NIM : 20612123
KELAS : MANAJEMEN SORE 1
TANGGAL : 08 SEPTEMBER 2022
MATA KULIAH : PERILAKU KEORGANISASIAN
Pertanyaan Diskusi:
1. Identifikasilah VARIABEL perilaku keorganisasian pada kasus di atas. Tuliskan
definisi variabelnya dulu baru jelaskan mengapa terjadi.
2. Dari masalah variabel di atas apa dampaknya?
ctt.: Tiap Mahasiswa minimal menguraikan 2 (dua) variabel): untuk bisa menjawab diskusi
ini, mahasiswa harus membaca dan mengerti dulu teori-teori variabel pada ilmu perilaku
keorganisasian
Jawab:
1. Variabel Independen (Individu)
Dampak dari variabel di atas: Berdampak pada performa kinerja pelayanan yang
melibatkan dua sisi yakni pada praktik swasta di klinik pribadi dan khususnya Rumah
Sakit. Pada dasarnya, setiap Dokter maupun tenaga kesehatan lainnya harus bisa
memberikan pelayanan prima bagi pasien atau masyarakat yang membutuhkan sesuai
dengan komitmen kerja mereka terhadap organisasi. Namun, adanya hal tertentu seperti
motivasi ataupun persepsi yang dibentuk secara individual mengakibatkan kelalaian di
satu sisi yaitu pelayanan Rumah Sakit menjadi kurang efektif karena Dokter spesialis
hingga Dokter ahli kebidanan fokus kepada praktik swasta di masing-masing klinik
sehingga tingkat kehadiran dan pelayanan medis mereka di RS berkurang, sementara
jumlah tenaga spesialis juga tidak cukup. Akibatnya masyarakat terpaksa menanggung
biaya kesehatan yang membengkak.
2. Variabel Independen (Kelompok)
Komunikasi, yaitu penyampaian informasi dari pemberi pesan (komunikator) kepada
penerima pesan (komunikan). Dalam ruang lingkup organisasi, komunikasi tentunya
sangat penting dilakukan baik untuk berbicara kepada sesama karyawan, menjelaskan
situasi kerja, mengembangkan hubungan, dan sebagainya. Dalam kasus yang terjadi
di RS, sepertinya komunikasi yang dilakukan tidak terbuka atau kurang efektif
sehingga banyak terjadi ketimpangan yang menghambat kinerja masing-masing
pekerja atau kelompok kerja. Komunikasi sangat penting untuk mengatasi situasi
yang tidak jelas. Para pihak terkait harus bisa lebih interaktif dan bekerja sama dalam
memperbaiki kinerja pelayanan di RS untuk mencegah konflik atau masalah yang
berkelanjutan.
Kekuatan dan Politik, yaitu tindakan atau kemampuan untuk meraih suatu tujuan yang
dikehendaki oleh pemegang kekuasaan. Adanya monitor atau kontrol dari variabel
kekuatan dan politik ini memberikan kesan wewenang atau kekuasaan yang kuat
sehingga berdampak pada sistem kinerja RS. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan
suasana kerja dimana dokter masih terlalu dominan, terlihat cukup mengganggu
fungsi dan kinerja tenaga kesehatan lainnya, hal ini didukung pula oleh kebijakan RS
yang tidak terlalu memberi tempat bagi upaya promotif dan preventif. Kesan tersebut
terasa kental tatkala kita mengamati tenaga kesehatan non Dokter yang sebenarnya
dapat didayagunakan tetapi belum juga terpakai maksimal sebab terbentur kendala
political will pemimpin daerah tersebut. Akibatnya dokter dapat terjebak untuk
menjadi bergerak di luar hal yang semestinya. Hal ini memberi kesan bahwa adanya
wewenang dan kendali yang tinggi atas kekuasaan dapat mengikat serta
menggerakkan para tenaga kesehatan dan menuntut mereka untuk bertindak sesuai
keinginan penguasa walaupun hal tersebut dirasa tidak tepat untuk dilakukan.
Struktur Kelompok. Struktur kelompok yaitu pola interaksi yang stabil antara anggota
kelompok yang berhubungan dengan bentuk pengelompokkan, bentuk hubungan, dan
sebagainya. Permasalahan yang berkaitan dengan kasus berdasarkan pernyataan
tenaga kesehatan lainnya seperti paramedis dan suster senior terkesan kurang begitu
bersahabat dengan manajemen RS yang belum mengelola RS secara terbuka dengan
menerapkan konsep organisasi pelayanan kesehatan modern sehingga dari kelompok-
kelompok organisasi seperti paramedis dan suster senior seperti tidak sinkron dengan
manajemen RS. Dalam suatu organisasi, membentuk sebuah kelompok kepentingan
antar sesama rekan kerja sudah menjadi hal yang wajar sehingga terkadang kelompok
kerja yang ada cenderung bertindak sesuai dengan pemahaman kelompok.
3. Variabel selanjutnya seperti kepuasan kerja yang berarti sikap umum seseorang
terhadap pekerjaannya. Apabila tingkat kepuasan kerja seorang karyawan tinggi,
maka ia akan menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaannya begitupun
sebaliknya jika tingkat kepuasan kerja rendah maka karyawan akan cenderung
bersikap negatif terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh
perasaan atau keadaan mental seseorang, kondisi kerja, rekan kerja, dan sebagainya.
Dalam situasi kerja Rumah Sakit, kepuasan kerja yang didapat oleh para pekerja
cenderung rendah karena banyaknya hal yang tidak mendukung terbentuknya rasa
puas dari karyawan misalnya seperti pengalihan pelayanan RS ke klinik pribadi,
sarana dan prasarana berupa laboratorium yang tidak memadai, kurangnya tenaga
spesialis, tenaga keamanan dan laundry hingga alat-alat pemeriksaan penunjang
yang terbatas mengakibatkan kinerja pelayanan menjadi tidak maksimal. Dalam hal
ini, pihak yang berkepentingan seperti dinas kesehatan, para tenaga kesehatan, dan
pemerintah setempat seharusnya lebih memperhatikan kebutuhan prioritas bagi
keberlangsungan kinerja RS menjadi lebih baik lagi agar prosedur pelayanan
berjalan sebagaimana mestinya dan tidak ada pihak yang dirugikan. Hal ini juga
dimaksudkan untuk mencapai kepuasan kerja sehingga kinerja yang dihasilkan
menjadi optimal. Tidak hanya itu saja, produktivitas yaitu kemampuan seseorang
atau kelompok, sistem ataupun organisasi untuk menghasilkan sesuatu dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien yang berkaitan dengan
peristiwa yang terjadi di RS tidak akan terwujud jika masih banyak kekurangan dan
masalah yang tidak terselesaikan dengan baik. Kinerja pelayanan RS tidak akan bisa
mencapai produktivitas jika para pihak terkait tidak mencari solusi untuk mengatasi
berbagai masalah yang menghambat pengembangan kerja RS. Selanjutnya ialah
mengenai adanya kelalaian yang terjadi karena Dokter spesialis hingga Dokter ahli
kebidanan lebih mengutamakan praktik pribadi sehingga berdampak pada tingkat
absensi di RS.