Anda di halaman 1dari 42

PERENCANAAN SDMK

di Fasyankes

MANAJEMEN SDMK
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Allah menulis kebaikan dan kejelekan yang dilakukan
hambanya, barang siapa yang berencana melakukan
kebaikan, tetapi tidak melaksanakan, maka tetap ditulis
sebagai satu amal baik sempurna baginya oleh Allah, tetapi
barang siapa yang melakukan kebaikan dan betul-betul
dilaksanakan maka oleh Allah ditulis 10 kebaikan dan 700
lipat/cabang sampai cabang yang banyak, sebaliknya
barang siapa yang berencana melakukan kejelekan, tetapi
tidak dilaksanakan maka ia dianggap melakukan kebaikan
yang sempurna. Jika ia berencana melakukan kejelekan
dan melaksanakannya, maka ditulis sebagai satu
kejelekan. (Muslim 187, Ahmad 1897, 3288)
Perencanaan Kebutuhan SDMK*

adalah proses sistematis dalam upaya


menetapkan jumlah, jenis, dan kualifikasi
SDMK yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisi suatu wilayah dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

*PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Institusi Kesehatan
adalah lembaga yang bergerak di bidang kesehatan baik yang
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung terhadap
masyarakat maupun yang memberikan pelayanan
manajerial.

Fasilitas Kesehatan
adalah sarana kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan


adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.
Fokus perhatian Perencanaan SDM

Pada langkah-langkah yg diambil oleh


manajemen guna lebih menjamin
ketersediaan tenaga kerja yang tepat bagi
institusi untuk menduduki berbagai
pekerjaan yang tepat dan pada waktu
yang tepat.
Manfaat Perencanaan SDMK bagi institusi

a. bahan penataan/penyempurnaan struktur organisasi;

b. bahan penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja


unit;
c. bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja;
d. bahan sarana peningkatan kinerja kelembagaan;
e. bahan penyusunan standar beban kerja;
jabatan/kelembagaan;
f. penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai
dengan beban kerja organisasi;
g. bahan perencanaan mutasi pegawai dari unit yang
berlebihan ke unit yang kekurangan;
h. bahan penetapan kebijakan dalam rangka peningkatan
pendayagunaan sumber daya manusia.
Tantangan di bidang SDM
Eksternal: ekonomi, sosial, politik,
perundang-undangan & teknologi
Internal: renstra, anggaran, estimasi
pendapatan/produksi/penjualan, bisnis
baru, rancangan struktur organisasi dan
tugas pekerjaan.
Situasi ketenagakerjaan internal:
pemensiunan, pemberhentian, PHK, dan
cuti panjang.
Proses perencanaan SDM di Fasyankes:
1. Analisis tenaga fasyankes yang ada saat ini
dan bagaimana kecukupan tenaga dimasa
mendatang
2. Analisis persediaan tenaga fasyankes
3. Analisis kebutuhan tenaga fasyankes di
masa datang
4. Analisis kesenjangan tenaga yang ada saat
ini dibandingkan kebutuhan tenaga
fasyankes dimasa datang
5. Dokumen kebutuhan tenaga fasyankes
dalam arti jumlah, jenis dan kompetisi yang
dibutuhkan periode tertentu.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN SDMK
BERDASARKAN STANDAR MINIMAL
Standar Ketenagaan Minimal SDMK Puskesmas menurut
Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar dan / atau
spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari 1 jenis tenaga
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.

Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi:


1. Klinik Utama
2. Klinik Pratama
Standar Ketenagaan Minimal Klinik
PERHITUNGAN KEBUTUHAN
TENAGA PERAWAT DI RS
Keperawatan

Florence Nightingale: “hospital


should not harm the patiens“ dan di
tahun 1859 ia menyatakan bahwa
pelayanan perawatan bertujuan
untuk “ put patient in the best
condition for nature to act upon him“
Pelayanan keperawatan

adalah suatu bentuk pelayanan profesional


yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan biologis, psikologis, sosiologis,
spiritual yang komprehensif/holistik yang
ditujukan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik dalam keadaan sakit
atau sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia.
Metode pemberian asuhan keperawatan:
a. Metode kasus
Pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada
seorang klien secara total dalam satu periode
dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu
perawat bergantung pada kemampuan
perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan
klien. Klien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien tersebut saat ia dinas.
Kelebihan metode ini: perawat lebih
memahami kasus per kasus dan sistem
evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangan metode ini: belum dapatnya


diidentifikasi perawat penanggung jawab dan
diperlukan tenaga perawat yang cukup
banyak dengan kemampuan dasar yang
sama.
b. Metode Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan
keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan
yang dilakukan. Contoh perawat A tugasnya
menyuntik, perawat B tugasnya mengukur
suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis
tugas atau lebih untuk semua klien yang ada
di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam pembagian tugas tersebut dan
menerima laporan tentang semua klien serta
menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Keuntungan metode ini: perawat terampil
untuk tugas/pekerjaan tertentu, mudah
memperoleh kepuasan kerja bagi perawat
setelah selesai tugas,

Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti


dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas yang sederhana, memudahkan
kepala ruangan untuk mengawasi staf atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan
tertentu.
Kerugian metode ini: pelayanan ke-perawatan
terpilah-pilah sehingga mutu asuhan keperawatan
sering terabaikan.

Tidak ada satu perawatpun yang mengetahui kondisi


klien secara komprehensif, apabila pekerjaan
selesai cenderung meninggalkan klien dan
melakukan tugas non keperawatan.

Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit


diidentifikasi kontribusinya terhadap pelayanan,
perawat hanya melihat asuhan keperawatan
sebagai ketrampilan saja, klien merasa kurang puas
dengan layanan yang diberikan karena tidak
mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang
ditayangkan. Klien kurang merasakan adanya
hubungan saling percaya dengan perawat.
c. Metode tim keperawatan atau
Metode keperawatan kelompok
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok tim perawat pada sekelompok klien.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah
dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya (registered nurse/perawat profesional).

Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh


pimpinan kelompok/ketua grup. Selain itu ketua grup
bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota
grup/tim sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas
apabila mengalami kesulitan selanjutnya ketua grup
yang melaporkan pada kepala ruangan tentang
kemajuan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap
klien.
Keuntungan metode ini:
memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif, memungkinkan pencapaian
proses keperawatan.
Konflik atau perbedaan pendapat antar staf
dapat ditekan melalui rapat tim.
Cara ini efektif untuk belajar, memberi
kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal, memungkinkan menyatukan
kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
 Kerugian metode ini:
 rapat tim memerlukan waktu sehingga pada
situasi sibuk, rapat tim ditiadakan atau terburu-
buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi
dan koordinasi antar anggota tim terganggu
sehingga kelancaran tugas terhambat.
 Perawat yang belum terampil dan belum
berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim.
 Akuntabilitas dalam tim kabur. Tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfregmentasi pada
berbagai tim, sehingga sukar menetapkan siapa
yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat
atas semua asuhan yang diberikan.
 Pada metode ini kesinambungan asuhan
keperawatan belum optimal sehingga para pakar
mengembangkan metode keperawatan primer.
d. Metode keperawatan primer/utama
(Primary Nursing)
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh salah satu
orang “registered nurse” sebagai perawat
primer (PP) yang bertanggung jawab dalam
asuhan keperawatan selama 24 jam terhadap
4-6 klien yang menjadi tanggung jawabnya
mulai dari masuk sampai pulang dari rumah
sakit. Apabila perawat primer/utama libur atau
cuti, tanggung jawab dalam asuhan keperawan
klien diserahkan pada teman kerjanya yang
satu level atau satu tingkat pengalaman dan
ketrampilannya (associate nurse).
Keuntungan model praktik
keperawatan profesional:
dapat dilakukan atau diterapkan,
memungkinkan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Memungkinkan penerapan
penerapan proses keperawatan,
memberikan kepuasan kerja bagi perawat,
memberikan kepuasan bagi klien dan
keluarga menerima asuhan keperawatan.
Kerugian metode ini:
hanya dapat dilakukan oleh perawat
profesional (registered nurse atau minimal
pendidikan SI keperawatan) atau perawat
yang bermutu tinggi yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang
memadai.
Di negara maju, perawat yang ditunjuk
sebagai PP adalah seorang clinical nurse
specialist dengan kualifikasi master
keperawatan.
Biaya metode ini relatif lebih tinggi
dibandingkan metode lain.
Proses penetapan kebutuhan tenaga
keperawatan terdiri dari:

 Mengelompokkan pasien berdasarkan


karakteristik.
 Menetapkan model penugasan keperawatan.
 Menetapkan cara perhitungan kebutuhan
tenaga keperawatan.
 Menyusun kualifikasi yang dipersyaratkan.
 Menyusun rencana kebutuhan tenaga
keperawatan berdasarkan cara perhitungan
yang ditetapkan.
I. Metode Gillies

Menurut Gillies (1994), metode untuk


memperhitungkan kebutuhan tenaga
perawat dengan cara menghitung
jumlah jam kerja dan jam asuhan
keperawatan yang mereka lakukan
sesuai tuntutan profesi dan uraian
tugasnya
Rumus Gillies:
Jumlah Tenaga
= A x B x 365 .
(365-hari libur ) x jam kerja/hari

Keterangan :
A = Jam perawatan selama 24 jam (waktu
perawatan yang dibutuhkan pasien)
B = Sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
Hari libur= 52 minggu + 52 hari sabtu + l2 hari cuti
tahunan + 12 hari libur nasional = 128 hari.
Jam kerja efektif dalam satu hari = 8 jam
365 = jumlah hari pelayanan selama setahun
II. Metode Hasil lokakarya Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Rumus:

Tenaga Perawat
= (A x 52 minggu) x 7 hari (TT x BOR) x l25%
41 minggu x 40 jam

Keterangan:
TP =Tenaga Perawat
A = Jumlah jam perawatan dalam 24 jam
BOR =Bed Occupancy Rate
III. Metode Douglas (1992)

Penetapan jumlah perawat dilakukan


dengan cara menghitung jumlah
pasien yang dirawat berdasarkan
derajat ketergantungan selama satu
bulan dan dihitung jumlah perawat
yang dibutuhkan untuk setiap hari.
Setelah itu ditetapkan rata-rata jumlah
Perawat setiap hari.
Klasifikasi Pasien:

Klasifikasi Pasien Pagi Sore Malam

Minimal Care 0,17 0,14 0,07

Parsial Care 0,27 0,15 0,1

Total Care 0,36 0,3 0,2


Contoh perhitungan:
Suatu ruang rawat dengan 22 pasien
(3 pasien dengan perawatan minimal, 14
pasien dengan perawatan intermediet/
parsial, dan 5 pasien dengan perawatan
total), maka jumlah perawat yang
dibutuhkan untuk Shift jaga pagi saja brp?
IV. Metode Loveridge dan Cummings

Jumlah perawat yang dibutuhkan didasarkan


pada tingkat keseriusan kondisi klien yang
dirawat di rumah sakit, yaitu dengan cara
patient classification system atau acuity
system. Pada metode ini terdapat dua
macam cara evaluasi, yaitu evaluasi prototipe
dan evaluasi faktor.
Kedua cara ini dikembangkan dari indikator
kritis yang merupakan tugas spesifik yang
dibutuhkan klien pada suatu unit.
Pada evaluasi prototype, klien dikelompokkan
ke dalam kelas-kelas, yang ditetapkan
berdasar indikator kritis. Setiap kelas
memerlukan waktu pemberian asuhan
keperawatan yang berbeda setiap harinya
sebagai berikut:
Kelas I : 2 jam per 24 jam
Kelas II : 3 jam Per 24 jam
Kelas III : 4,5 jam Per 24 jam
Kelas IV : 6 jam Per 24 iam
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan
24 jam dan biasanya terbagi dalam 3 shift:
Pagi, Siang, dan Malam

Pembagian waktu pelayanan per shift-nya


adalah:
- 35% waktu untuk pagi,
- 35% waktu untuk sore,
- 30% waktu untuk malam.
Bila di suatu ruang rawat terdapat 3 klien
kelas II, 14 klien kelas III, dan 3 klien kelas
IV, maka jumlah jam yang dibutuhkan
adalah: :

Karena terdapat tiga shift tugas, maka:


35% waktu untuk pagi,
35% waktu untuk sore, dan
30% waktu untuk malam,

sehingga:
Shift pagi/sore masing-masing sebagai
berikut:
Shift malam :
Pada evaluasi faktor, kiien dikelompokkan
berdasarkan jumlah unit nilai relatif (relative
value units atau RVUs), 1 RVUs setara dengan 3
menit
Kelas I : 0 – 10 point
Kelas II : 11 – 25 point
Kelas III : 26 – 40 point
Kelas IV : > 41 point

Bila di suatu ruang rawat terdapat 3 klien


kelas II, 14 klien kelas III, dan 3 klien kelas
IV, maka jumlah perawat yang dibutuhkan per
shift adalah:
Keterangan
Angka-angka konstanta berasal dari jumlah
jam pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan di setiap shift tugas menurut
klasifikasi pasien,yaitu l-2 jam untuk pasien
minimal care, 3 - 4 jam untuk pasien partial
care, dan 5 – 7 jam untuk pasien-pasien
dengan total care. Kemudian jumlah
keseluruhan perawat dibagi menjadi 3 shift
dengan proporsi 45% di shift pagi, 35% di
shift sore, dan2 0% di shift malam.

Anda mungkin juga menyukai