yang baik dan
benar.
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
…………………
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 91
Sedangkan rating scale merupakan alat ukur non tes yang menggunakan
suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang
komponen kinerja yang diobservasi (Hopple & Christine, 2005). Skala
ini berisi seperangkat pernyataan tentang karakteristik atau kualitas dari
komponen kinerja yang akan diukur, beserta petunjuk penilaian yang
menunjukkan peringkat karakter atau kualitas yang dimiliki. Menurut
Hopple & Christine (2005:14), terdapat tiga jenis penilaian dengan skala
peringkat (rating scale), sebagai berikut:
(1) Skala peringkat numerik (numerical rating scale). Komponen skala ini
adalah pernyataan tentang karakteristik atau kualitas tertentu dari
sesuatu yang diukur, serta diikuti oleh angka yang menunjukkan
keberadaannya. Contoh skala peringkat numerik dapat dilihat pada
Tabel 3.13.
(2) Skala peringkat grafik (graphic rating scale). Skala peringkat ini
disusun dengan menentukan dahulu komponen kinerja yang akan
dinilai, lalu menyusun frekuensi komponen tersebut dari yang
tertinggi menuju ke yang paling rendah. Contoh skala peringkat
grafik pada Tabel 3.14.
(3) Skala peringkat deskriptif (descriptive rating scale). Skala peringkat
ini tidak menggunakan angka tetapi menggunakan tanda tertentu
pada suatu kontinum baris. Tipe skala ini tepat digunakan untuk
mendeskripsikan profil dari suatu kegiatan, prosedur, maupun hasil
dari kegiatan tertentu. Berikut merupakan contoh skala peringkat
deskriptif yang dapat dilihat pada Tabel 3.15.
http://facebook.com/indonesiapustaka
3 | Asesmen Kinerja 93
Tabel 3.14 Instrumen Asesmen Kinerja Berpidato dengan Graphic Rating Scale
Nama : ………………………………………………….
Kelas : ………………………………………………….
Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada garis di mana aspek kinerja siswa teramati pada waktu
berpidato.
Komponen Kinerja
I. Ekspresi Fisik (Physical Expression)
1. Berdiri tegak melihat penonton.
Komponen Kinerja
3 | Asesmen Kinerja 95
http://facebook.com/indonesiapustaka
97
lah yang dapat membatasi kemampuan siswa untuk mengembangkan
otonomi belajarnya. Peserta didik menjadi sangat tergantung pada
kehadiran guru sehingga membatasi kemampuan mereka untuk berpikir
secara mandiri dan kritis. Karena itu, peserta didik menjadi miskin
kreativitas dan berdampak pada terhambatnya kemampuan peserta didik
untuk mengembangkan potensi diri dan kepercayaan diri mereka. Yunus
dan Arshad (2015) yang mengutip pernyataan dari Borg dan Al-Busaidi
(2012) menekankan bahwa pembelajar bahasa yang percaya diri akan lebih
otonom dibandingkan dengan pelajar bahasa yang kurang percaya diri.
Selain itu, exam-culture yang lebih berkembang dibandingkan learning-culture
dapat menjebak guru dalam ketegangan antara pengajaran yang bersifat
‘teacher-controlled’ dan ‘learner-oriented’. Kondisi yang serupa juga bisa terjadi
dalam pengambilan keputusan di mana guru sering dibingungkan oleh
penekanan aspek penilaian, apakah bersifat ‘measurement-oriented’ atau
‘learning oriented’ (Carless, 2005: 47). Kondisi ini, transisi dari penilaian
tradisional ke penilaian autentik, menuntut kemampuan guru untuk dapat
memilih metode penilaian yang tepat dalam menilai kompetensi siswa.
Untuk mengembangkan otonomi dalam belajar, peserta didik harus
mampu mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Holec (1981:
3), tokoh dalam bidang otonomi, menyatakan bahwa pembelajar yang
otonom adalah individu yang mampu mengambil alih atau mengontrol
belajarnya sendiri. Pernyataan ini mengandung makna bahwa pembelajar
memiliki kemauan dan kemampuan untuk berpikir secara mandiri dan
bertindak secara bertanggung jawab terhadap pembelajarannya (Holec,
1981: 3; Kumaravadivelu, 2003: 131). Hal ini dipandang penting untuk
mencapai tujuan pendidikan secara umum yaitu membantu pembelajar
menjadi individu atau pembelajar yang otonom. Untuk menjadi otonom,
peserta didik harus mampu membuat keputusan pada proses perencanaan,
http://facebook.com/indonesiapustaka
(3)
Achievement
Self-evaluation
(4)
Self-judgement
(5)
Self-reaction
(6)
Self-confidence
Instrumen ini dibagi menjadi dua bagian. Pada butir nomor 1 sampai
dengan 10, siswa diminta untuk menilai dirinya dengan memberi centang
pada kolom yang mewakili penilaian mereka atas kemampuan mereka
masing-masing dengan skala 1-5. Sedangkan pada butir nomor 11 sampai
dengan 15, siswa diminta untuk memberikan jawaban singkat atas
pertanyaan yang telah disediakan sesuai dengan persepsi siswa masing-
masing. Butir-butir pertanyaan tersebut bisa berubah sesuai dengan
kegiatan yang berlangsung selama pertemuan. Untuk implementasi di
kelas di Indonesia, butir-butir tersebut sebaiknya diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia sehingga menjadi lebih valid.
Selain direct self-assessment terdapat pula indirect self-assessment of (general)
competence. Berbeda dari bentuk asesmen diri yang pertama, indirect
self-assessment of (general) competence ini digunakan untuk memberikan
informasi tentang hasil monitoring diri atas kemampuan secara umum
setelah berselang beberapa lama dari waktu pembelajaran, contohnya
setelah menyelesaikan beberapa modul pelajaran, setelah beberapa
hari menyelesaikan pelajaran, atau bahkan di akhir semester. Unit-based
self-assessment dan summative self-assessment adalah salah satu contoh dari
asesmen diri ini.
Butler dan Lee (2010) mengimplementasikan kedua instrumen tersebut
http://facebook.com/indonesiapustaka
yang telah mereka baca, atau menghasilkan daftar kata, konsep tata
bahasa, dan menginventaris konten yang dianggap penting. Secara singkat
dapat disimpulkan bahwa dengan membedakan berbagai jenis penilaian
diri, guru akan mampu merancang dan menerapkannya secara sesuai
untuk mengumpulkan informasi tentang kompetensi peserta didiknya.
dapat menjadi informasi yang berharga bagi peserta didik dan guru dalam
mengidentifikasi gaya belajar dan menyiapkan strategi untuk proses belajar
mengajar selanjutnya.
peserta didik untuk mengurangi kecemasan dalam belajar (Yoon & Lee,
2013). Dengan memiliki aspek afektif yang positif, maka tidak akan
menutup kemungkinan bagi peserta didik untuk dapat mengatur sendiri
belajarnya dalam rangka pencapaian kesuksesan dalam belajar bahasa
Inggris.
sehingga mereka menjadi lebih siap dalam belajar. Sehingga, peserta didik
akan mampu menyadari tujuan pembelajaran yang sudah mereka capai
atau belum capai dan menyiapkan strategi untuk memperbaiki diri untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga akan menjadi lebih sukses
dalam mencapai tujuan belajarnya. Dengan demikian, peserta didik mampu
pembelajarannya.
Ada beberapa penugasan yang berhubungan dengan penerapan
asesmen diri dalam keempat keterampilan berbahasa (mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis). Brown dan Abeywickrama (2010)
mendeskripsikannya seperti pada Tabel 4.5.
1. Pembelajaran Berbicara
http://facebook.com/indonesiapustaka
2. Pembelajaran Menyimak
Asesmen diri yang dikembangkan dalam keterampilan menyimak
dapat didasarkan pada aspek-aspek keterampilan menyimak itu sendiri.
Adapun aspek keterampilan menyimak di antaranya: word recognition yaitu
kemampuan mengenali kata-kata yang didengarkan, word perception yaitu
kemampuan memahami makna kata-kata yang didengarkan, grammar
awareness yaitu pengetahuan akan struktur kalimat yang digunakan, serta
comprehension yaitu kemampuan memahami makna yang disampaikan.
http://facebook.com/indonesiapustaka
Berikut ini (Tabel 4.10) contoh asesmen diri yang dapat digunakan
pada keterampilan menyimak dalam bentuk checklist. Adapun kegiatan
pembelajarannya ialah mendengarkan percakapan.
Tabel 4.12 Contoh Instrumen Asesmen Diri untuk Sikap Bekerja Sama
No Pernyataan Selalu Kadang-kadang Tidak
Pernah
Saya menyadari bahwa saya:
1 Berpartisipasi aktif dalam diskusi
2 Berbagi ide dalam diskusi kelompok
3 Membantu teman lainnya dalam
kegiatan kelompok
4 dst
3. Pembelajaran Membaca
Dalam pembelajaran membaca, asesmen diri juga dapat digunakan
untuk membantu pembelajar mengembangkan kemampuan mereka
sehubungan dengan aspek membaca yang ditekankan. Adapun aspek yang
yang Selanjutnya
dihadapi
(tentang isi (perasaan/
yang dibaca) pendapat
tentang alur,
topik, tokoh,
dll)
4. Pembelajaran Menulis
Dalam bagian ini akan diberikan contoh instrumen yang dapat
digunakan dalam pembelajaran menulis dan bagaimana instrumen
tersebut diimplementasikan bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Vigayanti (2015). Instrumen yang dikembangkan dibedakan atas
instrumen untuk siswa yang terdiri atas rubrik penilaian diri untuk siswa
serta instrumen untuk guru yang terdiri atas kisi-kisi, rubrik penilaian
diri siswa yang diisi oleh guru, serta pedoman penilaian. Masing-masing
instrumen mencakup dua aspek dalam pembelajaran yakni aspek bahasa
(aspek linguistik) yang terdiri dari ide pokok, isi, organisasi, penggunaan
bahasa dan mekanika; maupun aspek non-bahasa (non-linguistik) berupa
kemampuan mengikuti pelajaran, kejujuran, kemampuan melakukan
http://facebook.com/indonesiapustaka
saya buat.
11 Saya menulis nama/pihak yang membuat announcement pada
penutup dari announcement yang saya buat.
9 Saya menulis identitas saya seperti nama, kelas, dan nomer absen
di sudut kanan atas.
10 Saya membaca ulang tulisan saya sebelum dikumpul.
tertentu.
4 Siswa bisa menulis announcement berdasarkan ide-ide saya
sendiri.
5 Siswa menulis announcement menggunakan kemampuan dan
pengetahuannya sendiri.
dan evaluasi dalam asesmen diri membantu peserta didik untuk dapat
menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika melakukan
penilaian, mereka harus melakukan instropeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya.
137
A. Hakikat Asesmen Portofolio
1. Deinisi
Dalam literatur-literatur mengenai asesmen portofolio dapat diperoleh
puluhan definisi portofolio. Berikut ini dikutip tiga definisi yang dianggap
mewakili maksud dari definisi-definisi yang ada.
Salvia dan Ysseldike (1996) mengatakan bahwa portofolio adalah a
collections of products used to demonstrate what a student has done, and by inference,
what a person is capable of doing (sekumpulan hasil karya pembelajar, yang
dapat menunjukkan apa yang bisa dilakukan oleh pembelajar tersebut).
Wyaatt III dan Looper mendefinisikan portofolio sebagai a very personal
collection of artifacts and reflections about one’s accomplishments, learning,
strengths, and best works (suatu koleksi personal yang berisi bukti-bukti karya
(artifact) serta refleksi pembelajar tentang pencapaian, perkembangan,
kekuatan, dan karya terbaik sebagai hasil belajarnya). Asmawi Zainul
mengutip Poulson dan Poulson yang mendefinisikan portofolio sebagai a
purposeful collection of student work that exhibits the student’s effort, progress, and
achievement in one or more areas. The collection must include student participation
in selecting contents, the criteris for selection, the criteria for judging merit, and,
evidence of student self-reflection (karya-karya pembelajar yang dikumpulkan
untuk suatu tujuan tertentu, dan mencerminkan usaha, kemajuan, dan
pencapaian dalam satu atau lebih bidang tertentu. Kumpulan atau koleksi
ini meliputi partisipasi pembelajar dalam memilih isi portofolionya, kriteria
seleksi, kriteria penilaian, dan bukti pembelajar melakukan refleksi).
Dari ketiga definisi di atas, dapat dirangkum bahwa dalam suatu
portofolio terdapat paling sedikit tujuh komponen pokok, yaitu: (1)
adanya tujuan yang jelas, dan dapat mencakup lebih dari satu ranah, (2)
http://facebook.com/indonesiapustaka
tes baku tersebut. Istilah tes baku selanjutnya digunakan untuk mengacu
pada tes-tes tersebut.
secara tertulis.
b. Evaluasi diri dalam asesmen portofolio
Menurut Routman (1991), asesmen diri merupakan analisis terhadap
sikap dan proses belajar pembelajar. Informasi yang didapatkan
6) Mengimplementasikan model.
Wyaatt III dan Looper (1999) mengembangkan suatu model
implementasi asesmen portofolio yang diakronimkan menjadi CORP,
yang meliputi (1) collecting, yaitu pengumpulan data seperti karya-
karya serta dokumen-dokumen lain termasuk draf, (2) organizing,
bentuk karya tulis yang baru dan unik. Karya tulis mengandung sejumlah
komponen, yaitu isi tulisan yang merupakan tuangan dari ide-ide pikiran,
susunan/organisasi ide, penggunaan struktur kalimat, kosakata dan gaya,
serta penggunaan mekanik.
B. D.
3) Develop your draft into some sentences based on your spider web
http://facebook.com/indonesiapustaka
Tabel 5.3 Checklist I: Asesmen Diri untuk Pembuatan Draf Awal Teks Deskriptif
Answer
Descriptors
Yes No
yang berhubungan dengan penulisan sesuai genre tulisan yang baik dan
benar. Berdasarkan tulisan yang sudah siswa buat, siswa diharuskan
untuk menilai dirinya sendiri apakah dia memenuhi indikator yang sudah
tersedia atau tidak.
Tabel 5.4 Checklist 2: Checklist untuk Asesmen Diri dalam Pembuatan Draf Akhir
Teks Deskriptif
Answer
Descriptors
Yes No
2) Checklist Proof-reading
Checklist proof-reading digunakan pada saat kegiatan proof-reading
untuk memudahkan siswa merevisi dan mengembangkan tulisan mereka.
Checklist ini dikerjakan oleh guru ketika siswa sudah menyelesaikan
http://facebook.com/indonesiapustaka
tulisannya.
Pada checklist proof-reading, terdapat beberapa pernyataan yang
berkaitan dengan tulisan yang sudah dibuat siswa. Pada setiap pernyataan
terdapat dua kolom yang berisi respons ya/tidak, serta satu kolom catatan.
Grammar Checker
No Check Descriptors
1 I use simple present tense for my writing
2 I use appropriate active pattern
3 I use appropriate passive pattern
4 I use pronouns to indicate some names
5 I use articles (a, an, the, etc)
Editing Checklist
No Check Descriptors
1 I reread my writing once I finish making it
I write my identity (name, registration number, class) on the top of
2
my writing paper
3 I write correct date on my paper
4 I use suitable space for my writing to make it easy and pleasant to read
5 I use 2cm for margin of the paper
Vocabulary
· The vocabularies are very lack and used inappropriately.
Mechanism
· There are lot of mistakes of misspelling, and capitalizing words
incorrectly, it make the content not clear.
Sumber : Langan (2001) and Marhaeni (2005)
167
Brown, H.D.(2004). Language Assessment: Principle and Classroom Practices.
New York: Longman.
Brown, H.D. (2007). Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language
Pedagogy. New York: Pearson.
Brown, H.D. & Abeywickrama, P. (2010). Language Assessment: Principle and
Classroom Practices (2nd ed). New York: Pearson Education.
Bullock, D. (2011). Learner Self-Assessment: An Invstigation into
Teachers’ Beliefs. ELT Journal, 65(2), DOI: 10.1093/elt/ccq041
Butler, Y.G. and Lee,J. (2006). On-Task versus Off-Task Self-Assessment
among Korean Elementary School Students Studying English. The
Modern Language Journal, 90(4): Pp. 506-518.
Butler, Y.G and Lee, J. (2010). The Effects of Self-Assessment
among Young Learners of English. Language Testing, 27(1). DOI:
10.1177/0265532209346370
Brassell, D. (2008). Comprehension that Works. Huntington Beach: Shell
Education.
Brookhart, S. M., dan Nitko, A. J. (2008). Assessment and Grading in
Classrooms.New Jersey: Pearson Education, Inc.
Budiana, N. (2012). Asesmen autentik: penilaian kinerja dalam pembelajaran
bahasa. Tersedia dihttp://niabudiana.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/
penilaian-kinerja.doc.Diakses pada tanggal 8 Agustus 2015.
Cameron, L. (2001). Teaching Language to Young Learners. Cambridge:
Cambridge University Press.
Carless, D. (2005). Prospects for the Implementation of Assessment for
Learning. Assessment in Education, 12(1), Pp. 39-54.
http://facebook.com/indonesiapustaka
O’Malley, J.M. & Valdez Pierce, L. (1996). Authentic Assessment for English
Language Learners. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Parilasanti, N. M. E., Suarnajaya, I. W., dan Marjohan, A. (2014). The
effect of R.A.F.T strategy and anxiety upon writing competency of
Ilmu.
Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Asesmen Kinerja adalah asesmen yang berupa kinerja siswa baik verbal
maupun non-verbal.
Asesmen Kontekstual adalah asesmen yang sesuai dengan pengetahuan
siswa dan sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar siswa.
177
Asesmen Produk adalah asesmen yang menekankan pada produk yang
dihasilkan dibandingkan dengan proses menghasilkan produk
tersebut.
Asesmen Projek adalah asesmen yang mengharapkan siswa melakukan
sebuah projek (meliputi perencanaan, pengerjaan, dan hasil akhir
projek) untuk menghasilkan sesuatu. Proses lebih memiliki bobot
penilaian dibandingkan dengan produk yang dihasilkan.
Asesmen Proses adalah suatu penyelenggaraan asesmen yang terintegrasi
dengan proses pembelajaran.
Asesmen Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang terdiri atas
karya siswa, penilaian diri/kelompok, dan rubrik penilaian.
Asesmen Sumatif adalah proses pengumpulan informasi yang dilakukan
di akhir periode pembelajaran.
Asesmen Tradisional merupakan proses pengumpulan informasi yang
berfokus pada kemampuan luar mahasiswa dan tidak mencari
informasi akan pengetahuan siswa secara mendalam. Biasanya
dilakukan dengan memberikan tes objektif.
Asesmen yang Bermakna merupakan asesmen yang sesuai dengan
pemahaman siswa, bersifat kontekstual dan bermanfaat bagi
kehidupan siswa.
Authencticity adalah otentisitas/tingkat nyata suatu hal.
Checklist merupakan instrumen yang berisikan beberapa pertanyaan atau
pernyataan yang mengharapkan responden memberikan respons pada
kolom yang tersedia dengan memberikan tanda centang (√) apabila
sesuai dengan yang terjadi/diketahui.
Comprehension merupakan kemampuan memahami sesuatu.
http://facebook.com/indonesiapustaka
pertanyaan.
Item merupakan butir soal/instruksi yang terdapat di dalam sebuah
instrumen.
Kemampuan Kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan
kognitif siswa yang terdiri atas enam tingkatan kemampuan kognitif
Glosarium 181
Pembelajaran Kooperative (Cooperative Learning) adalah pembelajaran
yang dilakukan secara berkelompok dan membutuhkan kerja sama.
Penalaran merupakan kemampuan mengasumsikan sesuatu secara logis.
Pencil and Paper Test merupakan tes konvesional yang biasanya berupa
jawaban yang ditulis di sebuah kertas.
Pengamatan Formal adalah proses pengumpulan informasi melalui
prosedur yang jelas dan resmi seperti menggunakan instrumen
berupa tes.
Pengamatan Informal adalah proses pengumpulan informasi secara tidak
resmi seperti melaksanakan observasi dan wawancara.
Performance-based Assessment adalah asesmen berbasis kinerja (asesmen
yang berupa kinerja siswa baik verbal maupun non-verbal).
Pilihan Ganda adalah instrumen soal yang berisikan pilihan jawaban.
Planning Phase merupakan fase perencanaan/tahap persiapan projek yang
mencakup pengenalan tema atau topik projek dan instruksi tentang
apa yang telah dilakukan oleh siswa.
Prior Knowledge merupakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Problem Solving Approaches adalah pendekatan-pendekatan yang dilakukan
untuk memecahkan permasalahan.
Productive Skill merupakan kemampuan siswa untuk menghasilkan sebuah
produk bahasa. Kemampuan ini mencakup kemampuan berbicara dan
kemampuan menulis.
Project-Based Learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang memberi
kesempatan yang luas bagi pembelajar untuk merencanakan dan
melaksanakan suatu pengalaman belajar di mana pada akhirnya
http://facebook.com/indonesiapustaka
Glosarium 183
Student Center Learning adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa
di mana siswa lebih aktif dibandingkan pengajar.
Student Self-generated Test merupakan instrumen asesmen di mana soal-
soal di dalamnya dihasilkan oleh siswa itu sendiri.
Students’ Process Skills adalah kemampuan siswa dalam memproses
sesuatu.
Students-active Learning merupakan model pembelajaran di mana siswa
lebih aktif dibandingkan pengajar.
Students-driven adalah melakukan sesuatu atas inisiatif siswa.
Tes adalah Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
siswa yang berisikan soal/instruksi.
Tes Objektif adalah instrumen yang berisikan soal-soal yang jawabannya
bersifat objektif.
Tes Tertulis adalah tes yang dikerjakan dengan cara menulis atau tes yang
produk akhirnya berupa tulisan siswa.
Tujuan Diagnosis adalah melakukan investigasi sebelum atau di awal
kegiatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang berhubungan dengan
pengajaran.
Tujuan Monitoring adalah tujuan yang berhubungan untuk memonitor
sebuah proses/kegiatan.
Validitas adalah tingkat sebuah alat ukur untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Word Perception adalah kemampuan untuk memahami kosakata yang
didengarkan dan dibaca.
http://facebook.com/indonesiapustaka
185
Chen, Y., 168 H
Cody, S., 168 Harjito, 169
Comprehension, 80-84, 168, 178-181 Higher-order Thinking Skill, 180
Computer Adaptive Testing, 178 Hikmah, N., 169
Contextual Teaching and Learning, 179
Critical/Creative Reading Comprehension, I
82, 179 Indirect-Self Assessment, 180
Critical Thinking, 179 Individual Performance Assessment, 180
Inferential Reading Comprehension, 82, 180
D Interview, 180
Dafei, D., 169 Item, 68, 180
Dantes, N., 169, 174 Izza, L. N., 169
De Fina, A.A., 169
Descriptive Rating Scale, 94, 179 J
Developing Phase, 30, 31, 37-40, 179 Jacobs, L.C., 167
Dewi, N. L. P. E. S., 171 Johnson, D. W., 169
Djuanda, D., 169 Johnson, R. T., 169
Duke, N. K., 169
K
E Kemampuan Kognitif, 180
Empat Pilar Pendidikan, 179 Kemp, J., 170
Evaluasi, 12, 143, 167, 173, 174, 179, Kirl, F. M., 170
189
kompetensi, v, 2-7, 20, 32, 34, 46, 48,
Extended Multiple Choice, 179 49, 54-57, 59, 62, 64, 73, 81, 86,
88, 97, 98, 100, 104, 106, 108,
F 135, 154, 169, 170
Ferrata, 50, 171 kontekstual, 3, 6, 7, 9, 75, 107, 173, 178
Final Phase, 31, 37-39, 41, 180 Koyan, I. W., 170
Fluency, 80, 81, 180 kurikulum, v, 3-5, 10, 14, 16, 47, 55,
61, 97, 116, 141, 154, 172
Fragoulis, L., 169
Kurniasih, E., 170
Kusaeri, 47, 170
G
http://facebook.com/indonesiapustaka
O S
O’Malley, J.M., 171 Salvia, J., 173
http://facebook.com/indonesiapustaka
Indeks 187
Slater, T. F., 173 Tujuan Diagnosis, 59, 184
Socio Affective Assessment, 105, 183 Tujuan Instruksional, 59, 184
Sorensen, C., 167 Tujuan Monitoring, 59, 184
Stanford School Redesign Network, Tyagi, B., 174
49, 173
Stiggins, R. J., 173 U
Stimulus-Human-Organism-Human- Ulviana, 78, 174
Response (SHOHR), 183
Uno, Hamzah B., 174
Stimulus-Organism-Response (SOR),
183
V
Strachan, S. L., 169
Valdez Pierce, L., 171
Student Self-generated Test, 184
Validitas, 54, 184
Students’ Process Skills, 184
Vogt, M., 170
Suami, N. K., 172
Suarnajaya, I. W., 171
W
Sudarwan, 54-56
Widiani, N. N., 174
Sudaryono, 57, 64, 173
Wiramarta, K., 174
Sudijono, A., 173
Woodfin, L., 167
Suhelayanti, 62, 68, 174
Woolley, G., 174
Sukyadi, D., 174
Word Perception, 184
Suprananto, 47, 170
Word Recognition, 184
Susilaningsih, E., 169
Wren, G. D., 175
Wyaatt III, R.L., 175
T
Tannehill D., 170
Y
tes, v, 2, 3, 5, 47, 48, 60, 61, 64, 68,
74-76, 79, 82, 84, 90, 92, 104, Ysseldyke, J.E., 173
139-142, 178-180, 182-184
Tes Tertulis, 184 Z
Tierney, R.J., 172 Zainul, A., 175
Toperoff, D., 170
http://facebook.com/indonesiapustaka
189
Luh Putu Artini lahir di Denpasar, Bali, 14
Juli 1964. Menyelesaikan S1 di Prodi Pendidikan
Bahasa Inggris, FKIP UNUD (1987), S2 di bidang
Linguistik Terapan dari La Trobe University,
Australia (1994), dan S3 di bidang Pendidikan
Bahasa Inggris dari Newcastle, University,
Australia (2006). Memiliki beberapa kesempatan
untuk mengikuti short courses di bidang Literasi
anak-anak dari Indiana University, Amerika
Serikat (2008), dan Pendidikan Bilingual dari Leuven Education College,
Belgia (2010). Luh Putu Artini memiliki ketertarikan dalam penelitian di
bidang pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan memiliki
beberapa publikasi di bidang pembelajaran inovatif dan asesmen autentik.
Di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris S1 dan S2, Universitas Pendidikan
Ganesha, Singaraja Bali, dia mengajar mata kuliah TEFL, Micro Teaching,
Seminar on ELT, ELT Methods dan Bilingualisme & Pendidikan Bilingual.
adalah TEYL. Selain itu, penulis juga terlibat dalam penelitian tentang
implementasi asesmen autentik yang berdampak pada publikasi buku ini.
Email: made_ratminingsih@yahoo.com.au