Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Buruknya pelayanan instansi pemerintah merupakan tantangan
berat yang harus dihadapi dalam proses reformasi birokrasi, Demikian
juga yang terjadi di pelayanan kesehatan, khususnya di bidang
keperawatan. Fakta yang dijumpai di lapangan seringkali memberikan
gambaran umum pelayanan kesehatan yang secara bertahap tetapi pasti
harus dibenahi. Ini sesuai dengan salah satu di antara 7 Reformasi
Pembangunan Kesehatan 2011 oleh Kementerian Kesehatan: revitalisasi
pelayanan kesehatan (lihat www.depkes.go.id).
Pelayanan kesehatan yang buruk di rumah sakit menyebabkan
sebagian masyarakat merasa tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
terbaik. Terlebih lagi sikap dari pemberi layanan kesehatan di rumah sakit,
dalam hal ini perawat, yang terkesan membeda-bedakan pelayanan (tidak
ikhlas melayani), tidak murah senyum, komunikasi yang buruk, bekerja
asal-asalan dan tergesa-gesa. Sikap tersebut tentunya bertentangan dengan
karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang perawat (Sudalhar, 2011).
Ironi inilah yang membentuk stigma negatif perawat di mata
sebagian besar masyarakat Indonesia. Munculnya stigma negatif tersebut
utamanya disebabkan oleh nilai-nilai profesionalisme perawat yang belum
sepenuhnya diaplikasikan dalam kegiatan pelayanan keperawatan, termasuk
2

perilaku caring sebagai inti keperawatan. Kinerja perawat yang tidak
berkualitas akan berdampak pada rendahnya penghargaan bagi profesi
keperawatan.
Dapat dimahfumi, masyarakat mempersepsikan perawat profesional
sebagai perawat yang memiliki etik dan caring dalam pelayanan
keperawatan (Liu, Moke & Wong, 2006). Namun yang terjadi justru
sebaliknya, keluhan klien dan keluarga tentang perilaku perawat yang tidak
ramah, judes dan bersikap kasar dalam melayani klien, menjadi isu yang
sering berkembang di rumah sakit-rumah sakit pemerintah.
Berbagai kritik dan keluhan tersebut seharusnya bisa dijadikan
sebagai motivasi para perawat untuk memperbaiki pelayanan yang mereka
berikan, dalam rangka mengevaluasi diri. Hanya dengan cara demikian,
kritik yang diterima oleh seorang bisa dengan produktif dimanfaatkannya
untuk perbaikan kualitasnya sebagai seorang perawat.
Namun yang problematinya adalah, seringkali perawat bersikap
antikritik, sehingga yang terjadi adalah kontraproduktif. Mereka tidak
suka dengan teguran ataupun kritikan negatif dari pasien atas kinerja yang
mereka tampilkan, meskipun teguran atau kritikan berdampak positif bagi
peningkatan kualitas mereka sebagai perawat. Kalaupun mereka tampak
mendengarkan, tapi itu seperti angin lalu saja, teguran/kritikan tersebut
tidak bisa memotivasi mereka untuk merubah perilaku mereka yang buruk;
dan terus-menerus mengulang kesalahan yang sama atau serupa. Padahal
kritik dari orang lain yang bersifat konstruktif seperti yang sudah diuraikan
3

di atas bisa kita jadikan sebagai motivasi untuk selalu berbenah diri,
terutama dalam usaha meningkatkan kualitas perawat.
Kritik yang bersifat konstruktif ini bisa didapatkan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kritik yang didapatkan secara langsung
biasanya diperoleh secara insidental ketika kita melakukan sebuah kesalahan
dan orang lain memberi respon langsung dengan kritik atas kesalahan yang
kita lakukan. Sedangkan secara tidak langsung, bisa diperoleh seseorang
melalui pancingan media. Peneliti hendak menyebutnya sebagai media
pancingan kritik.
Salah satu media pancingan kritik yang sering dipakai adalah pin.
Contohnya gebrakan yang pernah dilakukan oleh Nanan Soekarna, mantan
Kapolda Kalbar dengan menginstruksikan setiap polisi di daerahnya saat itu
mengenakan pin anti korupsi yang bertajuk Saya Polisi Antikorupsi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Nanan_Soekarna). Pemakaian pin ini
merupakan media pancingan kritik yang peneliti maksudkan, sehingga
ketika dijumpai di lapangan ada polisi yang melakukan tawar menawar
dengan pelanggar lalu lintas misalnya, masyarakat bisa melaporkan polisi
yang bersangkutan. Di samping itu diharapkan ada efek malu ketika
melakukan suatu penyimpangan ketika memakai pin tersebut.
Bukan hanya di kepolisian, penggunaan pin juga sering dijumpai di
swalayan dan pusat perbelanjaan lainnya, di mana pin tersebut dikenakan
oleh pelayan atau kasir. Penggunaan pin oleh pelayan atau kasir di swalayan
dan pusat perbelanjaan diharapkan memberikan dampak positif yaitu
4

memotivasi pelayan atau kasir di swalayan untuk bekerja baik sehingga
berujung pada kepuasan konsumen dalam berbelanja.
Berangkat dari latar belakang di atas inilah, peneliti tertarik
memotret efektivitas penggunaan pin dari sudut pandang lain, yaitu terhadap
peningkatan perilaku caring mahasiswa praktek klinik (mahasiswa Prodi D
III Keperawatan STIKES YARSI Pontianak) yang sedang melaksanakan
praktek klinik di RSUD Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan Barat.
Hasil observasi sementara yang peneliti lakukan, peneliti melihat
adanya efektivitas penggunaan pin dengan perilaku caring mahasiswa ketika
melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Dari hasil observasi tersebut
peneliti memandang pentingnya kajian yang lebih mendalam terkait dengan
bahasan ini. Lebih lanjut penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyusunan program berikutnya, khususnya terkait
praktek klinik mahasiswa di Rumah Sakit, dalam hal ini mahasiswa STIKES
YARSI Pontianak

1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan usaha untuk mendeskripsikan
masalah dengan lebih jelas. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan
faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut. Faktor-faktor tersebut
membentuk suatu kerangka masalah yang berwujud gejala yang sedang kita
teliti (Burhanuddin Salam, 2003). Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : Sejauhmana efektivitas penggunaan pin tegur
5

kami jika tidak ramah dan apakah ada pengaruhnya terhadap perilaku
caring mahasiswa praktik klinik STIKES YARSI Pontianak di RSUD Dr.
Soedarso Pontianak.

1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis efektivitas penggunaan pin tegur kami jika
tidak ramah dan implikasinya terhadap perilaku caring mahasiswa praktek
klinik STIKES YARSI Pontianak di RSUD Dr. Soedarso Pontianak.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1.4.1. STIKES YARSI Pontianak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penggunaan pin pada pembelajaran praktek
klinik mahasiswa STIKES YARSI Pontianak.
1.4.2. Manajemen RSUD Dr. Soedarso Pontianak
Bagi manajemen RSUD Dr. Soedarso Pontianak khususnya bidang
keperawatan diharapkan dapat memberi masukan mengenai
pentingnya media pancingan kritik yang dalam hal ini penggunaan pin
guna memumbuhkan perilaku caring perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan.
1.4.3. Pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan
6

Pengembangan khasanah kepustakaan khususnya mengenai
pengguaan pin sebagai media pancingan kritik guna meningkatkan
perilaku caring mahasiswa ketika mengaplikasikan asuhan
keperawatan di rumah sakit.
1.4.4. Peneliti Lainnya
Sebagai referensi atau tambahan informasi yang dapat digunakan oleh
peneliti yang mempunyai peminatan di bidang manajemen rumah
sakit khususnya bidang keperawatan yang berkaitan dengan
pemberian asuhan keperawatan.














7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum peneliti terjun ke lapangan, langkah penting yang harus
dilakukan adalah melakukan kajian kepustakaan atau penelusuran penelitian
terdahulu yang memiliki kaitan langsung atau tidak langsung dengan
permasalahan penelitian yang diangkat. Bahkan kajian pustaka juga sangat
diperlukan sebelum peneliti menemukan permasalahan, karena salah satu cara
untuk menemukan masalah penelitian yang tepat adalah melakukan kajian
pustaka dan penelusuran penelitian terdahulu.
Setelah melakukan penjelajahan kepustakaan ada beberapa penelitian yang
secara tidak langsung berhubungan dengan penelitian yang sedang peneliti
lakukan. Malini (2009) dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Hubungan
kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat di RS. DR. M. Djamil
Padang. Menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual yang dimilki perawat yang
dipunyai masih sebatas pengetahuan atau sikap tertutup saja.
Penelitian selanjutnya oleh Andriyani (2005) menganalisis tentang
pengaruh insentif terhadap kualitas pelayanan perawat dengan motivasi sebagai
variabel moderarin, memberikan hasil pengaruh antar variable yang signifikan
baik pengaruh insentif terhadap kualitas pelayanan maupun variable moderat
artinya motivasi yang memberi pengaruh signifikan terhadap hubungan antara
variable insentif dan kualitas pelayanan.
8

Sobirin (2003) dalam penelitian selanjutnya menyatakan tentang hubungan
beban kerja dan motivasi dengan penerapan perilaku caring perawat pelaksana di
BRSUD unit swadaya Kabupaten Subang. Hasil penelitian tersebut menyatakan
dengan beban kerja yang tinggi tidak menurunkan motivasi perawat pelaksana di
Instalasi Rawat Inap untuk menerapkan perilaku caring.
Penelitian lainnya adalah tentang pelaksanaan pendidikan antikorupsi di
SMP Keluarga Kudus yang dilakukan oleh Larasanti (2011) dengan salah satunya
menerapkan penggunaan PIN antikorupsi. Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa belum sepenuhnya menimbulkan nilai-nilai antikorupsi dikalangan siswa.
Dari penelitian di atas peneliti ingin memotret sesuatu yang beda, yaitu
bagaimana penggunaan pin Tegur Kami Jika Tidak Ramah mempunyai
efektivitas dalam memotivasi mahasiswa praktek klinik untuk melakukan
pembenahan diri, Terutama ketika pin yang dipakai berfungsi sebagai pancingan
kritik dari pengguna layanan kesehatan (stakeholder) untuk selanjutnya
dihubungkan terhadap perilaku caring mahasiswa Prodi D III Keperawatan
STIKES YARSI Pontianak.
Sundeen dan Stuart (1985) menjelaskan bahwa caring itu melekat pada
tujuan yaitu hubungan saling membantu antara perawat-klien, dapat juga dilihat
sebagai hubungan saling mendukung (supportive reliationship). Perawat sebagai
pemberi bantuan, memberi respon untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai
dengan pertimbangan seberapa jauh dia boleh terlibat. Leininger (1979, dalam
George, 1990) mengatakan bahwa caring adalah kepedulian langsung untuk
memberikan bantuan, dukungan atau perilaku kepada individu atau kelompok
9

melalui antisipasi kebiasaan untuk meningkatkan kondisi manusia atau kehidupan.
Selanjutnya caring juga berarti sebagai pemberian perhatian penuh pada klien saat
memberikan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Ada sepuluh tema sikap caring menurut Watson (2004). Tema tersebut
terdiri dari: (1) sikap peduli terhadap kebutuhan klien dan keluarga, (2)
bertanggungjawab, (3) selalu siap terhadap pemenuhan kebutuhan klien, (4)
ramah, (5) tenang dan sabar dalam melayani klien, (6) memberi motivasi kepada
klien, (7) sikap empati terhadap klien dan keluarga, (8) melakukan komunikasi
terapetik, (9) sikap tulus dan (10) terampil.
Seperti yang diuraikan di atas salah satu kriteria dari perilaku caring
adalah ramah. Secara adjective, ramah diartikan sebagai sikap baik hati dan menarik
budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam
pergaulan. Menurut Sudalhar (2010) ada empat karakteristik ramah antara lain: Pertama,
senyum, merupakan sikap ramah yang mudah, ringan dan sederhana untuk
dilakukan di samping itu senyum adalah murah, tidak usah membeli dan
persediannya luar biasa banyaknya. Senyuman mengandung samudera hikmah
atau manfaat yang luar biasa baik bagi pemberi maupun penerimanya.
Demikianlah manfaat senyuman sebagai sebuah kekuatan universal yang
menarik sekali, karena senyuman akan menampilkan hal yang positif. Senyum
yang tulus dengan hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif; akan
memancar kehangatan dari orang tersebut; Sebuah perasaan (feeling) yang mudah
menular, juga menunjukkan keterbukaan dengan orang lain. Terasa sebuah
perasaan keyakinan (confident) akan hidup dan yang terasa lainnya, apapun yang
10

dikatakan akan terasa lebih manis, enak didengar dan menyenangkan bagi orang
lain.
Seorang perawat hendaknya memiliki senyuman yang tulus sebagai
perilaku caring sehingga dengan itu ia bisa memotivasi pasien-pasien yang ia
tangani. Selain itu senyuman merupakan modal utama bagi seorang perawat
dalam bersosialisasi dengan lingkungan rumah sakit atau lingkungan kerjanya.
Senyum seorang perawat terhadap pasiennya sangat penting karena senyum
perawat membuat pasien nyaman dalam menjalani pengobatan.
Kedua, komunikasi yang baik tanpa melihat latar belakang social pasien,
bahkan pada saat pasien menyampaikan keluhan. Komunikasi dalam bidang
keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga
kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana
tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Peranan
komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih mengembangkan
kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari-hari. Menurut
Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi
dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat
keharusan tersebut yakni:
a. Pengetahuan
Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus mempunyai
pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan tugasnya
setiap hari. Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana
asuhan keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya
11

dan mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui
dalam proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada
perawatan yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.
b. Ketulusan
Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi
kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja.
Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang
sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untuk
melecehkannya atau mencemoohnya
c. Semangat
Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan
seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat
mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita oleh
pasien lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter
ditaati sepenuhnya oleh pasien.
d. Praktek
Dalam hal ini seorang perawat ketika melakukan asuhan keperawatan terhadap
pasien sudah seharusnya menampilkan komunikasi yang baik . tidak setengah-
setengah melayani tapi dengan sepenuh hati.
Disamping dua karakteristik di atas masih ada karakteristik lain yang
menunjukkan perawat bersikap ramah (sudalhar, 2010) yaitu: muka cerah dan
sikap yang menyejukkan.

12


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol atau mengendalikan
berbagai variable yang berpengaruh dalam penelitian. Jenis rancangan
penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena berdasarkan fakta empiris di lapangan. Fenomena disajikan secara
apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis
bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi (Nursalam, 2003).
Bentuk rancangan penelitian ini akan menggunakan rancangan cross
sectional; rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu). Langkah-langkah
penelitiannya adalah sebagai berikut (Alimul, 2003):
1. Melakukan identifikasi variabel penelitian
2. Melakukan identifikasi subyek penelitian
3. Melakukan observasi atau pengukuran terhadap variable
4. Melakukan analisa data
13

Untuk mendukung rancangan penelitian, peneliti akan menggunakan
desain penelitian survey. Survey adalah suatu desain yang digunakan untuk
menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan
hubungan antar variable dalam suatu populasi (Nursalam, 2003).

B. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling
Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2003). Yang akan menjadi target populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKES YARSI
Pontianak yang berjumlah 111 Jumlah populasi penelitian ini digunakan
sebagai dasar penentuan jumlah sampel.
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Alimul, 2003). Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat III yang sudah
melaksanakan Praktek Belajar Klinik (PBK) tahun ajaran 2011/2012 di RSUD
Dr. Soedarso dan atas dasar kriteria inklusi yaitu:
1. Mahasiswa menggunakan pin tegur kami jika tidak ramah
2. Mahasiswa mengikuti praktek minimal 3 minggu.
Pengambilan sampel akan dilakukan dengan teknik simple random
sampling. Teknik ini dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen
(Alimul, 2003).
Besarnya sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus yang
dikutip dari Notoatmodjo (2003), yaitu:
14

n = N
(N.d
2)
+ 1


Keterangan:
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = derajat ketepatan (0,05)
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel yang
akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
n = 111
(113 x 0,05
2)
+ 1

n = 111
1,28

n = 86,71 (dibulatkan menjadi 87)
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa sampel yang akan digunakan
berjumlah 87 orang.

C. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (Soeparto, 2000 dalam Nursalam, 2008). Penelitian ini
akan menggunakan dua variable yaitu variable independen; efektivitas
penggunaan pin tegur kami jika tidak ramah, dan variable dependent;
perilaku caring perawat.


15

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat utama bagi pembuktian, yaitu
dengan beranjak dari rancangan penelitian yang dipilih, peneliti dapat
mengobservasi variabel-variabel penelitian (Praktiknya, 2010). Instrumen
penelitian pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti yang berlandaskan
atas teori yang ada, sehingga perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
(Machfoedh, 2006).
Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang berisi pertanyaan tentang karakteristik ramah: Bekerja dengan
muka cerah, senyum, komunikasi yang baik, tanggap terhadap respon pasien.

E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karateristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
responden, melalui kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
keterangan perawat yang ada dimasing-masing ruangan RSUD Dr. Sedarso
Pontianak.
Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut:
1. Peneliti mengumpulkan sampel penelitian di ruang kelas STIKES YARSI
Pontianak
16

2. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan sifat
keikutsertaan sampel dalam kegiatan penelitian dan meminta kepada
sampel penelitian untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian
(informed consent) ketika mereka setuju berpartisipasi dalam penelitian.
3. Peneliti memberikan kuesioner penelitian kepada sampel penelitian untuk
diisi seluruh pertanyaan yang disediakan.
4. Meminta sampel penelitian untuk mengembalikan kuesioner yang telah
diisi pada tempat yang disediakan peneliti di ruangan yang bersangkutan.

F. Teknik Analisis Data
1. Cara Pengolahan Data
Pada penelitian ini proses pengolahan data akan dilakukan melalui
empat tahap yaitu tahap editing, coding atau scoring, tabulating dan tahap
data entry (Hastono, 2001).
2. Analisa Data
Analisa data akan dilakukan dengan menggunakan software spss
versi MS Windows 11.5 dengan analisis bivariate. Untuk membandingkan
dua variabel digunakan metode statistik T test independent yang berfungsi
untuk mengetahui efektivitas penggunaan PIN tegur kami jika tidak
ramah terhadap perilaku caring mahasiswa praktek klinik.



17

BAB V
PERSONALIA PENELITIAN

Personalia yang terlibat dalam penelitian ini adalah :
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Ns. Diena Juliana, S.Kep
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIK : 83181000 2 069
d. Disiplin Ilmu : Kesehatan
e. Pangkat/Golongan : III B
f. Jabatan Fungsional : Staf Pengajar
g. Program Studi : D III Keperawatan
h. Waktu Penelitian : 8 minggu
2. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Ns. Masmuri, S. Kep.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIK : 83010208 2 093
d. Disiplin Ilmu : Kesehatan
e. Pangkat/Golongan : III C
f. Jabatan Fungsional : Dosen
g. Program Studi : D III Keperawatan
h. Waktu Penelitian : 8 minggu

18

BAB VI
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Rincian biaya yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Peralatan Penelitian : Rp 2.000.000,-
2. Perjalanan dan Konsumsi : Rp 2.000.000,-
3. Penyusunan Laporan : Rp 500.000,-
4. Penggandaan : Rp 500.000,-
Total : Rp. 5.000.000,00














19

DAFTAR PUSTAKA
Liu, J.E., Moke, E., & Wong, T. (2006), Caring in
nursing. http://search.epnet.com diperoleh 29 November 2011
(http://id.wikipedia.org/wiki/Nanan_Soekarna)
Potter & Perry (2005). Fundamental of nursing: Concep, process and practice. 4
th

ed. Alih bahasa: Yasmin, A., dkk. Jakarta: EGC.
Rauner, D.M. (2006) Caring research and ideas.
http://en.wikipedia.org/wiki/nursing_theory diperoleh 29 November 2011
Watson, J.(2004). Original center for human caring. http://www2.uchsc.edu
diperoleh 29 November 2011.
George, J.B. (1995). Nursing Theorist, the base professional Nursing (3 rd. ed).
Northwalk, Appliton ang Lange.
Sunden & Stuart, et al.(1994). Nurse clien interaction, implementing, the nurses
proses.(5
th
.ed.). St. Louis: Mosby-Year Bokk.Inc
Kariyoso.(1994). Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat. Jakarta: EGC.

Sudalhar.(2010). Keperawatan Islami. Tuban: Duta Ilmu Indonesia.
Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit :
Bina aksara, Jakarta
Sri Larasanti, 34014065107 (2011) Pelaksanaan Pendidikan Antikorupsi di SMP Keluarga
Kudus. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai