Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN AKHIR STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

PERIODE DARING 20 SEPTEMBER – 25 SEPTEMBER 2021Tradition of Excellenc


oleh:
Kelompok D-2
Nova Febriani Nurhaliza 212311101004
Afni Nahdhiya Damayanti 212311101005
Annisa Fitriana 212311101108
Elsa Yolanda Talapessy 212311101010
Emilia Fitri Wulandari212311101082
Mitasari 212311101085
Evi Nursyafitri 212311101100
Fahmadini Rozana Prahastiwi 212311101112
Fahmi Essa Syafriansyah 212311101113
Intan Nahdia Ferdiana 212311101114

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
Pengkajian M1-M5, Analisis SWOT, dan Penyelesaian
Masalah dengan Fungsi Manajemen Tradition of Excellenc
1
Analisis Literatur terkait Penerapan Gaya Kepemimpinan

Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan


Kerja, Inform Consent Tindakan, dan Penerimaan Rujuk Balik

Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi, Transfer dan


Rujukan Klien

Analisis Literatur terkait Ronde Keperawatan


Tradition of Excellenc

 Pengkajian M1-M5
 Analisis SWOT
 Penyelesaian Masalah dengan Fungsi Manajemen
Ketenagaan (Man/M1)
Tradition of Excellenc
Ketenagaan di ruang Teratai:
a. Tenaga keperawatan 15 perawat (7 ners, 8 ahli madya keperawatan) termasuk 1
kepala ruangan didalamnya,
b. 3 orang pekarya kesehatan
c. 1 orang administrasi.
Seluruh perawat telah mengikuti dan memiliki sertifikat pelatihan yaitu sebanyak jenis
pelatihan yang diikuti diantaranya adalah Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS),
Code Blue, ECG, Manajemen Kepala Ruang, Fungsional Perawatan Medikal, K3.

Karu ruang Tertai telah memenuhi syarat utama yaitu memiliki pelatihan Manajemen
Kepala Ruang dan jenang karir PK3.
Perhitungan Menurut Perhitungan Perhitungan Jumlah Tenaga
Dauglas Menurut Gilles Menurut Depkes Perawat yang
Tersedia
16 orang 19 orang 10 orang 15 orang

AIPNI (40% Ners, 60% vokasional) = 6 orang Ners, 9 orang vokasi)

Beban kerja yang belum optimal antara jumlah perawat di ruang Teratai dengan jumlah
pasien.
Sarana dan Prasarana (Material/M2)
Tradition of Excellenc

Ruangan teratai terletak di lantai 1 sebelah barat ruang IGD. di ruang teratai
sebagai ruang penyakit dalam memiliki fasilitas ruangan meliputi ruang
perawatan yang terdiri dari ruang kelas 1 (3 ruang masing-masin 2 bed), ruang
kelas 2 (2 ruang masing-masing 4 bed), ruang kelas 3 (2 ruang masing-masing
5-6 bed); nurse station; ruang karu; ruang perawat; ruang diskusi; ruang obat;
kamar mandi; musholla; dan dapur.

Adapun fasilitas alat penunjang perawatan di ruang teratai sudah memadai.


Namun memang ada beberapa sideraill bed yang sudah tidak berfungsi, akan
tetapi untuk mengganti alat yang sudah tidak berfungsi tersebut belm terlaksana
dengan baik akibat dari birokrasi pengadaan barang yang masih dirasa sult.
sehingga kualitas pelayanan perawatan di ruang teratai masih terganggu.
Metode (Method/M3)
Model Penugasan Asuhan Keperawatan
Tradition of Excellenc
Pada Ruang Teratai RS Universitas Jember menggunakan model asuhan keperawatan yang digunakan
yaitu model Tim dengan 15 perawat (7 ners dan 8 ahli madya keperawatan) yang sudah termasuk
kepala ruangan, 3 orang pekarya kesehatan, dan 1 orang administrasi.

Timbang Terima
Pada Ruang Teratai RS Universitas Jember menggunakan model asuhan keperawatan yang digunakan
yaitu model Tim dengan 15 perawat (7 ners dan 8 ahli madya keperawatan) yang sudah termasuk
kepala ruangan, 3 orang pekarya kesehatan, dan 1 orang administrasi.
Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan
Pelaksanaan proses asuhan keperawatan di Ruang Teratai RS Universitas Jember menggunakan
panduan pada Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pada Ruang Teratai RS Universitas Jember hanya sedikit sekali Standar Operasional Prosedur (SOP)
tindakan medis atau keperawatan yang masih up to date untuk digunakan, sehingga dalam proses
pelaksanaan tindakan menjadi tidak optimal.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Pada Ruang Teratai RS Universitas Jember pelaksanaan diskusi refleksi kasus belum dilaksanakan
secara rutin dan tidak terjadwal secara tetap
Metode (Method/M3)
Supervisi
Tradition of Excellenc
Pelaksanaan supervisi yang dilaksanakan di Ruang Teratai RS Universitas Jember dapat
diklasifikasikan kurang baik. Pelaksanaan supervisi jarang terjadwal dengan baik dan saat
pelaksanannya supervisor seringkali lupa dalam memberikan bimbingan serta pengarahan

