Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spriritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kata sehat adalah

suatu keadaan atau kondisi dimana seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit.

Sehat secara fisik yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak

sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.

Sehat mental (jiwa) mencakup sehat dalam berpikir secara logis (masuk akal). Sehat spiritual

tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa bersyukur, pujian atau penyembahan

yang dapat dilihat dari praktek keagamaan dan kepercayaan serta perbuatan baik yang sesuai

norma-norma masyarakat. Sehat ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara

ekonomi(1).

Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan

fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat

pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (2). Rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat yang memiliki tugas

melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu, seraya terdapat

upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan (3).

Salah satu keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit harus di dukung dengan

penyelenggaraan pelayanan rekam medis. Rekam medis menjadi salah satu pendukung
keberhasilan pelayanan karena rekam medis merupakan jantung dari Rumah Sakit yang tidak

akan dapat terlepas dari Rumah Sakit itu sendiri. Rekam Medis merupakan berkas yang berisikan

catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan

lain yang telah diberikan kepada pasien dengan tujuan menunjang tercipta nya tertib administrasi

dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit (4).

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan (5).

Tenaga kesehatan adalah komponen terpenting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

indonesia yang setinggi-tinggi nya. Rumah sakit perlu melakukan perencanaan kebutuhan baik

segi jenis dan jumlah nya. Kebutuhan tenaga kesehatan harus dilakukan analisis, karena

kelebihan jumlah tenaga sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadinya penggunaan

waktu kerja yang tidak produktif. Sebaliknya, jika kekurangan tenaga sumber daya manusia akan

mengakibatkan beban kerja yang berlebihan sehingga tidak ada keseimbangan antara tenaga

kerja dengan banyak nya jenis pekerjaan (1).

Tenaga rekam medis adalah tenaga yang menangani berkas yang berisikan catatan serta

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan dan tindakan yang diberikan kepada

pasien. Adapun sistem pengolahan dalam rekam medis yaitu pendaftaran, assembling, analyzing,

coding, indexing, pelaporan, filling, dan korespondensi (4).

Beban kerja dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas dan

kemampuan pegawai dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Hal ini terjadi karena kerja

manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang

berbeda-beda. Beban kerja adalah sekumpulan atau jumlah kegiatan yang diselesaikan oleh suatu

unit organisasi atau pemegang jabatan dengan jangka waku tertentu (6). Beban kerja adalah
besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan atau unit suatu organisasi dan

merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan karyawan lebih

tinggi dari pada tuntutan pekerjaannya maka akan timbul perasaan bosan. Sebaliknya, Jika

kemampuan karyawan lebih rendah dari pada tuntutan pekerjaan maka akan muncul kelelahan

yang lebih. Beban kerja yang dibebankan kepada karyawan dapat dikategorikan tiga bagian,

yaitu: beban kerja sesuai dengan standar, beban kerja yang terlalu tinggi (over capacity) dan

beban kerja yang terlalu rendah (under capacity) (7).

Pengukuran beban kerja memberikan beberapa keuntungan bagi setiap organisasi. Alasan

yang sangat mendasar dalam mengukur beban kerja adalah untuk mengkuatifikasi biaya mental

(mental cost) yang harus dikeluarkan dalam melakukan suatu pekerjaan agar dapat memprediksi

kinerja sistem dan pekerja. Tujuan akhir dari langkah-langkah tersebut adalah untuk

meningkatkan kodisi kerja, memperbaiki desain lingkungan kerja ataupun menghasilkan

prosedur kerja yang lebih efektif (8).

Kinerja berasal dari pengertian performance. Kinerja juga memiliki pengertian

performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Sebenarnya kinerja mempunyai makna yang

lebih luas bukan hanya hasil kerja akan tetapi termasuk juga bagaimana proses pekerjaan.

Kinerja adalah suatu hasil pekerjaan yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-

tugasnya atas kecakapan, usaha, serta kesempatan. Berdasarkan paparan diatas dapat

disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugasnya yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman dan kesungguhan

serta waktu menurut standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (9).

Penilaian kinerja (performance assessment) adalah proses yang dilakukan dalam

pengukuran atau penilaian kinerja karyawan. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja adalah
untuk memberikan feedback kepada pegawai dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya serta

upaya dalam meningkatkan produktivitas organisasi dan kebijakan pegawai seperti untuk tujuan

promosi, kenaikan gaji, pendidikan, pelatihan dan lain-lainnya. Penilaian kinerja dapat menjadi

landasan untuk penilaian sejauh mana kegiatan MSDM seperti perekrutan, seleksi, penempatan,

dan pelatihan dilakukan dengan baik, dan apa yang akan dilakukan kemudian seperti dalam

penggajian, perencanaan karier, dan lain-lainnya yang tentu saja merupakan salah satu kegiatan

yang sangat penting dalam manajemen sumber daya manusia (10).

Salah satu fenomena yang sering di hadapi oleh suatu organisasi saat ini yaitu stres kerja

yang dialami oleh sumber daya manusia yaitu akibat beban kerja berlebihan (11). Selain itu,

faktor lain yang mempengaruhi beban kerja seperti kelelahan kerja dapat berpengaruh terrhadap

hasil kinerja karyawan. Kelelahan kerja merupakan suatu fenomena yang kompleks bisa

disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja serta dipengaruhi oleh faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal terjadinya kelelahan kerja yaitu karena lingkungan kerja yang tidak

memadai dan faktor eksternal terjadinya kelelahan kerja yaitu karena masalah psikososial.

Motivasi kerja juga sangat berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja suatu karyawan.

Motivasi sebagai dorongan yang memberikan semangat dalam melakukan pekerjaan, sehingga

mampu untuk bekerja sama dengan tim, bekerja efektif, dan berintegrasi dengan baik guna

mendapat kepuasan yang diharapkan. Selain itu, Aspek lingkungan kerja merupakan hal yang

sangat di perhatikan oleh tenaga SDM karena mempengaruhi semangat kerja serta agar tetap

merasa nyaman saat bekerja (9).

RSU.Sundari Medan yang terletak di Jln. T.B. Simatupang (Jln. P. Baris No. 31) berdiri

pada tahun 1987 yang didirikan oleh Bapak H. Usman. Rumah Sakit Umum Sundari pada awal

mulanya hanyalah tempat praktek bidan yang di dibuat dirumah. Tempat praktek ini berada di
lingkungan Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal yang mana penduduknya saat itu belum

terlalu banyak, namun pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan membuat Desa Lalang

Kecamatan Medan Sunggal banyak pasien yang ingin berobat, terutama pasien yang mau

melahirkan.

Dikarenakan banyaknya pasien di sekitar rumah yang datang ke bidan Hj.Sundari untuk

melahirkan sehingga tempat praktek yang awalnya hanyalah rumah tidak lagi mencukupi untuk

memberikan pelayanan kesehatan bersalin. Setelah mendapat izin, maka didirikan Klinik

Bersalin.

Maka pada tahun 1995 Klinik Bersalin Sundari meningkat statusnya menjadi Rumah

Sakit Umum Sundari yang diperkuat dengan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.YN.02.04.4.5963. Dengan surat keputusan itu maka sampai dengan saat ini

RSU.Sundari Medan telah melakukan pelayanan medis sebagai rumah sakit yang memiliki

fungsi lebih bukan hanya tempat persalinan, tetapi juga telah menjadi sarana dan prasarana untuk

pengobatan medis lainnya.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSU Sundari Medan, diketahui bahwa

petugas Rekam Medis berjumlah 17 0rang yang terdiri dari 5 orang petugas yang berprofesi

rekam medis dan 12 orang petugas non rekam medis. Ruang rekam medis dibagi menjadi dua

yaitu di lantai pertama berisikan berkas rekam medis yang dikumpulkan selama 3 bulan terakhir

dan di lantai tiga (3) terdapat ruang penyimpanan berkas rekam medis dari tahun 2014 dan

dilakukan pemusnahan setiap 5 tahun sekali. Adapun kesulitan atau kendala yang dialami saat

bekerja yaitu masih kekurangan tenaga SDM, dan banyak berkas yang masih menumpuk

dilantai. selain itu, kelelahan kerja yang dialami oleh petugas rekam medis seperti adanya

tambahan kerja dari atasan menjadi faktor pendukung dalam pengaruh kinerja petugas.
Lingkungan yang tidak nyaman juga dapat mempengaruhi pekerjaan suatu karyawan. Saat

melakukan observasi dan wawancara kepada petugas rekam medis peneliti juga mendapatkan

informasi bahwa masih kurang nya motivasi kerja bagi para petugas serta masih kurangnya

pelatihan dari rumah sakit bagi para petugas dimana baru satu kali di lakukan pelatihan yaitu

pada tahun 2018 saat menjelang akreditasi kepada petugas rekam medis.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Sundari

Medan Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang ingin peneliti

kemukakan adalah “Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2022”.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Beban Kerja Terhadap

Kinerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2022.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi tempat penelitian

Dapat menjadi masukan bagi manajemen Rumah Sakit Umum Sundari Medan.

1.4.2 Bagi institut

Sebagai bahan referensi dan bahan bacaan bagi mahasiswa/i di perpustakaan Program

Studi Administrasi Rumah Sakit Institut Kesehatan Helvetia.


1.4.3 Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan informasi dan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin

melakukan penelitian berkaitan dengan masalah yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keaslian penelitian

Pernyataan tentang keaslian penelitan meliputi identifikasi perbedaan-perbedaan

penelitian yang ingin dilakukan dengan penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut dapat berupa

penerapan teori dalam situasi tertentu, sampel dan populasi khusus, desain penelitian, rancangan

penelitian, instrument penelitian, atau teknik analisis data.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya.

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya.

Nama Tujuan Rancangan Hasil Persamaan Perbedaan


Peneliti Penelitian Penelitian
Muttaqin untuk Rancangan Hasil penelitian 1. Variabel 1. Lokasi Penelitian
Al Ridha mengetahui penelitian ini adanya hubungan penelitian 2. Rancangan penelitian
(2019) beban kerja adalah antara 4 subvariabel 3. Durasi pengambilan Data
terhadap penelitian biodata dengan 4. Variable lainnya
kinerja survey bersifat kinerja, berkolerasi
perawat analitik signifikan (ɑ <0,05),
dengan eksploratory memiliki nilai
model Swat dengan korelasi rendah s/d
(Subjective menggunakan tinggi (p => 0,115
Workload rancangan s/d 0,817), kecuali
Assessment cross sectional oleh subvariabel
Technique) di kelompok umur.
ruang rawat Nilai kinerja di ukur
inap Rumah secara dikotomi dari
Sakit Umum nilai 1-16
Delima pencapaian kritereia
Medan. CARE. Penelitian
akhir menunjukan
hasil perumusan
regresi logistik dari
kriteria kinerja
responden: y = -
11.309 + 1.125 Rasio
dan Beban Mental.
Dengan sedeharna
ditunjukkan bahwa
RBM (Beban Mental)
adalah variabel yang
berkaitan signifikan
dengan
kinerja/karakteristik
CARE pada
keperawatan.
I.N. Untuk Rancangan Hasil analisis bivairat 1. Variabel 1. Lokasi penelitian
Budiawan, mengetahui penelitian ini menunjukkan ada penelitian 2. Rancangan penelitian
I.K. hubungan adalah Survei hubungan yang 3. Durasi penelitian
Suarjana, kompetensi, cross sectional bermakna antara 4. Variabel lainnya
I.P.Ganda Motivasi dan kinerja perawat
Wijaya Beban kerja dengan kompetensi
(2015) dengan dan motivasi
kinerja (p<0,001), tetapi
perawat tidak ada hubungan
pelaksana di dengan beban kerja
Rumah Sakit (p=0,94). Analisis
Jiwa provinsi multivariat
bali. menunjukkan bahwa
kinerja perawat
berhubungan
dengan kompetensi
dengan nilai
adjusted OR=65,38
(95%CI: 6,88-621,52)
dan motivasi dengan
nilai adjusted
OR=61,71 (7,15-
532,59), tetapi tidak
berhubungan secara
bermakna dengan
beban kerja dengan
adjusted OR=1,012
(95%CI: 0,32-3,17).
Nita Untuk Kuantitatif Hasil penelitian tidak a. Variabel 1. Lokasi penelitian
Novianti mengetahui dengan ada hubungan penelitian 2. Rancangan penelitian
(2019) hubungan menggunakan beban kerja dengan 3. Durasi penelitian
beban kerja metode dengan kinerja 4. Variabel lainnya
dengan korelasi karyawan.
kinerja melalui
karyawan di pendekatan
Ruang Filling cross sectional
instalasi
rekam medis
Rumah Sakit.
Rusdi, Untuk Penelitian Hasil yang di peroleh 1. Variabel 1. Lokasi peneltian
Bambang mengetahui dilakukan adalah analisis Penelitian 2. Durasi penelitian
Edi shift kerja secara Survey bivariat, semua 3. Rancangan penelitian
Warsito dan beban Analitik variabel bebas 4. Variabel lainnya
(2015) kerja dengan desain berpengaruh
berpengaruh cross sectional terhadap variabel
terhadap terikat (kelelahan
terjadinya kerja perawat)
kelelahan adalah shift kerja
kerja perawat pagi(nilai p=0,030),
di ruang shift kerja sore (hasil
rawat di p=0,038) shift kerja
Rumah Sakit malam (nilai
pemerintah. p=0,042), beban
kerja pagi (hasil
p=0,014), beban
kerja sore (hasil
p=0,042), dan beban
kerja malam (hasil
p=0,004). Pada
analisis multivariat
variabel yang
berpengaruh adalah
shift kerja pagi
(OR=0,082), shift
kerja malam
(OR=0.053), beban
kerja malam
(OR=0.028).
Dita Untuk Penelitian ini Hasil pengukuran 1. Variabel 1. Lokasi penelitian
Perwitasar mempelajari adalah kelelahan Penelitian 2. Rancangan penelitian
i, Abdul faktor yang penelitian menggunakan 3. Durasi penelitian
Rohim berhubungan observasional checklist 4. Variabel lainnya.
Tualeka dengan dengan menunjukkan bahwa
(2017) kelelahan rancangan sebagian besar
kerja cross perawat mengalami
subyektif sectional. kelelahan sedang.
pada perawat Hasil penelitian
di RSUD membuktikan
dr.Mohamad bahwa tidak ada
Soewandhie hubungan antara
Surabaya. umur, jenis kelamin,
masa kerja dan
beban kerja dengan
kelelahan. Hasil
penelitian juga
membuktikan
adanya hubungan
antara status gizi
dengan kelelahan
(nilai p= 0,000).
Rini Untuk penelitian Hasil penelitian 1. Variabel 1. Lokasi Penelitian
Fitriantini, menganalisis kuantitatif menunjukkan bahwa Penelitian 2. Rancangan Penelitian
Agusdin, pengaruh Asosiatif beban kerja dan 3. Durasi pengambilan Data
Siti beban kerja Kausal stres kerja 4. Variabel lainnya
Nurmayan dan kepuasan berpengaruh positif
ti (2020) kerja signifikan terhadap
terhadap turnover intention,
turnover beban kerja
intention, berpengaruh positif
menganalisis signifikan terhadap
pengaruh stres kerja,
beban kerja sementara kepuasan
dan kepuasan kerja berpengaruh
kerja negatif signifikan
terhadap terhadap turnover
stres kerja, intention dan stres
serta kerja. Manajemen
menganalisis Rumah Sakit
pengaruh diharapkan
stres kerja memperhatikan
terhadap sarana dan
turnover prasarana dalam
intention mendukung
pada tenaga pekerjaan serta
kesehatan jaminan keamanan
berstatus dan kenyamanan
kontrak di dalam bekerja agar
Rumah Sakit tenaga kesehatan
Umum tidak merasa beban
Daerah Kota kerja mereka tinggi
Mataram. dan dapat
menurunkan tingkat
turnover intention.
Riska Untuk penelitian Hasil analisis 1. Variabel 1. Lokasi penelitian
Rosita, mengetahui analitik penelitian penelitian 2. Rancangan Penelitian
Nadila hubungan dengan menunjukkan 3. Durasi penelitian
Wahyu antara stres pendekatan sebagian besar 4. Variabel lainnya
Cahyani kerja dengan cross sectional petugas rekam
(2019) kinerja medis mengalami
petugas stres kerja pada
rekam medis, kategori sedang
dengan studi dengan jumlah
kasus di prosentase 63,64%.
Rumah Sakit Sedangkan untuk
PKU kinerja petugas
Muhammadiy rekam medis paling
ah Surakarta. banyak masuk pada
kategori tinggi
dengan jumlah
prosentase 57,58%.
Berdasarkan hasil uji
chi-square
didapatkan nilai
p=0,00<0,05.
Tiffany Tujuan umum menggunakan Hasil penelitian dan 1. Variabel 1. Lokasi Penelitian
Benedicta penelitian metode perhitungan dengan Penelitian 2. Rancangan Penelitian
Dwi adalah deskriptif menggunakan 3 3. Durasi Penelitian
Julianti, mengetahui kuantitatif rumus yaitu WISN, 4. Variabel lainnya.
Lanang gambaran dengan teknik Departemen
Eko S. mengenai pengumpulan Kesahatan RI, dan
(2016) beban kerja data berupa On The Spot dimana
unit rekam observasi dan di dapat rata-rata
medis rawat wawancara kebutuhan tenaga
jalan guna sebanyak 15,13
meningkatka petugas dengan
n total petugas yang
produktifitas sudah ada sebanyak
petugas unit 20 orang artinya
rekam medis kebutuhan tenaga
rawat jalan di rekam medis rawat
Rumah Sakit berlebihan 2,98
Dustira orang, dengan
Cimahi. beban kerja yang
berbeda-beda pada
setiap kegiatanya.
Tingkat produktifitas
petugas di lihat
berdasarkan hasil
penelitian dan
perhitungan
peneliti. Tingkat
produktifitas yang
ada di unit rekam
medis untuk
kegiatan
pendaftaran sudah
produktif sedangkan
untuk kegiatan
pencarian,
pendistribusian,
kodefikasi dan
pengembalian
rekam medis belum
mencapai tingkat
produktif. Dapat
disimpulkan
kemungkinan ada
keterkaitan antara
beban kerja petugas
dengan tingkat
produktifitas.

2.2 Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit

maupun orang sehat serta dapat menjadi tempat penularan penyakit yang memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Rumah sakit menjadi tempat

pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan memiliki karakteristik tersendiri yang di pengaruhi

oleh perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat sehingga harus tetap meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik agar tercapainya

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (3).

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang harus memiliki tenaga medis profesional dan

terorganisir baik dari sarana dan prasarana kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinabungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang di derita oleh pasien hal ini

dilakukan untuk melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna pada

upaya penyembuhan dan pemulihan serta upaya peningkatan dan pencegahan dan melaksanakan

upaya rujukan (12).

2.2.2 Asas dan Tujuan Rumah Sakit

Rumah sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan kepada nilai

kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak, anti diskriminasi,

pemertaraan, perlindungan dan keselamatan, serta mempunyai fungsi sosial. Pengaturan

penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk (3):

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat dan lingkungan

rumah sakit

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah

sakit, dan rumah sakit.

2.2.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Adapun tugas dan fungsi Rumah sakit, yaitu (3):

a. Tugas Rumah Sakit

Adapun Tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara

berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan

upaya rujukan, rumah sakit juga mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna.

b. Fungsi Rumah Sakit

Adapun fungsi rumah sakit, yaitu (3):

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit

2. Pemeliharaan dan peningkataan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan

yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis

3. Pelayanan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan

kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang

kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2.4 Kewajiban dan Hak Rumah Sakit

Adapun hak dan kewajiban Rumah Sakit, yaitu (13):

a. Kewajiban Rumah Sakit

1. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada

masyarakat
2. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif

dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah

Sakit

3. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya

4. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan

kemampuan pelayanannya

5. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin

6. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien

tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis,

pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi

kemanusiaan

7. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien

8. menyelenggarakan rekam medis

9. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,

parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut

usia

10. melaksanakan sistem rujukan

11. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta

peraturan perundang-undangan

12. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban

pasien
13. menghormati dan melindungi hak-hak pasien

14. melaksanakan etika Rumah Sakit

15. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana

16. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun

nasional

17. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran

gigi dan tenaga kesehatan lainnya

18. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws)

19. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam

melaksanakan tugas

20. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

b. Hak Rumah Sakit

1. menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan

klasifikasi Rumah Sakit

2. menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan

penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan

4. menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan

5. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian

6. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan

7. mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan


8. mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang

ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.

2.3 Rekam Medis

2.3.1 Pengertian Rekam Medis

Rekam medis sendiri mempunyai arti yang sangat luas tidak hanya sekedar kegiatan

pencatatan tetapi dimulai dari proses kegiatan penerimaan pasien pertama kali di rumah sakit,

diteruskan dengan pencatatan data pasien selama pasien itu mendapat pelayanan medik di rumah

sakit lalu dilanjutkan dengan penyimpanan dan pengeluaran berkas rekam medis dari tempat

penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan

lainnya (14).

Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan serta dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien. Rekam medis merupakan keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang

identitas, anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnosa dan segala tindakan pelayanan

pasien serta pengobatan baik diunit rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (4).

2.3.2 Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis

a. Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka

upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa di dukung oleh suatu sistem

pengolahan rekam medis yang baik dan benar maka tertib administrasi rumah sakit mungkin

tidak akan berhasil sebagaimana yang semestinya di harapkan. Tertib administrasi merupakan

salah satu faktor yang penting dalam menentukan upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (4).
Pembuatan rekam medis di rumah sakit bertujuan untuk mendapatkan catatan serta

dokumen yang akurat dan adekuat dari pasien terkait riwayat kesehatan, riwayat penyakit masa

lalu dan sekarang juga pelayanan kesehatan (15).

b. Kegunaan Rekam Medis

Adapun kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: (buku)

1. Aspek administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isi nya terkait

tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para

medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan

2. Aspek medis

Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan

kepada masing-masing pasien

3. Aspek hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya terkait masalah

adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan untuk usaha penegakkan hukum

serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan

4. Aspek keuangan

Suatu berkas rekam medis yang memiliki nilai uang karena isinya mengenai data atau

informasi yang dapat digunakan sebagai aspek keuangan

5. Aspek penelitian

Suatu berkas rekam medis yang memiliki niai penelitian karena isinya mengenai data

atau informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan

ilmu pengetahuan dibidang kesehatan


6. Aspek pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya mengenai data

atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang

diberikan kepada pasisen. Infromasi tersebut dapat digunakan sebagai referensi atau

bahan ajar dibidang profesi pemakai

7. Aspek dokumentasi

Suatu berkas rekam medis yang memiliki nilai karena isinya mengenai sumber ingatan

yang harus didokumentasikan serta di gunakan sebagai bahan pertanggungjawaban

dan laporan rumah sakit.

Dengan melihat beberapa aspek tersebut di atas, rekam medis mempunyai kegunaan lain

yang sangat luas dan tidak hanya menyangkut antara pasien. Kegunaan rekam medis tersebut,

yaitu: (BUKU)

1. Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil

bagian dalam memberikan pelayanan kesehatan, pengobatan dan perawatan kepada

pasien

2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan

kepada seorang pasien

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan

pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit

4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan kepada pasien

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga

kesehatan lainnya
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berrguna untuk keperluan penelitian dan

pendidikan

7. Sebagai dasar ingatan dalam menghitung biaya pembayaran pelayanan medik pasien

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan,serta sebagai bahan

pertanggungjawaban dan laporan.

2.3.3 Manfaat Rekam Medis

Adapun manfaat dalam penyelenggaraan rekam medis, yaitu: (buku)

1. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien

2. Sebagai alat bukti dalam proses penegakkan hukum, displin kedokteran dan

kedokteran gigi, dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi

3. Menyediakan data klinis yang berguna untuk keperluan pendidikan dan penelitian

4. Dasar pembiayaan pelayanan kesehatan

5. Data statistik kesehatan.

2.3.4 Alur Rekam Medis

Adapun alur rekam medis yang dimulai dari saat pasien mendapatkan pelayanan

kesehatan hingga berkas pasien tersebut akan dikembalikan ke ruangan berkas rekam medis.

setelah itu, di ruang rekam medis berkas pasien kemudian akan dikelola oleh petugas rekam

medis. Adapun alur berkas rekam medis, yaitu:

1. Pendaftaran

Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun yang akan dirawat

adalah bagian dari sistem prosedur pelayanan kesehatan. Dengan kata lain sebagai tempat

pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah sakit. Tata cara
pasien dapat dinilai baik jika petugas bersikap ramah, sopan, tertib, dan bertanggung jawab

dalam pekerjaannya.

Adapun prosedur rekam medis dalam pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)

TPPRJ atau di kenal dengan tempat pendaftaran merupakan tempat dimana petugas dan

pasien melakukan kontak pertama kali. fungsi utama dari TPPRJ adalah menerima pasien untuk

berobat ke poliklinik yang dituju. Prosedur penerimaan pasien dapat disesuaikan dengan sistem

yang dianut oleh masing-masing rumah sakit. Kedatangan pasien dapat dibedakan menjadi 2

(dua), yaitu:

1. Pasien baru

pasien baru adalah pasien yang baru pertama kali datang kerumah sakit untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap pasien baru akan diterima di tempat penerimaan

pasien (TPP) dan akan diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan informasi mengenai data

identitas sosial pasien dan harus mengisi formulir ringkasan riwayat klinik. Prosedur penerimaan

pasien baru di rawat jalan tersebut adalah:

a. Petugas pendaftaran akan melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien baru

dengan melakukan wawancara kepada pasien tersebut

b. Petugas pendaftaran akan mencetak KIB (Kartu Identitas Berobat) dan IUP (Index

utama pasien) serta harus dibawa setiap kali kunjungan berikutnya ke rumah sakit yang

sama, baik pasien yang berobat rawat jalan maupun pasien rawat inap

c. Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien

d. Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis pasien ke poli/unit pelayanan

yang dituju.
2. Pasien lama

Pasien lama adalah pasien yang pernah datang atau berobat sebelumnya ke rumah sakit,

maka akan mendatangi tempat pendaftaran pasien lama atau ke tempat penerimaan pasien yang

telah ditentukan. Pasien lama dapat dibedakan:

a. Pasien yang datang dengan perjanjian

b. Pasien yang datang dengan tidak ada perjanjian (atas kemauan sendiri).

Berdasarkan hal tersebut pasien akan mendapatkan pelayanan di TPP setelah membeli

karcis. Pasien yang telah datang dengan perjanjian akan langsung menuju poliklinik yang dituju

karena rekam medis nya telah disiapkan oleh petugas. Sedangkan, pasien yang datang tidak ada

perjanjian harus menunggu rekam medisnya yang dimintakan oleh petugas TPP ke instalasi

rekam medis. setelah berkas rekam medisnya ditemukan maka rekam medis tersebut akan

dikirim ke poliklinik oleh petugas, selanjutnya pasien akan mendapatkan pelayanan kesehatan di

poliklinik yang dituju.

2. Prosedur Pasien Gawat Darurat

pasien datang ke tempat penerimaan pasien gawat darurat. Tempat pendaftaran pasien

biasanya dibuka selama 24 jam. Untuk prosedur pelayanan pasien baru dan pasien lama akan

berbeda. Selain itu, Pasien akan ditolong terlebih dahulu baru penyelesaian administrasinya.

Setelah pasien mendapatkan pelayanan yang cukup ada kemungkinan dari setiap pasien, maka:

1. Pasien boleh langsung pulang

2. Pasien dirujuk atau dikirim kerumah sakit lain

3. Pasien harus dirawat dengan persyaratan.

a. Penerimaan Pasien Rawat Inap


Penerimaan pasien rawat inap dinamakan TPP RI (Admitting office) yaitu untuk

menerima pasien dirawat dirumah sakit. Pada pasien yang memerlukan perawatan

dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Pasien yang tidak urgent, penundaan perawatan pasien tersebut tidak akan

menambah penyakitnya.

2. Pasien yang urgent, tetapi tidak gawat darurat dapat dimasukkan kedalam daftar

tunggu

3. Pasien yang emergency akan langsung dirawat.

2. Assembling

Assembling adalah kegiatan merakit/menyusun berkas rekam medis pasien rawat inap di

fasilitas pelayanan kesehatan serta melakukan pengecekan kelengkapan berkas rekam medis dan

form yang harus ada pada berkas rekam medis pasien rawat inap. proses assembling di lakukan

setelah pasien keluar dari rumah sakit. Assembling rekam medis terdiri atas berkas rekam medis

rawat jalan dan berkas rekam medis rawat inap. Adapun kegiatan pokok bagian assembling

adalah :

1. Menyiapkan dokumen rekam medis yang baru dan kelengkapan formulir di dalamnya

untuk keperluan unit yang membutuhkan.

2. Mencatat segala penggunaan dokumen rekam medis di dalam buku kendali

3. Mengalokasikan nomor rekam medis dan memberitahu ke TPPRJ dan UGD

4. Mengendalikan penggunaan nomor rekam medis agar tidak terjadi duplikasi dalam

penggunaan nomor rekam medis

5. Mencatat penggunaan nomor rekam medis kedalam buku penggunaan rekam medis
6. Menerima pengembalian dokumen rekam medis dan sensus harian dari unit pelayanan

rekam medis

7. Mencocokkan jumlah dokumen dengan jumlah pasien

8. Meneliti kelengkapan isi dokumen.

3. Analizing

Analizing adalah proses yang berhubungan dengan assembling. Analizing dilakukan

setelah petugas assembling mengecek kelengkapan berkas rekam medis pasien. Lalu petugas

analizing menginput data berkas rekam medis yang lengkap maupun yang tidak lengkap ke

dalam komputer. Berkas rekam medis yang tidak lengkap biasanya akan dikembalikan

keruangan tempat pasien tersebut dirawat untuk dilengkapi kembali oleh dokter maupun perawat.

Ada beberapa analisa dalam rekam medis, yaitu:

1. Analisis mutu rekam medis

a. Tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan perekaman medis.

dalam UU Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2004 pada Pasal 46 ayat (1)

menyebutkan bahwa “setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik

kedokteran wajib membuat rekam medis”

b. Selanjutnya dalam ayat (2) disebutkan bahwa “Rekam Medis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan kesehatan”

c. Dalam ayat (3) disebutkan bahwa “setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,

waktu dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan dan tindakan”.

Sewaktu berkas rekam medis telah sampai di bagian instalasi rekam medis maka petugas

akan menerimanya dan harus memeriksa apakah berkas rekam medis tersebut telah lengkap atau

tidak baik secara kualitas maupun kuantitas. Kegiatan ini disebut penganalisaan mutu rekam
medis. Adapun hal-hal yang dilakukan petugas rekam medis dalam penganalisaan mutu rekam

medis adalah: (menurut jendral bina pelayanan medik (2006:73)

1. Rekam medis yang mengandung ketidak tepatan ataupun bila ada penghapusan yang

dapat menyebabkan rekam medis menjadi tidak akurat atau tidak lengkap

2. Dalam melaksanakan tugas penganalisaan biasanya akan dilakukan oleh petugas rekam

medis yang sudah mahir dan mendapatkan pendidikan khusus yaitu diperlukan

pengetahuan tentang ilmu terminologi medis, anatomi, fisiologi, dasar-dasar proses

kepenyakitan, isi rekam medis, dan standar medis yang digunakan

3. Berdasarkan pasal 46 UU Praktik Kedokteran No. 29 ayat (2) bahwa “Jika terjadi

kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis, berkas rekam medis tidak

boleh hilang atau di hapus dengan cara apapun. Perubahan catatan atau kesalahan

dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan di bubuhi paraf

petugas yang bersangkutan”

4. Selanjutnya pada penjelasan pasal 46 ayat (3) menyatakan “yang dimaksud dengan

petugas adalah dokte atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan

pelayanan langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatan rekam medis

menggunakan teknologi informasi elektronik maka kewajiban membubuhi tanda

tangan dapat diganti dengan menggunakan nomor identitas pribadi (peronal

identification nimber).

Jadi, apabila masih ada berkas rekam medis yang tidak memenuhi standar ketetapan

diatas maka petugas rekam medis wajib meminta dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan

lain yang memberikan pelayanan terhadap pasien untuk melengkapinya. Petugas rekam medis
hanya boleh memasukkan berkas rekam medis yang telah lengkap kedalam rak penjajaran (filling

shelves). Adapun alasan mengapa berkas rekam medis harus di analisis mutunya, adalah:

1. Agar rekam medis lengkap dan dapat digunakan bagi referensi pelayanan kesehatan,

melindungi minat hukum, sesuai dengan peraturan yang berlaku

2. Menunjang informasi untuk aktifitas penjamin mutu (quality assurance)

3. Membantu penetapan diagnosis dan prosedur pengkodean penyakit

4. Bagi riset medis, studi administrasi dan penggantian biaya keperawatan.

4. Coding

Coding adalah penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka yang

mengkombinasikan huruf dalam angka dengan diwakili oleh komponen data. Kode klasifikasi

penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk menyeragamkan nama dan

golongan penyakit, cedera, gejala, dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. Kegiatan-kegiatan

pokok dalam coding adalah bertanggungjawab dalam penentuan dan penulisan kode penyakit

serta menggunakan prosedur yang tertulis pada dokumen rekam medis dengan didasarkan

menggunakan kode yang telah ditetapkan pada ICD-10 (International Statistical Classification of

Diseases and Related Health Problem Tenth Revision) untuk kode jenis penyakit dan ICD-9 CM

(International Statistical Classification of Diseases, Ninth Revision, Clinical Modification).

Adapun tujuan dari pengkodingan, adalah:

1. Memudahkan pencatatan, pengumpulan dan pengambilan kembali informasi sesuai

diagnosis ataupun tindakan medis-operasi yang diperlukan

2. Memudahkan entri data ke database komputer yang tersedia

3. Menyediakan data yang diperlukan oleh sistem pembayaran/penagihan biaya Rumah

Sakit
4. Menyedikan informasi diagnosis dan tindakan bagi keperluan riset dan edukasi

kesehatan.

5. Indexing

Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah di buat dalam indeks-

indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau menggunakan komputerisasi). Dalam kartu indeks

juga tidak boleh dicantukan nama pasien. Adapun jenis indeks yang biasa dibuat, yaitu:

1. Indeks penyakit (diagnosis)

Indeks penyakit atau diagnosis adalah kartu katalog yang di dalamnya berisi kode

penyakit yang berobat di rumah sakit

2. Indeks operasi atau tindakan

Indeks operasi atau tindakan adalah katu katalog yang di dalamnya berisi kode operasi

yang berobat di rumah sakit

3. Indeks dokter

Indeks dokter adalah suatu kartu katalog yang di dalamnya berisikan nama dokter yang

memberikan pelayanan medik kepada pasien. Kegunaan dari katu indeks ini adalah untuk

menilai pekerjaan dokter dan sebagai alat bukti pengadilan

4. Indeks kematian

Indeks kematian adalah suatu kartu katalog indeks yang berisikan informasi-informasi

mengenai pasien yang telah meninggal. Infomasi yang berada dalam indeks kematian,

adalah:

a. Nama penderita

b. Nomor rekam medis

c. Jenis kelamin
d. Umur

e. Kematian: kurang dari sejam post operasi

f. Dokter yang merawat

g. Hari perawatan

h. Wilayah.

Kegunaan dari indeks adalah untuk membuat laporan kinerja penunjang medis yang

meliputi angka morbiditas, angka mortabilitas, dan angka sebab kematian.

6. Filling

Filling atau penyimpanan merupakan suatu ruangan di unit rekam medis yang

bertanggung terhadap penyimpanan retensi dan pemusnahan dokumen rekam medis. Selain itu,

filling juga menyediakan dokumen rekam medis yang isinya telah lengkap sehingga dapat

memudahkan pengguna saat mencari informasi sewaktu-waktu dibutuhkan. Ada dua cara yang

digunakan dalam menyimpanan berkas rekam medis, yaitu:

1. Sentralisasi

Sistem Sentralisasi adalah suatu sistem penyimpanan dengan cara menyatukan formulir

rekam medis milik seorang pasien dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap,

gawat darurat tersebut dimuat dalam satu folder (map). Keuntungan dari sistem ini adalah

data dan informasi hasil pelayanan dapat dibaca seluruhnya dalam satu folder

2. Desentralisasi

Sistem Desentralilasi adalah suatu sistem penyimpanan formulir milik seorang pasien

dimana dokumen rekam medis rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat tersebut

dipisahkan pada folder (map) yang berbeda. Keuntungan dari sistem ini adalah
memudahkan pasien mendapatkan pelayanan dan beban kerja yang dilaksanakan petugas

juga cukup ringan. Namun, sistem ini memungkinkan terjadinya duplikat data.

Adapun kegiatan pokok bagian filing adalah:

1. Menerima dokumen rekam medis dari urusan coding indexing dengan buku ekspedisi

2. Menyimpan rekam medis berdasarkan metode angka secara secara berurutan

3. Jika dokumen lama diambil, maka cara pengambilannya menggunakan tracer dan

mencatat setiap penggunaan dokumen rekam medis

4. Menyiapkan dokumen rekam medis bagi pasien dengan perjanjian yang di peroleh

informasinya dari TPPRJ dan TPPRI

5. Mengekspedisi peminjaman dokumen rekam medis

6. Melakukan retensi dokumen rekam medis secara periodik dan memisahkan dokumen

aktif dan non aktif

7. Mengusulkan pemusnahan dokumen rekam medis pada komite rekam medis.

7. Pelaporan (Reporting)

Pelaporan rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat

menghasilkan laporan secara cepat, tepat, dan akurat. Adapun kegiatan pokok pelaporan

(reporting), adalah:

1. Menerima dokumen rekam medis dan fungsi assembling dengan buku ekspedisi

2. Menulis kode diagnosis atau penyakit, tindakan atau operasi, dokter yang merawat dan

kematian di dokumen rekam medis dan kartu kendali


3. Memisahkan dokumen rekam medis dengan kartu kendali dan menyerahkan dokumen

rekam medis ke filling menggunakan buku ekspedisi, sementara kartu kendali digunakan

untuk kartu indeks

4. Mencatat indek penyakit, indeks operasi, indeks dokter dan kematian di kartu indeks

masing-masing penyakit, jenis operasi, nama dokter dan sebab-sebab kematian

5. Menyusun indeks penyakit, operasi, kematian dan dokter, pada rak penyimpanan indek

secara alfabetis.

Jenis laporan yang dibuat dibedakan menjadi kelompok, yaitu:

1. Laporan interrnal rumah sakit

Laporan internal rumah sakit yaitu laporan yang dibuat sebagai masukan untuk

menyusun konsep. Rancangan dasar sistem informasi manajemen rumah sakit adalah

manajemen rumah sakit.

2. Pelaporan eksternal rumah sakit

Pelaporan eksternal rumah sakit yaitu pelaporan yang wajib dibuat oleh rumah sakit

sesuai dengan peraturan yang berlaku, ditunjukkan kepada Departemen Kesehatan RI,

Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

8. Korespondensi

Korespondensi adalah surat menyurat yang berhubungan dengan rekam medis. adapun

surat menyurat rekam medis terbagi atas beberapa jenis surat, yaitu:

1. Resume Medis

Resume Medis adalah ringkasan pelayanan medis yang diberikan oleh tenaga kesehatan

khususnya dokter selama masa perawatan hingga pasien keluar dalam keadaan baik,

sehat, hidup, maupun meninggal


2. Formulir asuransi yang terkait dengan pelayanan kesehatan

Formulir asuransi yang terkait dengan pelayanan kesehatan yaitu berkaitan dengan

pelayanan yang diberikan dokter dan telah ditanda tangani oleh pasien untuk memberikan

kuasa kepada pihak rumah sakit dan memberikan informasi mengenai dirinya kepada

pihak asuransi

3. Surat izin keterangan medis

Surat keterangan medis adalah surat yang diberikan kepada pasien berisi keterangan

tertulis mengenai kondisi kesehatan pasien dan dapat digunakan sebagaimana semestinya.

Misalnya surat keterangan medis mengenai kondisi pribadi pasien untuk keperluan

belajar, tes kesehatan, berobat keluar, dan studi banding.

2.4 Konsep Beban Kerja

2.4.1 Pengertian Beban Kerja

Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit

organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. beban kerja adalah

sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh unit organisasi atau pemegang

jabatan dalam jangka waktu tertentu.

Dengan demikian pengertian beban kerja adalah sebuah proses yang dilakukan oleh

seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas suatu pekerjaan atau kelompok jabatan yang

dilaksanakan dalam keadaan normal dalam jangka waktu tertentu.

2.4.2 Analisis Beban kerja

Analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang

digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam jangka waktu tertentu.
Analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah tenaga SDM dan berapa jumlah

tanggung jawab serta beban kerja yang harus di berikan kepada seorang petugas. Dapat pula

dikemukakan bahwa analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja

orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja dalam waktu tertentu.

2.4.2 Faktor Yang Memengaruhi Beban Kerja

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja pegawai, adalah:

1. faktor eksternal

faktor eksternal adalah beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, meliputi:

a. Tugas (task) meliputi tugas bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang tempat kerja,

kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang

diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi tanggung jawab, kompleksitas

pekerjaan dan emosi pekerja

b. Organisasi kerja meliputi lama waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja dan sistem kerja

c. Lingkungan kerja juga dapat memberikan tambahan beban kerja meliputi lingkungan

kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja

psikologis.

2. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh berpotensi sebagai stresor

meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi dan kondisi

kesehatan) dan faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan).

2.5 Konsep Kinerja

2.5.1 Pengertian Kinerja


Kinerja merupakan hasil dan perilaku yang telah dicapai saat telah menyelesaikan tugas-

tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam periode tertentu. Dapat diartikan bahwa dalam

kinerja mengandung unsur standar pencapaian yang harus dipenuhi sehingga bagi yang mencapai

standar yang telah ditetapkan yaitu berkinerja baik dan sebaliknya bagi yang tidak tercapai di

kategorikan kurang atau tidak baik.

Kinerja adalah kesuksesan seseorang dalaam melaksanakan suatu pekerjaan yang telah

dibebankan kepadanya. Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan oleh

seorang karyawan. Kinerja seseorang dapat di ukur dari hasil kerja, hasil tugas serta hasil

kegiatan dalam jangka waktu tertentu.

2.5.2 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan suatu proses orgnisasi dalam menilai kerja pegawainya

dengan tujuan untuk memberikan feedback kepada pegawainya dalam upaya memperbaiki

tampilan kerja serta upaya meningkatkan produktivitas organisasi. Hal ini dilakukan secara

khusus yang berkaitan dengan kebijaksanaan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi,

kenaikan gaji, pendidikan dan pelatihan.

Penilaian kinerja adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk menilai

keselutuhan kinerja pegawai dalam jangka waktu terteentu atau periode tertentu. Penilaian

kinerja sangat diharapkan dapat menunjukkan prestasi kerja pegawai secara rutin dan teratur

sehingga dapat memberikan manfaat bagi pemberian kompensasi dan pengembangan karier

pegawai.

2.5.3 Faktor Yang Memengaruhi Kinerja

Adapun faktor-faktor yang memegaruhi kinerja pegawai, adalah:

1. Kemampuan dan keahlian


2. Pengetahuan

3. Rancangan kerja

4. Kepribadian

5. Motivasi kerja

6. Kepemimpinan

7. Gaya kepemimpinan

8. Budaya organisasi

9. Kepuasan kerja

10. Lingkungan kerja

11. Loyalitas

12. Komitmen

13. Displin kerja.

2.6 SDM (Sumber Daya Manusia)

2.6.1 Pengertian Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan komponen penting bagi sebuah organisasi yang akan bergerak dan

melakukan aktifitas untuk mencapai tujuan. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan dari

kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. Sumber daya manusia merupakan elemen utama

dalam sebuah organisasi dibandingkan dengan elemen lainnya seperti modal, tekonologi, dan

uang, sebab manusia itu sendiri yang mengendalikan lainnya. Sumber daya manusia (SDM)

adalah kemampuan terpadu baik daya pikir dan daya fisik yang dimiliki seseorang. Perilaku dan

sifat seseorang ditentukan dari keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya

berasal dari keinginan serta motivasi dalam diri seseorang unutk mencapai kepuasannya.

2.6.2 Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah suatu proses pengolahan manusia

melalui pencatatan, rekrutmen seleksi, pelatihan, pengembangan, pemberian kompensasi, karier,

keselamatan dan kesehatan serta menjaga hubungan industrial sampai pemutusan hubungan kerja

guna mencapai tujuan dari sebuah organsisasi atau perusahaan dan peningkatan kesejahteraan

stakeholder.

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) sering disebut dengan manajemen personalia

adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan

pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintergrasian, pemeliharaan, dan

pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujuan organisasi.

2.6.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan dukungan sumber

daya manusia dalam usaha meningkatkan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan tertentu.

Adapun kegiatan atau aktivitas manajemen sumber daya manusia dalam rangka mencapai tujuan

tertentu, adalah:

1. Persiapan dan pengadaan

2. Pengembangan dan penilaian

3. Hubungan kepegawaian

4. Pengkompensasian dan perlindungan.

2.6.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Kegiatan pengelolaan SDM harus dilakukan berdasarkan proses yang benar agar semua

kegiatan pengelolaan manajemen sumber daya manusia dapat berjalan dengan lancar sesuai

ketentuan yang telah ditetapkan dengan tujuan memudahkan pengelolaan nya. Adapun fungsi-

fungsi manajemen sumber daya manusia, adalah:


1. Analisis jabatan (Job Analysis)

2. Perencanaan SDM (Human Resouces Planning)

3. Penarikkan pegawai (Recrutment)

4. Seleksi (Selection)

5. Pelatihan dan pengembangan (Training and Development)

6. Evaluasi kinerja (Performance Evaluation)

7. Kompensasi (Compensation)

8. Jenjang karier (Career Path)

9. Keselamatan dan kesehatan (Safety and Health)

10. Hubungan industrial (Industrial Relation)

11. Pemutusan hubungan kerja (Separation).

2.7 Kelelahan Kerja

2.7.1 Pengertian Kelelahan Kerja

Aktivitas kerja mengindikasikan terjadinya peningkatan beban kerja. Kelelahan kerja

merupakan kondisi yang menunjukkan keadaan tubuh baik segi fisik maupun mental yang

semuanya dapat berakibat pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh. (suma’mur 2009)

Kelelahan kerja adalah suatu kondisi melemahnya kegiatan, motivasi maupun kelelahan

fisik saat melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan kerja tidak hanya di alami oleh tenaga kerja

dibidang industri namun juga dibidang pelayanan kesehatan. Kelelahan kerja adalah kondisi

dimana tubuh mengalami kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang dilakukan. Kelelahan

kerja sering muncul pada berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang atau

monoton. (Nurmianto,2004)
2.7.2 faktor penyebab kelelahan kerja

Kelelahan kerja tidak terjadi begitu saja akan tetapi ada faktor yang menyebabkan

terjadinya kelelahan kerja. Faktor yang menyebabkan terjadinya kelelahan kerja, antara lain

(suma’mur):

1. Faktor dari dalam individu

a. Usia

Usia atau umur merupakan waktu masa hidup seseorang selama masih hidup didunia

yang dihitung mulai dari manusia dilahirkan. Usia akan berkaitan dengan kinerja

seseorang dimana semakin meningkatnya usia akan diikuti dengan proses degenerasi

kemampuan organ tubuh yang akan semakin menurun. Sehingga hal ini yang akan

menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan

b. Jenis kelamin

Bagi tenaga kerja wanita akan mengalami siklus biologis setiap bulan sehingga akan

mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan tingkat

kelelahan pada wanita akan lebih besar dari pada tingkat kelelahan pria

c. Status gizi

Status gizi adalah salah satu faktor kapasitas kerja, dimana keadaan gizi buruk dengan

beban kerja membuat kerja menjadi berantakan serta mengakibatkan kelelahan

d. Status kesehatan

Status kesehatan merupakan faktor pendukung dalam melakukan suatu pekerjaan

dimana Kondisi tubuh yang yang tidak sehat akan memengaruhi kinerja suatu

karyawan. Ada beberapa jenis penyakit yang dapat memengaruhi kelelahan kerja

seperti: penyakit jantung, penyakit asma, tekanan darah rendah dan darah tinggi serta
penyakit gangguan ginjal. Hal ini akan memengaruhi kondisi tubuh seorang karyawan

dimana metabolisme tubuh akan melemah sehingga menimbulkan mudahnya

kelelahan kondisi tubuh.

2. Faktor dari luar

a. Beban kerja dan massa kerja

Beban kerja yaitu volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik fisik

maupun mental dan menjadi tanggunga jawabnya. Pekerjaan yang terlalu berat akan

mempercepat pula kelelahan kerja seseorang. Sedangkan massa kerja yaitu lama

waktu seseorang yang bekerja pada sebuah instansi atau tempat kerja dimana semakin

lama seorang tenaga kerja bekerja dilingkungan kerja yang kurang nyaman dan

menyenangkan akan menimbulkan kelelahan pada orang tersebut yang menumpuk

dari waktu ke waktu

b. Lingkungan kerja fisik

Adapun Lingkungan kerja fisik yang dapat memengaruhi kelelahan seorang tenaga

kerja adalah:

a. Penerangan atau pencahayaan

Penerangan yang kurang baik dilingkungan kerja bukan saja akan menambah

beban kerja karena menanggu proses pelaksanaan pekerjaan tetapi menimbulkan

kesan lingkungan yang menjadi kotor. Penerangan yang tidak cukup juga dapat

dikaitkan dengan faktor umur pekerja sehingga harus dilakukan perbaikan

kontras, meningkatkan penerangan dan pengaturan jam kerja sesuai dengan umur

tenaga kerja

b. Iklim kerja
Iklim kerja adalah keadaan udara ditempat kerja. Lingkungan udara yang nyaman

akan mempengaruhi proses pekerjaan seorang tenaga kerja. Iklim kerja tersebut

seperti temperatur, kelembaban udara, kecepatan gerak angin dan suhu radiasi

c. Kebisingan

Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat menimbulkan stimulasi

daerah didekat area penerimaan pendengaran berdenging. Keadaan ini akan

menimbulkan ketidaknyaman dan kelelahan oleh seorang karyawan dalam

menjalankan aktivitas kerjanya

d. Faktor ergonomi

Ergonomi adalah informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia

dalam merancang suatu sistem kerja yang baik untuk mencapai tujuan melalui

pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan nyaman sehingga dapat mengurangi

beban kerja dan kelelahan kerja.

2.7.3 Akibat Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja yang tinggi dapat menyebabkan seseorang tidak mampu lagi untuk

bekerja sehingga seseorang memerlukan waktu istirahat dari aktivitasnya. Jika pekerja telah

mulai merasa lelah dan tetap memaksa untuk terus bekerja maka kelelahan akan semakin

bertambah sehingga kondisi tersebut akan menganngu kelancaran pekerjaan dan juga akan

berdampak buruk pada kinerja hasil pekerja yang bersangkutan (suma’mur P. 2009).

Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang

menguntungkan baik pada seorang pekerja maupun perusahaan tempat ia bekerja. Hal tersebut

seperti melemahnya kemampuan pekerja dalam melakukan pekerjaan, meningkatkan kesalahan


dalam melakukan kegiatan kerja dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan

kerja(rahmadhani 2010).

2.8 Motivasi Kerja

2.8.1 Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakan dimana

motivasi hanya di tujukan pada sumber daya manusia. Motivasi memikirkan bagaimana caranya

mengarahkan daya dan potensi pekerja mau bekerja sama secara produktif dalam mencapai hasil

serta mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. (HASIBUAN 2013:141)

Dalam suatu perusahaan motivasi sangatlah diperlukan baik motivasi dari atasan maupun

motivasi dari dalam diri sendiri. Tanpa adanya motivasi maka tujuan yang ditetapkan tidak akan

tercapai dengan baik. Motivasi adalah tenaga pendorong dari dalam diri sehingga menyebabkan

manusia berbuat atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. (Abraham Maslow 1970 buku

putri)

2.8.2 Arti Penting Motivasi

Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah serta mempertahankan

perilaku. Selain itu, motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang supaya mau

melaksanan sesuatu. Arti penting dari motivasi, adalah:( Mangkunegara (2017, hal. 87)

1. Motivasi untuk prestasi

Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan bagi seseorang dalam mencapai

kesuksesan. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan

penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri

2. Kebutuhan untuk berkuasa


Kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu

posisi kepemimpinan. Kebutuhan ini membuat orang lain berperilaku untuk

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow

terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri

3. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat

Kebutuhan akan afiliasi adalah keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat,

kooperatif dan sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai afiliasi

yang tinggi umunya berhasil dalam pekerjaan sebab memiliki interaksi sosial yang tinggi.

2.8.3 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi motivasi kerja karyawan, adalah: Edy Sutrisno

(2009:116)

1. Faktor intern, terdiri atas:

a. Keinginan untuk hidup

b. Keinginan untuk dapat memiliki

c. Keinginan untuk dapat memperoleh penghargaan

d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan

e. Keinginan untuk berkuasa

2. Faktor ektern, terdiri atas:

a. Kondisi lingkungan kerja

b. Kompensasi memadai

c. Adanya jaminan kerja

d. Status dan tanggung jawab

2.8.4 Teori Motivasi Kerja


Teori motivasi kerja menurut Abraham Maslow dibagi menjadi 5 hirarki dimana setiap

kebutuhannya harus dipenuhi. Kebutuhan setiap orang ada banyak dan berbeda-beda, apabila

kebutuhan pegawai tidak terpenuhi maka pegawai yang bekerja disebuah perusahan juga akan

merasa kecewa. Sebaklinya, jika kebutuhan terpenuhi maka pegawai akan memperlihatkan

perilaku yang gembira sebagai bentuk dari rasa puasnya Abraham Maslow mengemukakan teori

motivasi dinamakan sebagai Maslow’s Need Hierarchy Theory. Adapun Teori motivasi

Abraham Maslow menurut Hasibuan (2009:154-156) membagi kebutuhan manusia dalam lima

tingkat, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Kebutuhan tersebut

seperti kebutuhan makan, minum dan perumahan. Kebutuhan ini mendorong seseorang

untuk berperilaku atau bekerja giat

2. Kebutuhan rasa aman (Safety and Security Needs)

Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa

aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan

3. Kebutuhan sosial atau rasa memiliki (Afliliation or Acceptance Needs)

Kebutuhan sosial atau rasa memiliki adalah kebutuhan sosial, teman, hubungan kerja

sama atau afiliasi, interaksi, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan

kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya

4. Kebutuhan harga diri (Esteem or Status Needs)

Kebutuhan harga diri adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan pengakuan serta

penghargaan prestasi atau kemampuan seorang karyawan dan masyrakat lingkungannya

5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)


Kebutuhan aktualisasi diri yaitu dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan

potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan.

2.9 Pelatihan Kerja

2.9.1 Pengertian Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam

pengembangan SDM. Pendidikan dan latihan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga

meningkatkan keterampilan bekerja sehingga meningkatkan produktivitas kerja. (Buku sdm

perpus) teori sonny surmasono (2009)

Pelatihan kerja adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan

keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang dalam

menjalankan suatu pekerjaan sesuai kebutuhan organisasi. Pelatihan memungkinkan pegawai

memperoleh kemampuan tambahan sehingga dapat mengemban tugas atau pekerjaan menjadi

lebih baik, lebih cepat,lebih mudah sehingga menghasilkan kinerja yang lebih baik pula. Buku

sdm putri.

2.9.2 Tujuan Pelatihan

Program pelatihan yangg dilaksanakan oleh organisasi memiliki sejumlah tujuan dan

manfaat. Adapun tujuan pelatihan adalah: buku putri

1. Produktivitas (Productivity)

Pelatihan dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan perubahan

perilaku. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas organisasi

2. Kualitas (Quality)

Penyelenggaraan pelatihan tidak hanya dapat memperbaiki kualitas pegawai namun

diharapkan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bekerja


3. Perencanaan tenaga kerja (Human Resource Planning)

Perencanaan SDM dilakukan sebaik-baiknya dengan melihat kualitas dari pegawai hal ini

bertujuan untuk memperoleh pegawai dengan kualitas yang sesuai

4. Moral (Morale)

Dengan adanya pelatihan akan dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai sehingga upah

dari pegawai pun meningkat. Hal tersebut dapat meningkatkan moral kerja pegawai agar

lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya

5. Keselamatan dan kesehatan (Health and Safety)

Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu organisasi

perlu dilakukan pelatihan supaya terciptanya suasana yang tenang, aman dan adanya

stabilitas pada sikap mental pegawai

6. Pencegahan kadaluarsa (Obsolescence Prevention)

Pelatihan akan mendorong inisiatif dan kreativitas pegawai hal ini merupakan langkah

yang diharapkan untuk mencegah pegawai bersifat kadaluarsa. Artinya, kemampuan yang

dimiliki oleh pegawai dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi

7. Perkembangan pribadi (Personal Growth)

Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki pegawai termasuk perkembangan pribadinya.

2.9.3 Jenis-Jenis pelatihan

Adapun jenis-jenis pelatihan yaitu:

1. Pelatihan rutin

Pelatihan rutin dilakukan untuk memennuhi syarat hukum yang di haruskan dan

berlaku untuk semua pegawai (orientasi pegawai baru)


2. Pelatihan teknis

Pelatihan pekerjaan/teknis memungkinkan pegawai untuk melakukan perkerjaan,

tugas dan tanggung jawab dengan baik, misalnya pengetahuan tentang produk serta

proses dan prosedur teknis

3. Pelatihan antar pribadi dan pemecahan masalah

Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah operasional dan antar pribadi serta

meningkatkan tanggung jawab dengan baik, misalnya komunikasi antar pribadi,

keterampilan manajerial atau kepengawasan dan pemecahan konflik

4. Pelatihan perkembangan dan inovatif

Dapat meningkatkan kemampuan individual dan organisasional untuk masa depan.

2.9.4 Prinsip-Prinsip Pelatihan

Pelatihan dilaksanakan dengan berpedoman pada sejumlah prinsip yang saling berkaitan.

Adapun prinsip dari pelatihan adalah:

1. Materi yang diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-tahapan

2. Tahapan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai

3. Pelatih/pengajar/pemateri harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang

berhubungan dengann serangkaian materi pelajaran

4. Adanya penguat (reiforcement) guna membangkitkan respon yang positif dari peserta

5. Menggunakan konsep pembentukan (shaping) perilaku.

2.10 Hipotesis

2.11 Kerangka Teori


Kerangka teori merupakan konseptual mengenai bagaimana satu teori berhubungan

diantara berbagai faktor yang telah diidentifikasikan penting terhadap masalah penelitian. Dalam

kerangka teori ini peneliti harus menguraikan konsep atau variabel penelitiannya secara lebih

terperinci, tidah hanya mendefinisikan variabel tetapi juga menjelaskan keterkaitan diantara

variabel tersebut. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka kerangka teori

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber Daya Manusia

(SDM)

(Teori Kasmir)

Kelelahan Kerja

(Teori Suma’mur)

Kinerja petugas

Motivasi Kerja

(Teori Abraham Maslow)

Pelatihan kerja

(Teori Sonny Sumarsono)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber: Teori Kasmir, Suma’mur, Abraham Maslow, Sonny Sumarsono)


2.12 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep mengacu pada

tujuan penelitian yang telah dirumuskan serta didasari oleh kerangka teori yang telah disajikan

dalam tinjauan pustaka sebelumnya. Kerangka konsep merupakan formulasi dari kerangka teori

atau teori-teori yang mendukung penelitian.

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen:

1. Sumber Daya Manusia (SDM) Variabel Dependen:


2. Kelelahan Kerja Kinerja Petugas
3. Moivasi Kerja
4. Pelatihan Kerja

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai