FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
Pengkajian M1-M5, Analisis SWOT, dan Penyelesaian
Masalah dengan Fungsi Manajemen Tradition of Excellenc
1
Analisis Literatur terkait Penerapan Gaya Kepemimpinan
Pengkajian M1-M5
Analisis SWOT
Penyelesaian Masalah dengan Fungsi Manajemen
Ketenagaan (Man/M1)
Tradition of Excellenc
Ketenagaan di ruang Teratai:
a. Tenaga keperawatan 15 perawat (7 ners, 8 ahli madya keperawatan) termasuk 1
kepala ruangan didalamnya,
b. 3 orang pekarya kesehatan
c. 1 orang administrasi.
Seluruh perawat telah mengikuti dan memiliki sertifikat pelatihan yaitu sebanyak jenis
pelatihan yang diikuti diantaranya adalah Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS),
Code Blue, ECG, Manajemen Kepala Ruang, Fungsional Perawatan Medikal, K3.
Karu ruang Tertai telah memenuhi syarat utama yaitu memiliki pelatihan Manajemen
Kepala Ruang dan jenang karir PK3.
Perhitungan Menurut Perhitungan Perhitungan Jumlah Tenaga
Dauglas Menurut Gilles Menurut Depkes Perawat yang
Tersedia
16 orang 19 orang 10 orang 15 orang
Beban kerja yang belum optimal antara jumlah perawat di ruang Teratai dengan jumlah
pasien.
Sarana dan Prasarana (Material/M2)
Tradition of Excellenc
Ruangan teratai terletak di lantai 1 sebelah barat ruang IGD. di ruang teratai
sebagai ruang penyakit dalam memiliki fasilitas ruangan meliputi ruang
perawatan yang terdiri dari ruang kelas 1 (3 ruang masing-masin 2 bed), ruang
kelas 2 (2 ruang masing-masing 4 bed), ruang kelas 3 (2 ruang masing-masing
5-6 bed); nurse station; ruang karu; ruang perawat; ruang diskusi; ruang obat;
kamar mandi; musholla; dan dapur.
Timbang Terima
Pada Ruang Teratai RS Universitas Jember menggunakan model asuhan keperawatan yang digunakan
yaitu model Tim dengan 15 perawat (7 ners dan 8 ahli madya keperawatan) yang sudah termasuk
kepala ruangan, 3 orang pekarya kesehatan, dan 1 orang administrasi.
Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan
Pelaksanaan proses asuhan keperawatan di Ruang Teratai RS Universitas Jember menggunakan
panduan pada Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pada Ruang Teratai RS Universitas Jember hanya sedikit sekali Standar Operasional Prosedur (SOP)
tindakan medis atau keperawatan yang masih up to date untuk digunakan, sehingga dalam proses
pelaksanaan tindakan menjadi tidak optimal.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Pada Ruang Teratai RS Universitas Jember pelaksanaan diskusi refleksi kasus belum dilaksanakan
secara rutin dan tidak terjadwal secara tetap
Metode (Method/M3)
Supervisi
Tradition of Excellenc
Pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan di Ruang Teratai RS Universitas Jember dapat
diklasifikasikan kurang baik. Pelaksanaan supervisi jarang terjadwal dengan baik dan saat
pelaksanannya supervisor seringkali lupa dalam memberikan bimbingan serta pengarahan
Sentralisasi obat
Di ruang teratai RS Universitas Jember terdapat satu ruangan khusus untuk menampung obat-obatan
pasien di ruang teratai. Ruang tersebut terdapat lemari laci yang tersusun dan diberi tempelan kertas
dengan nama dan tanggal lahir pasien untuk menyimpan obat pasien,.
Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Teratai RS Universitas Jember, didapatkan bahwa proses
dokumetasi keperawatan belum terlaksana secara terstruktur dan masih menggunakan dokumentasi
secara manual (ditulis tangan).
Sasaran Keselamatan Pasien
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran 2: Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran 3: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
Sasaran 4: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Sasaran 5: pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran 6: pengurangan risiko pasien jatuh
Sumber Keuangan (Money/M4)
Tradition of Excellenc
Pengukuran kepuasan pasien diberikan dengan mengisi kuesioner kepada pasien rawat inap
serta pasien yang sembuh dan akan pulang. Kuesioner meliputi 5 dimensi kepuasan .Tingkat
kepuasan pesien diukur dengan pengisian kuesioner yang diberikan kepada pesien. Secara
umum, hasil kuesioner menunjukkan rata-rata nilai capaian tiap dimensi yaitu 81,48 % yang
artinya pasien merasa puas terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Pihak pengelola rumah sakit perlu secara rutin dan berkala mengevaluasi kualitas layanan
yang diberikan kepada pasien sebagai upaya untuk memenuhi kepuasan pasien seperti yang
diharapkan. Masukan dan keluhan pasien merupakan informasi penting yang senantiasa harus
terus diperhatikan oleh pihak rumah sakit guna memelihara kesetiaan pasien terhadap
pengunaan jasa layanan tersebut.
Pemasaran (Marketing/M5)
Tradition of Excellenc
Tradition of Excellenc
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya dimana pemimpin memahami dan
menghargai sifat dan keinginan staff, mampu memotivasi staff, membuat rencana monitoring
dan evaluasi serta terbuka terhadap informasi (Rahardjo dkk., 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Rasmun dan Sukamto (2019) menyebutkan bahwa
kepemimpinan demokratis dapat meningkatkan efek positif pada staf perawat pelaksana,
sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja, meningkatkan kinerja dan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan dan berdampak meningkatkan kepuasan
pasien.
Kelebihan
1. Antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku
2. Pemimpin mengambil keputusan dan kebijakan melalui diskusi sehingga bawahan akan
merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya
3. Bawahan dapat mengajukan pendapat dan saran, bawahan akan merasa percaya diri dan
nyaman
4. Pemimpin memperhatikan bawahan
5. Tidak tercipta pengelompokan atau tercipta kubu oposisi karena bawahan merasa
sejalan dengan pemimpin.
• Kelemahan: anggota tidak kritis, keputusan diambil lebih lambat
1
Analisis Literatur terkait Penerapan Gaya Kepemimpinan
Tradition of Excellenc
2
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja
Tradition of Excellenc
Rumah sakit merupakan suatu tempat yang berisiko terjadinya cedera. Hal ini
disebabkan karena segala hal kegiatan dirumah sakit sangat berhubungan dengan penyakit-
penyakit berbahaya seperti prosedur kritis dengan alat atau benda tajam. Interaksi pekerja
dengan pekerjaan dan peralatan kerjanya meningkatkan pemaparan terhadap resiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Faktor manusia (pekerja) sangat penting dalam
terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian
materi, mengganggu proses pekerjaan, merusak lingkungan dan berdampak pada masyarakat.
Faktor –faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di Ruang Teratai
Universitas Jember antara lain injury benta tajam, umur, penggunaan APD, peraturan K3,
pelatihan K3 dan pengawasan.
1
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja
Tradition of Excellenc
Identifikasi faktor resiko kecelakaan kerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas
Jember sebagai berikut:
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2014 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah :
• Tertusuk jarum
• Tergores/terpotong
• Luka bakar
• Penyakit infeksi
• Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
• Tertimpa benda jatuh
2
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja
Tradition of Excellenc
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2014 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah :
• Tertusuk jarum
• Tergores/terpotong
• Luka bakar
• Penyakit infeksi
• Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
• Tertimpa benda jatuh
3
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja
Tradition of Excellenc
Identifikasi faktor resiko kecelakaan kerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember:
1. Umur
Perawat yang bekerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember rata-rata
berumur > 30 tahun. Semakin tinggi umur seseorang maka semakin bertambah pula ilmu
atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman
sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Salmawati dkk, (2019) yang didapatkan hasil nilai p=0,002 (p<0,05)
artinya ada hubungan umur dengan kecelakaan kerja.
2. Injury Benda Tajam
Kecelakaan dalam bekerja dapat diakibatkan oleh kelalaian pekerja, bekerja melebihi
batas kemampuan atau ergonomis yang buruk dalam bekerja. Salah satunya adalah tertusuk
jarum atau benda tajam di rumah sakit. Jarum suntik dan alat medis yang tajam merupakan
alat medis yang bersentuhan langsung dengan jaringan tubuh dan darah pasien. Tenaga
kesehatan yang lalai dapat tertular melalui jarum suntik yang terkontaminasi cairan tubuh
pasien yang terinfeksi. Petugas kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang
terinfeksi yang dapat menimbulkan infeksi.
4
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja
Tradition of Excellenc
3. Penggunaan APD
Perawat yang bekerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember masih
belum sepenuhnya memakai APD dengan benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan APD antara lain ketersediaan APD, pengetahuan, sikap, dukungan
rekan dan pengawasan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurmalia dkk, (2019) yang
didapatkan hasil nilai p=0,007 (p<0,05) artinya ada hubungan penggunaan APD
dengan kecelakaan kerja.
4. Pengawasan dan Prosedur Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Perawat
Berdasarkan hasil penelitian (Angriani, dkk, 2020). Pengaruh antara
pengawasan dengan terjadinya kecelakaan kerja perawat menyatakan pengawasan
baik dari kepala perawat sebesar 80%. Kepala perawat menyatakan bahwa seorang
perawat harus memiliki sikap yang baik seperti mengikuti prosedur kerja dan harus
peduli terhadap bahaya yang ada di rumah sakit, karena perawat tidak hanya
bertanggung jawab terhadap keselamatannya sendiri tetapi yang terutama harus
memperhatikan keselamatan pasien.
5
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja
Tradition of Excellenc
5. Peraturan K3
Perawat yang bekerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember kurang
dalam mengikuti peraturan K3 seperti penggunaan APD, mengikuti SOP, mengambil
posisi yang aman dan hati-hati saat bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Salmawati dkk, (2019) yang didapatkan hasil nilai p=0,006 (p<0,05)
artinya ada hubungan peraturan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja.
6. Pelatihan K3
Perawat yang bekerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember
mengikuti pelatihan K3 setiap 6 bulan sekali. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri dkk, (2018) yang didapatkan hasil nilai pvalue 0.001 artinya
ada pengaruh pelatihan K3 dengan kecelakaan kerja. Kekuatan hubungan antara
pelatihan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja sebesar 4,6945 (CI 95% 1,856-
11,876) artinya perawat yang mengikuti pelatihan tidak lengkap berisiko 5 kali
mengalami kejadian kecelakaan kerja dibandingkan dengan perawat mengikuti
pelatihan yang lengkap.
6
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja
Tradition of Excellenc
7
Analisis Literatur terkait Inform Consent Tindakan
Tradition of Excellenc
Menurut Jacobalis 2005 dalam
Nurhayati dan Dahlan (2015)
informasi atau
Informed penjelasan
“persetujuan” atau
consent
“izin”
Analisis Literatur terkait Inform Consent Tindakan
Tradition of Excellenc
Tradition of Excellenc
Tradition of Excellenc
Pelayanan rujuk balik (PRB) yaitu salah satu pelayanan kesehatan untuk penderita
penyakit kronis dan dalam keadaan stabil yang memerlukan asuhan keperawatan lanjutan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) (Esti, 2018). Menurut penletian ini efektivitas
implementasi kebijakan rujuk balik perlu diketahui hambatannya. Dengan pendekatan
Edward peneliti mengidentifikasi beberapa aspek yang mempengaruhi efektivitas
implemetasi, yakni komunikasi, sumber daya non manusia, sikap dan kompetensi pelaksana,
serta struktur organisasi.
Dalam pelaksanaan penerimaan rujuk balik di ruang teratai masih belum optimal
dikarenakan beberapa alat yang dibutuhkan dalam melakukan tindakan tidak tersedia
sehingga berpengaruh pada kualitas pelayanan kesehatan. Selain itu dalam pelaksanaan PRB
banyak pasien yang tidak datang kembali untuk melaporkan kesehatannya, sehingga dalam
proses pendokumentasian perawat hanya melakukan penerawangan terkait kondisi
kesehatan pasien.
Koordinasi dan kolaborasi dari pemangku jabatan dibutuhkan untuk menanggulangi
masalah ini. Seperti yang disebutkan dalam jurnal fasilitas FKTP (alat dan obat-obatan),
kemitraan penyedia obat, kompetensi sumberdaya manusia yang tepat dan adanya
pembinaan langsung dari Dinas Kesehatan secara berkala (Hamzah dan Sulistiadi, 2017).
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi
Tradition of Excellenc
1
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi
Tradition of Excellenc
• Menurut penelitian Nanda O dkk., (2019) ditemukan bahwa sebesar 79% perilaku perawat
mencuci tangan merupakan langkah utama dalam pencegahan terjadinya infeksi. Rumah
sakit sangat disarankan untuk melakukan training tentang cuci tangan secara periodik,
memasang poster mencuci tangan, kontrol kualitas mencuci tangan pada tenaga
perawat melalui uji swab dan perawat wajib menerapkan Standar Operasional
Prosedur, sebab kegiatan tersebut dapat meningkatkan sikap perawat dalam
melaksanakan kepatuhan mencuci tangan sebesar 16.875 kali (Alamsyah dkk., 2019).
• Menurut penelitian Kusuma dkk., (2018) menemukan bahwa kepatuhan perawat dalam
menggunakan APD lengkap dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, ketersediaan
alat pelindundung diri, kurangnya motivasi anggota perawat dalam melindungi diri
sendiri selalu diingatkan oleh kepala ruang untuk selalu menerapkan tindakan sesuai
dengan Standar Opeasional Prosedur, kebijakan rumah sakit agar tenaga kesehatan
melakukan penghematan alat kesehatan habis pakai, terbatasnya penggunaan
apron/jas pelindung di ruangan. Keterbatasan APD dapat berpengaruh pada kesiapan
mental perawat dalam merawat pasien (Goyena, 2019)
2
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi
Tradition of Excellenc
3
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi
Tradition of Excellenc
• Menurut penelitian Asmawi (2019) keterbasan penyediaan wadah limbah di
setiap ruangan sangat berpengaruh pada perilaku perawat dalam menjalankan
tindakan sesuai SOP, karena sebenarnya perawat paham cara pengelolaan limbah
dengan benar.
• Menurut penelitian Kusnan (2019) semakin baik perilaku perawat dalam
mematuhi SOP praktik menyuntik yang aman seperti melepas dan menutup
jarum suntik dengan satu tangan akan semakin berkurang juga kasus cedera
perawat tertusuk jarum.
• Menurut penelitian Ramdan, Iwan. M dan A. Rahman (2017) dan Ndejjo et al.
(2015) Risiko yang masih tinggi disebabkan beberapa hal, antara lain tidak
patuhnya tenaga kesehatan terhadap SOP, kurangnya pengetahuan perawat
terhadap prosedur kerja yang benar dan aman, kesadaran akan pentingnya
keselamatan dalam bekerja masih rendah, faktor sarana kerja yang tidak
ergonomis akan terus menerus menjadi sumber risiko apabila tidak dilakukan
penanganan segera.
4
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi
Tradition of Excellenc
• Menurut penelitian Ummami (2016) penyebaran dari infeksi nosokomial juga
dapat dicegah dengan memisahkan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan
terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya
tuberkolosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat.
• Menurut penelitian Azin dan Norwahidin (2020) pendidikan kesehatan seerti
penerapan etika batuk yang benar memberikan asupan informasi dan dorongan
yang cukup untuk peduli dengan penyebaran infeksi dan dapat merubah persepsi
pasien tentang pentingnya etika batuk yang benar.
• Menurut peraturan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 27
tahun2017 penatalaksanaan linen yang baik dilakukan dengan cara memisahkan
antara linen kotor dengan linen terkontaminasi langsung dikamar pasien bukan
di ruangan laundry dan diangkut mengunakan troli sesuai kategori, dan selalu
menggunakan APD lengkap. Begitu juga dengan praktik lumbal pungsi yang
aman perawat harus mengunakan APD yang lengkap dan menjalankan tindakan
sesuai SOP.
5
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi
Tradition of Excellenc
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di ruang Teratai Rumah Sakit Jember
ditemukan bahwa perilaku perawat dalam memenuhi SOP yang berlaku kurang
dilakukan dengan maksimal seperti penggunaan APD, dekontaminasi peralatan
perawatan pasien, dan pengelolaan limbah. Hal tersebut disebabkan karena
kurangnya ketersedian barang serta kurangnya sikap perawat dalam
melakukan tindakan sesuai SOP, sehingga perlu dilakukan supervisi kembali
Karu, Katim, serta Perawat Pelaksana dalam kebijakan pematuhan SOP yang
berlaku.
6
Analisis Literatur terkait Transfer Klien
Tradition of Excellenc
1
Analisis Literatur terkait Transfer Klien
Tradition of Excellenc
2
Analisis Literatur terkait Transfer Klien
Tradition of Excellenc
3
Analisis Literatur terkait Rujukan Klien
Tradition of Excellenc
Dalam melakukan perujukan pasien Rumah sakit Universitas Jember menggunakan
aplikasi SISRUTE, hal tersebut sesuai arahan dari pemerintah yang telah mengeluarkan Surat
Dirjen pelayanan kesehatan pada tanggal 10 Desember 2018 tentang permohonan
penggunaan Sistem Rujukan Terintegrasi kepada seluruh Dinkes kab/kota/provinsi.
Tradition of Excellenc
Pada ruang teratai Rs Universitas Jember sudah menerapkan perujukan menggunakan
Sisrute, Namun masih belum optimal dengan baik ,Kendala-kendala yang dirasakan oleh
Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember dan menyebabkan kurangnya optimal dalam
pelaksanaan Rujukan mengunakan Sisrute sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bancin dkk.,(2020) dengan judul penelitian “Gambaran Sistem Terintegrasi (Sisrute) di
RSUD Dr. RM Djoelham Banjai tahun 2019” yang menyatakan bahwa dalam penggunaan
aplikasi penggunaan Sisrute di RS tersebut masih memiliki kendala diantaranya kendala
penggunaan aplikasi Sisrute di RSUD Dr. RM Djoelham binjai yaitu server internet yang
kurang stabil, masih ada RS perujuk yang tidak komitmen dengan informasi di sistem, data-
data pasien yang dirujuk tidak lengkap sesui dengan form yang ada di sistem sehingga
menyulitkan RS penerima menerima jawaban.
Tradition of Excellenc
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan diskusi yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat dengan
melibatkan pasien dan keluarga serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah
dilakukan (Saleh, 2012) dalam (Agustina dkk., 2016).
Ronde Keperawatan ruang Teratai (penyakit dalam) RS Universitas Jember
dilaksanakan dengan waktu kurang lebih selama 60 menit. Tim pelaksana dalam
melaksanakan ronde keperawatan terdiri dari kepala ruangan, perawat pelaksana
minimal 2 orang, dan konselor (dokter dan ahli gizi) jika diperlukan.
Namun, kegiatan ronde keperawatan di ruang Teratai (penyakit dalam) RS
Universitas Jember masih belum optimal, disebabkan oleh:
1. Pengetahuan
2. Belum adanya sosialisasi
3. Standar operasional prosedur (SOP) ronde keperawatan.
1
Analisis Literatur terkait Ronde Keperawatan
Tradition of Excellenc
2
Analisis Literatur terkait Ronde Keperawatan
Tradition of Excellenc
Persamaan persepsi
Panduan dan SOP Sosialisasi
ronde keperawatan
Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2020) yang menjelaskan bahwa dengan
mengoptimalkan ronde keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan. Salah satunya dengan monitoring dan evaluasi berkala terhadap
penilaian pelaksanaan ronde keperawatan menjadi salah satu elemen penting
dalam capaian mutu di rumah sakit. Adanya pelatihan dalam melakukan ronde
keperawatan dapat menjadi strategi meningkatkan kualitas keperawatan, adanya
evaluasi beban kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
3
Tradition of Excellenc
TERIMA KASIH