Anda di halaman 1dari 4

Kartu Skor Poedji Rochjati

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang digunakan sebagai alat


skrining antenatal berbasis keluarga untuk menemukan faktor risiko ibu hamil, yang
selanjutnya mempermudah pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi
obstetrik pada saat persalinan.

I II III IV
K Triwulan
SKO
EL Masalah / Faktor Resiko III.1 III.
NO. R I II
F. 2
R Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9 b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
         Kurang Darah      b. Malaria,
11          TBC Paru            d. Payah Jantung 4
         Kencing Manis (Diabetes) 4
         Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
10 T ANTENATAL CARE

Antenatal Care adalah istilah kesehatan yang mengacu pada program pelayanan
kesehatan ibu hamil oleh tenaga profesional. Setiap program antenatal care telah
disesuaikan dengan standar yang ditetapkan dalam buku pedoman petugas rumah sakit dan
puskesmas setempat.
Dalam antenatal care di Indonesia, dikenal istilah rumus 10 T yaitu:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan ibu hamil merupakan salah satu
dari beberapa pemeriksaan yang dilakukan dalam temu antenatal, terutama pada
pertemuan pertama. Tujuan pengukuran ini adalah untuk memantau perkembangan
tubuh ibu hamil. Secara umum, seorang ibu hamil berat badannya bertambah sekitar
0,5 kg setiap bulan pada trimester pertama kehamilan. Kemudian, pada trimester
kedua dan ketiga, berat badan ibu hamil normalnya bertambah hingga 0,5 kg setiap
minggu. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan sekitar 20 hingga 90 kg dari
berat badan sebelum hamil dianggap normal/ideal.
2. Periksa tekanan darah
Sama seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh dokter kandungan saat antenatal care. Hasil
bacaan tekanan darah normal berada di angka 110/80 hingga 140/90 mmHg. Apabila
bacaan tekanan darah lebih tinggi daripada batas atas, Moms berisiko mengalami
gangguan kehamilan seperti pre-eklampsia dan eklampsia. Kedua gangguan
kehamilan ini bisa mengancam kehamilan.
3. Periksa tinggi fundus uteri (puncak rahim)
Dokter akan memeriksa fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan. Tinggi
puncak rahim dalam cm seharusnya berbanding lurus dengan usia kehamilan. Ukuran
puncak rahim dianggap normal apabila sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri
dengan toleransi perbedaan ukuran 1-2 cm. Jika pengukuran puncak rahim
menunjukkan perbedaan lebih kecil 2 cm dari usia kehamilan, risiko gangguan
pertumbuhan janin meningkat.

4. Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid dan difteri
(TD)
Sebelum imunisasi tetanus toksoid, harus terlebih dahulu menjalani skrining. Tujuan
skrining tersebut adalah untuk mengetahui dosis dan status imunisasi tetanus toksoid
yang telah diperoleh sebelumnya. Imunisasi tetanus toksoid cukup efektif jika
dilakukan minimal dua kali dengan jarak antar imunisasi empat minggu.
5. Minum tablet zat besi
Dokter akan meresepkan zat besi untuk konsumsi setiap hari selama kehamilan.
Jangan mengonsumsi tablet zat besi ini bersama denagn kopi atau teh karena dapat
mengganggu penyerapan zat besi ke dalam tubuh.
6. Tetapkan status gizi
Untuk mendeteksi kekurangan gizi saat hamil sejak dini, dokter akan melakukan
pengukuran status gizi. Risiko si kecil lahir dengan berat badan rendah meningkat
apabila kekurangan gizi saat hamil. Cara mengukur status gizi adalah dengan
mengukur lingkar lengan atas serta jarak pangkal bahu ke ujung siku menggunakan
pita ukur.
7. Tes laboratorium
Selama pemeriksaan antenatal, dokter akan mengambil sampel dari tubuh untuk
keperluan tes laboratorium baik tes rutin maupun khusus. Pemeriksaan laboratorium
tersebut meliputi setidaknya pemeriksaan golongan darah dan rhesus, pemeriksaan
kadar hemoglobin, tes HIV dan penyakit menular seksual lainnya, serta rapid test
untuk malaria.
8. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
Pemeriksaan denyut jantung biasanya dilakukan saat usia kehamilan memasuki 16
minggu. Tujuan dari pemeriksaan janin dan denyut jantung janin adalah untuk
memantau, mendeteksi, dan menghindari faktor risiko kematian prenatal yang
disebabkan oleh infeksi, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan hipoksia.
9. Tatalaksana kasus
Ketika menjalani antenatal care, pasien berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang
memadai. Apabila hasil tes menunjukkan bahwa kehamilan berisiko tinggi, pihak
rumah sakit akan menawarkan kepada pasien untuk segera mendapatkan tatalaksana
kasus

10. Temu wicara persiapan rujukan


Setiap kali kunjungan antenatal, pasien berhak untuk berkonsultasi kepada pihak
dokter. Temu wicara ini dapat membantu menentukan perencanaan kehamilan,
pencegahan komplikasi kehamilan, dan persalinan. Layanan temu wicara juga
diperlukan untuk menyepakati rencana-rencana kelahiran, rujukan bila perlu,
bimbingan pengasuhan bayi, dan pemakaian KB pascamelahirkan.

Anda mungkin juga menyukai