Anda di halaman 1dari 9

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter

Alvisar Afandi1, Amellya Ratusafira Rumra2, Aprilla Safa Athallah Rubiandini3, Hera Ratna
Dwi Maharsi4, Rahmadea Zalzabilla Amri5, Siti Azizzah6, Wenny Rasmawati Simamoraa7
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Malang
Email : Alvisar.afandi.1906126@students.um.ac.id

Abstract

Motivation is a reason, an impulse that is in humans that causes humans to do something. Doctor's
motivation can be influenced by factors of working conditions, interpersonal relationships, wages/salaries
and organizational policies. The aim of this research is to analyze the work motivation of doctors in a
health institution. The research is in the form of a literature review of 10 research journals conducted in
the last 10 years. The results of this study indicate that motivation is very influential on the quality of
doctors' performance in providing services to patients. Some doctors feel that the environment where they
work is safe and comfortable with limited facilities and infrastructure for health services, but there are
also some doctors who say they are not comfortable with their work environment so that their work
motivation decreases. Efforts that can be made to further increase the work motivation of doctors can be
done by providing appropriate rewards and rewards based on the professional performance of doctors,
improving the working atmosphere, and giving each doctor overall responsibility.

Abstrak

Motivasi adalah alasan, dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia
melakukan sesuatu. Motivasi dokter dapat di pengaruhi oleh faktor kondisi kerja, hubungan
interpersonal, upah/gaji dan kebijakan organisasi. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
menganalisa motivasi kerja dokter dalam sebuah instansi kesehatan. Penelitian berupa literature review
terhadap 10 jurnal penelitian yang dilakukan pada kurun waktu 10 tahun terakhir. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja dokter dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Beberapa dokter sudah merasa lingkungan tempatnya
bekerja sudah aman dan nyaman dengan keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan, tetapi juga terdapat beberapa dokter yang mengatakan belum nyaman
dengan linkungan kerjanya sehingga membuat motivasi kerja mereka menurun. Upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja para dokter dapat dilakukan dengan
memberikan penghargaan dan reward yang sesuai berdasarkan kinerja profesional dokter,
memperbaiki suasana kerja, dan pemberian tanggung jawab yang menyeluruh kepada setiap
dokter.

Kata kunci : Motivasi kerja, Dokter, Kualitas kinerja

Copyright © 2020 Universitas Negeri Malang. All rights reserved.

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)


1. Pendahuluan

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kinerja sumber daya manusia (SDM) adalah
motivasinya dalam bekerja. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena
kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini
berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis,
dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula. Secara teori berbagai definisi
tentang motivasi biasanya terkandung keinginan, harapan, kebutuhan,tujuan, sasaran,
dorongan. Dengan demikian suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong,
mengaktifkan dan menggerakkan dan motif itulah yang menggerakkan dan menyalurkan
perilaku, sikap dan tindak-tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan.
Kuat lemahnya motivasi seorang pekerja ikut menentukan besar kecilnya prestasi atau baik dan
buruknya kinerja.Semakin tinggi motivasi individu untuk mencapai tujuannya, akan semakin
tinggi pula kinerjanya demikian juga sebaliknya.
Dokter sebagai tenaga professional bertanggung jawab dalam setiap tindakan medis
(dokter) yang dilakukan terhadap pasien. Dalam menjalankan tugas profesionalnya didasarkan
pada niat baik yaitu berupaya dengan sungguh-sungguh berdasarkan pengetahuannya yang
dilandasi dengan sumpah dokter, kode etik kedokteran dan standar profesinya untuk
menyembuhkan atau menolong pasien. Dibalik itu seorang dokter juga memerlukan motivasi
dalam mengerjakan tanggung jawab pekerjaan serta tindakannya. Motivasi dokter dapat di
pengaruhi oleh faktor kondisi kerja, hubungan interpersonal, bayaran dan kebijakan organisasi.
Kondisi kerja dokter dapat dilihat berdasarkan dari lingkungan tempat kerja, kelengkapan
sarana dan prasarana, keamanan, dan kenyamanan kerja serta beban kerja yang dirasakan
oleh dokter.

2. Metode

Bagian ini dibahas strategi dalam mencari jurnal yang digunakan dalam literature riview,
pencarian yang digunakan untuk melakukan review jurnal disesuaikan dengan topik yaitu,
motivasi kerja dokter. Jurnal yang digunakan dalam literature riview didapatkan melalui portal
web penyedia jurnal internasional maupun jurnal Indonesia melalui google scholar. Penulis
membuka website www.googlescholar.com lalu menuliskan kata kunci yaitu “motivasi”,
“kerja”,dan “dokter dan dipilih full text. Muncul sekitar 54.800 hasil temuan, kemudian
dipersempit dengan temuan artikel maupun kajian dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Selanjutnya diminimalkan mendapat sebanyak 10 artikel maupun kajian untuk direview.

3. Hasil dan Pembahasan

a) Analisis Motivasi Kerja Dokter Di Rs Santa Elisabeth Medan.


Motivasi merupakan sebuah masalah kompleks dalam sebuah organisasi, yang
disebabakan oleh kebutuhan dan keinginan setiap orang dalam organisasi tersebut.
Motivasi seseorang pasti akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal perbedaan
tersebut karena adalag faktor biologis maupun psikologis dan berkembangnya orang
tersebut. Motivasi biasanya merupkan sebuah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan,
sasaran, dan dorongan untuk orang tersebut. Dengan adanya hal tersebut akan muncul
sebuah motif yang membuat jiwa akan menggerakkan dan menyalurkan perilaku, sikap
dan Tindakan seseorang yang berkaitan dengan capaian yang orang tersebut inginkan.
Penelitian yang dilakukan di RS Santa Elisabeth Medan ini meneliti tentang bagaimana
motivasi dokter spesialis terhadap pengisian rekam media pasien. Dalam penelitian
tersebut dijelaskan bahwa motivasi dari dokter spesialis sangat berpengaruh terhadap
pengisian rekam media pasien, dalam penelitian tersebut di dapatkan bahwa dokter

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)


spesialis yang memiliki motivasi rendah beresiko mengisi mengisi rekam medis pasien
dengan tidak lengkap, dibandingkan dengan dokter yang memiliki motivasi yang tinggi.
Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membuat motivasi dokter spesialis
meningkat dalam pengisian rekam medis. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu
memberikan sanksi kepada dokter yang tidak mengisi rekam medis secara lengkap
sehingga akan muncul rasa takut jika tidka mengisi rekam media secara lengkap, dan
memberikan reward kepada dokter yang menulis rekam media pasien secara lengkap,
sehingga membuat para dokter semakin semangat dalam mengisi rekam medis pasien.
Motivasi merupkan hal yang sangat penting yang merupakan sebuah daya pendorong
yang membuat seseorangmau dan rela untuk memberikan kemampuannya dalam
bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktu untuk melaksanakan tugasnya dan
meningkatkan tanggungjawab bagi orang tersebut. Dokter spesialis yang memiliki
motivasi untuk mencapai prestasi yang baik akan memiliki kemungkinan meningkatkan
kinerja pelayanan kepada pasien dan masyarakat yang membutuhkan pelayanan rekam
medis.

b) Analisis Motivasi Kerja Dokter Di Kabupaten Kepulauan Sula.


Motivasi merupakan sebuah alasan, dorongan yang ada pada diri seseorang yang dapat
menyebabkan orang tersebut melakukan sebuah pekerjaan atau aktifitas. Motivasi
seorang dokter dapat dipengeruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut seperti
faktor kondisi kerja, hubungan interpersonal, bayaran atau gaji, dan kebijakan organisasi.
Kondisi kerja dokter dapat dilihat berdasarkan dari lingkungan tempat kerja, kelengkapan
sarana dan prasarana, keamanan, dan kenyamanan kerja serta beban kerja yang
dirasakan oleh dokter. Dalam penelitian menyebutkan beberapa dokter tersebut sudah
merasa lingkungan tempatnya bekerja sudah aman dan nyaman dengan keterbatasan
fasilitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, tetapi juga terdapat beberapa
dokter yang mengatakan belum nyaman dengan lingungan kerjanya sehingga membuat
motivasi kerja mereka menurun. Hal tersebut membuat dokter tidak nyaman dalam
memeriksa pasien sehingga diharapkan sarana dan prasarana dapat lebih dilengkapai
sehingga membuat motivasi bekerja mereka semakin meningkat. Faktor yang lain yang
juga berpengaruh terhadap motivasi dokter yaitu adanya pengaruh terhadap hubungan
interpersonal, yaitu penerimaan oleh rekan kerja, Kerjasama, dan penerimaan olejh
masyarakat. Menurut para dokter tersbeut dukungan sosial mereka sudah cukup baik
sehingga membuat motivasi mereka dalam bekerja lebih baik dan lebih bersemangat
dalam menjalankan tugas. Faktor selanjutnya yang juga berpengaruh terhadap motivasi
dokter uatu gaji/upah kerja. Menurut dokter tersebut upah atau gaji yang mereka
dapatkan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Sehingga sudah
cukup tidak mempengaruhi terhadap motivasi mereka, tetapi perlu dilakuakan perbaikan
dalam sistem penggajian yang telah ada sehingga menjadi lebih baik lagi. Faktor yang
terakhir yaitu kebijakan organisasi terhadap motivasi kinerja dokter. Dalam hal ini para
dokter diberikan kesempaatn untuk menyampaukan pendapat, menyampaikan keluh
kesah, dan lain-lain. Walaupun sudah mendapatkan kesempatan tersebut sering kali hal
tersebut tidak terealisasi. Perilaku atasan merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam pencapaian motivasi kerja dokter. Hubungan yang baik antara atasan dan dokter
adalah faktor yang sangat penting, dan sangat memotivasi kerja para dokter.
Peningkatan motivasi juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan pemimpin dalam
mempengaruhi kegiatan organisasi.

c) Pengaruh Pemberian Dana Kapitasi Dengan Motivasi Kerja Dokter Puskesmas Di


Wilayah Perkotaan Di Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa motivasi kerja dokter akan memengaruhi kinerja dan
kualitas peyananan kesehatan yang diberikan. Sampai saat ini motivasi tenaga

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)


kesehatan termasuk dokter masih menjadi masalah di Indonesia khusunya dalam hal
finansial insentif, dukungan personal dan professional, pendidikan, serta regulasi.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa gaji yang rendah menjadi faktor demotivasi
yang paling umum ditemui. Hal ini dikarenakan tenaga kesehatan merasa
keterampilannya kurang dihargai. Kurangnya apresiasi finansial yang diterima sering kali
mendorong dokter atau tenaga kesehatan untuk melakukan praktik ganda dengan
bekerja di lebih dari satu faskes yang kemudian berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan akibat kelelahan dan kelebihan beban kerja.
Penurunan motivasi pada dokter ini juga memengaruhi tingkat kedisiplinannya. Sebagian
dokter yang kurang puas terhadap insentif yang diperoleh sering kali datang terlambat
dan pulang kerja sebelum waktunya sehingga pasien tidak mendapatkan pelayanan
yang optimal.Salah satu strategi meningkatkan motivasi dokter di puskesmas perkotaan
adalah dengan memberikan dana kapitasi dari alokasi BPJS. Kapitasi adalah bentuk
insentif yang berasal dari dana kapitasi BPJS dengan perhitungan yang telah ditetapkan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016,
tentang Penggunaan Dana Kaspitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa
Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasioanal Pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Dana kapitasi diberikan tiap bulannya oleh
puskesmas kepada pegawai puskesmas. Pemberian dana kapitasi yang adil dan sesuai
dengan sistem regulasi dapat mengembangkan motivasi kerja sehingga dapat
meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan (Haryani et al. 2020)

d) Analisis Pengaruh Kompensasi, Motivasi Dan Gaya Kepemimpinan


Transformasional Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Dokter Pada Rsud Dr. H.
Soewondo Kabupaten Kendal
Masih rendahnya motivasi dokter dalam bekerja dapat dilihat dari kurangnya pemenuhan
jam kehadiran minimal di rumah sakit. Untuk dapat meningkatkan kinerja tenaga
kesehatan, khususnya dokter, rumah sakit harus lebih memerhatikan faktor yang
memengaruhi kesejahteraannya seperti kompensasi, kepuasan, serta motivasi dalam
bekerja. Peran manajemen rumah sakit dalam mengelola SDM tenaga kesehatan juga
dirasa belum optimal utamanya dalam penerapan reward dan punishment pada
penegakkan aturan rumah sakit. Manajemen rumah sakit semestinya menerapkan gaya
kepemimpinan transformasional, memberikan kompensasi yang seimbang pada dokter
dengan tujuan meningkatkan kepuasan dan loyalitas dokter sehingga dapat
meningkatkan motivasi dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
(Rusdiana and Faisya 2020)

e) Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Dokter Pada Blud Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Loekmono Hadi Kudus.
Motivasi diri yang ada pada dokter akan membangkitkan semangat dan dapat memacu
untuk tetap bertahan ketika terjadi masalah dalam pekerjaan mereka.Semakin tinggi
motivasi dokter maka semakin tinggi pula kinerja dokter tersebut, begitupula sebaliknya
semakin motivasi semakin rendah kinerja dokter tersebut. Pemberian motivasi harus
menjadi perhatian khusus pihak manajemen karena dapat menjadi salah satu faktor
untuk meningkatkan kinerja rumah sakit, dokter sebagai pintu utama dalam memberikan
pelayan kesehatan kepada masyarakat dengan motivasi kerja yang tinggi akan memiliki
semangat yang tinggi dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien sehingga
pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Jika dilihat dari dampaknya profit
Rumah Sakit menurun,idealnya di era JKN dengan meningkatanya jumlah pasien maka
pendapatan tenaga medis, termasuk dokter, turut mengalami peningkatan sesuai dengan
meningkatnya tindakan yang dilakukan. Ini berarti semakin banyak jumlah pasien yang
diterima, maka seharusnya semakin tinggi pula pendapatan tenaga medis. Hal tersebut
berdampak pada turunnya motivasi dokter yang berakibat menurunnya kinerja dokter
yang dimanifestasikan pada pembatasan jumlah kunjungan pasien, pengalihan pasien
dari RS ke praktik pribadi atau ke Rumah Sakit lainnya dan manifestasi penurunan
kinerja pada penurunnan kinerja. Setelah dilakukan penelitian, diantara 3 variabel
penelitian: variabel kompensasi, kepuasan kerja dan motivasi kerja, motivasi kerja
mempunyai komponen Exp(B) 8,155 kali pengaruh terhadap kinerja dokter di RSUD
dr. Loekmono Hadi Kudus. Hal tersebut menunjukkan motivasi kerja dokter menjadi
Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)
faktor yang penting untuk meningkatkan kinerja dokter.

f) Pengaruh Kompetensi Dan Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Serta Implikasinya


Pada Kinerja (Studi Pada Dokter Umum Di Rumah Sakit Immanuel Bandung).
Besar pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja dokter umum di Rumah Sakit
Immanuel Bandung baik langsung dan tidak langsung sebesar 37.04%. Motivasi
berpengaruh besar yang signifikan terhadap kepuasan kerja dokter umum di Rumah
Sakit Immanuel Bandung, dengan demikian pihak Rumah Sakit harus lebih seksama
memperhatikan aspek kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan
berkuasa. Motivasi dokter umum di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang diukur oleh
dua puluh item pernyataan dengan tiga dimensi yaitu : kebutuhan berprestasi, kebutuhan
berafiliasi dan kebutuhan berkuasa diinterpretasikan dalam kriteria cukup baik. Apabila
dibandingkan antara dimensi, maka dimensi kebutuhan berprestasi memberikan
gambaran yang paling baik sedangkan dimensi kebutuhan berkuasa memberikan
gambaran yang paling rendah. Terdapat beberapa indikator disarankan menjadi fokus
perbaikan walaupun secara umum motivasi dokter umum cenderung cukup baik, yaitu
mengenai jarang diberikan tanggung jawab penuh dalam melaksanakan suatu
pekerjaan, jarang dipromosikan oleh pimpinan, dan pimpinan kurang memberikan
nasihat/simpatik atas persoalan pribadi dalam bekerja. Motivasi dokter umum di Rumah
Sakit Immanuel Bandung termasuk dalam kriteria cukup baik, perlu perbaikan dalam hal
jarang diberikan tanggung jawab penuh dalam melaksanakan suatu pekerjaan, jarang
dipromosikan oleh pimpinan, dan pimpinan kurang memberikan nasihat/simpatik atas
persoalan pribadi dalam bekerja.Pimpinan harus lebih memperhatikan hal yang
berhubungan dengan motivasi kerja dokter terutama menyangkut hubungan antara
atasan dan bawahan, pimpinan hendaknya berusaha untuk memberikan perhatian
berupa penghargaan, penghargaan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk yang
sangat sederhana yaitu pujian yang tulus atas prestasi kerja dokter. Hal ini berpengaruh
besar terhadap kinerja pegawai.

g) Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Dokter Di Rumah Sakit Tipe C


Dalam (Syahidin, 2019) menjelaskan motivasi kerja menurut Teori Maslow terbagi
menjadi lima dimensi yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk
disukai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan pengembangan diri. Dari dimensi tersebut
akan mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh seseorang, termasuk juga saat
bekerja. Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh langsung dari motivasi kerja terhadap
kinerja dokter di Rumah Sakit Tipe C sebesar 7,13% dan pengaruh tidak langsung
sebesar 8,17%. Hal ini dapat diartikan bahwa motivasi kerja berhubungan erat dengan
kepemimpinan visioner. Total pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja dokter sebesar
15,30%. Hal ini menandakan bahwa semakin baik motivasi kerja maka akan
meningkatkan kinerja dokter di Rumah Sakit Tipe C tersebut. Dari uraian diatas dapat
dikatakan bahwa rumusan hipotesis terbukti adanya. Upaya yang dapat dilakukan untuk
semakin meningkatkan motivasi kerja para dokter dapat dilakukan dengan memberikan
penghargaan dan reward sesuai berdasarkan kinerja profesional dokter, memperbaiki
suasana kerja, dan pemberian tanggung jawab yang menyeluruh kepada setiap dokter.
Hal ini perlu dilakukan karena peran sumber daya manusia pada rumah sakit sangat
diperlukan para dokter akan berhubungan langsung dengan kepuasan pasien. Dengan
kinerja dokter yang baik tentu akan berpengaruh pada rumah sakit dan kepercayaan
pasien.

h) Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Dokter Dalam Kelengkapan Pengisian


Rekam Medis Di Rumah Sakit Islam Unisma
Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam
medis di RSI Unisma berdasar berdasar jenis kelamin. Mayoritas responden penelitian
sebanyak 23 orang (51,1%) adalah perempuan. Hasil penelitian tidak menunjukkan
bahwa jenis kelamin dapat memoderasi (memperkuat/memperlemah) motivasi kerja
terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian RM. Kelengkapan pengisian RM

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)


merupakan tanggung jawab semua dokter. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis di RSI Unisma berdasar usia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa usia tidak mempengaruhi motivasi kerja terhadap kinerja
dokter dalam kelengkapan pengisian RM. Tinggi rendahnya pengaruh motivasi kerja
terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian RM di RSI Unisma Malang tidak
ditentukan oleh usia dokter. Responden paling banyak adalah dokter berusia dewasa
awal dan dewasa madya sebanyak 20 orang (44,4%). Beberapa teori mengatakan
bahwa usia mempunyai pengaruh terhadap motivasi sehingga menyebabkan kinerja
meningkat atau menurun. Pada usia yang semakin meningkat akan semakin meningkat
pula kebijaksanaan seseorang, dan akan berakibat pada meningkatnya kinerja.
Pengisian kelengkapan RM bukan merupakan kinerja utama dokter karena kinerja utama
dokter adalah pada pelayanan klinis yang dilakukannya. Di RSI Unisma Malang
kelengkapan pengisian RM sudah cukup baik hal ini dikarenakan dokter sudah
menyadari pentingnya kelengkapan dari RM. Salah satunya karena adanya program
BPJS yang mendorong dokter untuk membuat rekam medis terutama resume medis
seluruh pasien selengkap-lengkapnya. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja dokter
dalam kelengkapan pengisian rekam medis di RSI Unisma berdasar berdasar masa
kerja. Masa kerja dokter yang lama berarti memiliki pengalaman yang cukup dalam
mengisi RM. Masa kerja yang lama umumnya mempunyai tingkat kejenuhan yang tinggi
yang berhubungan dengan motivasi dan keadaan kerja. Semakin lama seorang dokter
mengabdi dan menjalankan profesinya diharapkan mempunyai motivasi yang tinggi dan
bisa semakin memahami pentingnya pengisian rekam medis dengan lengkap.
Responden dengan masa kerja lama sebanyak 26 orang (57,8%). Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis diketahui bahwa masa kerja tidak memoderasi
(memperkuat/memperlemah) pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja dokter dalam
kelengkapan pengisian RM. Dari beberapa teori dikatakan bahwa masa kerja
mempengaruhi motivasi kerja dan berdampak terhadap kinerja. Tetapi dalam penelitian
inimasa kerja dokter tidak memoderasi pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja dokter
dalam melengkapi dokumen RM. Karakteristik jenis kelamin, usia, dan masa kerja tidak
memoderasi motivasi kerja dokter terhadap kinerja dokter dalam pengisian kelengkapan
pengisian rekam medis. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja
dokter adalah dengan pemberian penghargaan kepada dokter berdasarkan kinerja
mereka. Dengan kinerja yang baik akan berpengaruh pada rumah sakit.

i) Kepuasan Dan Motivasi Tenaga Medis: Studi Kasus Terhadap Pendapatan,


Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soedirman Kabupaten Kebumen
Gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang diterima oleh masingmasing tenaga medis
setiap bulan merupakan bentuk pendapatan tenaga medis di RSUD dr. Soedirman
Kabupaten Kebumen. Sedangkan bentuk dari kompensasi yaitu berupa insentif/jasa
pelayanan yang dibayarkan secara bulanan atas jasa/tindakan yang dilaksanakan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien. Jasa pelayanan/insentif adalah imbalan yang
diterima oleh semua komponen tenaga medis yang dalam rangka observasi, diagnosis,
pengobatan, konsultasi, visite/pengawasan medis, dan/atau pelayanan lainnya yang
diberikan oleh tenaga medis, tenaga non medis, dan semua komponen yang terlibat
dalam mendukung pelayanan kesehatan di RSUD. Sebaran insentif antar jenis tenaga
medis cukup beragam dengan range yang cukup lebar antara yang paling besar hingga
paling rendah. Jasa medis yang besar didominasi oleh 4 spesialis utama, sedangkan
yang terendahmerupakan jasa yang diterima dokter gigi dan dokter umum. Terdapat
perbedaan antara tunjangan yang diberikan kepada dokter spesialis dengan dokter
umum. Tunjangan tersebut dapat dilihat melalui berbagai aspek. Melalui aspek
pendidikan, dokter spesialis mendapatkan porsi lebih sering dalam mengikuti pelatihan,
sedangkan untuk dokter umum jarang. Melalui aspek peruamahan, transportasi, serta
kesehatan, RSUD dr. Soedirman memiliki beberapa rumah dinas yang ditempati dokter
maupun tenaga paramedis. Bagi dokter PNS mendapatkan tunjangan berupa penyertaan
dana pemerintah dalam bentuk tabungan perumahan yang jumlahnya terbatas dan
hanya diberikan satu kali selama bekerja sebagai PNS. Tunjangan kesehatan bagi
dokter PNS beserta keluarganya sudah melekat di gaji berupa iuran pemerintah kepada
BPJS selaku pengelola dana kesehatan. Namun untuk dokter tamu dan dokter PTT tidak

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)


diberikan tunjangan kesehatan maupun tunjangan pensiun, dan memang belum ada
kebijakan yang memayungi hal tersebut. Ditinjau dari kondisi lingkungan kerja, sebagian
responden menyatakan bahwa kondisi lingkungan tempat bekerja bagus dan sedikit lebih
baik dari rumah sakit lain, dan setelah dilihat persepsi mereka terhadap kepuasan kerja
mereka menyatakan memiliki kepuasan kerja tinggi. Sedangkan tiga dari empat
responden adalah dokter gigi yang menyatakan tidak puas dalam pekerjaannya
mengatakan bahwa kondisi lingkungan tempat bekerjanya jelek dan sedikit lebih jelek
dari lingkungan kerja/ rumah sakit lain tempat rekan sejawatnya bekerja. Setelah
dilakukan penelusuran melalui wawancara diperoleh keterangan bahwa kondisi
lingkungan kerja mereka anggap jelek dikarenakan daya dukung peralatan kerja yang
sangat minim.
j) Pengaruh Konflik Kerja, Stres Dan Motivasi Terhadap Kinerja Dokter Wanita Di
Klinik Evitderma Wilayah Dki Jakarta
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada jurnal ini terdapat beberapa variabel yang
dapat memengaruhi kinerja dokter wanita di Klinik Evitderma Wilayah DKI Jakarta,
diantaranya yaitu konflik kerja, stres, dan motivasi. Konflik kerja dokter wanita di Klinik
Evitderma Wilayah DKI Jakarta berada pada kriteria rendah sampai dengan sangat
tinggi. Apabila klinik mengalami kekurangan sumber daya maka akan terjadi persaingan
dan timbul konflik antar dokter. Stress kerja dokter wanita di Klinik Evitderma Wilayah
DKI Jakarta berada pada kriteria rendah sampai dengan sangat tinggi. Nilai rata-rata
tertinggi adalah pernyataan mengenai pimpinan melaksanakan pengawasan langsung
pada setiap bawahan dan waktu yang diberikan oleh pimpinan untuk melaksanakan
setiap pekerjaan cukup, sehingga dapat bekerja secara maksimal sedangkan nilai rata-
rata terrendah adalah pernyataan mengenai merasakan adanya desakan waktu atau
deadline sebuah tugas, kelebihan beban kerja yang diberikan oleh pihak klinik
mengganggu konsentrasi kerja, dan suasana lingkungan kerja belum nyaman sehingga
mengganggu konsentrasi pada saat bekerja di klinik. Motivasi kerja dokter wanita di
Klinik Evitderma Wilayah DKI Jakarta berada pada kriteria rendah sampai dengan tinggi.
Kinerja dokter wanita di Klinik Evitderma Wilayah DKI Jakarta berada pada kriteria cukup
sampai dengan sangat tinggi. Nilai rata-rata tertinggi adalah pernyataan mengenai dokter
mencuci tangan sesuai standar, dan dokter melakukan operasi efektif dengan waktu
tunggu kurang dari 2 hari sedangkan nilai rata-rata terrendah adalah pernyataan
mengenai kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan, dokter menangani pasien di poliklinik/rawat jalan kurang tepat waktu, dan
pasien menunggu lebih dari 60 menit, dokter kurang memperhatikan ketepatan
identifikasi pasien dengan keselamatan pasien, dan dokter kurang mengecek seluruh
peralatan yang digunakan untuk operasi, sebelum dan setelah operasi. Sedangkan
berdasarkan hasil analisis verifikatif menyatakan bahwa apabila terjadi peningkatan
konflik kerja, akan mengakibatkan penurunan kinerja dokter di Klinik Evitderma. Begitu
pula sebaliknya, apabila terjadi penurunan konflik kerja akan mengakibatkan peningkatan
kinerja dokter di Klinik Evitderma. Konflik kerja memiliki pengaruh negatif terhadap
kinerja dokter, artinya semakin tinggi konflik kerja maka akan semakin rendah kinerja
dokter. Dan apabila terjadi peningkatan stres kerja, akan mengakibatkan penurunan
kinerja dokter di Klinik Evitderma. Begitu pula sebaliknya, apabila terjadi penurunan stres
kerja akan mengakibatkan peningkatan kinerja dokter di Klinik Evitderma. Begitu pula
dengan hubungan antara motivasi dan kinerja dokter, semakin baik motivasi maka akan
meningkatkan kinerja dokter. Motivasi diberikan kepada pegawai agar pegawai
mengerahkan seluruh kemampuan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan dan menunaikan kewajiban dalam rangka mencapai tujuan dan
sasaran organisasi.

4. Kesimpulan
Motivasi adalah alasan, dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia
melakukan sesuatu. Motivasi dokter dapat di pengaruhi oleh faktor kondisi kerja, hubungan interpersonal,
upah/gaji dan kebijakan organisasi. Kondisi kerja dokter dapat dilihat berdasarkan dari lingkungan
tempat kerja, kelengkapan sarana dan prasarana, keamanan, dan kenyamanan kerja serta
beban kerja yang dirasakan oleh dokter. Motivasi kerja sangat berpengaruh terhadap kualitas
kinerja dokter. Masih terdapat banyak dokter yang motivasi kerjanya kurang. Kurangnya

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)


motivasi ini mengakibatkan kualitas kinerjanya menurun dan berdampak terhadap respon
pasien. Perlunya dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi kerja dokter dalam sebuah
instansi kesehatan. Pemberian penghargaan/reward , memperbaiki suasana kerja, dan
pemberian tanggung jawab yang menyeluruh kepada setiap dokter bisa dilakukan oleh pihak
stakeholder instansi kesehatan. Perilaku atasan merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam pencapaian motivasi kerja dokter. Hubungan yang baik antara atasan dan dokter adalah
faktor yang sangat penting, dan sangat memotivasi kerja para dokter.

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)


Referensi

1. CORLESA, G. J. (2016). Pengaruh Konflik Kerja, Stres Dan Motivasi Terhadap Kinerja
Dokter Wanita Di Klinik Evitderma Wilayah Dki Jakarta. http://repository.unpas.ac.id/11948/

2. Danardono, I., & Pribadi, F. (2016). Satisfaction and motivation of Health Workers: Case
Study of Income, compensation, and working condition in Dr. Soedirman Hospital, Kebumen.
Jurnal Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit, 5(1), 63–72.
https://doi.org/10.18196/jmmr.5108. Kepuasan

3. Haryani, T., Liyana, N., Jati, S. P., Pramukarso, D. T., Masyarakat, M. K., Masyarakat, K., &
Diponegoro, U. (2020). Analisis Pengaruh Kompensasi, Motivasi Dan Gaya Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Dokter Pada Rsud Dr. H. Soewondo
Kabupaten Kendal. JKM (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Cendekia Utama, 7(2), 38–54.
http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/view/500

4. Lihawa, C., Noermijati, N., & Rasyid, H. Al. (2016). Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis dengan di Moderasi Karakteristik
Individu (Studi di Rumah Sakit Islam Unisma Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen, 14(2),
300–308. https://doi.org/10.18202/jam23026332.14.2.12

5. Masuku, D., Nurhayani, & Darmawansyah. (2013). Analisis Motivasi Kerja Dokter Pegawai
Negeri Sipil  Di  Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2012. 197–204.

6. Rusdiana, R., & Faisya, A. F. (2020). Pengaruh Pemberian Dana Kapitasi Dengan Motivasi
Kerja Dokter Puskesmas di Wilayah Perkotaan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 20(2), 670. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.998

7. Saut, P., & Tobing, M. L. (2018). Rawat Inap Di Rumah Sakit. 8, 43–50.

8. Sudarmono, Margawati, A., & Jati, S. (2017). Hubungan Kompensasi , Motivasi dan
Kepuasan Kerja dengan Kinerja Dokter. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 5(April),
43–46.

9. Syahidin, R. (2019). Pengaruh Kepemimpinan Visioner, Dan Motivasi Terhadap Kinerja


Dokter Di Rs X Tipe C. Sosiohumanitas, 21(1), 46–51.
https://doi.org/10.36555/sosiohumanitas. v21i1.997

10. Yuninda, E. (2017). Kepuasan Kerja Serta Implikasinya Pada Kinerja. 1–20.

Literature Review : Analisis Motivasi Kerja Dokter (Alvisar Afandi)

Anda mungkin juga menyukai