Anda di halaman 1dari 12

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Belakangan ini, pemerintah Indonesia mulai menganjurkan masyarakatnya yang
termasuk usiakerja untuk lebih memilih berwirausaha demi mengurangi jumlah
pengangguran yang membludak danmenciptakan lapangan kerja baru yang lebih
banyak untuk masyarakat lainnya. Bentuk wirausaha yangdipilih nantinya pasti akan
membutuhkan adanya pengakuan identitas oleh masyarakat di sekitarnya.Dalam
rangka mendapatkan pengakuan (legalitas) tersebut, kita harus mengetahui bagaimana
langkah-langkah yang harus kita ambil untuk memperolehnya.
1.2 Rmusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan legalitas perusahaan ?
2. Apa saja bentuk legalitas suatu perusahaan(badan usaha) ?
3. Bagaimana cara memperoleh legalitas tersebut ?
4. Apa saja manfaat yang diperoleh dengan adanya suatu legalitas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian legalitas perusahaan.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk legalitas suatu perusahaan.
3. Untuk mengetahui cara memperoleh legalitas perusahaan.
4. Untuk mengetahui berbagai manfaat yang diperoleh dengan adanya legalitas.

1.4 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
2. Dapat dijadikan referensi untuk proses penulisan selanjutnya.
3. Dapat dijadikan referensi untuk proses penulisan selanjutnya.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Legalitas Perusahaan
Setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya wajib memenuhi syarat
operasional usaha. Setiap perusahaan yang telah memenuhi syarat tersebut di nyatakan
sebagai perusahaan yang mempunyai bukti legalitas kegiatan usaha. Legalitas kegiatan usaha
yang di maksud terdiri atas bukti tanda daftar usaha perdagangan (TDUP) dan surat izin
usaha perdagangan ( SIUP) . kedua bukti tersebut di atur dalam SK Menperindag No.
408/MPP/Kep/10/1997 tentang Tata Cara Pemberian TDUP dan SIUP .
2.2 Akta Pendirian Perusahaan
Akta pendirian perusahaan merupakan salah satu bentuk legalitas usaha yang di buat
di muka notaris, yaitu pejabat umum yang di beri wewenang untuk membuat akta pendirian
perusahaan berdasarkan undang-undang. Akta pendirian tersebut memuat anggaran dasar
perusahaan , yaitu seperangkat peraturan yang menjadi dasar berdiri dan beroperasinya
perusahaan menurut hukum. Akta pendirian perusahaan persekutuan badan hukum harus
mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM. Sedangkan akta pendirian perusahaan
persekutuan budan badan hukum tidak perlu mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan
HAM , cukup di daftarkan pada kepaniteraan pengadilan negeri setempat.
Akta pendirian yang memuat anggaran dasar itu secara normal memuat judul , nomor
, tempat , hari dan tanggal pembuatan dan penandatanganan akta pendirian. Selain itu , secara
materiil memuat identitas para pendiri ,identitas perusahaan , tujuan perusahaan, struktur
organisasi perusahaan , jangka waktu berdiri perusahaan , usaha perusahaan , hubungan
hukum perusahaan ( internal dan eksternal) , kewajiban dan hak terhadap pihak ketiga , cara
penyelesaian jika terjadi sengketa dan lain-lain yang perlu .


