Anda di halaman 1dari 22

REFLEKSI DISKUSI KASUS 1 (RDK 1)

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu:
Ns.Tatiana Siregar, S. Kep, M. Kep

Disusun oleh:
Retno Arum Sari 1810711002
Erika Deliana 1810711004
Annisa Kirana Putri 1810711009
Siti Juhariyah 1810711011
Ega Rakha Alvita D 1810711012
Sherly Agatha 1810711015
Afifah Afriana 1810711017
Diana Agustina 1810711021
Faradilla Azzahra 1810711023
Anasya Firmansyah 1810711024
Bunga Indah Sari 1810711027
Siti Nur Khasanah 1810711047
Mahdina Maulani 1810711048
Alfiyatul Hasanah 1810711071
Likha Mahabbah 1810711078
Nisrina Puspaningrum 1810711079

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
KASUS
Sebuah rumah sakit tipe B di daerah X milik swasta berdiri sudah 15 tahun dengan kapasistas
tempat tidur 225 bed. Terakreditasi masih B dari KARS. Tahun depan akan dikareditas ulang 5
tahun oleh KARS. Dengan fasilitas rawat: rawat jalan,[rawat inap (Rawat inap dewasa laki 50
bed-kelas vip, 1, 2 dan 3) ,(rawat inap dewasa perempuan 50 bed-kelas vip, 1, 2,3 dan Isolasi ),
(rawat inap anak 50 bed-kelas vip, 1, 2, 3 dan isolasi),(rawat inap maternitas 50 bed-kelas vip, 1,
2,3 dan isolasi), ICU 10 bed, NICU 5 bed, Hemodialisa 10 bed, IGD, 4 ruang operasi, ruang
bersalin (VK), letak RS strategis di wilayah Kabupaten, sasaran target konsumen adalah
menengah ke bawah melayani BPJS dan asuransi umum serta bayar mandiri. Di kabupaten ini
ada 1 RS Swasta Setipe dan 1 RS pemerintagh yang tioe B jg, serta 1 RS swasata tipe C. RS
swasta X dipimpin oleh direktur umum dengan latar belakang Pendidikan Sarjana ekonomi,
orientasi RS adalah busness untuk mencari profit (keuntungan). Visi RS : menjadi RS swasta
yang unggul dalam pelayanan kesehatan tahun 2025.Jumlah karyawan perawat sebanyak 450
orang, dengan dipimpin kepala bidang perawat lulusan Ners pengalaman 10 tahun jenajng PK 4,
rata2 SDM perawat Pendidikan 85% D3 Keperawatan dengan jenjang karir rata- masih PK 1-
PK2 sebanyak 80% kenaikan jenjang karir di RS ini kurang diperhatikan karena komite untuk
kredensial perawat tidak berjalan maksimal. Jabatan karu dipilih berdasarkan penunjukan dari
pimpinan tidak melihat dari jenjang karir PK perawat sesuai Permenkes RI No 40/2017. KARU
ada yang jenjang karir masih PK 2. Fasilitas ruang rawat inap standar, nurse stasion dengan
ukuran 2,5 m x 3 m, setiap ruangan terdapat standar alkes:1 timbangan BB, 1 Tensimeter
Standing, 2 Thermometer, 1 EKG portable, 5 set alat ganti balutan luka, dan 1 troli meja
emergency. Sistem asuhan pelayanan keperawatan Model Tim. Model dokumentasi asuhan
keperawatan masih manual, PPA belum menerapan kerja tim yang baik misal antar dokter
dengan perawat masih menerapkan perawat sebagai asisten dokter.Belum ada program
SUPERVISI secara berkala yang dilakukan atasan perawat berjenjang misal dr kabid
keperawatan ke KARU atau KARU kepada sataf perawat. Belum memiliki SOP cara supervisi
yg di SK kan oleh dirut, SAK dan SOP masih menggunakan tipe lama belum diupgrade panduan
masih menggunakan Doengus 2009. Perawat melakukan dokumentasi menggunakan catatan
perkembangan biasa belum menerapakan dokumentasi SBAR sesuai SNARS. Karu atau katim
jika melimpahkan tugas kurang memperhatikan kaedah DELEGASI, asal perintah saja. Selama
ini RS belum menjalankan RONDE Keperawatan.Berdasarkan data 3 bulan terakhir kepuasan
pelayanan RS masaih dibawah 80, kuesioner kepuasan pertanyaan tidak mengacu pada
DIMENSI MUTU PELAYANAN yang mengacu ada SEVQUAL meliputi Tangible,
Resposiveness, Emphaty, Reliabel, Assurance. BOR RS sangat bagus 85-90% untuk semua
ruang rawat inap. Setiap ruangan terdapat 18 + 4 POS Perawat sudah termasuk KARU. Jumlah
perawat setiap dinas sudah baku ditentukan oleh KABID KEPERAWATN SETIA P DINAS
DNEGAN JUMLAH : 1 Karu 2 Katim dan 3 Perawat pelaksana + 1 POS, kalau dinas siang
selalu 3 perawat + 1 POS, dinas Malam juga selalu 3 Perawat + 1 POS. Salah satu ruangan rawat
inapdewasa lakilaki kondis saat ini : terdapat pasien VIP 3 kamar full yang manja minta dilayani
penuh oleh perawat walaupun kondisinya partial care, 7 pasien total care , 21 orang partial care,
9 orang minimal care. Setiap ruangan tidak memilki petugas yang negerjakan adminstrasi pasien,
sehingga karu/katim merangkap adamin. Pengembangan SDM perawat kurang diperhatikan, jika
akan sekolah siberi izin tapi dnegan biaya sendiri, untuk pelatihan-pelatihan hanya diberikan
buat perawat-perawat ruang khusus seperti ICU, OK, sednagakn seminar-seminar tdiak ada dana
untuk perawat smeau dilakukan perawat dnegan biaya snediri untuk memenuhi pengajaun STR.
Semua perawat memiliki STR. Beban kerj perawat menurt hasil penelitian seseroang pada RS ini
katagorik Tinggi. Banyak tuntutan dari Pimpinan RS untuk memberikan pelayanan yang prima.
TUGAS:
1. Buat ANALISA SWOT Pada Kasus diatas
2. Tentukan Permasalahan yang ada di RS ini
3. Buat solusi untuk permasalahan di yang ditemukan pada no 2 dan buat Planning of
Action untuk setiap Permasalahan yang ditegakkan di Nomor 2
4. Hitung tenaga perawat yang seharusnya dibutuhkan pada ruang rawat dewasa laki-laki
pada kasus diatas menggunakan rumus Metode Douglas
5. Bagaimanakah persyaratan seorang pimpinan untuk melakukan SUPERVISI? Jelaskan
langkah-lagkah yang harus dilakukan dalam SUPERVISI!
6. Bagaimanakah prinsip untuk dilakukan delegasi? Jelaskan langkah-langkahnya!

HASIL DISKUSI

1. Analisis SWOT

Pengkajian kasus berdasarkan SWOT:


Visi: Menjadi RS swasta yang unggul dalam pelayanan kesehatan tahun 2025.
a. Strength (Kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep
bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Pada kasus ditemukan :
- Rumah sakit tipe B di daerah X milik swasta berdiri sudah 15 tahun dengan
kapasistas tempat tidur 225 bed.
- Terakreditasi masih B dari KARS dengan fasilitas rawat: rawat jalan, rawat inap
(rawat inap dewasa laki 50 bed-kelas vip, 1, 2 dan 3), (rawat inap dewasa
perempuan 50 bed-kelas vip, 1, 2,3 dan Isolasi ), (rawat inap anak 50 bed-kelas
vip, 1, 2, 3 dan isolasi), (rawat inap maternitas 50 bed-kelas vip, 1, 2,3 dan
isolasi), ICU 10 bed, NICU 5 bed, Hemodialisa 10 bed, IGD, 4 ruang operasi,
ruang bersalin (VK).
- RS swasta X dipimpin oleh direktur umum dengan latar belakang Pendidikan
Sarjana ekonomi, orientasi RS adalah busness untuk mencari profit (keuntungan).
- .Jumlah karyawan perawat sebanyak 450 orang, dengan dipimpin kepala bidang
perawat lulusan Ners pengalaman 10 tahun jenajng PK 4.
- BOR RS sangat bagus 85-90% untuk semua ruang rawat inap. Setiap ruangan
terdapat 18 + 4 POS Perawat sudah termasuk KARU.
- Jumlah perawat setiap dinas sudah baku ditentukan oleh kabid keperawatn setiap
dinas
b. Weakness (Kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep
bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam
tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
- Rata-rata SDM perawat Pendidikan 85% D3 Keperawatan dengan jenjang karir
rata-rata masih PK1-PK2 sebanyak 80% kenaikan jenjang karir di RS ini kurang
diperhatikan karena komite untuk kredensial perawat tidak berjalan maksimal.
- Jabatan karu dipilih berdasarkan penunjukan dari pimpinan tidak melihat dari
jenjang karir PK perawat sesuai Permenkes RI No 40/2017.
- KARU ada yang jenjang karir masih PK 2.
- Fasilitas ruang rawat inap standar.
- Model dokumentasi asuhan keperawatan masih manual.
- PPA belum menerapan kerja tim yang baik misal antar dokter dengan perawat
masih menerapkan perawat sebagai asisten dokter
- Belum ada program supervisi secara berkala yang dilakukan atasan perawat
berjenjang misal dari kabid keperawatan ke KARU atau KARU kepada sataf
perawat.
- Belum memiliki SOP cara supervisi yang di SK kan oleh dirut.
- SAK dan SOP masih menggunakan tipe lama belum diupgrade panduan masih
menggunakan Doengus 2009.
- Perawat melakukan dokumentasi menggunakan catatan perkembangan biasa
belum menerapakan dokumentasi SBAR sesuai SNARS.
- Karu atau katim jika melimpahkan tugas kurang memperhatikan kaedah
DELEGASI, asal perintah saja.
- Selama ini RS belum menjalankan RONDE Keperawatan.
- Kuesioner kepuasan pertanyaan tidak mengacu pada dimensi mutu pelayanan
yang mengacu ada sevqual meliputi tangible, resposiveness, emphaty, reliabel,
assurance.
- Setiap ruangan tidak memilki petugas yang negerjakan adminstrasi pasien,
sehingga karu/katim merangkap admin.
- Pengembangan SDM perawat kurang diperhatikan.
- Beban kerja perawat menurut hasil penelitian seseroang pada RS ini katagori
tinggi. Banyak tuntutan dari pimpinan RS untuk memberikan pelayanan yang
prima.

c. Opportunity (Peluang)

Merupakan kondisi peluang di luar organisasi dan dapat memberikan peluang untuk
organisasi berkembang di masa depan.
- Letak RS strategis di wilayah Kabupaten
- Terakreditasi masih B dari KARS
- Sasaran target konsumen adalah menengah ke bawah melayani BPJS, dan
asuransi umum, serta bayar mandiri.

d. Threat (Ancaman)
Merupakan kondisi ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan
dapat mengancam eksistensi organisasi di masa depan.
- Adanya 1 RS Swasta setipe (tipe B) dan 1 RS Pemerintah yang juga tipe B, serta
1 RS Swasta tipe C di kabupaten yang sama dengan RS Swasta X.
- Berdasarkan data 3 bulan terakhir kepuasan pelayan RS masih dibawah 80,
kuesioner kepuasan pertanyaan tidak mengacu pada dimensi mutu pelayanan yang
mengacu pada SEVQUAL meliputi tangible, responsiveness, emphaty, reliable,
assurance.
2. Tentukan permasalahan yang ada di RS ini
1) Permasalahan ketenagaan yang harus diperhatikan
a. Jumlah karyawan perawat di RS tersebut sebanyak 450 orang, dengan dipimpin
kepala bidang perawat lulusan Ners pengalaman 10 tahun jenjang PK 4, rata2 SDM
perawat Pendidikan 85% D3 Keperawatan dengan jenjang karir rata- masih PK1-PK2
sebanyak 80% kenaikan jenjang karir RS ini kurang diperhatikan karena komite
untuk kredensial perawat tidak berjalan maksimal.
b. Kurangnya tenaga kerja, yang mana Setiap ruangan tidak memilki petugas yang
mengerjakan adminstrasi pasien, sehingga karu/katim merangkap admin.
c. Pengembangan SDM perawat kurang diperhatikan, jika akan sekolah siberi izin tapi
dengan biaya sendiri, untuk pelatihan-pelatihan hanya diberikan buat perawat-
perawat ruang khusus seperti ICU, OK, sedangakan seminar-seminar tidak ada dana
untuk perawat. semua dilakukan perawat dengan biaya sendiri untuk memenuhi
pengajuan STR.
d. Beban kerja perawat menurut hasil penelitian seseorang pada RS ini kategorik Tinggi.
Banyak tuntutan dari Pimpinan RS untuk memberikan pelayanan yang prima.
2) Tipe pimpinan yang masuk kedalam gaya otoriter

Yang mana jabatan karu dipilih berdasarkan penunjukan dari pimpinan tidak melihat dari
jenjang karir PK perawat sesuai Permenkes RI No 40/2017. KARU ada yang jenjang karir
masih PK 2.
3) Permasalahan metode, yang mana:
a. Model dokumentasi asuhan keperawatan yang masih manual, PPA belum menerapan
kerja tim yang baik misal antar dokter dengan perawat masih menerapkan perawat
sebagai asisten dokter
b. Belum ada program SUPERVISI secara berkala yang dilakukan atasan perawat
berjenjang misal dr kabid keperawatan ke KARU atau KARU kepada sataf perawat.
c. Belum memiliki SOP cara supervisi yang di SK kan oleh dirut, SAK dan SOP masih
menggunakan tipe lama belum diupgrade panduan masih menggunakan Doengus
2009.
d. Belum menerapakan dokumentasi SBAR sesuai SNARS, Karena Perawat melakukan
dokumentasi menggunakan catatan perkembangan biasa
e. Karu atau katim jika melimpahkan tugas kurang memperhatikan kaedah DELEGASI,
asal perintah saja.
f. Selama ini RS belum menjalankan RONDE Keperawatan.
g. Berdasarkan data 3 bulan terakhir kepuasan pelayanan RS masaih dibawah 80,
kuesioner kepuasan pertanyaan tidak mengacu pada DIMENSI MUTU
PELAYANAN yang mengacu ada SEVQUAL meliputi Tangible, Resposiveness,
Emphaty, Reliabel, Assurance.

3. Buat solusi untuk permasalahan di yang ditemukan pada no 2 dan buat Planning of
Action untuk setiap Permasalahan yang ditegakkan di Nomor 2

1. PERENCANAAN STRATEGI
a. Formulasi Strategi Manajemen

INTERNAL STRENGHT (S) WEAKNESS (W)

Terakkreditasi masih B Rata-rata SDM perawat


EKSTERNAL dari KARS dengan pendidikan 85% D3
fasilitas perawat : rawat keperawatan dengan
jalan, rawat inap (rawat jenjang karir masih PK 1
inap dewasa laki-laki 50 PK 2 sebanyak 80% dan
bed-kelas VIP 1,2,3), kurang diperhatikan
(rawat inap dewasa karena komite untuk
perempuan 50 bed-kelas kredensial perawat tidak
VIP 1,2,3 dan isolasi), berjalan maksimal
(rawat inap anak 50 bed-
kelas VIP 1,2,3 dan
isolasi), (rawat inap
maternitas 50 bed-kelas
VIP 1,2,3 dan isolasi),
ICU 10 bed, NICU 5 bed,
hemodialisa 10 bed, IGD,
4 ruang operasi, ruang
bersalin
OPPORTUNITY (O) Strategi (SO) Strategi (WO)
Sasaran target konsumen Meningkatkan pelayanan Melakukan kredensial
adalah menengah kebawah perawatan di ruang rawat tenaga keperawatan dalam
melayani BPJS, dan inap dan pelayanan rumah menetapkan jenjang karir
asuransi umum, serta bayar sakit untuk konsumen untuk meningkatkan mutu
mandiri menengah kebawah pelayanan
THREATH (T) Strategi (ST) Strategi (WT)
Berdasarkan data 3 bulan Meningkatkan akreditasi Melakukan sertifikasi
terakhir kepuasan pelayan pelayanan rumah sakit kompetensi seluruh
RS masih dibawah 80, yang mengacu pada perawat RS X untuk
kuesioner kepuasan SEVQUAL agar kepuasan meningkatkan kompetensi
pertanyaan tidak mengacu pelayanan RS diatas 80 perawat dan memenuhi
pada dimensi mutu kebutuhan pasien
pelayanan yang mengacu
pada SEVQUAL meliputi
tangible, responsiveness,
emphaty, reliable,
assurance.

Strategi pengembangan ruang rawat dapat dilakukan berdasarkan analisis tersebut


dan dapat dioptimalkan melalui kegiatan :

1. Memaksimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (SO) berupa :


Meningkatkan pelayanan perawatan di ruang rawat inap dan pelayanan
rumah sakit untuk konsumen menengah kebawah
2. Menggunakan kekuatan untuk mencegah atau mengatasi ancaman (ST) berupa :
Meningkatkan akreditasi pelayanan rumah sakit yang mengacu pada
SEVQUAL agar kepuasan pelayanan RS diatas 80
3. Mengurangi kelemahan agar dapat memanfaatkan peluang (WO) berupa :
Melakukan kredensial tenaga keperawatan dalam menetapkan jenjang karir
untuk meningkatkan mutu pelayanan
4. Megurangi kelemahan agar mampu mengatasi ancaman (WT) berupa :
5. Melakukan sertifikasi kompetensi seluruh perawat RS X untuk meningkatkan
kompetensi perawat dan memenuhi kebutuhan pasien

b. Formulasi Tujuan

1. Terwujudnya peningkatan pelayanan perawatan di ruang rawat inap dan


pelayanan rumah sakit untuk konsumen menengah kebawah

2. Terselenggaranya sertifikasi kompetensi seluruh perawat RS X untuk


meningkatkan kompetensi perawat dan memenuhi kebutuhan pasien

3. Terselenggaranya kredensial tenaga keperawatan dalam menetapkan jenjang


karir untuk meningkatkan mutu pelayanan

4. Terwujudnya peningkatan akreditasi pelayanan rumah sakit yang mengacu pada


SEVQUAL agar kepuasan pelayanan RS diatas 80
E. PLANNING OF ACTION SWOT (POA)

Jadwal PIC
Kegiatan Tempat Waktu Sumber Koord Pelaksan
No Target Tujuan Indikator Input Indikator Sasaran
Daya a
& Proses Output -
Outcome
1. Pelayanan  Terwujuudny 1. Pelayanan 1. Kepuasan tenaga 1. Melakukan Ruag rapat 14 Juni KARU Pihak
keperawatan di a keperawata pelayanan kesehata koordinasi RS 2021 ketiga
rumah sakit peningkatan n dirumah n di dengan
meningkat pelayanan di meninngkat sakit rumah KARU
rumah sakit 2. SOP meningkat sakit untuk
sesuai supervisi 2. Terdapat membuat
dengan sesuai SOP dan SOP
standar standar SAK supervisi
 Tersusunnya 3. SAK sesuai 2. Melakukan
SOP dengan standar koordinasi
supervisi menggunak 3. Dokument dengan
sesuai SK an tipe baru asi SBAR KARU
dirut dan sesuai dapat terkait
 Tersusunnya standar terealisasi pembuatan
SAK dengan 4. Berkoordin kan SAK dengan
tipe yang asi dengan mengacu
baru KARU pada tipe

 Membuat dalam terbaru yaitu


dokumentasi penerapan 3S
dengan dokumentas 3. Melakukan
teknologi i dengan koordinasi
dan membuat teknologi dengan
catatan dan SBAR KARU
perkembanga dalam
n dengan menrapkan
menerapkan dokumentasi
dokumentasi SBAR
SBAR 4. Mencari
literature
5. Mengumpulk
an materi
6. Mensosialisa
sikan kepada
tenaga
kesehatan di
rs tersebut

2. Tingkat kepuasan Mengoptimalka 1. Evaluasi Evaluasi Pasien Evaluasi Ruang rawat 15 Juni Kepala Pihak
pelayanan RS n peningkatan kepuasan kepuasan rumah kepuasan pasien Inap 2021 Rumah ketiga
diatas 80 mutu pelayanan pasien pasien sakit x mengenai Sakit
berjalan 3 berjalan 3 pelayanan di
kali dalam kali dalam rumah sakit X.
setahun setahun 1. Konfirmasi
2. Mengoptimal dengan
kan Mutu kepala ruang
pelayanan tentang
kuisioner
kepuasaan
pasien.
2. Membagi
kuesioner
kepuasan
pasien
3. Mengevalua
si kepuasan
pasien
3. Jenjang karir  Mendapatkan 1. Pengetahua 1. Perawat Perawat 1. Diadakan Ruang rapat 16 Juni Ketua Pihak
tenaga perawat yang n perawat menjadi di rumah pelatihan- RS 2021 sub ketiga
keperawatan kompeten meningkat lebih sakit x pelatihan komite
meningkat dan dapat 2. Skill kompeten kepada kredensi
menjalankan perawat dalam semua al,
kewenangan dalam menjalank perawat kepala
klinis yang melakukan an asuhan 2. Diadakan rumah
diberikan asuhan keperawat seminar bagi sakit
 Meningkatka keperawata an para perawat
n mutu dan n 2. Mutu dan 3. Melaksanaka
mempertahan meningkat standar n kredensial
kan standar 3. Jenjang pelayanan tenaga
pelayanan karir karu asuhan keperawatan
asuhan dan tenaga keperawat 1 kali dalam
keperawatan perawat an 4 tahun
 Memberikan meningkat meningkat 4. Menyusun
perlindungan 4. Menjamin 3. Dapat jenjang
terhadap kualitas memberik karier
keselamatan pelayanan an perawat
pasien dan asuhan pelayanan 5. Menyusun
juga SDM keperawata yang standar
keperawatan n kepada prima kompetensi
pasien yang kepada perawat
aman dan konsumen
berkualitas
4 Akreditasi  Meningkatka 1. Skill 1. Perawat Perawat 1. Mengevalua Ruang rapat 17 juni KARU Pihak
pelayanan rumah n kinerja perawat di menjadi di rumah si kinerja RS 2021 ketiga
sakit yang pada jasa rumah lebih sakit x perawat di
mengacu pada perawatan sakit kompeten dalam rumah
SEVQUAL kesehatan di meningkat dalam sakit dengan
meningkat rumah sakit 2. Akreditasi memberikan menggunaka
 Meningkatka rumah pelayanan n questioner
n kepuasan sakit jasa kepada SEVQUAL
pasien meningkat pasien 2. Menyusun
terhadap 3. Pengetahua 2. Kepuasan standar
keseluruhan n perawat pelayanan di kompetensi
pelayanan di meningkat rumah sakit perawat
rumah sakit 4. Pelayanan meningkat
dirumah
sakit
meningkat

4. Tenaga Perawat yang Dibutuhkan Pada Kasus Menggunakan Metode Douglas

a. Identifikasi Jumlah Pasien


Jumlah pasien yang dirawat diidentifikasi berdasarkan derajat ketergantungan. Identifikasi jumlah pasien berdasarkan ketergantungan dilakukan mengikuti panduan
berikut:
1) Dilakukan 1x sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama beberapa hari sesuai kebutuhan, dengan menggunakan format
klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan.
2) Setiap pasien dinilai berdasarkan criteria klasifikasi.
3) Kelompokan pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu 1 hari dapat diketahui beberapa jumlah pasien dengan klasifikasi
minimal, parsial, dan total.
4) Bila pasien hanya mempunyai 1 kriteria dari klasifikasi tersebut, maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi diatasnya.

b. Penetapan Tenaga Keperawatan


Terdapat beberapa cara / metode penghitungan jumlah tenaga perawat. Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan disuatu ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi berdasarkan
deraja ketergantungan. Menurut Douglas ( 1992 ), klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi dalam 3 kategori:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/ 24 jam, Kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulansi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
e) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
2) Perawatan parsial memerlukan waktu 3 – 4 jam/ 24jam, Kriteria:
a) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d) Pasien dengan kateter urine, intake output ciaran dicatat / dihitung.
e) Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
3) Perawatan total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24jam, Kriteria:
a) Semua keperluan pasien dibantu
b) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
c) Makan melalui slang (NGT / pipa lambung), terapi intravena
d) Dilakukan penghisapan lender
e) Gelisah / disorientasi.

Berdasarkan kategori tersebut, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien, seperti pada table.

Klasifikasi Pasien
No. Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam pagi Siang Malam pagi Siang Malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst
Sumber: Dauglas (1984)

Contoh:
Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan klasifikasi minimal, 14 pasien dengan klasifikasi parsial, dan 5 pasien dengan klasifikasi total) maka jumlah perawat yang
dibutuhkan untuk jaga pagi ialah:
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,80
Jumlah = 6,09 = 6 orang

Data Kasus:
7 Pasien Total Care , 21 Orang Partial Care, 9 Orang Minimal Care
Hitung Tenaga Perawat:
Klasifikasi Pasien Jumlah
Shift
Minimal Partial Total
Pagi 0,17 x 9 = 1,53 0,27x 21 = 5,67 0,36 x 7 = 2,52 9,72 = 10 orang
Siang 0,14 x 9 = 1,26 0,15 x 21 = 3,15 0,30 x 7 = 2,1 6,51 = 7 orang
Malam 0,07 x 9 = 0,69 0,10 x 21 = 2,1 0,20 x 7 = 1,4 4,13 = 4 orang
Jumlah keseluruhan perawat perhari 21 orang

Maka tenaga perawat yang seharusnya dibutuhkan pada ruang rawat dewasa laki-laki pada kasus diatas menggunakan rumus Metode Douglas adalah sebanyak 21 orang perawat.

5. Bagaimana persyaratan seorang pimpinan untuk melakukan SUPERVISI? Jelaskan Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam SUPERVISI
A. Syarat dalam melakukan supervisi

Dalam keperawatan, supervise yang baik apabila memiliki karakteristik atau syarat sebagai berikut:
1. Mencerminkan asuhan keperawatan yang sesungguhnya
2. Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada
3. Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala
4. Dilaksanakan oleh atasan langsung (kepala unit/kepala ruangan atau penanggung jawab yang ditunjuk)
5. Menunjukan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

Menurut bachtiar dan Suarly (2009) pelaksanaan supervise dibebankan pada atas yang memikili kelebihan dalam organisasi, tidak hanya kelebihan dalam aspek status atau
kedudukan tapi lebih pada ketrampilan serta pengetahuan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan
baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah:

1. Sebaiknya pelaksana supervise adalah atasan langsung dari yang disupervisi, atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat di tunjuk staff khusus yang independent dengan
batas-batas wewenang dan tanggung jawab.
2. Pelaksana supervise harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
3. Pelaksana supervise harus memiliki keterampilan melakukan supervise artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervise.
4. Pelaksana supervise harus memiliki sifat edukatif dan supportif bukan otoriter.
5. Pelaksana supervise harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dna perilakukan bawahan yang
disupervisi.
B. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam supervisi

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Prosess supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di
ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien sehingga melalui kegiatan supervisi
seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan
(Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, yaitu supervisi langsung dan tak langsung.
1. Teknik Supervisi Secara Langsung

Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Proses supervisi secara langsung mengharuskan supervisor terlibat dalam kegiatan agar
pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah (Wiyana, 2008).
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):
a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa akan dilakukan secara langsung dimana supervisor terlibat dalam kegiatan

b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan tindakan. Supervisor melihat hasil secara langsung dihadapan perawat.

c) Supervisor menilai setiap tindakan sesuai standar.

d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
kepada perawat.
e) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen.

2. Teknik Supervisi Tidak Langsung

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Wiyana,2008).
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi tidak langsung (Wiyana, 2008):
a) Lakukan supervise secara tidak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku rekam medic perawat.
b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit.
d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervise dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang.
e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar.

Proses dalam melakukan Supervisi

N TAHAP PENANGGUNG TEMPAT


O JAWAB
1 Pra Supervisi Kepala Ruangan Ruang Kepala
a) Supervisor menetapkan Ruangan
kegiatan yang akan
disupervisi.
b) Supervisor menetapkan tujuan
c) Menentukan perawat yang di
supervise
d) Membuat Pra Planning:
Menyiapkan SOP,
Menyiapkan alat
e) Diskusi terkait tindakan yang
akan dilakukan
(Pengetahuam, sikap,
Tindakan)

2 Supervisi: Kepala Ruangan Nurse Station dan


a) Supervisor menilai Ruang Rawat Klien
kinerja perawat berdasarkan
alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
b) Supervisor
mendapat beberapa hal yang
memerlukan pembinaan.
c) Supervisor
memanggil PP dan PA untuk
mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
d) Pelaksanaan
supervisi dengan inspeksi,
wawancara, dan memvalidasi
data sekunder
1. Supervisor
mengklarifikasi permasalahan
yang ada.
2. Supervisor melakukan
tanya jawab dengan perawat.

3 Pasca supervisi Kepala Ruangan Ruang Kepala


a) Supervisor memberikan Ruangan
penilaian supervisi (F-Fair)
b) Supervisor memberikan
Feedback dan klarifikasi
c) Supervisor memberikan
reinforcement dan Follow up
perbaikan

6. Bagaimanakah prinsip untuk dilakukan delegasi? Jelaskan langkah-langkahnya!


Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah :
1. Prinsip Skalar
Menyatakan harus ada garis otoritas yang jelas yang menghubungkan tingkat paling tinggi dengan tingkat paling bawah. Garis otoritas yang jelas ini memudahkan anggota
organisasi untuk megetahui:
a. kepada siapa dia dapat mendelegasikan
b. siapa yang dapat melimpahkan wewenang kepadanya
c. kepada siapa dia bertanggungjawab
Dalam proses penyusunan garis otoritas diperlukan kelengkapan pendelegasian wewenang, yaitu semua tugas yang diperlukan dibagi habis. Hal ini digunakan untuk
menghindari:
a. gaps, yaitu tugas-tugas yang tidak ada penangung jawabnya
b. overlaps, yaitu tanggung jawab untuk satu tugas yang sama diberikan kepada lebih dari satu orang
c. splits, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan kepada lebih dari satu-satuan organisasi

2. Prinsip kesatuan perintah (unity of command)


Menyatakan setiap orang dalam organisasi harus melapor pada satu atasan. Melapor pada lebih dari satu orang akan menyulitkan seseorang untuk mengetahui kepada siapa
ia harus bertanggung jawab dan perintah siapa yang harus diikuti. Bertanggung jawab kepada lebih dari satu atasan juga akan membuat bawahan dapat menghindari
tanggungjawab atas pelaksanaan tugas yang jelek dengan alasan banyaknya tugas dari atasan lain.

3. Tanggungjawab, wewenang dan akuntabilitas


Prinsip-prinsip ini menyatakan bahwa:
a. dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien
b. masing-masing orang dalam organisasi dapat melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya secara efektif
c. akuntanbilitas penerimaan tanggungjawab dan wewenang
Langkah - Langkah Pendelegasian

1. Seleksi dan susun tugas


Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap berikutnya yang harus dikerjakan
secara otomatis adalah menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada komisi yang bertanggung
jawab, dan melaksanakan asuhan keperawatan dan tugas teknis lainnya. Hal yang terpenting dalam pendelegasian tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan
wewenag secara bertahap, hal ini akan menghindari terjadinya suatu penyalah gunaan wewenang.

2. Seleksi orang yang tepat


Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya menajer memilih staf bergantung dari kemampuan
menajer mengenal kinerja staf, kelebihan, kelemahan, dan perilakunya.
3. Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan yang jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajarkan pula bagaimana melaksanakan tugas
tersebut.
4. Lakukan supervise yang tepat
Manejer harus bias menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan dilakukan, dan bantuan apa yang dapat diberikan. Supervise merupakan hal yang penting dan pelaksanaannya
bergantung bagaimana staf melihatnya. Ada dua macam supervise yaitu overcontrol (control yang berlebihan) dan undercontrol (control yang kurang).
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2014. Manajemen dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Shepperd, S et al (2004). Discharge Planning from hospital to home (Review). This is a reprint of a Coachrane review, prepared and maintained by The Cochrane Collaboration
and published in The Cochrane Library
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Ed.1. Jakarta:Salemba Medika.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Ed.4. Jakarta:Salemba Medika.
Marquis, Bessie L, dkk.2010.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : Teori dan Aplikasi.Edisi 4.Jakarta:EGC
Arwani. 2006. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Suarli, S dan Bahtiar. (2009). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta: Erlangga
Wiyana. (2008). Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon. Jurnal Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas
Maluku.

Anda mungkin juga menyukai