Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
2021
1. PENGERTIAN KETENAGAAN ( STAFFING )
Hal- hal yang perlu dipertimbnagkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu:
1. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan
3. Rata- rata lama perawatan
4. Pengukuran keperawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan
5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan klien
6. Rata- rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan
Disamping itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi beban kerja
perawat yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEk, pendidikan
konsumen, keadaan ekonomi, iklim/musim, politik dan hukum /perarturan.
Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan untuk masing- masing unit. Metode penghitungan yang
digunakan yaitu metode rasio, metode Gilies, metode lokakarya keperawatan, metode
di Thailanda dan Filiphina dan metode penghitungan ISN (indicator staf need).
4. CARA MENGHITUNG TENAGA PERAWAT DI RUMAH SAKIT.
1) Cara rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda
ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui
produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit
atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan
sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan
kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat
keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah
sakit,dengan standar sebagai berikut :
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang
lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan
yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
2) PRINSIP PERHITUNGAN RUMUS GILLIES:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:
Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada
hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care
dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan
langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:
* self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
* partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
* Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
* Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam: 8 jam
Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari
hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari,
sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/
hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien
(Gillies, 1994)
Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies
(1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/
klien/ hari.
Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit
berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan
rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tertentu x 365
Keterangan:
- Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu=
52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS
setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan,
begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12
hari.
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu
maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah
20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)
Contoh perhitungannya:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah sakit
A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata
klien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut
adalah 5 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan
perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus diberikan perawatan total. Tingkat
pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6
hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah
kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari, yaitu:
Keperawatan langsung
- keperawatan mandiri 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10 jam
- keperawatan parsial 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15 jam
- keperawatan total 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30 jam
- keperawatan tidak langsung 15 orang klien : 15 x 1 jam = 15 jam
- penyuluhan kesehatan 15 orang klien : 15 x 0,25 jam = 3,75 jam
total jam keperawatan secara keseluruhan 73,75 jam
Menetukan jumlah jam keperawatan per klien per hari = 73,75 jam / 15
klien = 4,9 jam
Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut
adalah klangsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) diatas,
sehingga didapatkan hasil sbb:
4,9 jam/klien/hari x 15 klien/hari x 365 hari = 16,17 orang (16 orang)
Contoh perhitungannya
No Jenis kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah jam
pasien/ perawatan perawatan/
hari pasien / hari * hari (cx d)
A B c D e
1 Pasien P. dalam 10 3,5 35
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93,0
Keterangan :
* berdasarkan penelitian dari luar negeri
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor koreksi) dengan :
Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar x Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
52 12 + 14 x 13 = 3,5
286
Perawat atau bidan yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing jobs)
Seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat
makan pasien, dll. Diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi
= 13 + 3,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan menjadi 21 orang perawat/ bidan)
( Jml. Jam perawatan/ hari x jml. Operasi) x jml perawat dlm tim x 2
jam kerja efektif/ hari
Contoh kasus:
Dalam satu rumah sakit terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian: operasi
besar: 6 orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 9 orang
cara penghitungan:
Contoh kasus:
- rata-rata jumlah pasien perhari = 50
- jumlah jam perawatan perhari = 4 jam
- Jam efektif perhari = 7 jam
Jadi kebutuhan tenaga perawat di IGD:
c) Critical Care
- rata-rata jumlah pasien perhari = 10
- jumlah jam perawatan perhari = 12
Jadi jumlah kebutuhan tenaga perawat di Critical Care:
d) Rawat Jalan
Jumlah pasien perhari = 100
Jumlah jam perawatan perhari = 15
Jadi kebutuhan tenaga perawat di rawat jalan:
e) Kamar Bersalin
- Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d. kala
- IV = 4 jam/ pasien
- Jam efektif kerja bidan 7 jam/ hari
- Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas,
tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan
angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
2. MAKP Tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihannya :
a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan;
Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
3. MAKP Primer.
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit
Kelebihan :
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif;
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
Kelemahan :
4. MAKP Kasus.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Kelebihan :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus;
b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangan :
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab;
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
Pengembangan karier
Staf mempunyai hak atas pengembangan karirnya sesuai dengan sistem yang berlaku.
Pimpinan harus mampu merencanakan, melaksanakan dan menilai pengembangan
masing- masing stafnya serta melihat semua itu sebagai upaya memotivasi,
menstimulasi dan memberikan penghargaan untuk peningkatan prestasi kerja
1. Studi banding
Unit kerja satu dengan yang lain ternyata bersifat kompetitif. Oleh sebab itu bukan
tidak mungkin unit kerja lain mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan unit
kerja sendiri. Rencana untuk tukar pengalaman dan institusi atau unit kerja lain
perlu diprogramkan dalam rangka membangun motivasi, pengembangan dan
peningkatan prestasi kerja. Bentuk lain yang sekarang sedang menjadi tren aalah
melalui kegiatan study branch marking
2. Penilaian kinerja
Seluruh staf diberikan penilaian atas kinerjanya melalui sistem penilaian yang
berlaku. Cakupannya antara lain tanggung jawab, loyalitas, kerajinan,
kedisiplinan, kepemimpinan dan kejujuran
3. Pendidikan dan pelatihan
Program ini dirancang untuk memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap staf
melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dengan target waktu tertentu
(waktu, materi, ketrampilan). Pelaksanaan dan program ini adalah melalui
kepanitiaan atau lembaga institusi tertentu yang berkompeten
4. Magang di rumah sakit yang lebih maju
Harus diakui bahwa rumah sakit lain yang memiliki nilai lebih harus menjadi
target untuk mencari serta menambah ilmu. Program ini dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan dan kesepakatan kedua belah pihak yang terlibat.
5. Kelompok kerja keperawatan
Program ini perlu dilaksanakan selaras dengan keperawatan sebagai profesi yang
telah, tengah dan terus dikembangkan. Produk kelompok kerja ini adalah hasil
diskusi pengembangan keperawatan, karya tulis dan prosedur tetap, materi buku
ajar, temu ilmiah, penelitian keperawatan, pengembangan sistem pendidikan
keperawatan dan masukan untuk organisasi profesi
6. Pengembangan kerja tim di ruangan
Konsep kerja tim ini masih banyak kendala dalam pelaksanaanya, namun semua
komponen dalam tim tersebut perlu mengidentifikasi semua masalah di lapangan
yang dilakukan oleh semua profesi kesehatan yang terlibat. Staf keperawatan
dengan otonomi dan kemandiriannya harus lebih proaktif dalam membangun
pelaksanaan kerja tim dalam memeberikan asuhan keperawatan secara paripurna.
1. Hasil kerja
2. Objek kerja
3. Peralatan kerja
4. Tugas per tugas jabatan
1. Uraian pekerjaan
Uraian pekerjaan dapat memberikan informasi tentang beban kerja setiap unit
kerja. Semakin banyak uraian pekerjaan seorang pegawai maka semakin banyak
tugas yang harus dikerjakan baik tugas pokok maupun tugas tambahan. Hasibuan
(2006: 33) mengemukakan uraian pekerjaan adalah informasi tertulis yang
menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan,
dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi.
Melalui uraian pekerjaan maka diharapkan dapat diketahui:
f. Beberapa Ketentuannya
a. PENGERTIAN
• Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkn pasien menurut jumlah dan
kompleksitas persyaratan perawatan mereka.
b. KLASIFIKASI PASIEN
1. KATEGORI KEPERAWATAN KLIEN
a) SELF CARE
Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak
keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri
sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dg waktu
rata – rata efektif 1,5 jam / 24 jam.
b) MINIMAL CARE
Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan
pengobatan tertentu, misalnya : pemberian obat IV, mengatur posisi.
Biasanya diperlukan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5
jam / 24 jam.
c) INTERMEDIATE CARE
Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata
efektif 5,5 jam / 24 jam.
d) MOTHFIED INTENSIVE CARE
Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan rata – rata efektif
7,5 jam / 24 jam.
e) INTENSIVE CARE
klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif
12 jam/24 jam.
Kelebihan:
a. manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik;
b. sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
c. perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk.
3. MAKP Primer.
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit
Kelebihan:
c. keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
d. Kelemahannya:
4. MAKP Kasus.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Kelebihannya:
Kekurangannya:
b. perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
B. TUJUAN
c. Strategi Pengrekrutan
Strategi rekrutmen adalah yang tepat dibutuhkan dalam pengelolaan sumber daya
manusia dalam rangka untuk mendapatkan sumber daya manusia yang sesuai dan
berkualitas. Kekeliruan dalam penentuan strategi perekrutan menimbulkan
dampak negatif yang berimbas pada aktifitas fungsi sumber daya manusia.
Prinsip the right man on the right job menjadi basis dlm penempatan sumber daya
manusia. Rekrutmen bisa berasal dari dalam (internal) ataupun luar (eksternal)
organisasi/ perusahaan.
a) Rekrutmen Internal adalah rekrutmen yang ditujukan terbatas bagi karyawan
internal perusahaan.
1) Rekrutmen internal memiliki beberapa keunggulan diantaranya,
karyawan yang akan direkrut telah familiar dengan keadaan
organisasi/ perusahaan
Kegiatan perekrutan internal memerlukan biaya lebih rendah dr pada
eksternal
Aktifitas rekrutmen dipercaya mampu meningkatkan semangat dan
motivasi karyawan
Kekurangan rekrutmen internal
Berpotensi memunculkan konflik politik promosi atau posisi jabatan
tertentu
Berpotensi meredam perkembangan organisasi karena personel yg
mengisi posisi yang baru merupakan orang yg lama
Metode dalam rekrutmen internal
Penempatan pekerjaan
Inventarisasi keahlian
Penawaran pekerjaan
Rekomendasi karyawan
b) Rekrutmen eksternal adalah metode rekrutmen dari eksternal perusahaan
seperti dari lembaga pendidikan, pemanfaatan iklan lowongan pekerjaan
ataupun biro pencari kerja.
1) Kelebihan Rekrutmen Eksternal
Memunculkan potensi organisasi/ perusahaan memili lembaran baru
yanlebih baik dan memerhatikan spesifikasi pengalaman
Meningkatkan potensi organisasi/ peusahaan akan memperoleh
gagasan dan pendekatan baru
Berpeotensi meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang tidak ada
atau belum tersedia sebelumnya
2) Kelemahan Rekrutmen Eksternal
keterbatasan keteraturan antara karyawan dan perusahaan
Berpotensi menuunkan motivasi atau komitmen karyawan yang
biasanya disebabkan karena adanya kecemburuan terhadap
masuknya karyawan baru
Periode penyesuaian yang lama dari dilakukanya rekrutmen
eksternal
3) Media Rekrutmen Eksternal
Institusi pendidikan
Iklan
Agen pemrintahan
Agen swasta
Perusahaan pencari tenaga kerja eksekutif .
d. Metode-metode Rekrutmen
Metode rekrutmen adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh perusahaan
untuk menarik orang-orang pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang cukup,
dan dengan persyaratan yang layak untuk melakukan proses perekrutan
pegawai serta mengisi lowongan kerja di organisasi atau perusahaan. Beberapa
organisasi juga biasa menyebutkan bahwa metode rekrutmen merupakan suatu
proses usaha untuk mencari dan mempengaruhi tenaga kerja agar mau melamar
untuk mengisi lowongan kerja yang ada dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Rekrutmen yang di laksanakan perusahaan memiiki beberapa perbedaan,
kadang perusahaan menggunakan Jasa rekrutmen tenaga kerja ataupun langsung
menggunakan sumberdaya yang ada di perusahaanya sendiri. rekrutmen harus
memiliki pedoman pada spesifikasi pekerjaan yang telah ditentukan untuk
mengisi jabatan tersebut, misalnya untuk lowongan admin keuangan kebun jeruk
10 maret 2017, marketing eksekutif, programer, IT, dan lain sebagainya.
Spesifikasi pekerjaan harus diuraikan dengan jelas dan gamblang sehingga
para pencari kerja dapat mengetahui kualifikasi apa saja yang dibutuhkan untuk
mengisi lowongan pekerjaan yang dibutuhkan, misalnya tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, usia, jenis kelamin, dan kemampuan yang dimiliki.
Sedangkan untuk memudahkan anda mengetahui metode rekrutmen apa saja
yang ada, berikut adalah beberapa contohnya dalam sistem perekutan karyawan:
1. Metode Tertutup
Metode tertutup, adalah pelaksanaan rekrutmen dikalangan terbatas,
hanya untuk karyawan dan orang-orang tertentu saja, sehingga lamaran yang
masuk tidak terlalu banyak karena info lowongan kerja ini tidak dipublikasi
secara masal, seperti misalnya tercantum di website lowongan kerja.
Pertimbangan untuk melakukan metode tertutup ini biasanya dikarenakan
perusahaan tidak akan terlalu banyak menerima lamaran yang kurang sesuai
dan menganggap lamaran yang begitu banyak akan sulit memperoleh
karyawan yang baik.
2. Metode Terbuka
Metode terbuka, merupakan pelaksanaan rekrutmen dimana
perusahaan melakukan cara merekrut karyawan yang dilakukan melalui iklan
di media masa. Sebagai contoh adalah memberikan informasi lowongan kerja
di berbagai media koran, website, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan banyak lamaran, sehingga kesempatan memperoleh
karyawan yang baik dan sesuai dengan keinginan perusahaan menjadi
berpeluang lebih besar.
Penjelasan berikut adalah merupakan beberapa metode yang digunakan oleh beyak
perusahaan dalam melakukan proses penerimaaan karyawan di perusahaan, sebagian
besar perusahaan menggunakan metode tertutup untuk menyaring jumlah pelamar yang
memang kompeten di bidangnya untuk beberapa posisi yang mereka cari, akan tetapi
tidak sedikit perusahaan juga menggunakan metode terbuka untuk menjaring minat
para pencari kerja agar bisa bergabung dengan perusahaan. Semuanya tergantung
peraturan yang sudah ada di perusahaan.
13. Wawancara
A. Pengertian wawancara
Wawancara seleksi (selection interview) merupakan metode seleksi yang
paling sering digunakan di dalam proses seleksi. Metode ini paling luas digunakan
untuk memperoleh informasi karena para pewawancara (interviewer) berhadapan
secara langsung dengan pelamar (interviewer).
Wawancara merupakan proses dan evaluasi tentang kemampuan dari
seseorang kandidat dalam hal kemampuan spesifiknya. Mungkin beberapa keahlian
sudah terlihat dari data-data tertulis. Namun, wawancara adalah untuk melihat lebih
detail mengenai informasi-informasi spesifik dan karakter personal dan juga
pengalaman. Wawancara juga memfasilitasi interviewer untuk menilai seberapa jauh
individu ini cocok dengan organisasi atau tidak walaupun penilaian ini sering kali
subjektif, terjadi bias dan diskriminasi.
Wawancara seleksi bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung
mengenai pengetahan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki para pelamar.
Seringkali wawancara menghasilkan subjektif dalam memperoleh informasi,
sehingga sering hasilnya tidak dapat dipercaya. Para pelamar sering menyampaikan
informasi tidak benar pada situasi-situasi tertentu.
B. Manfaat dan kekurangan wawancara
Manfaat dari wawancara dalam seleksi yaitu sebagai berikut:
1. Memfasilitasi interviewer untuk bertanya mengenai pengalaman-pengalaman
dari kandidat dan untuk mengeksplorasi sekiranya kandidat mana yang
kompeten, yang cocok untuk pekerjaan spesifik yang di tawarkan.
2. Memungkinkan interviewer untuk mendeskripsikan kenyataan dari pekerjaan
yang ada dan juga tentang organisasi dengan detail yang lebih dan juga
peraturan-peraturan tentang kontrak psikologis.
3. Memungkinkan komunikasi tatap muka sehingga interviewer dapat
mengakses bagaimana kandidat bisa cocok dalam organisasi dan seperti apa
kandidat ingin bekerja.
4. Memberikan kandidat kesempatan yang sama untuk mengakses organisasi,
interviewer dan tenntang pekerjaanya.
E. Tahapan Wawancara
Sedikitnya ada empat tahap yang ada dalam melakukan wawancara kerja.
1. Tahap Persiapan
Sebelum wawancara dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
a. Sasaran wawancara
Dalam hal ini pewawancara perlu melakukan peninjauan atas informasi melalui
formulir atau CV dari pihak pelamar.
b. Menentukan Metode Wawancara
Untuk dapat mencapai sasaran wawancara maka perlu ditetntukan metode mana
yang akan digunakan, apakah akan menggunakan wawancara terstruktur atau
tidak terstruktur.
c. Informasi tentang pelamar
Sebelum memulai wawancara akan lebih baik ketika seorang pewawancara
mengenal pelamar yang bisa diperoleh dari formulir dan CV pelamar.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini mencakup sebagian besar kegiatan wawancara, dimana informasi tentang
keadaan pelamar yang sebenarnya dapat diketahui pada tahap ini. Salah satu yang
harus diperhatikan pada tahap ini adalah menghargai pelamar, caranya adalah dengan
menghargai pelamar dengan memperlakukan manusia sebagai makhluk yang
terpenting. Serta hargailah pendapat para pelamar dalam memberikan keterangan
tentang dirinya.
3. Penutup
Setelah wawancara dilaksanakan, dilakukan penutupan denga memperhatikan
persyaratan sebagai berikut :
a. Pewawancara memeberi isyarat bahwa wawancara akan berakhir. Untuk
mengakhiri wawancara, pewawancara bisa memberikan isyarat, seperti
meletakkan alat tulisnya, merapikan mejanya atau melakukan kegiatan lain yang
menunjukan bahwa wawancara telah berakhir.
b. Berikan petunjuk atas tindakan selanjutnya setelah wawancara
berakhir.Setelah mengatakan bahwa wawancara telah berakhir maka
pewawancara bia memberitahu wawancara ini akan dinilai dan hasilnya akan di
disampaikan nanti.
4. Evaluasi
Setelah wawancara ditutup, pewawancara mengadakan penilaian dari hasil
wawancara. Pewawancara mengumpulkan nilai dari seluruh komponen penilaian
kemudian menjumlahkannya. Hasil wawancara dibandingkan dengan standar
penilaian (passing grade) yang telah ditetapkan perusahaan.
14. SELEKSI
A. Pengertian Seleksi
Seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang dilakukan setelah proses
rekrutmen selesai dilaksanakan. Hal ini berarti telah terkumpul sejumlah pelamaryang
memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai
karyawan dalam suatu perusahaan. Proses pemilihan ini yang dinamakan dengan
seleksi. Proses seleksi sebagai sarana yang digunakan dalam memutuskan pelamar
mana yang akan diterima. Prosesnya dimulai ketika pelamar melamar kerja dan
diakhiri dengan keputusan penerimaan.
B. Proses dan Tahapan Seleksi
Proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui oleh para pelamar sampai
akhirnya memperoleh keputusan ia diterima atau ditolak sebagai Karyawan baru.
Proses ini berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Proses tersebut
pada umumnya meliputi evaluasi persyaratan, testing, Wawancara, ujian fisik. Dalam
proses seleksi itu dipakai berbagai macam jenis dalam rnengevaluasi persyaratan dan
terutama untuk testing. Ada dua konsep penting yang harus diperhatikan untuk
peralatan seleksi ini, yaitu reliabilitas dan validitas. Beberapa instrumen yang dapat
digunakan dalam seleksi. yaitu:
a. Surat-surat rekomendasi, Pada umumnya surat-surat rekomendasi tidak berkaitan
dengan kinerja pekerjaan karena semuanya mengandung pujian positif.
b. Format (borang) lamaran, Pada tahap ini perlu format baku formulir lamaran
untuk mempermudah penyeleksi mendapatkan informasi/data yang lengkap dari
calon karyawan.
c. Tes Kemampuan, Tes kemampuan adalah alat-alat yang menilai kesesuaian antara
para pelamar dengan syarat-syarat pekerjaan. Pada tahap ini dilakukan penilaian
terhadap para pelamar dengan syarat yang telah ditetapkan.
d. Tes Potensi Akademik (ability test), Beraneka macam tes mengukur sejauh mana
kemampuan pelamar mulai dari kemampuan verbal dan keterampilan kualitatif
sampai pada kecepatan persepsi.
g. Wawancara
Pengertian Wawancara, Wawancara sebagai suatu pertemuan dari individu yang
berhadap-hadapan satu dengan lainnya. Wawancara mempunyai tujuan yang
khusus dan diselenggarakan dengan kesadaran untuk itu. Berdasarkan pengertian
di atas maka suatu wawancara baru terjadi apabila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut.
D. Jenis-jenis seleksi
Seleksi merupakan proses untuk mencocokkan orang-orang dengan kualifikasi yang
mereka miliki. Jenis-jenis seleksi:
a) Seleksi Administrasi Yaitu seleksi berupa surat-surat yang dimiliki pelamar untuk
menentukan apakah sudah sesuai dengan persyaratan yang diminta organisasi
perusahaan, antara lain:
a. Ijazah
b. Riwayat hidup
c. Domisili/keberadaan status yang bersangkutan
d. Surat Lamaran
e. Sertifikat keahlian misalnya: komputer
f. Pas foto
g. Copy Identitas (KTP. Pasport, SIM, dan lain-Iain)
h. Pengalaman kerja
i. Umur
j. Jenis kelamin
k. Status Perkawinan
l. Surat Keterangan kesehatan dari dokter
m. Akte Kelahiran
Perubahan adalah proses dinamis dimana yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi
seseorang, keluarga, kelompok atau komunitas (Potter dan Perry, 2005). Perubahan yang
baik dapat dijalani manusia bertahap dan memerlukan waktu sesuai dengan kemampuan
manusia itu sendiri. Sehingga perubahan yang terjadi secara radikal biasanya akan
menemui banyak hambatan.
A. Macam-macam Proses Berubah
1. Perubahan ditinjau dari sifatnya, yaitu:
a. Perubahan spontan (Samson, 1971)
Perubahan sebagai respon terhadap kejadian alamiah dan
terkontrol/alamiah.
Perubahan yang terjadi tidak diramalkan atau diprediksi sebelumnya.
Perubahan yang direncakan yaitu sebagai upaya yang bertujuan untuk
mencapai tingkat yang lebih baik.
2. Perubahan ditinjau dari keterlibatan:
a. Melalui penyedian informasi yang cukup.
b. Adanya sikap positif terhadap perubahn sesuatu atau inovasi.
c. Timbulnya komitmen diri untuk berubah.
3. Perubahan ditinjau dari sifat pengelolaan:
a. Perubahan berencana.
Menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Adanya titik mula yang jelas dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai.
Adanya persiapan yang matang.
b. Perubahan acak/kacau.
Tidak ada titik awal perubahan.
Tidak ada upaya mempersiapkan kegiatan-kegiatan untuk tercapainya
tujuan
3. Reaksi Psikologis.
Reaksi psikologis ini merupakan faktor yang menjadi hambatan dalam perubahan
karena setiap orang memiliki reaksi psikologis yang berbeda dalam merespons
perbedaan sistem adaptasi pada setiap orang juga dapat menimbulkan reaksi
psikologos yang berbeda sehingga bisa menjadi hambatan dalam perubahan,
contohnya bila akan dilakukan perubahan dalam sistem praktek keperawatan mandiri
bagi perawat. Jika perawat belum bisa menerima secara psikologis, akan timbul
kesulitan karena ada perasaan takut sebagai dampak dari perubahan.
4. Toleransi terhadap Perubahan.
Toleransi terhadap ini tergantung dari individu, kelompok atau masyarakat. Apabila
individu, kelompok atau masyarakat tersebut memiliki toleransi yang tinggi terhadap
perubahan, maka akan memudahkan proses perubahan tetapi apabila toleransi
seseorang terhadap perubahan sangat rendah, maka perubahan tersebut akan sulit
diaksanakan.
5. Kebiasaan.
Pada dasarnya seseorang akan lebih senang pada sesuatu yang sudah diketahui
sebelumnya atau bahkan dilaksanakan sebelumnya dibandingkan sesuatu yang baru
dikenalnya, karena keyakinan yang dilmiliki sangat kuat. Faktor kebiasaan ini yang
menjadikan hambatab dalam perubahan.
6. Ketergantungan.
Ketergantungan merupakan hambatan dalam proses perubahan karena ketergantungan
menyebabkan seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan
tertentu. Suatu perubahan akan menjadi masalah bagi seseorang yang selalu
menggantungkan diri sehingga perubahan sulit dilakukan.
7. Perasaan tidak Aman.
Perasaan tidak aman juga merupakan faktor penghambat dalam perubahan karena
adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan yang juga akan menambah
ketidakamanan pada diri, kelompok atau masyarakat.
8. Norma.
Norma merupakan segala aturan yang didukung oleh anggota masyarakat dan tidak
mudah dirubah. Apabila akan mengadakan proses perubahan namun perubahan
perubahan tersebut akan menghadapi hambatan. Sebaliknya jika norma tersebut sesuai
dengan prinsip perubahan, maka akan sangat mudah dalam perubahan.
b. The activities involved introducing new employees to the organization and their work
units. (aktivitas yang melibatkan pengenalan karyawan baru kepada organisasi dan
unit kerja mereka) Descenzo & Robbins, 1994: 230-231
c. Familiarize employes with their role, their organization, it’s policies, and other
employees. (mengakrabkan karyawan dengan peran, organisasi, kebijakan organisasi,
dan karyawan lain) Wether & Davis, 19:251
d. Menghemat waktu dan tenaga bagi tenaga kerja baru dengan memberitahukan
kepada mereka kemana harus minta keterangan atau mendapat batuan dalam
menyelesaikan kesulitan yang mungkin mereka hadapi.
f. Memberi peringatan kepada tenaga kerja baru bahwa mereka adalah salah satu
unsur yang dipandang penting bagi perusahaan tempat mereka bekerja.
1) Skill mix
Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang manajer dalam melaksanakan
manajemen penjadwalan perawat meliputi kompetensi, jumlah tenaga, fleksibel,
keadilan dan skill mix. Pemerataan kompetensi merupakan bagian yang harus
diperhatikan oleh manajer dalam mengimplementasikan penjadwalan perawat.
2) Kompetensi
Adalah kemampuan untuk melakukan tugas dengan hasil yang diinginkan
melalui kemampuan yang dimiliki (Satu, Leena, Mikko, Riitta, & Helena, 2013).
Kompetensi perawat dinilai dari aspek pengetahuan, sikap, keterampilan dan
berpikir kritis (Chang, Chang, Kuo, Yang, & Chou, 2011; Numminen, Leino-Kilpi,
Isoaho, & Meretoja, 2015).
Hasil penelitian Nelson & Tarpey (2010) menyebutkan bahwa jadwal yang
fleksibel akan memberikan keseimbangan kehidupan bagi perawat salah satunya
memungkinkan perawat untuk mengambil istirahat untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Penjadwalan yang fleksibel akan mengurangi konflik kerja-keluarga pada
saat jadwal dinas yang kaku (Okonkwo, 2014).
Penjadwalan yang berkeadilan akan mendukung terlaksana penjadwalan yang
baik. Penelitian Diaz, Erkoc, Asfour, & Baker (2010) menyebutkan bahwa manajer
yang membuat jadwal yang adil dapat memberikan kepuasan kepada perawat dalam
bekerja. Nelson & Tarpey (2010) menyebutkan bahwa organisasi harus adil dalam
memberikan kesempatan para perawat untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi
dengan pekerjaan (work life balance).
Skill mix penting untuk diterapkan dalam penjadwalan dinas perawat demi
mencapai mutu pelayanan keperawatan yang berkualitas. Manajer harus
memperhatikan skill perawat bertujuan agar keilmuan perawat bisa selalu
berkembang dengan adanya bantuan dari perawat yang lebih tinggi
kompetensinya.Penelitian Duffield, Roche, Diers, Catling-Paull, & Blay, (2010)
menyebutkan bahwa skill mix memberikan waktu untuk berlatih dengan perawat yang
lain. Selain itu, skill mix dan kompetensi dilakukan untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas dengan berfokus kepada pasien sehingga pasien akan merasa aman.
Penelitian Hayes (2012) menyebutkan bahwa skill mix dan rasio sama-sama penting
tetapi manajer yang hanya peduli dengan rasio tidak memberikan perawatan yang
ideal dan pelayanan berkualitas.
Peran Manajer Perawat
- Perawat manajer : alokasi melalui anggaran personil, mendistribusikannya
secara tepat, dan membuat jadwal induk untuk unit yang juga memenuhi
kebutuhan pribadi dan profesional masing-masing perawat.
- Membuat jadwal yang fleksibel dengan berbagai pilihan penjadwalan yang
mengarah untuk bekerja stabilitas jadwal untuk setiap karyawan salah satu
mekanisme kemungkinan untuk mempertahankan staf (Yoder-Wise, 2014).
Tujuan dari penjadwalan perawat menurut Hibberd 1999 dalam Yuanita
(2003)
Menemukan kebutuhan asuhan keperawatan pada pasien.
Menyesuaikan parameter-parameter tujuan dan alokasi biaya.
Mempertahankan fleksibilitas dan keadilan.
Mempertimbangkan kebutuhan pribadi dari staf. Kebutuhan pribadi yang
dimaksud juga dipertegas oleh Nelson & Tarpey (2010) bahwa perawat
membutuhkan keseimbangan hidup yang lebih baik sehingga dengan
keseimbangan hidup bisa berdampak kepada kinerja perawat.
Jenis Penjadwalan Dinas
Mekanisme pembuatan jadwal setiap organisasi berbeda-beda. Pada
prinsipnya, jadwal dinas perawat dilaksanakan selama 24 jam/ 7 hari dengan sistem
pembagian shift (Lieder et al., 2015). Pembuatan jadwal biasanya dibuat dalam kurun
waktu tertentu misalnya, mingguan, dua mingguan, atau bulanan. Organisasi telah
menulis kebijakan dan prosedur yang harus diikuti oleh para manajer perawat untuk
memastikan kepatuhan dengan hukum ketenagakerjaan dari terhadap penjadwalan
(Yoder-Wise, 2014). Kebijakan ini juga membantu manajer dalam membuat
keputusan penjadwalan yang akan dirasakan adil dan merata oleh semua karyawan.
Siklus penjadwalan perawat yang dibuat terdiri dari rotasi 2 shift yaitu 12 jam
di shift pagi dan 12 jam di shift malam dan rotasi 3 shift yaitu 8 jam shif pagi, 8 jam
shif sore dan 8 jam shif malam. Penjadwalan perawat juga memperhatikan hari
reguler libur untuk memungkinkan staf keperawatan beristirahat dan masing-masing
anggota staf berhak atas jumlah yang sama hari libur (off) (C. Lin et al., 2015).
Penjadwalan Sentralisasi
Penjadwalan sentralisasi biasanya dilakukan oleh kepala bidang
keperawatan. Pada jenis ini, peran manajer terbatas pada melakukan
penyesuaian kecil dan memberikan masukan (Marquis & Huston, 2012).
Manajer dituntut untuk memegang tanggung jawab utama untuk melihat
ketersediaan tenaga yang memadai untuk memenuhi kekurangan tenaga.
Penjadwalan yang terpusat mendukung untuk akses pasien yang lebih baik,
komunikasi profesional, dukungan sosial dan meningkatkan kepuasan kerja
(Parker et al., 2012). Kelemahan untuk penjadwalan sentralisasi adalah
terbatasnya pengetahuan koordinator terhadap perubahan ketajaman
kebutuhan pasien atau kegiatan yang berhubungan dengan pasien lainnya pada
unit (Yoder-Wise, 2014), tidak dapat mempertimbangkan keinginan dan
kebutuhan khusus pegawai (Hariyati, 2014). Marquis menyebutkan bahwa
penjadwalan sentralisasi tidak memberikan banyak fleksibelitas untuk
pegawai.
Penjadwalan Desentralisasi
Penjadwalan desentralisasi adalah proses manajemen penjadwalan
dinas yang dilakukan oleh manajer unit sebagai penanggung jawab utama.
Manajer unit bertanggung jawab untuk membuat semua penjadwalan, absensi,
mengurangi staf selama periode jumlah atau akuitas pasien menurun, jadwal
bulanan unit dan menyiapkan libur besar (Marquis & Huston, 2012).
Keuntungan desentralisasi adalah manajer unit memahami kebutuhan unit dan
staf secara cermat sehingga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan
mengenai ketenagaan, akuntabilitas untuk mengirimkan jadwal sejalan dengan
dibuatnya rencana kepegawaian dan produktivitas unit sejalan dengan
anggaran personil sehingga insentif untuk mengelola jadwal lebih kuat
(Marquis & Huston, 2012; Yoder-Wise, 2014).
Penjadwalan desentralisasi memberikan kemudahan staf untuk mampu
mengendalikan lingkungan kerja, peningkatan otonomi perawat dalam
penjadwalan dan fleksibelitas (Marquis & Huston, 2012; Wright & Mahar,
2013). Aspek negatif dari penjadwalan desentralisasi ini berkaitan dengan
ketidakmampuan setiap individu perawat manajer untuk mengetahui gambaran
besar yang berhubungan dengan kepegawaian di seluruh unit perawatan
multiple pasien dan permintaan khusus yang lebih banyak seperti cuti.
Permasalahan
Pelaksanaan dinas perawat sering ditemukan perawat yang berdinas dua kali
shift pada hari sama. Perawat yang berdinas dua shift pada hari yang sama (pagi ke
sore atau sore ke malam) dinamakan longshift (Stimpfel et al., 2012). Perawat
terkadang melakukan shift dinas yang memanjang (longshift) untuk dapat libur
panjang. Kondisi tenaga yang kurang di ruangan terkadang membuat manajer
memutuskan untuk meminta perawat bekerja longshift. Dampak longshift terhadap
perawat adalah kelelahan, menurunnya daya tahan tubuh (fisik) dan error (Tiaki,
2015). Penelitian Witkoski & Dickson (2010) juga mempertegas bahwa lamanya
bekerja dapat menyebabkan eror dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
meningkatnya kejadian tertusuk jarum, kelalahan dan kesulitan tidur. Manajer
diharapkan tidak melakukan longshift pada penjadwalan dinas karena akan
berdampak kepada pelayanan.
a) Manfaat Penjadwalan Dinas
Penjadwalan perawat dibuat oleh kepala ruangan sebagai manajer bawah.
Kepala ruangan harus memahami pembuatan jadwal dinas yang baik sehingga akan
memberikan manfaat untuk organisasi. Penjadwalan perawat akan memberikan
manfaat untuk meningkatkan kepuasan kerja, mempertahankan retensi perawat,
menurunkan konflik dengan keluarga, memberikan ikatan sosial yang erat (Farasat &
Nikolaev, 2016; Koning, 2014; Leineweber et al., 2016; Okonkwo, 2014; Simunić &
Gregov, 2012). Pengaturan jadwal mampu memberikan kepuasan kepada perawat.
Hasil penelitian Diaz, Erkoc, Asfour, & Baker (2010) didapatkan bahwa kepuasan
perawat dapat didapatkan melalui pengaturan jadwal yang fleksibel. Penelitian Nelson
& Tarpey (2010) mempertegas bahwa keseimbangan kehidupan juga meningkat
dengan adanya jadwal yang fleksibel.
Selain itu, manajemen jadwal dinas dengan shif dan hari off yang tepat
memungkinkan perawat untuk mengambil istirahat untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Penjadwalan perawat akan berdampak kepada pasien baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penelitian Trinkoff et al. (2011) didapatkan hasil bahwa
penjadwalan perawat memiliki efek independen terhadap mortalitas pasien.
Penjadwalan perawat juga mempengaruhi kualitas perawatan dan moral perawat
(Tsaia & Leeb, 2010). Pasien akan merasa puas jika perawat yang memberikan
pelayanan keperawatan memiliki kinerja yang tepat sesuai kompetensi.
b) Dampak Penjadwalan Dinas
Dampak penjadwalan dinas memberikan dampak positif dan dampak negatif
terhadap pelayanan keperawatan. Dampak positif dari penjadwalan dinas telah
dijelaskan dapat memberikan manfaat kepada perawat dan pasien. Sedangkan dampak
negatif dari penjadwalan dinas perawat dapat meningkatkan kelelahan terhadap
perawat (Trinkoff et al., 2011). Kelelahan yang berkepanjangan terhadap perawat
akan menyebabkan meningkatnya absensi perawat (Legrain et al., 2015) dan
gangguan tidur (Simunić & Gregov, 2012).
Selain itu, kinerja perawat juga akan menurun akibat dari manajemen
penjadwalan dinas perawat yang tidak sesuai dengan kondisi pekerjaan dan perawat
(Geiger-Brown & Trinkoff, 2010). Dampak negatif dari manajemen penjadwalan
dinas yang kurang tepat juga akan berpengaruh kepada pasien. Pengelolaan
penjadwalan yang tidak tepat akan menyebabkan meningkatnya pembiayaan (cost)
rumah sakit (Leineweber et al., 2016; Wright & Mahar, 2013). Selain itu, manajemen
yang tidak tepat akan juga berdampak kepada pasien seperti terjadinya kesalahan
perawatan pasien dan meningkatnya kematian pasien (Geiger-Brown & Trinkoff,
2010; Trinkoff et al., 2011).
Kasus
RS Lekas Sembuh adalah rumah sakit umum swasta kelas C dengan kapasitas 86 tempat tidur
yang sudah melayani pasien dengan BPJS sejak tahun 2014, Ruang Melati merupakan salah
satu ruang rawat inap yang merawat semua spesifikasi penyakit (Interna, Bedah, Obygin,
Neurologi, Urologi, Orthopedic, THT, Pediatrik, Kulit, dan Jiwa) dengan kapasitas 14 tempat
tidur. Jumlah perawat di ruang Melati yaitu 8 orang termasuk kepala ruangan dan semua
sudah berkualifikasi Ners. Komposisi tenaga non keperawatan di ruang Melati tidak ada staff
khusus, seperti admission, cleaning service, ahli gzi, namun strukturnya menjadi satu dengan
seluruh ruangan yang ada di RS Lekas Sembuh. Ruang Melati memiliki BOR 60%, rata-rata
kategori klien yang dirawat adalah 1 orang total care, 4 orang partial care dan orang self care,
& hari kerja efektif adalah 6 hari per minggu (40 jam/minggu). Ruang Melati menerapkan
metode penugasan Tim, timbang terima dilakukan sebanyak 3 kali setiap pergantian shift, dan
sudah dilakukan validiasi ke ruangan pasien setiap pelaksanaan timbang terima Ruang Melati
telah memiliki SOP yang cukup, namun SOP tersebut masih perlu ditambahkan dan beberapa
SOP masih dalam tahap revisi SAK yang ada diruangan juga belum mencangkup 8 besar
penyakit yang ada di ruangan, form-form dan media supervisi, penerimaan pasien baru, dan
discharge planning juga belum ada. Dokumentasi yang dilakukan perawat dilakukan secara
manual masih banyak yang tidak lengkap, penulisan askep juga banyak yang tidak tepat, dan
SBAR belum terlaksana. Selain itu, tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan
masih sangat rendah dan tingkat kepuasan pasien masih rendah karena perilaku caring
perawat masih kurang. Sementara rumah sakit swasta di sekitar RS Lekas sembuh cukup
banyak dengan kualitas perawat yang sudah baik dan memiliki sarana dan prasarana yang
cukup lengkap.
Pertanyaan:
a. Buatlah pengkajian kebutuhan tenaga keperawatan
1) Mengetahui sifat hakikat masalah yang dihadapi (know the nature of the
problem).
Pada kasus, kualitas perawat RS Lekas sembuh masih sedikit belum baik dan
sempurna dan memiliki sarana dan prasarana yang belum lengkap, hal ini
dibuktikan dengan salah satu ruangan di RS tersebut yaitu, Ruang Melati telah
memiliki SOP yang cukup, namun SOP tersebut masih perlu ditambahkan dan
beberapa SOP masih dalam tahap revisi. SAK yang ada diruangan juga belum
mencangkup 8 besar penyakit yang ada di ruangan, form-form dan media
supervisi, penerimaan pasien baru, dan discharge planning juga belum ada.
Dokumentasi yang dilakukan perawat dilakukan secara manual, masih banyak
yang tidak lengkap, penulisan askep juga banyak yang tidak tepat, dan SBAR
belum terlaksana. Selain itu, tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci
tangan masih sangat rendah dan tingkat kepuasan pasien masih rendah karena
perilaku caring perawat masih kurang
2) Mengumpulkan data (collect data), data yang terkumpul seperti Jumlah perawat
di ruang Melati yaitu 8 orang termasuk kepala ruangan dan semua sudah
berkualifikasi Ners. Komposisi tenaga non keperawatan di ruang Melati tidak ada
staff khusus, seperti admission, cleaning service, ahli gzi, namun strukturnya
menjadi satu dengan seluruh ruangan yang ada di RS Lekas Sembuh. Ruang
Melati memiliki BOR 60%, rata-rata kategori klien yang dirawat adalah 1 orang
total care, 4 orang partial care dan 3 orang self care, & hari kerja efektif adalah 6
hari per minggu (40 jam/minggu).
3) Menganalisa data-data (analisis of the data),
4) Menentukan beberapa alternatif (determination of several alternatives),
berdasarkan kasus di rs lekas sembuh tepatnya di ruangan melati dengan data
diatas bisa ditingkatkan kembali mengenai kualitas perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan dan juga sarana dan prasarana yang ada di RS Lekas Sembuh
5) Memilih cara yang terbaik (selection of the seeminingly best way from among
alternatives), didalam kasus tidak dipaparkan mengenai jumlah Tenaga Perawat
di Rumah Sakit yang sesuai dengan jumlah kapasitas 86 tempat tidur yang ada
6) Pelaksanaan (execution), pada pelaksanannya menurut kasus yang ada tingkat
kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan masih sangat rendah dan tingkat
kepuasan pasien masih rendah karena perilaku caring perawat masih kurang,
dengan Jumlah perawat di ruang Melati yaitu 8 orang.
7) Penilaian hasil (evaluation of results), dalam kasus mengenai Dokumentasi yang
dilakukan perawat masih dilakukan secara manual, masih banyak yang tidak
lengkap, penulisan askep juga banyak yang tidak tepat, dan SBAR belum
terlaksana, hal ini perlu diperhatikan kembali mengenai pendokumentasian yang
dilakukan perawat. Selain itu perilaku caring perawat juga perlu ditingkatkan .
1. CARA RASIO
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 x 86 = 86 1/5 3/4
D 1/15 ½ 1/6 2/3
Khusus Disesuiakan
Keterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis
RS lekas sembuh tipe C dengan jumlah tempat tidur 86 buah, maka jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan adalah:
1/1 X 86 = 86, maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah 86 orang
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat
laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang
lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
Perhitungannya:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah sakit Lekas
Sembuh Tipe C yang berkapasitas tempat tidur 86 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata
klien yang dirawat (BOR) 8 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 3
orang dapat melakukan perawatan mandiri, 4 orang perlu diberikan perawatan sebagian, dan
1 orang lainnya harus diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu Nurse.
Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung
jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
a. Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari,
yaitu:
- keperawatan langsung
- keperawatan mandiri 3 orang klien : 3 x 2 jam = 6 jam
- keperawatan parsial 4 orang klien : 4 x 3 jam = 12 jam
- keperawatan total 1 orang klien : 1 x 6 jam = 6 jam
- keperawatan tidak langsung 8 orang klien : 8 x 1 jam = 8 jam
- penyuluhan kesehatan 8 orang klien : 8 x 0,25 jam = 2 jam
total jam keperawatan secara keseluruhan 34 jam
b. Menetukan jumlah jam keperawatan per klien per hari = 34 / 8 klien = 4,25 jam
c. Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah
klangsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1989) diatas, sehingga didapatkan hasil
sbb:
76 dari gabungan hari minggu di 52 hari ditambah cuti luburan dan cuti tahunan 12+12
Rata-rata klien/hari x rata-rata jam perawatan/ hari = 8 org x 4,2 jam = 4,8
Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler ( dalam Swansburg, 1990, h. 71). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan
malam 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift
adalah:
- shift pagi: 5,17 orang (5 orang)
- shift sore: 3,96 orang (4 orang)
- shift malam: 1, 87 orang (2 orang)
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong-Stassen, M., Freeman, M., Cameron, S., & Rajacich, D. (2015). Nurse managers’
role in older nurses’ intention to stay. Journal of Health Organization and Management,
29(1), 55–74. http://doi.org/10.1108/JHOM-02-2013-0028
Hariyati, R. T. S., Sutoto, & Irawaty, D. (2016). Kredensial dan Rekredensial Keperawatan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sumber : sedarmayati. 2010. Manajemen sumber daya manusia. Bandung : refika aditama.