3

2.3 Nama Perusahaan
Nama perusahaan adalah jati diri yang di pakai oleh perusahaan untuk menjalankan
kegiatan usahanya . Nama perusahaan melekat pada bentuk hukum perusahaan misalnya
Koperasi Ayam , PT Musi Jaya Tbk. Dengan menggunakan nama itu, perusahaan di kenal
oleh masyarakat, di pribadikan sebagai perusahaan tertemtu yang berbeda dengan perusahaan
lain yang sejenis. Dalam hal ini , fungsi nama perusahaan adalah membedakan perusahaan
yang satu dengan perusahaan yang lain, terutama antara perusahaan sejenis. Nama
perusahaan dapat di temukan secara resmi dalam akta pendirian perusahaan dan surat-surat
resmi perusahaan .
Nama perusahaan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan yang bersangkutan .
Apabila perusahaan bubar, namanya juga ikut lenyap . Jika perusahaan di alihkan kepada
pihak lain ,namanya juga ikut beralih. Nama perusahaan merupakan aset yang melambangkan
kualitas dan kemampuan perusahaan. Oleh karena itu, nama perusahaan perlu sekali di
lindungi terutama dari penyalahgunaan oleh pihak lain yang merugikan, seperti banyak
terjadi dalam persaingan usaha yang bersifat melawan hukum. Dari segi hukum, nama
perusahaan mempunyai arti penting. Dengan nama itu suatu perusahaan dapat melakukan
hubungan hukum dengan pihak lain dan memenuhi segala kewajiban hukumnya,misalnya
memperoleh izin usaha, melakukan pendaftaran perusahaan , membayar pajak atau
membayar utang.
Indonesia tidak memiliki Undang-Undang yang secara khusus mengatur nama
perusahaan. Namun , mengenai hal tersebut di atur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang merek. Dalam Undang-Undang ini di atur larangan menggunakan merek
terdaftar milik orang lain sebagai nama perusahaan. Kebebasan pengusaha memilih dan
memakai nama perusahaan di sesuaikan dengan asas yang berlaku, yaitu selama tidak di
larang oleh Undang-Undang ,tidak bertentangan dengan ktertiban umum, dan tidak
bertentangan dengan kesusilaan .
Dengan demikian masalahnya adalah nama yang mana di bolehkan dan nama yang
mana pula dilarang di gunakan oleh pengusaha ? Di negeri belanda sudah ada Undang-
Undang Nama Perusahaan , yang menganut beberapa asas yang di jadikan dasar cara
penentuan nama perusahaan yang di bolehkan dan yang di larang . Sebaliknya asas-asas
tersebut dapat di ikuti oleh praktik perusahaan di Indonesia . berikut ini asas-asas tersebut di
uraikan satu demi satu.
4

2.3.1 Pembauran Bentuk Hukum Perusahaan dan Nama Pribadi
Di sini nama perusahaan di ambil dari nama pribadi pemilik perusahaan. Ini di
bolehkan , misalnya , Firma Abuhasan. Akan tetapi, dilarang memakai nama pribadi
sebagaimana nama perusahaaan yang memberi kesan seolah-olah perusahaan itu milik
orang lain yang namanya di pakai itu . Sebagai contoh, pemilik rerstoran bernama
Abunawas tidak boleh menggunkan nama restorannya dengan nama Restoran
Abuhasan . Nama ini memberi kesan bahwa restoran itu milik Abuhasan , padahal
milik Abunawas. Selain itu, dilarang menggunakan nama perusahaan dengan nama
pribadi yang mirip dengan nama perusahaaan orang lain karena akan membingungkan
masyarakat . Misalnya, pemilik perusahaan bernama Imam Mahadi memberi nama
kepada perusahaan CV Imam Mahadi, padahal sudah ada perusahaan terkenal dengan
nama Fa Imam Mahdi milik keluarga Imam Mahdi.
2.3.2 Pembauran Bentuk Hukum Perusahaan dan Nama Pribadi.
Di sini bentuk hukum perusahaan disatukan dengan nama pribadi sehingga
membentuk nama perusahaan, misalnya, PT Ibrahim Aboud, nama ini di bolehkan .
PT adalah bentuk hukum perusahaan perseroan dan Ibrahim Aboud adalah nama
pribadi. Akan tetapi, dilarang menggunakan nama perusahaan yang memberi kesan
seolah-olah perusahaan itu berbentuk persekutuan, padahal perusahaan perseorangan.
Misalnya, Toko Hanafi adalah perusahaan perseorangan, tetapi diberi nama Hanafi
dan Co. Nama ini menunjukkan nama persekutuan firma. Bentuk hukum persekutuan
atau perseorangan akan di ketahui ketika mendaftarkan perusahaan. Setiap sekutu
harus didaftarkan . Jika tidak , itu berarti perusahaan perseorangan.
2.3.3 Larangan Memakai Nama Perusahaan Orang Lain
Dilarang memakai nama perusahaan orang lain yang sudah ada dan di pakai
lebih dulu , walaupun terdapat sedikit perbedaan. Hal itu akan membingungkan
masyarakat. Misalnya sudah ada perusahaan penerbitan PT Citra Aditya Bakti
Bandung . kemudian muncul, perusahaan penerbitan baru yang bukan dari grupnya ,
yang di beri nama PT Citra Aditya Usaha Bandung. Nama penerbitan yang baru
muncul ini bertentangan dengan etika bisnis dan persaingan usaha yang sehat, yang
bersifat melawan hukum sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang larangan Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat . Nama
5