Sentralisasi obat
Di ruang teratai RS Universitas Jember terdapat satu ruangan khusus untuk menampung obat-obatan
pasien di ruang teratai. Ruang tersebut terdapat lemari laci yang tersusun dan diberi tempelan kertas
dengan nama dan tanggal lahir pasien untuk menyimpan obat pasien,.
Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Teratai RS Universitas Jember, didapatkan bahwa proses
dokumetasi keperawatan belum terlaksana secara terstruktur dan masih menggunakan dokumentasi
secara manual (ditulis tangan).
Sasaran Keselamatan Pasien
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Sasaran 2: Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran 3: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
Sasaran 4: kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
Sasaran 5: pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran 6: pengurangan risiko pasien jatuh
Sumber Keuangan (Money/M4)
Tradition of Excellenc

A. Sumber Pendanaan Rumah Sakit


• Sumber dana eksternal
• Sumber dana internal

B. Manajemen Keuangan Rumah Sakit


Manajemen keuangan atau pendanaan berasal dari dana internal dan eksternal
yang nantinya dikelola oleh manajemen rumah sakit dan kemudian dilaporkan
secara berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten sehingga pihak rumah sakit
akan mendapatkan biaya sesuai alokasi kebutuhan Rumah Sakit

C. Sumber Kesejahteraan Karyawan


Sumber kesejahteraan karyawan di Ruang Teratai (ruang penyakit dalam)
Rumah Sakit Universitas Jember berasal dari gaji pokok serta dana jasa
pelayanan keperawatan dan kesehatan. Tenaga perawat dengan status ASN
akan mendapat gaji pokok dari Pemerintah, Sedangkan untuk karyawan Rumah
sakit yang berstatus Non-PNS mendapatkan gaji pokok yang bersumber dari
honorarium Rumah Sakit.
Sumber Keuangan (Money/M4)
Tradition of Excellenc
D. Analisa Manajemen Keuangan Ruang Teratai
• Sumber dana rumah sakit berasal dari APBN, APBD, Askes, JKN, BPS, SPM yang diperoleh
dari pemerintah, dan dana masyarakat umum.
• Pasien akan mendapatkan rincian biaya selama perawatan di rumah sakit yang mana
akan terdapat uraian yang terperinci disertai kwitansi terkait biaya perawatan dan
keluarga yang bersangkutan dapat melakukan pembayaran ke pihak rumah sakit.
• Rekapan data keuangan ruangan Teratai langsung dibukukan secara online oleh
administrasi keuangan ruang teratai sehingga langsung tersimpan dan terhubung pada
administrasi keuangan rumah sakit pusat.
• Setiap bulannya karyawan mendapatkan gaji bulanan dengan rincian Tenaga perawat
PNS diberikan gaji yang bersumber dari negara, dan Tenaga Non-PNS mendapatkan gaji
dari honorarium Rumah Sakit.
• Ruang teratai Seringkali mengalami keterlambatan pencairan klaim dari pihak asuransi
kesehatan yang mengakibatkan penurunan kualitas pelayanan kesehatan, hal tersebut
dikarenakan disebabkan oleh ketidaklengkapan berkas klaim memberatkan kinerja
petugas klaim karena harus melengkapi berkas klaim sebelum diajukan ke BPJS
• Mekanisme pengajuan pengadaan barang pada ruang teratai kurang maksimal karena
birokrasi yang dinilai cukup menyusahkan
Pemasaran (Marketing/M5)
Tradition of Excellenc
Pemasaran (Marketing/M5)
Tradition of Excellenc
Pemasaran (Marketing/M5)
C. Tingkat Kepuasan Perawat Tradition of Excellenc

Tingkat kepuasan perawat diukur dengan pengisian kuesioner yang diberikan


kepada perawat. Hasil kuesioner menunjukkan perawat tidak puas, sebesar 45%
terdapat pada gaji terutama sistem penggajian sedangkan sebesar 36.4% terdapat
pada pengakuan terutama system pemberian insentif.
Diharapkan ada kemauan dalam diri perawat untuk meningkatkan kepuasan
kerjanya dan perlu dilakukan perbaikan terhadap sistem penggajian dan insentif,
melakukan supervisi dengan baik, melakukan rekrutmen untuk mengurangi beban
kerja perawat, perlu memberikan kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak serta memberikan tanggung
jawab tanpa mengurangi kebebasan berimprovisasi.
Survey kepuasan perawat seperti ini dilakukan secara rutin dan berkala di setiap
unit layanan yang ada seperti poliklinik rawat jalan, instalasi gawat darurat, apotek,
laboratorium, layanan fisioterapi maupun radiologi, dimana evaluasi dari hasil
survey ini disarankan dapat dilakukan minimal 3 bulan sekali.
Pemasaran (Marketing/M5)
Tradition of Excellenc
C. Tingkat Kepuasan Perawat

Pengukuran kepuasan pasien diberikan dengan mengisi kuesioner kepada pasien rawat inap
serta pasien yang sembuh dan akan pulang. Kuesioner meliputi 5 dimensi kepuasan .Tingkat
kepuasan pesien diukur dengan pengisian kuesioner yang diberikan kepada pesien. Secara
umum, hasil kuesioner menunjukkan rata-rata nilai capaian tiap dimensi yaitu 81,48 % yang
artinya pasien merasa puas terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
Pihak pengelola rumah sakit perlu secara rutin dan berkala mengevaluasi kualitas layanan
yang diberikan kepada pasien sebagai upaya untuk memenuhi kepuasan pasien seperti yang
diharapkan. Masukan dan keluhan pasien merupakan informasi penting yang senantiasa harus
terus diperhatikan oleh pihak rumah sakit guna memelihara kesetiaan pasien terhadap
pengunaan jasa layanan tersebut.
Pemasaran (Marketing/M5)
Tradition of Excellenc

Penunjang Ruang di Ruang Teratai


• Ruang kepala ruangan
• Musholla
• Kamar mandi
• Ruang perawat
• Ruang obat
• Ruang diskusi
• Ruang rawat inap
• Tempat sampah medis dan non medis
• Nama ruangan
• Nomer tempat tidur pasien.
Pemasaran (Marketing/M5)

• Jam Kunjung Tradition of Excellenc


Jam kunjung di ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember pada saat sebelum adanya pandemi di mulai dari jam
09.00-11.00 WIB dan jam 15.00-17.00 WIB. Namun, selama masa pandemi Covid-19, jam kunjung Rumah Sakit
Universitas Jember ditiadakan guna mencegah terjadinya penyebaran virus dan hanya di perbolehkan 1 orang dari
keluarga pasien yang menjaga pasien di ruang rawat inap.
• Petunjuk Ruangan
Ruang teratai merupakan ruang rawat inap penyakit dalam dan ruangan tersebut berada di lantai 1 rumah sakit
universitas jember. Akses untuk menuju ke ruang teratai bisa melalui pintu masuk sebelah barat dari ruang IGD. Pintu
masuk ruang teratai berada di sebelah barat nurse station.
• Official Youtube Ruang Teratai
Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember (RSUJ) merupakan ruang rawat inap penyakit dalam yang sudah
memiliki official youtube channel https://www.youtube.com/ruangteratai/ruangpenyakitdalam/.RSUNEJ. yang
dimana channel youtube tersebut berisikan terkait informasi fasilitas dan mekanisme pelayanan di rumah sakit
khususnya di ruang teratai.
• Rumah Sakit Lain Sekitar Rumah Sakit Universitas Jember
Rumah Sakit Universitas Jember berdekatan dengan Rumah Sakit lain seperti Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Jember, serta berdekatan dengan RS lain -/+ 5 KM seperti RSUD dr. Soebandi, RS Bhaladika Husada (DKT) Jember, RS
Paru, RS Jember Klinik, RS Bina Sehat Jember, RS Siloam Jember.
Pemasaran (Marketing/M5)

• Kerja Sama Tradition of Excellenc


Rumah Sakit Universitas Jember (RSUJ) mempunyai kerjasama dengan institusi pendidikan kesehatan lain seperti
Fakultas Keperawatan UNEJ, Fakultas Kedokteran UNEJ, Fakultas Farmasi UNEJ, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNEJ,
Fakultas Kedokteran Gigi dan Mulut UNEJ, Kampus dr. Soebandi, Fakultas Kesehatan UNMUH. Rumah Sakit
Universitas Jember juga menjalin kerja sama dengan laboratorium di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Jember.
• Rujukan
Rumah Sakit Universitas Jember melakukan rujukan ke rumah sakit yang tingkatannya lebih tinggi yaitu seperti
rumah sakit tipe B yaitu RSD dr. Soebandi.
•Analisa Masalah
1. Hasil pengkajian mengenai kepuasan perawat menunjukkan perawat tidak puas dengan pekerjaannya yaitu
berkaitan dengan sistem penggajian yang masih dirasa tidak seimbang dengan beban kerjanya serta kurangnya
kompensasi, perhatian, dan pengakuan yang di dapatkan oleh perawat dari pihak rumah sakit.
2. Ruang teratai masih kurang maksimal dalam pengadaan barang dikarenakan birokrasi yang di miliki masih cukup
menyusahkan.
3. Mekanisme dokumentasi di ruang rawat inap teratai juga tidak terstruktur dan tidak efisien dikarenakan masih
menggunakan metode manual yaitu tulis tangan sehingga banyak data yang belum lengkap.
4. Lokasi Rumah Sakit Universitas Jember yang relatif berdekatan dengan beberapa Rumah Sakit di daerah
Kabupaten Jember yang mungkin akan menjadi pesaing bagi RSUJ khususnya di ruang teratai (R. Penyakit dalam).
Analisis SWOT
Diagram Layang Tradition of Excellenc
Prioritas Masalah
Tradition of Excellenc
Salah satu prioritas masalah pada ruang Teratai Universitas Jember, yaitu hanya sedikit sekali Standar Operasional
Prosedur (SOP) tindakan medis maupun keperawatan yang masih up to date untuk digunakan, sehingga dalam
proses pelaksanaan tindakan keperawatan menjadi tidak optimal.
Prioritas Tindakan:
1. Mengidentifikasi dan mengevaluasi semua SOP yang telah ada di ruangan Teratai
2. Mencari dan mengupdate SOP berdasarkan literature terbaru tentang tindakan medis maupun tindakan
keperawatan
3. Mendiskusikan hasil update SOP serta mendiskusikan refleksi kasus secara berkala dan teratur
4. Melakukan uji coba keterbaruan SOP
5. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan SOP terbaru
Kriteria Hasil
6. Dapat mengetahui kelayakan SOP yang masih dapat diterapkan atau tidak
7. Keterbaruan dalam tindakan medis maupun tindakan keperawatan
8. Mendapatkan masukan dan saran untuk penyempurnaan SOP
9. Perawat mampu menyusun tindakan SOP untuk dilakukan uji coba
10. Perawat mampu menilai kelayakan tindakan SOP
Tradition of Excellenc
1

 Analisis Literatur terkait Penerapan Gaya Kepemimpinan


 Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja, Inform Consent
Tindakan, dan Penerimaan Rujuk Balik
 Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi, Transfer dan Rujukan Klien
 Analisis Literatur terkait Ronde Keperawatan
Analisis Literatur terkait Penerapan Gaya Kepemimpinan

Tradition of Excellenc
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan gaya dimana pemimpin memahami dan
menghargai sifat dan keinginan staff, mampu memotivasi staff, membuat rencana monitoring
dan evaluasi serta terbuka terhadap informasi (Rahardjo dkk., 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Rasmun dan Sukamto (2019) menyebutkan bahwa
kepemimpinan demokratis dapat meningkatkan efek positif pada staf perawat pelaksana,
sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja, meningkatkan kinerja dan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan dan berdampak meningkatkan kepuasan
pasien.
 Kelebihan
1. Antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku
2. Pemimpin mengambil keputusan dan kebijakan melalui diskusi sehingga bawahan akan
merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya
3. Bawahan dapat mengajukan pendapat dan saran, bawahan akan merasa percaya diri dan
nyaman
4. Pemimpin memperhatikan bawahan
5. Tidak tercipta pengelompokan atau tercipta kubu oposisi karena bawahan merasa
sejalan dengan pemimpin.
• Kelemahan: anggota tidak kritis, keputusan diambil lebih lambat
1
Analisis Literatur terkait Penerapan Gaya Kepemimpinan

Tradition of Excellenc

Gaya kepemimpinan demokratis dapat diterapkan di ruang Teratai, masalah yang


terdapat di ruang Teratai yakni ketidakpuasan perawat terhadap beban kerja dan perhatian
dapat dioptimalkan dengan pendekatan gaya demokratis dengan cara kepala ruangan dapat
lebih empati kepada perawat, serta memberikan pengarahan, pengawasan, dan bimbingan,
diharapkan ketika adanya arahan dan bimbingan dari kepala ruang, perawat lebih merasa
mendapat penghargaan tersendiri dari adanya perhatian tersebut sehingga terbangun
hubungan interpersonal yang baik akan menjadi sebuah kepuasan tersendiri dalam proses
pencapaian tujuan kerja dan mengoptimalkan asuhan keperawatan yang ada di ruangan.

2
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja

Tradition of Excellenc

Rumah sakit merupakan suatu tempat yang berisiko terjadinya cedera. Hal ini
disebabkan karena segala hal kegiatan dirumah sakit sangat berhubungan dengan penyakit-
penyakit berbahaya seperti prosedur kritis dengan alat atau benda tajam. Interaksi pekerja
dengan pekerjaan dan peralatan kerjanya meningkatkan pemaparan terhadap resiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Faktor manusia (pekerja) sangat penting dalam
terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian
materi, mengganggu proses pekerjaan, merusak lingkungan dan berdampak pada masyarakat.
Faktor –faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja di Ruang Teratai
Universitas Jember antara lain injury benta tajam, umur, penggunaan APD, peraturan K3,
pelatihan K3 dan pengawasan.

1
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja

Tradition of Excellenc

Identifikasi faktor resiko kecelakaan kerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas
Jember sebagai berikut:
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2014 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah :
• Tertusuk jarum
• Tergores/terpotong
• Luka bakar
• Penyakit infeksi
• Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
• Tertimpa benda jatuh
2
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja

Tradition of Excellenc

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2014 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah :
• Tertusuk jarum
• Tergores/terpotong
• Luka bakar
• Penyakit infeksi
• Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
• Tertimpa benda jatuh

3
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja

Tradition of Excellenc
Identifikasi faktor resiko kecelakaan kerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember:
1. Umur
Perawat yang bekerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember rata-rata
berumur > 30 tahun. Semakin tinggi umur seseorang maka semakin bertambah pula ilmu
atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman
sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Salmawati dkk, (2019) yang didapatkan hasil nilai p=0,002 (p<0,05)
artinya ada hubungan umur dengan kecelakaan kerja.
2. Injury Benda Tajam
Kecelakaan dalam bekerja dapat diakibatkan oleh kelalaian pekerja, bekerja melebihi
batas kemampuan atau ergonomis yang buruk dalam bekerja. Salah satunya adalah tertusuk
jarum atau benda tajam di rumah sakit. Jarum suntik dan alat medis yang tajam merupakan
alat medis yang bersentuhan langsung dengan jaringan tubuh dan darah pasien. Tenaga
kesehatan yang lalai dapat tertular melalui jarum suntik yang terkontaminasi cairan tubuh
pasien yang terinfeksi. Petugas kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang
terinfeksi yang dapat menimbulkan infeksi.

4
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja

Tradition of Excellenc
3. Penggunaan APD
Perawat yang bekerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember masih
belum sepenuhnya memakai APD dengan benar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan APD antara lain ketersediaan APD, pengetahuan, sikap, dukungan
rekan dan pengawasan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurmalia dkk, (2019) yang
didapatkan hasil nilai p=0,007 (p<0,05) artinya ada hubungan penggunaan APD
dengan kecelakaan kerja.
4. Pengawasan dan Prosedur Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Perawat
Berdasarkan hasil penelitian (Angriani, dkk, 2020). Pengaruh antara
pengawasan dengan terjadinya kecelakaan kerja perawat menyatakan pengawasan
baik dari kepala perawat sebesar 80%. Kepala perawat menyatakan bahwa seorang
perawat harus memiliki sikap yang baik seperti mengikuti prosedur kerja dan harus
peduli terhadap bahaya yang ada di rumah sakit, karena perawat tidak hanya
bertanggung jawab terhadap keselamatannya sendiri tetapi yang terutama harus
memperhatikan keselamatan pasien.

5
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja

Tradition of Excellenc
5. Peraturan K3
Perawat yang bekerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember kurang
dalam mengikuti peraturan K3 seperti penggunaan APD, mengikuti SOP, mengambil
posisi yang aman dan hati-hati saat bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Salmawati dkk, (2019) yang didapatkan hasil nilai p=0,006 (p<0,05)
artinya ada hubungan peraturan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja.
6. Pelatihan K3
Perawat yang bekerja di Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember
mengikuti pelatihan K3 setiap 6 bulan sekali. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri dkk, (2018) yang didapatkan hasil nilai pvalue 0.001 artinya
ada pengaruh pelatihan K3 dengan kecelakaan kerja. Kekuatan hubungan antara
pelatihan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja sebesar 4,6945 (CI 95% 1,856-
11,876) artinya perawat yang mengikuti pelatihan tidak lengkap berisiko 5 kali
mengalami kejadian kecelakaan kerja dibandingkan dengan perawat mengikuti
pelatihan yang lengkap.
6
Analisis Literatur terkait Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja

Tradition of Excellenc

Untuk mengurangi kecelakaan kerja di Ruang Teratai Universitas Jember dapat


dilakukan sosialisasi, pengawasan kepala ruangan dalam penggunaan APD dan
posisi kerja yang ergonimic, pengawasan terhadap laporan insiden setiap tindakan
dan kepatuhan perawat terhadap SOP yang benar, membuat SOP untuk pembuangan
benda-benda tajam, monitor keamanan terhadap kerja perawat, dilakukan pre
conference dan post conference. Perlu dilakukan sharing pengalaman bersama
sesama perawat, mengingatkan sesama rekan kerja terkait K3, SOP dan peraturan
yang ada. Kemudian juga perlu adanya pelatihan K3 oleh komite K3RS yang
lengkap dan secara berkala bagi seluruh perawat agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam pelaksanaan tugas sesuai prosedur.

7
Analisis Literatur terkait Inform Consent Tindakan

Tradition of Excellenc
Menurut Jacobalis 2005 dalam
Nurhayati dan Dahlan (2015)

informasi atau
Informed penjelasan

“persetujuan” atau
consent
“izin”
Analisis Literatur terkait Inform Consent Tindakan

Menurut Irwandy 2007 dalam Tradition of Excellenc


Nurhayati dan Dahlan (2015)

informed consent adalah


kesepakatan/persetujuan pasien atau
keluarga atas upaya medis yang akan
dilakukan oleh dokter terhadap dirinya
setelah mendapatkan informasi
mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap pasien disertai
dengan informasi mengenai segala risiko
yang mungkin akan terjadi
Analisis Literatur terkait Inform Consent Tindakan

Berdasarkan hasil observasi di Ruang Teratai RS Universitas Tradition of Excellenc


Jember didapatkan bahwa:
• perawat di ruangan tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan baik dalam
proses informed consent
• Informed consent diberikan dalam bentuk lembar formulir kemudian ditandatangani
oleh pasien atau keluarga.
• Beberapa tindakan yang membutuhkan informed consent yang ada di Ruang Teratai
RS Universitas jember seperti pemasangan/pelepasan oksigen, foto rontgen, CT
Scan, pemasangan NGT (Nasogastric Tube), transfusi darah, tindakan WSD (Water
Seal Drainage) dan lain sebagainya.
 Hal tersebut, sejalan dengan hasil penelitian dari Triwijayanti dkk. (2020) yang
menunjukkan bahwa mayoritas responden mennyatakan bahwa, perawat di RSI
Kendal memberikan informasi mengenai masalah yang dihadapi pasien,
memberikan informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan kepada pasien,
menjelaskan perkembangan pasien.
Analisis Literatur terkait Inform Consent Tindakan

Tradition of Excellenc

• Beberapa pasien maupun keluarga merasakan cemas akan


tindakan yang akan dilakukan pada dirinya terutama pada
pasien yang akan melakukan tindakan operasi (pre-
operasi).
Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Budikasi dkk. (2015) yang menunjukkan bahwa,
pemberian informed consent berhubungan dengan
tingkat kecemasan pasien preoperasi. Semakin baik
pemberian informed consent dilaksanakan maka tingkat
kecemasan pasien yang akan menjalani pembedahan
semakin berkurang.
Analisis Literatur terkait Inform Consent Tindakan

Tradition of Excellenc

Kesimpulan dari analisis mengenai informed consent yang


diberikan pada pasien kelompok berasumsi bahwa :
• semua perawat pada Ruang Teratai RS Universitas Jember telah
melakukan informed consent dengan baik pada setiap tindakan
medis yang akan dilakukan pada pasien
• Ada beberapa pasien yang masih merasakan kecemasan setelah
mendapatkan informasi dan menandatangani informed consent
mengenai tindakan yang akan dilakukan pada dirinya terutama
pada saat pre-operasi.
Cara mengatasi: pasien mendapatkan dukungan keluarga baik
secara fisik maupun psikologi pasien dengan baik sehingga dapat
mengurangi tingkat kecemasan yang dirasakan oleh pasien.
Analisis Literatur terkait Penerimaan Rujuk Balik

Tradition of Excellenc
Pelayanan rujuk balik (PRB) yaitu salah satu pelayanan kesehatan untuk penderita
penyakit kronis dan dalam keadaan stabil yang memerlukan asuhan keperawatan lanjutan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) (Esti, 2018). Menurut penletian ini efektivitas
implementasi kebijakan rujuk balik perlu diketahui hambatannya. Dengan pendekatan
Edward peneliti mengidentifikasi beberapa aspek yang mempengaruhi efektivitas
implemetasi, yakni komunikasi, sumber daya non manusia, sikap dan kompetensi pelaksana,
serta struktur organisasi.
Dalam pelaksanaan penerimaan rujuk balik di ruang teratai masih belum optimal
dikarenakan beberapa alat yang dibutuhkan dalam melakukan tindakan tidak tersedia
sehingga berpengaruh pada kualitas pelayanan kesehatan. Selain itu dalam pelaksanaan PRB
banyak pasien yang tidak datang kembali untuk melaporkan kesehatannya, sehingga dalam
proses pendokumentasian perawat hanya melakukan penerawangan terkait kondisi
kesehatan pasien.
Koordinasi dan kolaborasi dari pemangku jabatan dibutuhkan untuk menanggulangi
masalah ini. Seperti yang disebutkan dalam jurnal fasilitas FKTP (alat dan obat-obatan),
kemitraan penyedia obat, kompetensi sumberdaya manusia yang tepat dan adanya
pembinaan langsung dari Dinas Kesehatan secara berkala (Hamzah dan Sulistiadi, 2017).
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi

Tradition of Excellenc

11 komponen utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan


standar pencegahan dan pengendalian infeksi adalah
1. Kebersihan Tangan
2. Alat Perlindungan Diri (APD)
3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
4. Pengelolaan Lingkungan
5. Pengelolaan Limbah
6. Penatalaksanaan Linen
7. Praktik Menyuntik yang Aman
8. Perlindungan Kesehatan Petugas
9. Penempatan Pasien
10. Etika Batuk
11. Praktik Lumbal Pungsi yang Aman

1
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi

Tradition of Excellenc

• Menurut penelitian Nanda O dkk., (2019) ditemukan bahwa sebesar 79% perilaku perawat
mencuci tangan merupakan langkah utama dalam pencegahan terjadinya infeksi. Rumah
sakit sangat disarankan untuk melakukan training tentang cuci tangan secara periodik,
memasang poster mencuci tangan, kontrol kualitas mencuci tangan pada tenaga
perawat melalui uji swab dan perawat wajib menerapkan Standar Operasional
Prosedur, sebab kegiatan tersebut dapat meningkatkan sikap perawat dalam
melaksanakan kepatuhan mencuci tangan sebesar 16.875 kali (Alamsyah dkk., 2019).
• Menurut penelitian Kusuma dkk., (2018) menemukan bahwa kepatuhan perawat dalam
menggunakan APD lengkap dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, ketersediaan
alat pelindundung diri, kurangnya motivasi anggota perawat dalam melindungi diri
sendiri selalu diingatkan oleh kepala ruang untuk selalu menerapkan tindakan sesuai
dengan Standar Opeasional Prosedur, kebijakan rumah sakit agar tenaga kesehatan
melakukan penghematan alat kesehatan habis pakai, terbatasnya penggunaan
apron/jas pelindung di ruangan. Keterbatasan APD dapat berpengaruh pada kesiapan
mental perawat dalam merawat pasien (Goyena, 2019)

2
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi

Tradition of Excellenc

• Menurut penelitian Asmawi (2019) sebenarnya perawat paham bahwa dalam


melakukan setiap tindakan penting menjaga peralatan atau bahan dalam keadaan
steril agar tidak terjadi infeksi silang. Alat kesehatan bekas pakai bertujuan unuk
mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan dalam keadaan steril dan
siap pakai. Tetapi pada penelitian Romiko (2020) menyebutkan bahwa sebesar
33,33% perawat masih kurang baik dalam melakukan dekonaminasi karena
terkadang lupa untuk melakukan sterilisasi alat bekas pakai.
• Menurut penelitian Praptiwi dkk., (2020) lingkungan yang baik bukan hanya
berfokus pada penataan ruang saja, tetapi pembatasan jumlah pengunjung juga
dapat menimbulkan resiko HAIs. Pada penelitian ini menemukan bahwa ada
perbedaan jumlah angka kuman udara ruang perawatan sebelum jam kunjung
(pre kunjungan) dan pada saat jam kunjung.

3
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi

Tradition of Excellenc
• Menurut penelitian Asmawi (2019) keterbasan penyediaan wadah limbah di
setiap ruangan sangat berpengaruh pada perilaku perawat dalam menjalankan
tindakan sesuai SOP, karena sebenarnya perawat paham cara pengelolaan limbah
dengan benar.
• Menurut penelitian Kusnan (2019) semakin baik perilaku perawat dalam
mematuhi SOP praktik menyuntik yang aman seperti melepas dan menutup
jarum suntik dengan satu tangan akan semakin berkurang juga kasus cedera
perawat tertusuk jarum.
• Menurut penelitian Ramdan, Iwan. M dan A. Rahman (2017) dan Ndejjo et al.
(2015) Risiko yang masih tinggi disebabkan beberapa hal, antara lain tidak
patuhnya tenaga kesehatan terhadap SOP, kurangnya pengetahuan perawat
terhadap prosedur kerja yang benar dan aman, kesadaran akan pentingnya
keselamatan dalam bekerja masih rendah, faktor sarana kerja yang tidak
ergonomis akan terus menerus menjadi sumber risiko apabila tidak dilakukan
penanganan segera.
4
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi

Tradition of Excellenc
• Menurut penelitian Ummami (2016) penyebaran dari infeksi nosokomial juga
dapat dicegah dengan memisahkan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan
terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara, contohnya
tuberkolosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat.
• Menurut penelitian Azin dan Norwahidin (2020) pendidikan kesehatan seerti
penerapan etika batuk yang benar memberikan asupan informasi dan dorongan
yang cukup untuk peduli dengan penyebaran infeksi dan dapat merubah persepsi
pasien tentang pentingnya etika batuk yang benar.
• Menurut peraturan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 27
tahun2017 penatalaksanaan linen yang baik dilakukan dengan cara memisahkan
antara linen kotor dengan linen terkontaminasi langsung dikamar pasien bukan
di ruangan laundry dan diangkut mengunakan troli sesuai kategori, dan selalu
menggunakan APD lengkap. Begitu juga dengan praktik lumbal pungsi yang
aman perawat harus mengunakan APD yang lengkap dan menjalankan tindakan
sesuai SOP.
5
Analisis Literatur terkait Pengendalian Infeksi

Tradition of Excellenc

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di ruang Teratai Rumah Sakit Jember
ditemukan bahwa perilaku perawat dalam memenuhi SOP yang berlaku kurang
dilakukan dengan maksimal seperti penggunaan APD, dekontaminasi peralatan
perawatan pasien, dan pengelolaan limbah. Hal tersebut disebabkan karena
kurangnya ketersedian barang serta kurangnya sikap perawat dalam
melakukan tindakan sesuai SOP, sehingga perlu dilakukan supervisi kembali
Karu, Katim, serta Perawat Pelaksana dalam kebijakan pematuhan SOP yang
berlaku.

6
Analisis Literatur terkait Transfer Klien

Tradition of Excellenc

Transfer pasien merupakan pemindahan pasien dari satu ruangan ke


ruangan yang lain (intra rumah sakit) atau dari satu rumah sakit ke rumah
sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut (Permenkes No 11,
2017).
Rumah sakit harus memiliki prosedur dalam transportasi pasien yang
harus dipatuhi dan dilakukan oleh tenaga kesehatan (Day, 2010). Dampak
serah terima yang tidak efektif termasuk kejadian buruk seperti
keterlambatan diagnosis dan pengobatan, perawatan yang terfragmentasi,
pelanggaran dalam perawatan, kesalahan pengobatan, komunikasi yang
bertentangan, duplikasi prosedur dan tes, kepuasan penyedia dan pasien
yang lebih rendah, biaya yang lebih tinggi dan lebih lama di RS, bahkan
kematian (Wilson, 2013).

1
Analisis Literatur terkait Transfer Klien

Tradition of Excellenc

2
Analisis Literatur terkait Transfer Klien

Tradition of Excellenc

Pelaksanaan proses transportasi harus disesuaikan dengan kebutuhan


pasien termasuk ketahanan, kerentanan, stabilitas, kompleksitas,
ketersediaan sumber daya, partisipasi dalam perawatan, partisipasi dalam
pengambilan keputusan, dan beberapa kemungkinan yang tidak dapat di
prediksikan, karakteristik perawat, dan juga keputusan triase. Selain itu,
salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin keselamatan dalam proses
transportasi adalah penggunaan checklist.
Selain mengutamakan keselamatan pasien, kesehatan perawat juga perlu
diperhatikan oleh RS. Hal ini dikarenakan, perawat dapat berisiko
mengalami nyeri punggung bagian bawah (low back pain) akibat posisi kerja
yang tidak ergonomis terutama dalam mengangkat pasien (Amila dkk.,
2015)

3
Analisis Literatur terkait Rujukan Klien

Tradition of Excellenc
Dalam melakukan perujukan pasien Rumah sakit Universitas Jember menggunakan
aplikasi SISRUTE, hal tersebut sesuai arahan dari pemerintah yang telah mengeluarkan Surat
Dirjen pelayanan kesehatan pada tanggal 10 Desember 2018 tentang permohonan
penggunaan Sistem Rujukan Terintegrasi kepada seluruh Dinkes kab/kota/provinsi.

Alur SISRUTE (Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi) sebagai berikut:


• Dokter memeriksa dan mendiagnosa pasien kemudian memutuskan bahwa pasien
membutuhkan rujukan ke Rumah Sakit yang lebih kompeten
• Dokter melakukan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
diperlukannya perujukan kepada pasien dengan menggunakan aplikasi SISRUTE
• Dokter atau tenaga kesehatan yang berkompeten mencari informasi dan berkomunikasi
dengan Rumah Sakit penerima rujukan sesuai dengan kebutuhan pasien melalui SISRUTE
• Rumah Sakit perujuk memberikan data informasi tentang kondisi pasien kepada RS yang
menerima pasien rujukan tersebut. Informasi kondisi dari pasien tersebut dilampirkan di
halaman rujukan (berbentuk data)
• Rumah Sakit penerima pasien rujukan melakukan konfirmasi melalui SISRUTE
• Pasien Rujukan diantar ke Rumah Sakit penerima rujukan menggunakan Ambulance dan
pasien membawa berkas rujukan.
1
Analisis Literatur terkait Rujukan Klien

Tradition of Excellenc
Pada ruang teratai Rs Universitas Jember sudah menerapkan perujukan menggunakan
Sisrute, Namun masih belum optimal dengan baik ,Kendala-kendala yang dirasakan oleh
Ruang Teratai Rumah Sakit Universitas Jember dan menyebabkan kurangnya optimal dalam
pelaksanaan Rujukan mengunakan Sisrute sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bancin dkk.,(2020) dengan judul penelitian “Gambaran Sistem Terintegrasi (Sisrute) di
RSUD Dr. RM Djoelham Banjai tahun 2019” yang menyatakan bahwa dalam penggunaan
aplikasi penggunaan Sisrute di RS tersebut masih memiliki kendala diantaranya kendala
penggunaan aplikasi Sisrute di RSUD Dr. RM Djoelham binjai yaitu server internet yang
kurang stabil, masih ada RS perujuk yang tidak komitmen dengan informasi di sistem, data-
data pasien yang dirujuk tidak lengkap sesui dengan form yang ada di sistem sehingga
menyulitkan RS penerima menerima jawaban.

Peningkatan optimalisasi penggunaan Sisrute pada Ruang Teratai :


1. Adanya Sosialisi dan pelatihan terkait pengunaan aplikasi Sisrute bagi tenaga kesehatan
oprator dan fasilitas kesehatan lainnya.
2. Perlunya jaringan internet yang stabil agar tidak ada kendala dalam mengakses aplikasi
Sisrute pada saat melakukan pengimputan data,
3. Perlu di buatkannnya SOP oleh pihak RS terkait pengaplikasian Sisrute guna menjamin
kesinambungan formasi pelayanan medis pasien rujukan
2
Analisis Literatur terkait Ronde Keperawatan

Tradition of Excellenc
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan diskusi yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat dengan
melibatkan pasien dan keluarga serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah
dilakukan (Saleh, 2012) dalam (Agustina dkk., 2016).
Ronde Keperawatan ruang Teratai (penyakit dalam) RS Universitas Jember
dilaksanakan dengan waktu kurang lebih selama 60 menit. Tim pelaksana dalam
melaksanakan ronde keperawatan terdiri dari kepala ruangan, perawat pelaksana
minimal 2 orang, dan konselor (dokter dan ahli gizi) jika diperlukan.
Namun, kegiatan ronde keperawatan di ruang Teratai (penyakit dalam) RS
Universitas Jember masih belum optimal, disebabkan oleh:
1. Pengetahuan
2. Belum adanya sosialisasi
3. Standar operasional prosedur (SOP) ronde keperawatan.

1
Analisis Literatur terkait Ronde Keperawatan

Tradition of Excellenc

Ronde keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan perawat, serta dapat mengevaluasi kegiatan, hambatan,
maupun keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan
(Rohita dan Yetti, 2017). Belum optimal atau tidak teratur
pelaksanaan ronde keperawatan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor (Moi dkk, 2019) seperti:
a. Pengetahuan
b. Intensi
c. Pembahasan kasus pasien hanya ketika serah terima pasien

2
Analisis Literatur terkait Ronde Keperawatan

Tradition of Excellenc

Persamaan persepsi
Panduan dan SOP Sosialisasi
ronde keperawatan

Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2020) yang menjelaskan bahwa dengan
mengoptimalkan ronde keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan. Salah satunya dengan monitoring dan evaluasi berkala terhadap
penilaian pelaksanaan ronde keperawatan menjadi salah satu elemen penting
dalam capaian mutu di rumah sakit. Adanya pelatihan dalam melakukan ronde
keperawatan dapat menjadi strategi meningkatkan kualitas keperawatan, adanya
evaluasi beban kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.

3
Tradition of Excellenc

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai