Anda di halaman 1dari 5

CONTOH PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kasus:
Anda adalah seorang kepala ruang rawat bedah laki-laki dengan 34 TT dan BOR 85%.
Staf anda terdiri dari 15 perawat, 4 POS, 1 tenaga administrasi, & 3 cleaning service. Hasil
survey direktur keperawatan saudara menunjukkan adanya ketidakpuasan dari pelanggan
saudara (75% pelanggan ekternal & 68% pelanggan internal). Bagaimana proses perencanaan
saudara menanggapi permasalahan diatas?

Pembahasan : Proses Perencanaan


Hierarki perencanaan, meliputi: Rumah Sakit Ojo Radiat

·         Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Ojo Radiat sebagai rujukan utama daerah di Jawa Barat
yang unggul, mandiri dan berkualitas dalam pelayanan bedah secara holistik tahun 2020.

·         Misi
a.      Mewujudkan pelayanan kesehatan profesional, bermutu dan bersahabat untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan.
b.      Mengembangkan jiwa (sikap mental) wirausaha dalam menyelenggarakan pelayanan
mandiri yang bertumpu pada pemberdayaan seluruh potensi rumah sakit dan
penggolongan kemitraan seluas-luasnya.
c.      Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bedah dalam kedudukannya sebagai pusat
rujukan daerah, pendidikan dan pengembangan keilmuan di bidang kesehatan bedah.
d.      Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan yang
bermutu.

·         Hierarki perencanaan ruang rawat Arjuna, meliputi:


1.      Visi
Terwujudnya ruang rawat bedah laki-laki berkualitas tinggi yang memberikan
perawatan secara holistik tahun 2020.
2.      Misi
a.      Memberikan pelayanan perawatan bedah laki-laki yang profesional, bermutu dan
bersahabat untuk mewujudkan kepuasan pelanggan.
b.      Memberikan perawatan bedah laki-laki dalam kedudukannya sebagai pusat rujukan
daerah.
c.       Memberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
perawatan bedah.
d.      Mendorong dan memfasilitasi tenaga kesehatan untuk mengadakan penelitian perawatan
bedah di ruang rawat bedah laki-laki.
3.      Filosofi
Profesional dalam melayani
4.      Tujuan
 Tujuan jangka panjang
Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal secara holistik dan berbasis evidence
based practice.
 Tujuan jangka pendek
-          Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan asuhan keperawatan
yang holistik di ruang rawat bedah laki-laki
-          Mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat bedah laki-laki
-          Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi dan rehabilitasi
-          Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan secara kontinu.
-          Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berbasis evidence based practice
5.      Kebijakan
a.       Gaya kepemimpinan kepala ruangan bersifat situasional.
b.      Kepala ruangan melakukan sistem reward dan punishment kepada staf.
c.      Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan.
d.      Kepala ruangan mengupayakan kebijakan pelatihan klinik tenaga kesehatan.
e.      Merekomendasikan tenaga kesehatan yang kinerjanya baik kepada pihak rumah sakit
untuk diikutsertakan dalam program beasiswa.
f.       Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu bulan sekali.
g.      Mengoptimalkan sistem pendokumentasian keperawatan.
h.      Memiliki standar operasional prosedur.
6.      Prosedur
Pasien yang keluar dari ruang UGD akan diantar ke ruang rawat. Di ruang rawat, bagian
administrasi akan menerima informasi penerimaan pasien baru tersebut dengan rincian:
a.       informasi kelas yang akan dipilih
b.      informasi pola tarif
c.       informasi persyaratan
d.      tanda tangan perjanjian
e.       pengecekan kembali status klien dan memasukkan ke buku register baru.

Setelah itu, kepala ruangan memeriksa atau melengkapi informasi atau status klien dengan
memperhatikan surat pengantar rawat pasien dari poli UGD, memperhatikan instruksi yang
tertera dari perawatan di UGD dan melakukan pengecekan ulang mengenai kelengkapan data
pasien. Di lain pihak, perawat menyiapkan tempat tidur yang siap pakai, lengkap dengan set
KDM. Setelah melengkapi proses administrasi, perawat menerima pasien dengan 5SP
(Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Profesional), kemudian memindahkan pasien ke
tempat tidur yang telah disiapkan, mengatur kenyamanan pasien, memberikan info mengenai
fasilitas yang terdapat di ruangan, lalu memulai proses keperawatan.

·         Tahap/Langkah Perencanaan


1.      Pengumpulan data
 Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
 Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
 Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
 Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
 Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % =
29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-
85%.
 Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
 Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan
berpengalaman.
 Ruangan:
-   Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
-   Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
-   Teradapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
-   Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
-   Kondisi bangunan ruangan kokoh
-   Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap
 Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal
sebesar 75%.
 Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga
pasien.
 Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak
ramah.
 Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS
adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
 Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah
klien.
 Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
 Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
 Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal
sebesar 68%.
 Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak
mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
 Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil
yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
 Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
 Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan
pendidikannya.
 Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan
masih ada yang SPK.
 Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka
bekerja di ruang rawat bedah.
 Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan
keperawatan bedah.
 Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
 Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
 Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT
seharusnya tersedia 34 perawat.
 Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
 Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
 Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1
Keperawatan dan masih tetap bekerja
 Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
-          Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
-          Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)

Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
 RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
 Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
 Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang
mera-wat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum
dilaksanakan sesuai pedoman).
 Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
 Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas
lengkap.
 Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan
informasi yang jelas.
ü  Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat kurang
ramah dan jarang tersenyum.

2.      Analisis lingkungan à Analisa SWOT


Strength :
 Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi & misi yang jelas
 Rumah sakit mengadakan pelatihan seminar medikal bedah untuk tenaga kesehatan
 Kapasitas TT di ruang rawat bedah laki-laki adalah 34 buah
 Bed Occupied Rate (BOR) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 85 % (34 x 85 % =
29 TT yang terpakai). Hal ini dikarenakan sesuai standar idealnya BOR adalah 60-
85%.
 Perawat bersertifikasi bedah 3 orang dari 15 orang (20 %)
 Jumlah perawat yang berusia 31-40 tahun adalah 6 orang (37,5 %) dan
berpengalaman.
 Ruangan:
-   Terdapat 5 kamar untuk kelas tiga, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT non AC
-   Terdapat 2 kamar untuk kelas dua, dengan masing-masing kamar terdiri dari 4 TT AC
-   Terdapat 2 kamar untuk kelas satu, dengan masing-masing kamar terdiri dari 2 TT AC
-   Terdapat 2 kamar isolasi, dengan masing-masing kamar terdiri dari 1 TT
-   Kondisi bangunan ruangan kokoh
-   Peralatan yang ada di ruangan bedah lengkap

Weakness:
 Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan eksternal
sebesar 75%.
 Dalam satu tahun terakhir terdapat 4 kasus malpraktik yang dikeluhkan oleh keluarga
pasien.
 Pada kotak kritik dan saran terdapat banyak komentar mengenai perawat yang tidak
ramah.
 Length of Stay (LOS) di ruang rawat bedah laki-laki adalah 10-12 hari, dengan ALOS
adalah 11 hari.Hal ini tidak sesuai dengan standar ideal LOS yakni 6-9 hari.
 Rasio perawat masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah tempat tidur/ jumlah
klien.
 Terdapat 80% perawat yang belum memiliki sertifikasi bedah.
 Dokumentasi asuhan keperawatan masih kurang baik.
 Hasil survey direktur keperawatan adanya ketidakpuasan dari pelanggan internal
sebesar 68%.
 Hasil survey kepala ruangan menunjukkan bahwa 67% perawat dan staf lainnya tidak
mengetahui dengan jelas visi misi ruang rawat dan RS.
 Hanya terdapat satu publikasi visi misi ruang rawat yang terpajang di figura kecil
yang tidak menarik untuk dibaca di ruang rawat tersebut.
 Tidak terdapat visi dan misi RS yang terpajang di ruang rawat tersebut.
 Perawat banyak mengeluhkan sulit untuk mendapat fasilitas untuk melanjutkan
pendidikannya.
 Jumlah S1 keperawatan hanya 2 orang, sementara yang lainnya adalah lulusan D3 dan
masih ada yang SPK.
 Terdapat 80% perawat yang belum mendapat sertifikasi bedah, padahal mereka
bekerja di ruang rawat bedah.
 Perawat mengaku masih bingung dan belum tahu jelas mengenai SOP asuhan
keperawatan bedah.
 Tidak adanya SOP tertulis di ruang rawat tersebut.
 Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak sesuai dengan proporsi
 Sebagai RS tipe B, seharusnya rasio perawat: TT yaitu 1:1, sehingga dengan 34 TT
seharusnya tersedia 34 perawat.

Opportunity:
 Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan organisasi PPNI
 Adanya PPNI komisariat RS yang menaungi profesi keperawatan
 Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang melanjutkan pendidikan S1
Keperawatan dan masih tetap bekerja
 Berdasarkan usia tenaga keperawatan antara lain,
-          Usia 20-25 tahun : 4 orang (25 %)
-          Usia 26-30 tahun : 6 orang (37,5 %)

Hal ini dikarenakan ada peluang untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Threat:
 RS kurang mensosialisasikan SOP keperawatan dengan baik.
 Realisasi program beasiswa dari RS kurang dirasakan oleh perawat.
 Buku Pedoman Pasien baru belum sempurna (catatan perkembangan, petugas yang
merawat, persiapan pasien pulang dan orientasi penerimaan pasien baru belum
dilaksanakan sesuai pedoman).
 Belum ada rencana dari RS untuk menambah jumlah perawat.
 Kurangnya pelatihan dan workshop untuk perawat.
 Di sekitar rumah sakit terdapat rumah sakit swasta lainnya yang memiliki fasilitas
lengkap.
 Banyak klien yang mengeluhkan kepada kepala ruangan bahwa perawat kurang
memberikan pendidikan kesehatan pada klien sehingga klien tidak mendapatkan
informasi yang jelas.
 Banyak keluarga klien yang mengatakan kepada kepala ruang rawat bahwa perawat
kurang ramah dan jarang tersenyum.

Anda mungkin juga menyukai