penerbitan yang baru ini tidak di bolehkan karena akan merugikan perusahaan yang
sudah ada terlebih dahulu.
2.3.4 Larangan Memakai Merek Orang Lain
Larangan memakai nama perusahaan yang serupa atau berasal dari merek
perusahaan atau merek dagang orang lain yang sudah ada terdahulu walaupun ada
sedikit perbedaan. Hal ini akan membingungkan masyarakat atau merugikan
perusahaan pemilik merek. Misalnya , toko yang menjual berbagai macam sepatu di
beri nama Toko Sepatu Bata. Bata adalah merek sepatu terkenal. Dengan
menggunakan nama perusahaan sepatu Bata , perusahaan agen sepatu bata akan di
rugikan , masyarakat akan menjadi bingung mencari mana toko sepatu bata
sebenarnya. Lain halnya dengan nama perusahaan Industri Batu Bata . Perusahaan
ini memproduksi batu bata untuk keperluan bangunan, tidak ada sangkut pautnya
dengan sepatu bata. Nama ini tidak akan membingungkan masyarakat dan tidak
bertentangan dengan etika bisnis.
2.3.5. Pengakuan dan Pengesahan
Anggaran dasar perusahaan yang menjalankan usaha itu di buat di muka
notaris, di umumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dan di
daftarkan dalam daftar perusahaan , tetapi tidak ada yang menyangkal atau
berkeberatan terhadap pemakaian nama perusahaan tersebut. Dengan terdaftarnya
nama perusahaan dalam daftar perusahaan, maka sahlah nama perusahaan yang
bersangkutan. Dalam hal ini , pengakuan nama perusahaan mendapat pengesahan dari
pejabat berwenang menurut undang-Undang Wajil, Daftar perusahaan. Apabila ada
pihak yang tidak mengakui nama perusahaan yang di daftarakan itu , dia dapat
mengajukan keberatan secara tertulis kepada Menteri Perdagangan mengenai nama
yang di daftrakan dalam daftar perusahaan dengan menyatakan alasannya. Keberatan
ini di beritahukan kepada pengusaha yang bersangkutan dan Kantor Pendaftaran
Perusahaan Menteri akan memberikan keputusan setelah mendengar para pihak yang
berkepentingan itu. Jika ternyata memang beralasan , menteri akan membatalkan
pendaftaran , yang berarti tidak mengesahkan nama perusahaan itu ( pasal 27 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1982) .

6

2.4 Merek Perusahaan
Nama perusahaan yang mengandung merek orang lain adalah masalah yuridis tentang
nama perusahaan. Masalah ini dapat diselesaikan melalui Pasal 27 dan Pasal 29. Undang-
undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Namun, merek yang
mengandung nama perusahaan orang lain adalah masalah yuridis tentang hak atas merek.
Masalah ini diselesaikan melalui Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, pemilik merek
terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap orang atau badan hukum secara tanpa hak
menggunakan merek untuk barang dan atau jasa yang mempunyai persamaan pada pokoknya
atau keseluruhannya dengan merek terdaftar miliknya. Gugatan diajukan melalui Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat. Gugatan atas pelanggaran merek terdaftar sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dapat pula dilakukan oleh penerima lisensi merek
terdaftar, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan pemilik merek yang
bersangkutan.
2.4.1 Perusahaan Terdaftar
Agar dapat memahami perusahaan terdaftar, perlu ditelusuri ketentuan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Undang-Undang
ini diikuti oleh peraturan pelaksanaannya, yaitu Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan No. 12/MPP/Kep/I/1998 tanggal 16 januari 1998 tentang
Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan salanjutnya disingkat Surat Keputusan
Nomor 12 Tahun 1998. Penyebutan pasal dalam uraian berikut adalah pasal Surat
Keputusan Nomor 12 Tahun 1998.

a. Tujuan Pendaftaran Perusahaan
1. Melindungi Perusahaan yang jujur dan terbuka dari kemungkinan
kerugian akibat praktik persaingan usaha yang tidak sehat.
2. Melindungi masyarakat atau konsumen dari kemungkinan akibat
persaingan tidak sehat.
3. Mengetahui perkembangan dunia usaha dan perusahaan yang
didirikan.
4. Memudahkan pemerintah melakukan pembinaan pengarahan,
pengawasan, dan penciptaan iklim dunia usaha yang sehat.
7

b. Perusahaan yang Wajib Didaftarkan
1. Perseroan Terbatas, koperasi, pesekutuan komanditer, firma, dan
perusahaan perseorangan.
2. Perusahaan bentuk lain lain yang melaksanakan kegiatan usaha
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.
c. Pihak yang wajib melakukan pendaftaran perusahaan.
1. Pemilik perusahaan atau diwakilkan oleh orang lain dengan
memberi surat kuasa.
2. Apabila perusahaan dimiliki oleh beberapa orang, para pemilik
berkewajiban melakukan pendaftaran. Apabila seorang diantara
mereka telah memenuhi kewajiban pendaftaran, yang lainnya
dibebaskan dari kewajiban itu.
3. Apabila pemilik perusahaan tidak bertempat di negara RI, maka
pengurus atau kuasa yang ditugaskan memegang pimpinan
perusahaan berkewajiban untuk mendaftarkan.
d. Penyelenggara wajib daftar perusahaan.
Pihak penyelenggara Wajib Daftar Perusahaan (WDP) adalah Kantor
Pendaftaran Perusahaan (KPP). Menteri Perindag berwenang
menetapkan tempat kedudukan, susunan Kantor Pendaftaran
Perusahaan (KPP), ketentuan dan tata cara penyelenggaraan Wajib
Daftar Perusahaan (WDP). Menteri menunjuk Dirjen Perdagangan
Dalam Negeri sebagai pembina teknis dalam penyelenggaraan dan
pelalaksanan wajib daftar perusahaan. Direktorat Pendaftaran
Perusahaan pada Ditjen Perdagangan Dalam Negeri ditunjuk selaku
penyelenggara Wajib Daftar Perusahaan di Tingkat Pusat.
e. Hal-hal yang wajib didaftarkan
Hal yang wajib didaftarkan bergantung pada bentuk hukum perusahaan
dan semuanya itu sudah tercetak dalam formulir pendaftaran sesuai
dengan bunyi ketentuan pasal-pasal Undang-Undang WDP.
f. Syarat dan prosedur pendaftaran perusahaan
Sayrat dan prosedur ini dijelaskan pada Pasal 16 ayat (1), pendaftarn
perusahaan dilakukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran
perusahaan yang diperoleh secara Cuma-Cuma dan diajukan langsung
8

kepada Kepala KPP Tingkat II (Kabupaten/Kota) setempat, dengan
melampirkan dokumen-dokumen yang diperlukan.

1. Akibat Hukum Pendaftaran Perusahaan
Menurut ketentuan pasal 17 selambat-lambatnya 10 hari kerja terhitung sejak
diterimanya permintaan pendaftaran dan kelengkapan dokumen secara lengkap
dan benar, Kepala KPP Tingkat II mengesahkan pendaftaran perusahaan,
kemudian menerbitkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

2.4.2 Perubahan Pendaftaran Perusahaan
Perubahan yang dapat mengakibatkan penggantian TDP adalah
- Pengalihan kepemilikan perusahaan
- Perubahan nama perusahaan
- Perubahan bentuk dan/ atau status perusahaan
- Perubahan kegiatan usaha pokok
- Perubahan akta pendirian
2.4.3 Pembatalan Pendaftaran Perusahaan
Apabila perusahaan yang telah terdaftar terbukti mendaftarkan data
perusahaan secara tidak benaratau menjalankan kegiatan usaha yang tidak
sesuai dengan izin usahanya, Kepala KPP Tingkat II setelah memberi surat
peringatan dapat membatalkan pendaftaran.

2.4.3 Pengawasan Wajib Daftar Perusahaan
Pengawas WDP mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui
pengamatan, penelitian dan pemantauan terhadap perusahaan yang belum,
sedang dan telah melakukan pendaftaran perusahaan.





9

2.5 Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)
1. Kewajiban Pendaftaran
Setiap perusahaan yang telah memperoleh TDUP dalam jangka waktu tiga bulan
terhitung mulai tanggal diterbitkannya TDUP wajib mendaftarkan perusahaannya dalam
daftar perusahaan sesuai dengan ketentuan UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan.
2. Penundaan, Penolakan, dan Penggantian TDUP
Perusahaan yang bersangkutan wajib melakukan perbaikan dan melengkapi
persyaratan paling lambat lima hari kerja terhitung sejak di terima surat penundaan. Setelah
melebihi jangka waktu yang di tentukan itu perusahaan yang bersangkutan tidak dapat
memenuhi persyaratan yang di tentukan, Kakandep ( Kepala Dinas Perindag Kabupaten /
Kota ) atau Kakanwil ( Kepala Dinas Perindag Provinsi ) yang bersangkuatn menolak
permintaan TDUP. Akan tetapi perusahaan yang bersangkutan dapat mengajukan lagi
permintaan TDUP baru. Apabila TDUP yang telah di peroleh perusahaan hilang atau rusak
tidak terbaca, perusahaan yang bersangkuatn dapat mengajukan permintaan penggantian
TDUP secara tertulis kepada Kakandep ( Kepala Dinas Perindag Kabupaten ? Kota ) atau
Kakanwil yang berwenang mengeluarkan TDUP tersebut.
Permohonan permintaan penggantian itu di ajukan menurut ketentuan Pasal 9 bagi
TDUP dengan melampirkan surat keterangan hilang dari kepolisisan setempat atau
TDUP asli yang rusak. Selambat-lambatnya lima hari kerja terhitung sejak di
terimanya surat permintaan penggantian, Kakandep ( Kepala Dinas Perindag
Kabupaten / Kota ) atau Kakanwil ( Kepala Dinas Perindag Provinsi ) yang
bersangkutan mengeluarkan TDUP dengan menggunakan Formulir Model B ( Pasal
18 )
3.Pembekuan dan Pencabutan TDUP serta Sanksi Pidana
TDUP dapat dicabut apabila:
- Diperoleh berdasarkan keterangan /data yang tidak benar atau palsu
dari perusahaan yang bersangkutan atau tidak sesuai dengan
permohonan permintaan TDUP atau dokumen-dokumen yang
diwajibkan, atau melakukan usaha yang tidak sesuai dengan TDUP
10

- Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah
melampaui batas waktu pembekuan
- Perusahhan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran
hak kekayaan intelektual dan /atau pidana berdasarkan keputusan
pengadilan yang telah memeperoleh kekuatan hukum tetap.

2.6 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
1. kewajiban Pendaftaran
Perusahaan yang wajib memperoleh SIUP adalah perusahaan yang melakukan
kegiatan usaha perdagangan dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas 200 juta
rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2.Penundaan, Penolakan, dan Pengaantian SIUP
Perusahaan yang telah memperoleh SIUP wajib menyampaikan laporan kepada
Kakanwil yang bersangkutan mengenai kegiatan usahanya sebanyak dua kali dalam setahun
dengan jadwal: paling lambat setiap tanggal 31 Juli untuk semester pertama, dan tanggal 31
Januari tahun berikutnya untuk semester kedua. Apabila perusahaan tidak melakukan lagi
kegiatan usaha perdagangan atau pengusaha menutup perusahaannya, dia wajib melaporkan
kepada Kakandep atau Kakanwil setempat disertai pengembalian SIUP asli.
3.Pembekuan dan Pencabutan SIUP serta Sanksi Pidana
Apabila perusahaan yang bersangkutan tidak mengindahkan peringatan tertulis
tersebut atau sedang diperiksa di pengadilan karena didakwa melakukan pelanggaran hak
kekayaan intelektual (HKI) dan/atau melakukan tindak pidana lainnya, SIUP perusahaan
yang bersangkutan dibekukan. SIUP dapat dicabut menurut pasal 25.




11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya wajib memenuhi syarat
operasional usaha. Setiap perusahaan yang telah memenuhi syarat tersebut dinyatakan
sebagai perusahaan yang mempunyai bukti legalitas usaha. Legalitas usaha yang di maksud
terdiri atas bukti tanda daftar usaha perdagangan (TDUP) dan surat izin usaha perdagangan
(SIUP) .
Pembahasan materi Lagalitas Perusahaan mencakupi Akta pendirian perusahaan,
nama perusahaan , Merek Perusahaan, Tanda daftar usaha perdagangan (TDUP), Surat ixin
usaha perdagangan (SIUP).











12

DAFTAR PUSTAKA

Saliman, Abdul R ,dkk . 2006.Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai